• Tidak ada hasil yang ditemukan

Warna digunakan untuk memberikan kesan pemisahan atau penekanan untuk membangun keterpaduan, warna juga dapat mempertinggi tingkat realisme objek atau situasi yang digambarkan, menunjukkan persamaan dan perbedaan, dan menciptakan respon emosional tertentu. Arsyad (2011: 113), mengemukakan ada tiga hal penting yang harus diperhatikan ketika menggunakan warna, sebagi berikut.

a) Pemilihan warna khusus (merah, ungu, biru dan warna yang ada).

b) Nilai warna (tingkat ketebalan dan ketipisan warna itu dibandingkn dengan unsur lain dalam visual tersebut).

47

c) Intensitas atau kekuatan warna itu untuk memberikan dampak yang diinginkan.

Warna yang disukai anak-anak adalah warna-warna yang cerah seperti merah, kuning, hijau, biru muda. Dalam pengembangan media convertible book juga menggunakan warna-warna yang cerah disesuaikan dengan elemen-elemen yang ada. Hal ini diperkuat dari pernyataan Matulka (2008: 60) bahwa “complementary colors (reds/green, yellow/purple, blue/orange) seem to vibrate when they are placed together in a composition”. Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa warna- warna kontemporer seperti merah, hijau, kuning, ungu, biru atau orange jika dipadu padakan maka akan terasa hidup dan lebih menarik.

Hal di atas dipertegas oleh Brown, Lewis, & Harcleroad (1983: 87) bahwa.

An important clement in any successful display is color.

Since effects with color can be so easily achieved in many ways: felt pens, colored pencils, colored paper, a microcomputer with color. ability to use color wisely requires some thought about why, where, when it can and should be used. Simple random splashing of color can be counter-effective. The accompanying color section gives numerous ideas that can serve as guidelines in preparing displays”.

Warna merupakan hal yang penting dalam keberhasilan tampilan dalam buku atau media pembelajaran. Karena penggunaan efek dengan warna dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti penggunaan pulpen, pensil berwarna, kertas berwarna, dan mikrokomputer dengan warna.

Dalam pemilihan warna dengan bijak membutuhkan beberapa pemikiran tentang siapa, mengapa, dan kapan media yang akan digunakan. Beberapa

48

hal yang perlu diperhatikan saat merancang tampilan adalah pemilihan jenis harmoni warna.

Penggunaan roda warna dapat membantu dalam pemilihan warna.

Contohnya seperti yang dijelaskan oleh Brown, Lewis, & Harcleroad (1983: 87) bahwa ada tiga harmoni warna, yaitu (1) Monochromatic, (2) Analogous, dan (3) Complementary.

Warna-warna monokrom menjadi salah satu alternatif pilihan warna yang paling populer, karena lebih sederhana dengan memadukan nuansa dan warna sejenis/satu warna. Contohnya penggunaan warna biru atau pink, dan hijau atau kuning. Selain itu, warna-warna sejajar pada roda warna yang digunakan bersamaan mampu menciptakan harmoni warna yang serupa.

Sedangkan warna yang berlawanan bila digunakan bersamaan membentuk harmoni warna pelengkap. Misalnya kuning-oranye dan biru- violet. Untuk menciptakan efek yang harmonis perlu dilakukan percobaan.

Percobaan dapat dilakukan dengan mengubah satu warna yaitu menambahkan warna putih, hitam, atau warna lain. Brown, Lewis, &

Harcleroad (1983: 87) memberikan petunjuk dalam penggunaan warna, yaitu sebagai berikut.

a) Keep color designs simple.

b) Limit the number of different colors used in a display.

c) Use color to: Attract attention, Give emphasis, Create contrasts, Create moods, Guide viewing

d) On dark backgrounds, for carrying power, use white, yellow, orange, green, red, blue, and violet (in that order).

e) On light or white backgrounds, use black, red, or-ange, green, blue, violet, and yellow (in that order).

