Menuju Kota Berorientasi Pejalan Kaki
oleh Koalisi Pejalan Kaki (Kopeka)
sebuah koalisi untuk
a pedestrian coalition for
• inklusivitas sosial
inklusi pejalan kaki sebagai pelaku lalu lintas, dengan inklusivitas keragaman kalangan
yang menggunakan fasilitasnya
• kota berkelanjutan
ekosistem berjalan kaki (& bersepeda dan bertransportasi publik) sebagai
mobilitas perkotaan merupakan bagian dari tujuan kota berkelanjutan
• kesadaran lingkungan
pilihan dan budaya berjalan kaki memiliki dampak signifikan dalam mengurangi polusi udara
dan emisi karbon
sejak 25 Juni 2011
keselamatan jalan
ketertiban lalu lintas
#TrotoarUntukPejalanKaki
#TrotoarBukanTempatParkir
#ZebraCrossUntukPenyeberangJalan
#RoadSafety
#SelamatkanPejalanKaki
inklusivitas
diskursus disabilitas di ruang publik (termasuk trotoar), trotoar untuk semua kalangan
(usia, kemampuan),
#WujudkanKotaInklusif
krisis lingkungan
hidup
perubahan iklim
polusi
udara
perkotaan
berkelanjutan
transportasi
ruang
publik
(Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GMBH (GIZ), 2019,
based on Colville-Anderson, 2018)
Fasilitas pejalan kaki sebagai…
• hak dasar mobilitas
• ruang publik dan akses penghubung
• first mile & last mile dari perjalanan transportasi publik
pengakuan keberadaan pejalan kaki sebagai pelaku mobilitas
yang menghubungkan tempat- tempat publik, maupun jadi ruang publik itu sendiri
penunjang fasilitas atau
infrastruktur transportasi publik
sehingga sampai pada prinsip, setiap ruas jalan sepatutnya mempertimbangkan keberadaan pejalan kaki (kecuali bebas hambatan seperti tol)
sehingga keberadaan fasilitas pejalan kaki hendaknya menghubungkan, bukan menutup akses; juga ‘aksesibel’ dan ‘publik’ berarti ‘inklusif’
sehingga pembangunan/pengembangan fasilitas pejalan kaki dapat berbasis fasilitas transpub di areanya, dan bersifat menunjang kualitas dan mobilitas transpub
Identitas peradaban kota
Trotoar 101
• aman
• nyaman
• langsung
• menerus
• inklusif
trotoar harus walkable!
diterjemahkan dalam prinsip-prinsip berikut:
Mempertimbangkan kebutuhan semua kalangan (gender, usia, kemampuan, kelas)
menarik minat berjalan kaki, memberikan
dampak rasa (nyaman)
berangkat dari pemahaman ‘orang tidak hanya berjalan di satu ruas jalan’, maka trotoar harus menerus dengan trotoar selanjutnya, dan fasilitas penyeberangan
menjamin keselamatan dan keamanan pejalan kaki, menghindarkan dari
konflik (dengan kendaraan bermotor)
memberikan akses paling mudah dan dekat bagi pejalan kaki
lebar minimal trotoar: 1,85 m
(berdasarkan 07/P/BM/2023 Pedoman Perencanaan Teknis Fasilitas Pejalan Kaki)
area penyeberangan menjadi tuntutan kompromi kepada kendaraan bermotor untuk memberikan hak
temporal bagi pejalan kaki (penyeberang jalan);
faktanya pejalan kaki lebih rentan dalam konteks ini
dan jalan raya untuk kendaraan,
jika trotoar jelas untuk pejalan kaki,
lalu ada area penyeberangan..
Mengutamakan pejalan kaki
dibanding kendaraan bermotor…
• melihat/mempertimbangkan pergerakan pejalan kaki ketika merencanakan manajemen jalan
• road diet → diet ruang untuk kendaraan bermotor, perluasan ruang untuk pejalan kaki
• memudahkan akses pejalan kaki (prinsip langsung),
menyulitkan/memutarkan pergerakan kendaraan bermotor
• pedestrianisasi ruas jalan yang potensial
Rencana Induk
Fasilitas Pejalan Kaki
Kopeka beberapa tahun ini telah menarasikan perlunya…
sebuah dokumen rencana pembangunan dan pengembangan fasilitas pejalan kaki
dalam jangka panjang.
Telah tahun ketiga Kopeka
menyelenggarakan Survei Publik Rapor Trotoar tahunan, sebagai bahan evaluasi dan titik berangkat kota/kabupaten dalam
pengembangan fasilitas pejalan kaki;
Wujudkan Kota yang
Ramah dan Berorientasi
Pejalan Kaki