• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menjelaskan Jenis Picture Books

N/A
N/A
salsa b.a

Academic year: 2024

Membagikan "Menjelaskan Jenis Picture Books"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

Dalam perkembangannya, media convertible book berbasis pendekatan saintifik dikembangkan dari buku bergambar karena memuat gambar dan teks. Pengembangan buku bergambar pada media convertible book berdasarkan pendekatan saintifik mengacu pada klasifikasi buku bergambar. Perancangan Media Convertible Book Berbasis Pendekatan Saintifik Saat membuka buku bergambar, fokusnya adalah pada gambar dan cerita.

Bentuk dan Ukuran

Berdasarkan penjelasan di atas, media convertible book untuk kelas 4 berukuran A4, A5 dan B5 dengan ukuran seperti pada tabel. Media buku convertible ukurannya jauh lebih besar yaitu 300 x 300mm, hal ini untuk melindungi halaman sebenarnya dan memudahkan pergantian media.

Tabel 1. Ukuran dan Bentuk Buku Teks Pelajaran
Tabel 1. Ukuran dan Bentuk Buku Teks Pelajaran

Ilustrasi

Spread satu halaman merupakan ilustrasi pada satu halaman, sedangkan spread dua halaman merupakan ilustrasi yang tersebar pada kedua halaman. Tata letak halaman yang dikembangkan pada media convertible book didasarkan pada pendekatan saintifik yaitu ilustrasi satu halaman, karena ilustrasi dibuat sesuai dengan teks dan membuat penggunaan kertas menjadi lebih efektif.

Typography

Terkait pembuatan media convertible book menonjolkan minat siswa atau anak terhadap media membaca. Artinya warna huruf yang baik harus kontras dengan warna background, hal ini bertujuan agar huruf dapat terbaca dengan baik. Melalui penggunaan media convertible book berbasis pendekatan saintifik berbasis buku bergambar dalam pengembangannya siswa dapat memahami konsep melalui teks, gambar dan unsur pendukung lainnya yang ada pada media tersebut.

Jenis font untuk pengembangan media convertible book lebih cocok geometris/slab atau aquare serif karena sesuai dengan pemahaman anak terhadap font/huruf. Perlu diketahui bahwa dalam pengembangan media visual convertible book tidak hanya jenis font yang diutamakan, namun keterbacaan font dan/kemudahan pembacaan font. Berdasarkan penafsiran tersebut maka harus ada acuan dalam pengembangan media convertible book agar sesuai dengan kaidah yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

Langkah selanjutnya dalam perancangan media convertible book berbasis pendekatan saintifik adalah perlunya prinsip pengembangan media agar produk yang dikembangkan efektif dalam mencapai tujuannya. Pengembangan convertible book memperhatikan prinsip-prinsip media cetak, dijelaskan Arsyad sebagai berikut.

Keserdahanaan

Seuling menjelaskan, buku yang cocok untuk anak usia 7-12 tahun adalah buku yang didesain dengan indah, dilengkapi ilustrasi, lukisan, kolase, dan foto yang menyertai teksnya.

Keterpaduan

Penekanan

Artinya, penekanan dapat dilakukan melalui penggunaan tipografi yang sesuai, satu atau lebih warna dan/atau arah dominan (semuanya diilustrasikan dalam gambar), dan tata letak yang dirancang dengan baik akan menekankan gagasan utama. Jadi, penekanan dalam pengembangan media ini sepertinya pada elemen gambar, warna yang berbeda, tata letak dan penggunaan font yang benar.

Keseimbangan

Sesuai kebutuhan, pengembangan media convertible book ini akan menggunakan Z-layout, karena posisi gambar memenuhi kanan dan kiri teks.

Garis

Bentuk

Tekstur

Warna

Artinya, melalui strategi tematik integratif, siswa diberi kesempatan untuk menghubungkan pengetahuan yang diperoleh dengan pengalaman. Pembelajaran tematik integratif mempunyai beberapa ciri khas menurut Kemendikbud yang menjelaskan sebagai berikut... 2) Memberikan siswa pengalaman secara langsung dan bermakna 3) Masing-masing-. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pembelajaran tematik integratif adalah berpusat pada peserta didik, yang hasil belajarnya mampu mengembangkan minat dan sesuai kebutuhan siswa.

Menurut Fogarty, kelebihan pembelajaran tematik integratif adalah memudahkan siswa dalam memahami berbagai mata pelajaran. Kelebihan pembelajaran tematik integratif dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran tematik integratif juga lebih mengaktifkan siswa dan tidak lagi terfokus pada guru. Menurut Fogarty, kelemahan pembelajaran tematik integratif “adalah modelnya yang canggih dan sulit untuk diterapkan sepenuhnya”.

