• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM "

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

Volume 03. Nomor 01. Juni 2022

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 41

MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM

MENYELESAIKAN SOAL HOTS MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF BERBASIS STEAM PADA SISWA KELAS VIII

A

MTS

YAPIT TONRORITA

Increasing Students' Creativity In Solving Hots Questions Through The Application Of A Steam-Based Cooperative Model At The Eighthgrade

Students Of Mts Yapit Tonrorita

Sukarni1, NurfaidaTasni2, Jeranah3 Pendidikan Matematika

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Yayasan Pendidikan Ujung Pandang (YPUP)

Email1 : sukarnianni290@gmail.com Email2 : nurfaidatasniypupstkip@gmail.com

Email3 : jeranahku@gmail.com

Abstrak

This research was classroom action research that aimed to increase students' creativity in solving HOTS questions through a STEAM-based cooperative learning model. The subject of the research was the eighth grade students of MTs Yapit Tonrorita in 2021/2022 academic year, which consisted of 15 students. The data has been analyzed by descriptive analysis. The results achieved in the process of implementing STEAM-based cooperative learning model was increasing students' creativity in solving HOTS questions which are marked by an increase in the average score from 60.27 in the first cycle to 73.60 in the second cycle and achange in teacher activity 72.66% in the first cycle increased to 82.35% in the second cycle. Based on the description above, there was an increased on students’ creativity in solving HOTS questions by applying the STEAM-based cooperative learning model.

Keywords: solving HOTS questions, STEAM-based cooperative learning model.

Pendahuluan

Pendidikan sering diterjemahkan orang dengan paedagogie. Pada zaman Yunani Kuno, seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan; pelayan tersebut biasa disebut paedagogis, penuntun anak. Istilah paedagogis muncul karenadi samping mengantar dan menjemput, juga berfungsi sebagai pengasuh anak tersebut dalam rumah tangga orang tuanya. Gurunya sendiri, yang mengajar, pada Yunani kuno disebut governor. Governor sebagai guru tidak mengajar secara klasikal seperti sekarang, melainkan individual (Triwiyanto, 2017:22). Pendidikan adalah pengalaman- pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi kemampuan- kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.

(Received: 03-04-2022; Reviewed: 15-04-2022; Revised: 23-04-2022; Accepted: 07-05-2022; Published: 03-06-2022)

(2)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 42 Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan-penerapan bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan matematikaitu sendiri. Penguasaan materi matematika oleh peserta didik menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi di dalam penataan nalar dan pengambilan keputusan dalam era persaingan yang semakin kompetitif pada saat ini. Matematika bukanlah ilmu yang hanya untuk keperluan dirinya sendiri, tetapi ilmu yang bermanfaat untuk sebagian amat besar untuk ilmu-ilmu lain. Dengan makna lain bahwa matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, yang utama adalah sains dan teknologi (dalam Siagian, 2016:58).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru mata pelajaran Matematika di MTs Yapit Tonrorita pada tanggal 31 Maret 2021, peneliti telah menemukan masalah yang ada yaitu: (1) hasil kreativitas belajar matematika masih rendah disebabkan karena kurangnya motivasi yang diberikan oleh guru,; (2) masih banyak siswa yang kurang mampu menyelesaian soal matematika disebabkan karena kurangnya latihan atau tugas rumah yang diberikan sebagai bahan dasar belajar; (3) kurangnya keaktifan siswa disebabkan karena proses pembelajaran masih berpusat pada guru dan sedikit melibatkan siswa. Akibatnya dalam proses pembelajaran interaksi antar guru dan siswa sangat rendah sehingga situasi seperti ini siswa merasa bosan; (4) kurangnya menguasai materi dan daya ingat siswa akan materi yang telah diajarkan.

Pemilihan suatu metode mengajar perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran, banyaknya siswa dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Jadi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi diatas maka salah satu model pembelajaran yangdilakukan adalah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM. Pembelajaran kooperatif berbasis STEAM ini sangat cocok digunakan karena metode pembelajaran ini mengharuskan siswa aktif berpikir dan mencari suatu jawaban dalam menyelesaikan soal HOTS (Higher Order Thinking Skill).

HOTS (Higher Order Thinkimg Skill) pertama kali dikemukakan oleh seorang penulis sekaligus Assosiate Professor dari Dusquance University bernama Susan M Brookhart dalam bukunya, ‘How to Assess Higher-order Thinking Skill in Your Classroom’ (2010). Dia mendefinisikan model ini sebagai metode untuk transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan memecahkan masalah. HOTS tak sekedar model soal, tetapi juga mencakup model pengajaran.Model pengajaran harus mencakup kemampuan berpikir, contoh, pengaplikasian pemikiran dan diadaptasikan dengan kebutuhan siswa yang berbeda- beda.Permasalahan yang dimaksud tentunya bukan berupa soal yang biasa disajikan tetapi juga termasuk soal atau masalah-masalah yang berbeda dari soal pada umumnya.Kemampuan siswa mengkaji suatu masalah dan mengaitkannya dengan konsep yang telah dimiliki inilah yang disebut dengan kemampuan berfikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill (dalam Riyadi, 2020:35).

Metode penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat diagnostik yang bertujuan untuk menentun peneliti ke arah suatu tindakan, dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situsasi yang terdapat di dalam latar penelitian, contoh: Gurunya sendiri di sekolah yang mengajar dengan menerapkan teknik pembelajaran seperti model, strategi, metode atau pendekatan..

Penelitiandalam hal ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus, di mana setiap siklus terdiri dari empat tahap, 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Pengumpulan data, 4) Analisis data/ informasi untuk memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut. Penelitian ini telah dilaksanakan di MTs Yapit Tonrorita yang beralamat di Jln. Poros Tonrorita. Sedangkan untuk waktu penelitian adalah pada semester ganjil tahun ajaran 2021/2022. Subjek Penelitian adalah siswa kelas VIIIA MTs Yapit Tonrorita yang berjumlah 15 orang, Objek dalam penelitian ini yaitu Pemberian soal HOTS untuk mengukur kreativitas siswa dan Model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM. Sumber data dalam

(3)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 43 penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA MTs Yapit Tonrorita semester ganjil tahun ajaran 2021/2022.Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data untuk mengetahui kemampuan kreativitas siswa menyelesaikan soal HOTS dengan cara memberikan tes evaluasi kepada siswa setiap akhir siklus. Sedangkan untuk data kualitatif diperoleh dengan cara pengamatan saat pembelajaran berlangsung.Adapun yang menjadi indikator keberhasilan adalah secara klasikal 85% siswa kelas VIIIA memperoleh skor ≥ 75 dari skor ideal yang memenuhu kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada MTs Yapit Tonrorita maka tindakan dinyatakan berhasil.

Hasil penelitian dan pembahasan Hasil

1. Perencanaan pada siklus I

Pada tahap perencanaan siklus I yang telah dilakukan tindakan: Telah menyiapkan pembelajaran matematika siswa kelas VIIIA MTs Yapit Tonrorita berdasarkan kurikulum 2013 (k13), telah menyusun perencanaan pelaksanaan (RPP), telah menentukan pokok bahasa, telah menyediakan media pembelajaran, telah melakukan uji instrumen, telah menyusun alat evaluasi dan pedoman penilaian.

2. Kemampuan Kreativitas Siswa dalam Menyelesaikan Soal HOTS

Data kreativitas siswa pada Siklus I diperoleh melalui pemberian tes akhir Siklus yang berupa tes uraian setelah penyajian materi selama 3 kali pertemuan (kegiatan belajar mengajar). Adapun analisis deskriptif nilai kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal HOTS kelas VIIIA MTs Yapit Tonrorita pada akhir Siklus I setelah menerapkan model pembelajaran koopreatif berbasis STEAM.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Siswa Siklus I

Nilai Interval Kategori Frekuensi Persentase

≥86 Sangat Baik 0 0%

70-85 Baik 4 26,67%

55-69 Cukup 8 53,33%

50-54 Kurang Baik 1 6,67%

< 49 Sangat Kurang Baik 2 13,33%

Jumlah 15 100%

Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 1 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor hasil kemampuan kreativitas siswa menyelesaikan soal HOTS siswa kelas VIIIA MTs Yapit Tonrorita setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM pada setiap pembelajaran pada siklus I berada pada kategori cukup dengan persentase 53,33. Adapun deskripsi ketuntasan kemampuan kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal HOTS setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM selama proses pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Deskripsi Ketuntasan Kemampuan Kreativitas Siswa Menyelesaikan Soal HOTS pada Siklus I.

Skor Kriteria Frekuensi Persentase

(4)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 44

< 70 Tidak Tuntas 12 80%

70-100 Tuntas 3 20%

Jumlah 100%

Sumber: data diolah

Dari tabel 2 deskripsi ketuntasan kemampuan kreativitas siswa menyelesaikan soal HOTS pada siklus I menunjukkan bahwa dari 15 siswa kelas VIIIA MTs Yapit Tonrorita, setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM. Dapat disimpulkan bahwa banyaknya siswa yang masuk dalam kriteria tudak tuntas yaitu 12 siswa dengan persentase 80 % sedangkan yang masuk dalam kriteria tuntas adalah 3 siswa dengan persentase 20 %.

3. Perencanaan pada Siklus II

Siklus II dilkukan sebanyak 4 kali pertemuan dalam hal ini, tiga pertemuan untuk menyampaikan materi dan satu pertemuan untuk melakukan tes hasil belajar. Siklus II pada dasarnya mengulangi langkah-langkah yang ada pada siklus I namun siklus II ini dilaksanakan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I sehingga mampu mencapai hasil yang optimal. Hal ini yang perlu dipehatikan yaitu: mengkonstruksi pengetahuan awal siswa, membentuk kelompok baru, menjelaskan dan memotivasi pada siswa agar selalu percaya diri dan semangat.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Dan Prsentase Skor Siswa Siklus II

Nilai Interval Kategori Frekuensi Persentase

≥ 86 Sangat Baik 0 0%

70-86 Baik 13 86,67%

55-69 Cukup 2 13,33%

50-54 Kurang Baik 0 0%

< 49 Sangat Kurang Baik 0 0%

Jumlah 15 100%

Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor hasil kemampuan kreativitas siswa menyelesaikan soal HOTS siswa kelas VIIA MTs Yapit Tonrorita setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM pada setiap pembelajaran pada siklus II berada pada kategori baik dengan persentase 86,67. Apabila kemampuan kreativitas siswa menyelesaikan soal HOTS dianalisis, maka persentase ketuntasan kemampuan kreativitas siswa menyelesaikan soal HOTS pada akhir siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Deskripsi Ketuntasan Kemampuan Kreativitas Siswa Menyelesaikan Soal HOTS pada Siklus II.

Skor Kriteria Frekuensi Persentase

< 70 Tidak tuntas 2 13,33%

70-100 Tuntas 13 86,67%

Jumlah 15 100%

Sumber: data diolah

Dari tabel 4 deskripsi ketuntasan kemampuan kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal HOTS pada siklus II menunjukkan bahwa dari 15 siswa kelas VIIA MTs Yapit Tonrorita, setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM. Dapat diketahui bahwa banyaknya siswa yang masuk dalam kriteria tidak tuntas yaitu 2 orang siswa dengan persentase 13,33% sedangkan yang masuk kriteria tuntas yaitu 13 orang siswa dengan persentase 86,67% yang artinya pada siklus II ketuntasan belajar

(5)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 45 siswa sudah tercapai karna secara klasikal presentase jumlah siswa yang masuk dalam kriteria ketuntasan sudah mencapai atau melampaui 85%.

Pembahasan

Penelitian yang dilakukan di MTS Yapit Tonrorita dengan pengenalan terkait model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM kepada siswa yang dilaksanakan pada pertemuan pertama siklus I, pada tahap ini siswa belum terlalu antusias untuk belajar dengan model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM karena siswa belum kenal dengan model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM. Oleh karena itu, sebagaimana teori yang di ungkapkan oleh (dalam Muniroh dkk, 2019:282) bahwa model pembelajaran STEAM adalah sebuah penemuan, dipandang sebagai sebuah pendekatan yang mampu mendorong anak untuk mengembangkan rasa ingin tahu dan mengajukan pertanyaan sehingga anak- anak bisa membangun pengetahuan disekitar dunianya dengan mengeksplorasi, mengamati, menemukan dan menyelidiki bagaimana sesuatu itu bekerja. Sehingga disini peneliti memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk bisa belajar dengan menerapkan model pembmelajaran kooperatif berbasis STEAM.

Pada pertemuan kedua Siklus I disini siswa sudah mulai belajar dengan model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM. Model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM salah satu penerapannya adalah pemberian tugas berbasis proyek dimana model pembelajaran berbasis proyek menurut (Rati dkk, 2017:62) adalah penerapan dari pembelajaran aktif.Secara sederhana pembelajaran berbasis proyek didefinisikan sebagai suatu pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi dengan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa, atau dengan proyek sekolah. Ini nampak terlihat dari Hasil tes kreativitas siswa dalam menyelesaian soal HOTS pada siklus I setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM dari 15 orang siswa dengan skor ideal 100 diketahui bahwa nilai rata-rata siswa adalah 60,27 terdapat 4 orang berada pada kategori baik dengan rentang yaitu 70 - 85,8 orang siswa berada pada kategori cukup dengan rentang 55 - 69, 1 orang siswa berada pada kategori kurang baik dengan rentang 50 – 54, 2 orang siswa berada pada kategori sangat kurang baik dengan rentang 0 - 49. Namun, kemampuan kreativitas siswa menyelesaikan soal HOTS yang dicapai pada siklus I belum maksimal, karena masih banyak siswa yang belum mencapai hasil keativitas siswa.

Setelah melakukan tindakan pada siklus II, hasil kemampuan kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal HOTS siswa menunjukan peningkatan, yaitu mencapai nilai rata-rata 73,60 terdapat 13 orang siswa berada pada kategori baik dengan interval 70 - 85 dengan 86,67%, terdapat 2 orang juga berada pada kategori cukup dengan interval 55 - 69 dengan 13,33%. Lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran pada siklus II juga mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa siswa dapat mengikuti dengan baik dan antusias dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga siswa aktif dan tampil lebih percaya diri dalam kegiatan diskusi yang dilaksanakan.Hal ini bisa mendorong siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.

Hasil kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal HOTS kelas VIIIA MTs Yapit Tonrorita dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM, hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal HOTS yang disajikan dalam bentuk soal cerita dapat membangun kemampuan koneksi matematis siswa (Tasni, 2017). Hal ini tentunya dapat mendorong siswa untuk menerapkan kemampuan menyelesaikan soal berbasis HOTS. Pada siklus I dari 60,27% menjadi 73,60% pada siklus II. Serta ketuntasan kreativitas siswa secara klasikal meningkat dari 20% pada tes siklus I menjadi 86,67% pada tes siklus II dan adanya perubahan positif dari aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II yaitu dari 71% menjadi 93%, serta adanya peningkatan aktivitas guru yaitu 82% siklus I menjadi 88,23% pada siklus II.

(6)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 46 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di MTs Yapit Tonrorita yang telah dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal HOTS pada siswa kelas VIIIA MTs Yapit Tonrorita pada mata pelajaran matematika dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.

Saran

Saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa; Model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM dapat membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar dan mampu mengontruksi sendiri pengetahuannya melalui penyelesaian soal berbasis HOTS.

2. Bagi guru; Dapat memberikan acuan bagi guru seperti apa proses pembelajaran yang ideal untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif berbasis STEAM.

3. Bagi peneliti; dapat menjadikan acuan untuk diajukan penelitian lanjutan yang lebih variatif dengan subjek dan populasi yang lebih besar.

4. Bagi sekolah; Model pembelajaran ini dapat acuan untuk meningkatkan efektiktivitas pembelajaran di sekolah sehinggan tujan pembelajaran dapat tercapai.

Ucapan Terima Kasih

Dengan demikian hasil Kreativitas siswa menyelesaikan soal HOTS siswa kelas VIIIA MTs Yapit Tonrorita setelah menerapkan model kooperatif berbasis STEAM dikatakan meningkat dengan kegiatan pembelajaran di dalam kelas tidak hanya berpusat pada guru tetapi juga berpusat pada siswa.

Referensi

Muniroh, Munawar, dkk. 2019. “Implementation Of STEAM (Science Technology Engineering Art Mathematics) – Based Early Childhood Education Learning Is Semarang City”. Jurnal Ceria.

Vol.2 No. 5 Hlm. 276-285.

Rati.N.W, dkk. 2017. “Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Kreativitas dan Hasil Belajar Mahasiswa”. Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol.6 No.1 Hlm. 60-71.

Riyadi, dkk. 2020. “Peningkatan Mutu Pembelajaran Melalui Pelatihan Penyusunan Instrumen Higher Order Thinking Skill (HOTS) Bagi Guru Produktif SMK Negeri DI Jakarta Timur”. Prosiding Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat.

Siagian.D.M. 2016. “Kemampuan Koneksi Matematika dalam Pembelajaran Matematika”. Jurnal of Mathematics Education and Science. Vol. 2 No.1 Hlm. 58-67.

Tasni, Nurfaidah, dkk. 2017 “Membangun Koneksi Matematis Siswa dalam Pemecahan Masalah Verbal”. Jurnal tadris matematika. Vol.10 No.1 Hlm 103-116.

Triwiyanto, Teguh. 2017. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

(7)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 47 Info lebih lanjut

Hubungi

LPPM STKIP YPUP Makassar Jalan Andi tonro no. 17 Makassar

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi Frekuensi Respon Mahasiswa pada Aspek Kognitif Kategori Skor Interval Frekuensi Persentase % Sangat Menarik 81 – 100 2 6 Menarik 61 – 80 19 54 Cukup Menarik 41 – 60