49

Penggunaan warna-warna yang sederhana, serta pembatasan warna yang digunakan akan membuat isi media tersampaikan dengan baik dan tidak mengganggu konsentrasi anak. Pemilihan warna yang sesuai akan menarik perhatian siswa, memfokuskan pada isi media, membuat kontras/penekanan pada materi, dan menciptakan suasana yang menyenangkan.

Penting untuk diketahui, bahwa penggunaan warna latar belakang gelap perlu didukung dengan penggunaan warna putih, kuning, oranye, hijau, merah, biru, dan ungu. Selain itu, pada latar belakang terang atau putih, perlu menggunakan warna hitam, merah, oranye, hijau, biru, ungu, dan kuning. Hal tersebut dilakukan untuk menciptakan kontran.

Mengingat bahwa warna yang disukai anak-anak adalah warna- warna yang cerah seperti merah, kuning, hijau, biru muda, maka dalam pengembangan media convertible book juga menggunakan warna-warna yang cerah disesuaikan dengan elemen-elemen yang ada.

Selain pendapat Arsyad prinsip lain yang digunakan untuk bahan pertimbangan dalam media convertible book. Prinsip dalam merancang dan memilih media menurut Amri dkk (2011: 121) yaitu sebagai berikut.

a) Menentukan apakah pesan yang akan disampaikan itu tujuan pembelajaran atau hanya sekedar informasi/hiburan.

b) Menetapkan apakah media itu dirancang untuk keperluan pembelajaran atau alat bantu mengajar (peraga).

50

c) Menentukan apakah dalam usaha mendorong kegiatan belajar tersebut akan digunakan strategi afektif, kognitif, atau psikomotor.

d) Menentukan media sesuai dari kelompok media yang cocok untuk strategi yang dipilih dengan mempertimbangkan ketentuan kebijakan, fasilitas yang ada, kemapuan produksi dan biaya.

e) Mereview kembali kelemahan dan kelebihan media yang diplih.

f) Perencanaan pengembangan dan produksi media tersebut.

Berdasarkan paparan terakit prinsip-prinsip pengembangan media di atas, media convertible book juga akan memperhatikan kederhanaan, keterpaduan, penekanan, keseimbangan, garis, bentuk dan warna. Selain itu media convertible book juga akan mempertimbangkan kelebihan dan kelamahan media yang dikembangkan, menentukan tujuan pembelajaran, menentukan manfaat pengembangan media dan melakukan perencanaan pengembangan produk. Hal ini dilakukan agar media convertible book berbasis scientific approach dapat membantu proses pembelajaran dan efektif.

e. Penggunaan Media Convertible Book Berbasis Scientific Approach dalam Pembelajaran Tematik Integratif

Tematik integratif bukanlah hal yang baru dalam pembelajaran pada KTSP. Penggunaan tematik integratif pada KTSP digunakan pada kelas rendah yaitu kelas I, II dan III. Namun, pada kurikulum 2013 semua jenjang pada sekolah dasar menggunakan tematik integratif. Tematik

51

integratif yaitu penggunaan tema yang berfungsi sebagai penghela atau pemersatu antar mata pelajaran.

Penggunaan tematik integratif bertujuan agar siswa aktif dan tertarik dalam pembelajaran. Menurut Min (2012: 273) menyatakan bahwa

Thematic approach is one of teaching strategy that use theme towards creating an active, interesting and meaningful learning.” Pendekatan tematik adalah salah satu strategi pengajaran yang menggunakan tema untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, menarik dan bermakna. Hal ini berarti, melalui startegi tematik integratif memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang didapat dengan pengalaman.

Harapannya dengan strategi tematik integratif mampu memenuhi tujuan terbentuknya kurikulum 2013 yaitu siswa mampu mengembangkan tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Pernyataan di atas diperkuat oleh pendapat dari Kurt & Pehlian (2013: 116) menjelaskan bahwa” a thematic approach improves the student a achievment...responsive to the interest, ablities, and needs of children and is respectful of their developing apittudes and attitude.”

Artinya, pendekatan tematik integratif mampu meningkatkan prestasi siswa. Serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan minat, kemampuan, sikap dan kebutuhan siswa.

Pendapat-pendapat tersebut memberikan gambaran bahwasanya pembelajaran dengan menggunakan tematik integratif memberikan

52

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir serta sikap siswa. Lebih lanjut, melalui tematik integratif itu artinya dalam pembelajaran menggunakan tema untuk menyajikan materi. Tema-tema yang telah disusun akan dijabarkan lebih detail kedalam kompetensi inti.

Kompetensi inti yang digunakan terdapat empat ranah yaitu afektif (KI 1 dan KI 2), kognitif (KI 3), dan psikomotorik (KI 4).

Kompetensi inti kemudian dijabarkan dalam kompetensi dasar dan indikator atau tujuan tercapainya sebuah proses pembelajaran. Sehingga terdapat keterkaitan dari tema, kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator yang akan dihubungkan melalui jaring-jaring tema. Hal ini sesuai dengan pendapat Khan (2015: 67) yang menyatakan sebagai berikut.

A thematic unit is the organization of a curriculum around a central theme. In order words it’s a series of lesson that integrate subjects across the curriculum such as math, reading, language arts, social studies, science tc., that all tie into the main theme of the unit. Each activity should have a main focus toward the thematic idea. A thematic unit is much broader than just choosing a topic

Penjelasan diatas selain memberikan gambaran tema sebagai sentral atau inti penggabungan mata pelajaran, juga menjelaskan bahwa tema yang dibuat memiliki fokus atau ide tematik. Selain itu unit tema jangkauan topiknya jauh lebih luas. Penggunaan tema dimaksudkan agar siswa lebih mudah memahami sebuah konsep.

Berdasarkan beberapa pendapat, dapat ditarik kesimpulan secara umum mengenai tematik integratif yaitu pendekatan yang digunakan untuk menggabungkan beberapa unit, materi atau topik pembelajaran kedalam sebuah tema. Tema yang digunakan sebagai pusat atau fokus ide

53

tematik, yang diharapkan mampu mengembangkan dan menyeimbangkan minat, sikap, pengetahuan siswa dengan kebutuhan dan pengalaman secara nyata.

Pembelajaran tematik integratif memiliki beberapa karakteristik yang khas, menurut Kemendikbud (2013, 193-194) menjelaskan sebagai berikut.

1) Pembelajaran berpusat kepada siswa

2) Memberikan pengalaman langsung dan bermakna pada siswa 3) Masing-masing mata pelajaran tidak terpisah-pisah (menyatu

dalam satu pemahaman dengan tema)

4) Dalam pembelajaran menyajikan konsep dan kompetensi dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran

5) Bersifat fleksibel (keterpaduan berbagai mata pelajaran)

6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

7) Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan scientific Pendapat lain mengenai karakteristik tematik integratif yang sesuai dengan penjabaran Kemendikbud yaitu dari Majid (2014: 89-90) menjelaskan bahwa karakteristik pembelajaran tematik yakni (1) berpusat pada siswa, (2) memberikan pengalaman langsung, (3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (5) bersifat fleksibel, dan (6) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran tematik integratif yaitu berpusat kepada siswa yang hasil pembelajaran mampu mengembangkan minat dan sesuai kebutuhan siswa.

Mempunyai keterikatan antar mata pelajarn yang tidak terdapat batasan, sehingga memberikan pengalaman belajar sambil bermain. Memiliki hubungan antara kompetensi yang satu dengan yang lain dan

54

pemisahannya tidak terlihat dengan jelas. Muatan konsep dalam pembelajaran tematik integratif fleksibel.

Selain karateristik, tematik integratif juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang disampaikan oleh Bennet (2010: 18) yaitu

an integrated curriculum can have real world applicability, thus allowing for transfer of knowledge. It can facilitate the development of content mastery and positively impact student learning.” Pendapat tersebut menjelaskan bahwa penggunaan kurikulum terpadu dapat mengaitkan transfer pengetahuan dan penerapan dengan dunia nyata sehingga mempermudah siswa dalam memahami konten atau materi, Serta berdampak positif dalam pembelajaran.

Pendapat menurut Majid (2014: 92) menyatakan kelebihan pembelajaran tematik integratif diantaranya sebagai berikut.

1) Pengalaman dan kegiatan belajar siswa akan selalu relevan dengan tingkat perkembangannya.

2) Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa.

3) Kegiatan belajar lebih bermakna dan hasil belajar dapat bertahan lama.

4) Pembelajaran tematik dapat menumbuhkan keterampilan berpikir dan sosial siswa.

5) Pembelajaran tematik menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis.

6) Dapat meningkatkan kerja sama antar guru pada bidang kajian terkait.

Kelebihan tematik integratif juga disampaikan oleh John (2015:

172) menjelaskan bahwa “integrated thematic curriculum signifies a shift in teaching and learning. The shift occurs when students will not exclusively experience subjects as discrete and separated, but rather within themes, placed in context and logically organized and linked to

55

real life situations”. Hal ini berarti, bahwa tematik integratif memiliki kelebihan dalam proses pembelajaran. Kelebihannya yaitu dalam pembelajarannya menggunakan tema yang terkait dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, kemudian adanya penggabungan antar pelajaran dan mengemasnya dalam sebuah tema sehingga dapat memudahkan siswa dan pembelajaran lebih bermakna.

Pembelajaran tematik integratif berdampak posititf terhadap pembelajaran siswa serta mempermudah pengembangan penguasaan materi pembelajaran, hal ini disebabkan pembelajaran tematik integratif memungkinkan terjadinya transfer pengetahuan dengan menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Fogarty (2009, 93-94) bahwa keuntungan pembelajaran tematik integratif yaitu memudahkan siswa dalam memahami berbagai mata pelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli terkait dengan kelebihan tematik integratif yang telah diuraikan, terdapat beberapa kelebihan.

Kelebihan tematik integratif dapat disimpulkan bahwa bahwa penggunaan pembelajaran tematik integratif untuk lebih mengaktifkan siswa dan tidak lagi berpusat kepada guru. Selain itu pembelajaran yang didapat sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa. Sehingga memudahkan siswa dalam menguasai metri pembelajaran, serta mampu mengembangkan keterampilan yang tidak hanya kognitif, tetapi juga mengembangkan afektif dan psikomotor.

56

Selain kelebihan, pembelajaran tematik integratif juga terdapat kekurangannya. Kekurangan pembelajaran tematik integratif menurut Fogarty (2009: 94) yaitu “this is sophisticated model that is difficult to implement fully”. Kekurangan yang disampaikan oleh Fogarty terdapat dalam implementasi pembelajaran temtik integratif. Sehingga perlu pemahaman bagi guru mengenai pembelajaran tematik integratif. Selain pemahaman, guru juga harus mempu terbiasa dengan tematik integratif yang memiliki karakteristik berpusat kepada siswa.

Sehingga guru hendaknya memiliki wawasan dan mind set dari berpusat pada guru menjadi berpusat kepada siswa.

Kekurangan yang terdapat dalam pembelajaran tematik integratif, tentu dapat diminimalkan melalui peningkatan kompetensi guru. Serta pelatihan-pelatihan yang dilakukan terkait penggunaan pembelajaran tematik integratif. Guru juga harus mampu berinovasi dalam proses pembelajaran sehingga tujuan dapat tercapai dan berkembang secara optimal.

Selain itu, guru juga dapat menggunakan media pembelajaran yang mampu mendukung pembelajaran dalam pembelajaran tematik integratif. Media convertible book berbasis scientific approach disusun dan dirancang sesuai dengan karakteristik siswa dan diharapkan mampu membantu guru dan siswa dalam pembelajaran.

Tema yang dipilih adalah tema “Kayanya Negeriku” dengan subtema

“Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia” dengan menyatukan dan

57

memadukan mata pelajaran IPA, IPS, PPKn, Bahasa Indonesia dan Bahasa Indonesia.

Dalam dokumen Menjelaskan Jenis Picture Books (Halaman 31-42)

Dokumen terkait