Selain pemahaman, guru juga harus menguasai tematik integratif yang mempunyai ciri-ciri berpusat pada siswa. Selain itu guru juga dapat menggunakan media pembelajaran yang dapat menunjang pembelajaran dalam pembelajaran tematik integratif.

Kemampuan Memahami

Pandangan lain mengenai pengertian konsep adalah menurut Galotti, konsep adalah gambaran dari beberapa objek, peristiwa, atau pola yang tersimpan di dalamnya terdapat pengetahuan yang biasanya dianggap relevan dengan objek, peristiwa, atau pola tersebut. Terkait dengan kemampuan memahami, yaitu kemampuan kognitif dalam mengolah atau mengkonstruksi pesan, informasi secara lisan maupun tulisan. Proses pemahaman yang diharapkan adalah anak dapat menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.

Selanjutnya pengetahuan yang dibentuk atau digambarkan sebagai skema yang sudah ada dipadukan dengan pengetahuan atau skema yang baru diperoleh. Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi dan hubungan antara dua atau lebih kategori atau klasifikasi pengetahuan yang lebih kompleks dan terorganisir (Anderson & Kartwohl, 2014: 71). Dengan demikian melalui kemampuan memahami, siswa akan mampu membedakan, menjelaskan, membandingkan, memberi contoh, menyimpulkan dan menyatakan kembali gagasan atau benda dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, kata Widyastuti & Pujiastuti.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan memahami itu penting, karena siswa dapat mengembangkan pengetahuannya ke tingkat yang lebih tinggi dari kemampuan memahami tersebut. Artinya kategori kognitif yang disusun dari proses-proses yang biasa dilakukan siswa sampai dengan hal-hal yang jarang ditemui siswa, kemampuan memahaminya, dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu penerjemahan, interpretasi dan eksplorasi (ekstrapolasi). .

Interpretasi (Interpretation)

Penerjemahan adalah kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu yang dikatakan dengan cara yang berbeda dari pernyataan asli yang diketahui sebelumnya. Kemampuan untuk menerjemahkan permasalahan yang diberikan dalam fraseologi teknis atau abstrak ke dalam fraseologi konkret atau abstrak memungkinkan. Pernyataan ini mengandung arti kemampuan menerjemahkan suatu permasalahan yang diberikan dalam kata-kata abstrak ke dalam uraian dalam kata-kata konkrit.

Kemampuan menerjemahkan hubungan-hubungan yang dinyatakan dalam bentuk simbolik, termasuk ilustrasi, peta, tabel, diagram, grafik dan rumus matematika serta rumus lainnya, ke dalam bentuk verbal atau sebaliknya. Pernyataan ini berarti kemampuan menerjemahkan hubungan-hubungan yang terkandung dalam bentuk simbolik, antara lain ilustrasi, peta, tabel, diagram, grafik, persamaan matematika dan rumus-rumus lainnya ke dalam bentuk verbal dan sebaliknya. Ekstrapolasi adalah kemampuan seseorang untuk menyimpulkan dan menyatakan secara lebih eksplisit suatu bentuk grafik, data yang memprediksi akibat dari tindakan yang digambarkan dalam suatu komunikasi bersifat sensitif atau sensitif terhadap faktor-faktor yang dapat membuat prediksi tersebut akurat.

Proses kognitif pada kategori pemahaman meliputi interpretasi, contoh, klasifikasi, rangkuman, inferensi, perbandingan dan penjelasan.

Menafsirkan (Interpreting)

Informasi yang diolah bisa berupa angka menjadi kata, gambar menjadi kata, atau dalam bentuk lainnya.

Mencontohkan (Exemplifying)

Mengklasifikasikan (Classiying)

Jika ilustrasi dimulai dengan konsep atau prinsip umum dan menemukan contoh spesifik, maka klasifikasi dimulai dengan contoh spesifik dan menemukan konsep atau prinsip umum. Hal ini menjelaskan bahwa ilustrasi dimulai dari suatu konsep atau prinsip kemudian diterjemahkan menjadi sebuah contoh.

Merangkum (Summarizing)

Inferensi terjadi ketika siswa dapat mengabstraksi suatu konsep atau prinsip yang menjelaskan kasus-kasus tersebut dengan memeriksa ciri-ciri setiap kasus dan menggambarkan hubungan antara ciri-ciri tersebut. Format penilaian yang digunakan dalam proses penalaran kognitif adalah tes analog, tes sumatif, dan tes luar biasa.

Membandingkan (Comparing)

Proses penjelasan berlangsung ketika siswa dapat membuat dan menggunakan model sebab-akibat dalam suatu sistem. Format penilaian proses kognitif menjelaskan adalah tugas penalaran, pemecahan masalah, desain ulang, dan prediksi. Lebih lanjut Nitko & Brookhart menjelaskan bahwa proses kemampuan pemahaman meliputi: “menggunakan konsep untuk memecahkan masalah, menghubungkan konsep tersebut dengan konsep lain, prinsip (aturan) dan generalisasi yang telah dipelajarinya, dan menggunakan konsep tersebut untuk mempelajari materi baru”.

Menentukan hubungan antara dua gagasan, dua benda, dan sejenisnya. Jelaskan Membuat model Membuat model sebab akibat dalam suatu sistem. Pentingnya kemampuan memahami dalam kegiatan pembelajaran agar siswa dapat menafsirkan dan mengkonstruksi suatu objek atau fenomena yang sama untuk membantu siswa melanjutkan ke tahap berpikir berikutnya. Pandangan lain mengenai indikator kemampuan pemahaman adalah menurut Mayer (Haylock & Tangatha) mengidentifikasi tujuh jenis pemahaman sebagai hasil pembelajaran bermakna karena siswa mampu menafsirkan, mengilustrasikan, mengklasifikasikan, merangkum, membedakan, menyimpulkan (infer) dan menjelaskan ( menjelaskan). .

Indikator pemahaman menurut Anderson & Kartwohl adalah menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pemahaman dalam penelitian ini adalah soal tes pemahaman.

Tabel 2. Dimensi Proses Kognitif  Kategori dan Proses
Tabel 2. Dimensi Proses Kognitif Kategori dan Proses

Karakter Peduli Lingkungan a. Pengertian Karakter

Berkenaan dengan kondisi dan situasi sekolah yang dilakukan dalam penelitian ini, tipe karakter yang ingin dikembangkan melalui media convertible book berbasis pendekatan saintifik adalah karakter peduli lingkungan. Peduli lingkungan merupakan nilai penting yang harus dibentuk dan dikembangkan sejak dini, karena orang yang berkarakter adalah orang yang peduli terhadap lingkungannya. Sesuai dengan Yaumi, Kementerian Pendidikan Nasional mengartikan kepedulian terhadap lingkungan hidup adalah suatu sikap atau tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam dan sekitarnya, serta mengembangkan upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang telah terjadi (Kemdiknas, 2010: 10 ).

Agar individu diajarkan untuk memiliki sikap peduli terhadap lingkungan, cara yang efektif untuk mengembangkan karakter peduli lingkungan adalah melalui pendidikan. Pengertian lain dari peduli lingkungan menurut Kementerian Pendidikan Nasional adalah suatu sikap atau tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam sekitar, dan mengembangkan upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang telah terjadi (Faturrahman, 2013: 20). Berdasarkan pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan lingkungan hidup adalah suatu tindakan, upaya atau upaya yang dilakukan manusia untuk memperbaiki alam yang rusak atau menjaga alam dari kerusakan.

Menumbuhkan sikap peduli lingkungan yang dapat diterapkan di lingkungan sekolah antara lain ikut serta merawat tanaman sekolah, menjaga kebersihan kelas dan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, dan ikut serta dalam kegiatan pengabdian masyarakat sekolah. Indikator yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup diambil dari Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum (2010: 31).

Kelas 4-6 Buang air besar dan

  • Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
  • Kajian Penelitian yang Relevan
  • Kerangka Pikir
  • Pertanyaan Penelitian

Bedanya pada penelitian ini adalah media yang dikembangkan adalah convertible book dan variabel yang digunakan adalah kemampuan memahami dan peduli terhadap lingkungan. Bedanya dalam penelitian, media yang dikembangkan adalah convertible book dan variabel yang digunakan adalah kemampuan memahami dan peduli terhadap lingkungan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini lebih menekankan pada pengembangan media convertible book berbasis pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan memahami dan peduli terhadap lingkungan.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan peduli terhadap lingkungan. Hendaknya ada perancangan yang baik oleh guru berupa media pembelajaran, metode dan pendekatan yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan karakteristik siswa, serta membantu siswa mengembangkan kemampuan pemahaman dan karakter peduli lingkungan. Selain kemampuan kognitif, permasalahan yang ada di SD Negeri Kecamatan Moga adalah masih rendahnya tingkat karakter peduli lingkungan.

Maka sebagai solusi dari permasalahan tersebut peneliti mengembangkan media pembelajaran convertible book berbasis pendekatan saintifik yang membantu siswa memahami konsep dan hakikat peduli lingkungan. Sedangkan berbasis pendekatan saintifik, media convertible book menyajikan isi materi pembelajaran dengan memadukan teks cerita, kegiatan pembelajaran dan gambar ilustrasi tentang peduli lingkungan siswa, untuk memberikan siswa karakter peduli lingkungan.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait