Copyright @2022, Kiryoku: Jurnal Studi Kejepangan, e-ISSN:2581-0960p-ISSN: 2599-0497 85
Penggunaan Metode dan Teknik Penerjemahan Pada Lirik Lagu
“Mungkin Nanti” Karya Ariel NOAH ke dalam Bahasa Jepang Oleh Hiroaki Kato
Rosdiana1, Ana Natalia2
1.2Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Jakarta Jl. Tanah Merdeka No.20, RT.11/RW.2, Rambutan, Kec. Ciracas, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13830
[email protected]1,[email protected]2
Abstract
This research is entitled "Analysis of Translation Methods and Techniques on the Song Lyrics of "Mungkin Nanti" by Ariel NOAH into Japanese by Hiroaki Kato". This study aims to find out the use of translation methods and translation techniques applied to the lyrics of Ariel NOAH's song " Mungkin Nanti" which was translate into Japanese by Hiroaki Kato. The theory used in this translation method is Newmark, and the translation technique used is the theory of Molina and Albir. This research methodology uses descriptive analysis with a qualitative approach, in other words, that is to describe or describe the data that has been obtained. This study uses data analysis techniques using the agih method and the direct element technique (BUL). Based on the results of the analysis can be obtained 18 data translation methods and techniques. According to the 8 translation methods proposed by Newmark, there are 4 uses of translation methods in the lyrics of the song " Mungkin Nanti",1 data literal translation, 2 data Semantic translations, 5 data free translations, and 10 data Communicative translations, and then the data were analysis to determine the translation technique from Molina and Albir, there were 4 translation techniques used, 2 data common equivalents, 4 data modulations, 6 data reductions, and 6 data transpositions.
Keywords: Lirik Lagu; Metode Penerjemahan; Teknik Penerjemahan
1. Pendahuluan
Penerjemahan adalah proses memindahkan bahasa yang satu ke bahasa yang lainnya.
Newmark (1981:7), berpendapat bahwa terjemahan merupakan sebuah usaha untuk mengubah pesan pada bahasa sumber (BSu) menggunakan pesan atau pernyataan yang sepadan pada bahasa sasaran (BSa). Dalam bukunya Catford beropini bahwa penerjemahan merupakan tindakan untuk mengubah materi tekstual bahasa sumber ke dalam materi tekstual pada bahasa target (BSa). Terjemahan pula artinya usaha untuk membentuk kembali pesan dengan sealamiah mungkin. Salah satunya ialah dengan lirik lagu, dalam lirik lagu seseorang dapat mencurahkan isi perasaannya, memberikan gagasan pikiran yang ingin disampaikan serta kata-kata
yang diinginkan secara konkret, sehingga lirik lagu menjadi salah satu cara untuk sebuah musisi menciptakan karyanya. Saat sekarang ini lirik lagu yang telah di terjemahkan ke dalam bahasa asing sangatlah banyak diantaranya ialah bahasa Indonesia ke dalam terjemahan bahasa Jepang.
Hiroaki Kato, ia adalah musisi keturunan Jepang yang senang menyanyikan lagu-lagu Indonesia. Pria yang lahir di Tokyo, 9 Maret 1983 ini telah berkarir sejak tahun 2005 pada dunia musik.
Hiro, sapaannya, hiro mengakui bahwa tertarik dengan belajar bahasa Indonesia karena jatuh cinta pada karya-karya sastrawan Indonesia. Hiro mendalami semua tentang Indonesia dimulai ketika ia mempelajari sastra, pria asal Jepang itu pun pernah menjadi mahasiswa pada
Copyright @2022, Kiryoku: Jurnal Studi Kejepangan, e-ISSN:2581-0960p-ISSN: 2599-0497 86 Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta
dalam program pertukaran pelajar. Pada karir musiknya, Hiro tak jarang membuat rekaman video lagu-lagu asal band penyanyi Indonesia yang memang sudah terkenal dan tak diragukan lagi dalam album-album musiknya, lirik lagu-lagunya itu ia ubah menjadi terjemahan bahasa Jepang. Salah satu contoh terjemahan lirik lagu yang telah diubahnya oleh Hiroaki Kato yaitu pada lagu “Mungkin Nanti”
karya grup band Ariel NOAH. Lagu ini sebelumnya sudah pernah diterjemahkan pada tahun 2013 oleh Naoko Kunimoto salah satu fans fanatik Ariel, namun terjemahan lirik lagu tersebut rupanya belum mencapai titik kepuasan oleh pendengar sehingga dapat disempurnakan lagi pada tahun 2019 oleh Hiroaki Kato.
Ariel ialah penyanyi kelahiran Pangkalan Brandan, Langkat Sumatera Utara. Namanya mulai dikenal setelah pemilik nama lengkap Nazril ilham merilis album pertamanya yang bertajuk "Kisah 2002 Malam” di tahun 2002 lalu bersama grup band lamanya yaitu Peterpan.
Beberapa tahun lalu, tepatnya di tahun 2004 kembali mengeluarkan album keduanya yang bertajuk “Mungkin Nanti”. Grup musik yang dipimpin oleh Ariel ini berganti nama menjadi NOAH setelah melalui proses lika-liku pada grup musiknya.
Personil band yang sedang naik daun dan telah berhasil memukai hati para penikmat musik Indonesia menggunakan suara emasnya ini kembali mengeluarkan album kedua dari NOAH yang sekaligus menjadi sebuah penghargaan dalam albumnya Peterpan, pada tahun 2019 inilah NOAH merilis lagunya tersebut menggunakan lirik yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang menjadi “Moshimo Mata Itsuka”.
Kegiatan menerjemahkan ialah kegiatan yang dapat mentransfer makna yang terkandung dalam bahasa sumber (BSu) pada bahasa sasaran (BSa) dan dapat mengembalikannya ke dalam bentuk yang sesuai dengan aturan yang berlaku pada bahasa sasaran (BSa). Sedangkan
berdasarkan Larson (1984:3) mengungkapkan bahwa menerjemahkan adalah mengganti suatu bentuk menjadi bentuk lain. Sebagai salah satu contoh lagu terjemahan yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang yaitu diambil dari grup band “RAN- Dekat di Hati(心はす ぐそばに)dengan bait pertama yaitu 僕は こ こで君 はむか. Secara harfiah berarti
“saya disini bersama kamu menuju” untuk menyesuaikan irama lagu tersebut, kata“ 向 かう” yang berarti“menuju” kata kerja untuk menyatakan arti suatu tindakan atau mengambarkan keberadaan, diubah sebagai istilah yang memiliki makna yang sama, yaitu “kesana”. Sehingga dalam teks sumber (Tsu) versi bahasa Indonesia menjadi “aku disini dan kau disana”.
Metode pada penerjemahan yaitu sebuah rencana atau cara sistematis untuk melakukan penerjemahan sehingga dapat menyesuaikan teks dalam bahasa target.
Menjadi seorang penerjemah diharuskan mempunyai metode yang sejelas mungkin dalam melakukan terjemahan teks bahasa sasaran agar tidak terjadi kekeliruan makna.
Misalnya ketika menerjemahkan teks untuk anak-anak, seorang penerjemah telah merencanakan kata-kata yang mudah dipahami oleh anak-anak atau dapat menghilangkan kata-kata sulit yang tidak dipahami oleh kosakata anak, dan mungkin menyebabkan kesulitan bagi pembaca teks.
Maka dengan begitu metode penerjemahan sangatlah penting untuk melakukan terjemahan yang baik guna dalam memudahkan dan mencapai tujuan yang dikehendaki.
Teknik penerjemahan merupakan prosedur dalam menerjemahkan, jika teknik dapat menentukan bentuk serta struktur dalam satuan linguistik maka dapat membantu pemecahan kesalahan dalam masalah bahasa target untuk memilih padanan yang paling tepat atau mengevaluasi dalam penggunaan teknik penerjemahan yang berupa kata, klausa, frasa serta kalimat dalam terjemahannya.
Copyright @2022, Kiryoku: Jurnal Studi Kejepangan, e-ISSN:2581-0960p-ISSN: 2599-0497 87 Singkatnya, dengan menguasai teknik
penerjemahan, seseorang penerjemah dapat mengetahui bagaimana bahasa kreativitas yang dapat dilakukan pada penerjemahan dengan fungsi serta dinamikanya, dan pemanfaatan kreativitas ini untuk membuat terjemahan yang baik dan estetis. Molina and Albir (2002) memiliki lima ciri khas dalam teknik terjemahannya yaitu: Dampak yang akan terjadi dalam terjemahan, Dampak pada unit mikro aslinya, Diklasifikasikan berdasarkan perbandingan dengan teks aslinya, Berdasar pada diskursif serta kontekstualitas, dan Fungsional.
Berdasarkan informasi dari hasil penelitian sebelumnya yang pernah diteliti adalah pada tahun 2018 dengan judul penelitian “Analisis makna terjemahan dalam lagu kutsu” dengan menggunakan teori penerjemahan, penelitian ini membahas tentang makna yang diidentifikasikan melalui lirik pada lagu.
Hal serupa dalam penelitian ini adalah penelitian yang berjudul “Penerjemahan lagu its my life” pada tahun 2019 yang membahas ideologi dalam menggunakan teknik penerjemahan sebuah lirik lagu.
Selanjutnya penelitian yang juga membahas mengenai terjemahan adalah penelitian pada tahun 2021 mengenai
“Teknik penerjemahan pada abstrak jurnal”
penelitian ini membahas gambaran umum sebuah tulisan jurnal ilmiah pada abstrak apabila menerjemahkan artinya harus mempertimbangkan faktor-faktor yang ada agar mendapatkan hasil terjemahan yang serupa. Selanjutnya penelitian sebelumnya yang juga sama mengenai terjemahan yaitu
“Analisis gaya bahasa dalam album andmesh” tujuan penelitian ini merupakan untuk mendeskripsikan makna dalam lagu cinta luar biasa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Pembaruan dalam kajian ini adalah penerjemahan pada lirik lagu “Mungkin Nanti” dengan metode penerjemahan dan teknik penerjemahan yang digunakan oleh seniman Hiroaki Kato sebagai objek
penelitian dalam menerjemahkan lirik lagu bahasa Indonesia ke bahasa Jepang. Maka dari itu alasan penulis memilih penelitian ini karena penulis sangat tertarik melakukan penelitian yang digunakan oleh Hiroaki Kato dalam menerjemahkan lirik lagu.
Selain itu pula, setelah peneliti mempelajari tentang teknik dan metode penerjemahan dalam mata kuliah Honyakuron (翻訳論) dan Tsuyaku (津役) peneliti masih merasa sedikit mengalami kesulitan dalam memahami terjemahan sehingga dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat memahami lagi tentang teknik dan metode penerjemahan. Karena menurut penulis, untuk menerjemahkan suatu teks dari bahasa tertentu, tidak hanya mengandalkan dengan bantuan teknologi seperti google translate saja, tetapi kita terlebih dahulu harus mengenal bagaimana metode dan teknik dalam penerjemahan, dan peneliti juga ingin memperkaya pengetahuan linguistik khususnya dalam penerjemahan.
Oleh karena itu, berdasarkan alasan pada latar belakang yang sudah dijelaskan, maka masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1) Penggunaan metode apa saja yang diterapkan dalam terjemahan lirik lagu
“Mungkin Nanti”
2) Penggunaan teknik apa saja yang diterapkan dalam terjemahan lirik lagu
“Mungkin Nanti”
Setelah mengetahui permasalahan dalam penelitian ini, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan metode penerjemahan dan teknik penerjemahan dalam menerjemahkan lirik lagu “Mungkin Nanti” karya Ariel NOAH ke dalam bahasa Jepang.
2. Metodologi Penelitian
Penelitian ini peneliti menggunakan studi kepustakaan yang dimana menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dikarenakan penelitian ini bersifat kajian teoritis yang berarti tidak
Copyright @2022, Kiryoku: Jurnal Studi Kejepangan, e-ISSN:2581-0960p-ISSN: 2599-0497 88 berupa angka-angka, maka pengumpulan
data dalam penelitian ini dari referensi terhadap jurnal, internet, youtube, buku, catatan serta kajian ilmiah lain yang juga berkaitan mengenai metode dan teknik terjemahan.
Metode dan teknik dalam penelitian ini menggunakan metode simak dan teknik catat. Sudaryanto (2015:203), menjelaskan bahwa penelitian bahasa lebih cenderung menggunakan metode simak dalam penelitiannya, dengan cara menyimak pada objek penggunaan bahasa yang akan dipelajari.
Alasan penulis mengambil sumber data dari lirik lagu dengan judul “Mungkin Nanti” karya Ariel NOAH adalah lirik lagu tersebut menggunakan bahasa yang lugas sehingga dalam hasil terjemahannya pun tidak begitu sulit untuk di mengerti.
3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Pada penelitian ini peneliti menemukan sebanyak 18 data yang terdapat pada lirik lagu “Mungkin Nanti”. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan telah dijelaskan maka peneliti menemukan bahwa dari 8 metode penerjemahan yang telah dikemukakan oleh Newmark digunakan sebanyak 4 metode penerjemahan, kemudian peneliti juga menemukan hasil dari 18 teknik penerjemahan menurut Molina and Albir digunakan sebanyak 4 teknik penerjemahan.
Adapun hasil temuan dari 18 data dari metode dan teknik dalam penerjemahan yang digunakan pada lirik lagu “Mungkin Nanti” sebagai berikut:
3.1 Metode dan Teknik Penerjemahan 3.1.1. Free translation dan Modulasi
Data 1
TSu : Saatnya ku berkata TSa : 話して おきたいんだ
Hanashite – okitai – nda
Berbicara – aku ingin bangun – part
Analisis :
Penggunaan metode penerjemahan pada data 1 adalah free translation (terjemahan bebas). Menurut Newmark (1988:46) free translation ialah
“Penerjemahan ini lebih mengutamakan isi pesan yang terkandung dalam TSa, daripada bentuk teks bahasa sumber (BSu).
Pada dasarnya terjemahan jenis ini merupakan parafrase yang lebih panjang dari aslinya, dengan tujuan seperti itu dapat memperjelas isi atau arti yang ingin disampaikan kepada pengguna target (BSa).
Inilah yang kadangkala menjadi penyebab dalam terjemahan menjadi tidak beraturan hingga terdengar aneh, sehingga dalam hasil terjemahannya seperti bukan asli terjemahan, dan dalam penerjemahan bebas tidak melakukan penyesuaian budaya”.
Pada penggunaan metode ini dikarenakan penerjemah menekankan pada pengalihan pesan “saatnya ku berkata” yang diterjemahkan menjadi “hanashite okitainda”. Kata “okitain” yang dapat di artikan secara harfiah dengan “aku ingin bangun” dimaksudkan untuk menegaskan rasa keinginannya dengan menyampaikan apa yang ingin dibicarakan, dan penambahan partikel “da” dapat digunakan untuk menunjukan suatu tindakan dan suasana hati imperatif dari suatu kata kerja yang menunjukkan bentuk lampau.
Penambahan partikel tersebut tidak merusak atau merubah nuansa teks sumber (TSu), melainkan salah satu untuk penyesuain teks sasaran (TSa) dengan irama lagu aslinya. Sebagaimana pengertian dari free translation (terjemahan bebas) yang merupakan terjemahan yang berfokus pada pengalihan dan penyampainnya dalam teks sasaran sesuai dengan keperluan pendengar lagu “Mungkin Nanti”.
Teknik yang digunakan pada data 1 adalah modulasi. Menurut Molina and Albir (2002:510) berpendapat bahwa
“Untuk mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya teks sumber, teknik ini dapat direalisasikan
Copyright @2022, Kiryoku: Jurnal Studi Kejepangan, e-ISSN:2581-0960p-ISSN: 2599-0497 89 berupa leksikal atau struktural”. Maka
dapat dilihat dari data 1 kata “okitai” jika diterjemahkan secara harfiah akan menghasilkan terjemahan yang tak biasa atau terdengar aneh, seperti “aku ingin bangun”, dan kata “nda” sebagai penegasan kata di akhir kalimat. Dengan alasan demikian, penerjemah mengubah sudut pandangnya dalam terjemahan menjadi
“saatnya”, penerjemahan tersebut dikarenakan ungkapan yang menyatakan makna khusus. Penerjemah memberikan perbedaan pada cakupan maknanya secara semantik, akan tetapi dalam memberikan pesan atau maksud isinya dalam konteks yang sama.
Sa-at-nya ku ber-ka-ta Ha-na-shi-te o-ki-tai-n-da
3.1.2 Communicative translation dan Transposisi
Data 2
TSu : Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi
TSa : 君は変わってしまったんだろ う
Kimi – wa – kawatte – shimattan – darou
Kamu – part – berubah – saya selesai – kemungkinan
Analisis :
Metode penerjemahan yang digunakan pada data 2 adalah commucative translation (terjemahan komunikatif) Menurut Newmark (1988:47) berpendapat bahwa “Penerjemahan komunikatif merupakan upaya untuk menerjemahkan makna yang dilihat dalam kalimatnya yaitu Bsu, baik dari segi isinya, makna yang tersampaikan sehingga hasil yang diterjemahkan dapat dipahami oleh pembaca sasaran dan dapat diterima.
Penerjemahan ini tidak dilakukan dengan terjemahan secara bebas melainkan dilakukan terjemahan yang mementingkan
isi pesan yang disampaikannya”. Pada data 2 penggunaan kata “bukan yang dulu lagi”
dalam TSa menjadi “kawatte” dikarenakan memiliki arti makna waktu yang tidak bisa kembali maka kata kawatte dapat digunakan dalam teks sasaran lagu mungkin nanti. Kemudian untuk kata “mungkin saja”
dalam TSa menjadi “shimattan darou”
secara harfiah dapat diterjemahkan
“menjadi aku ingin tahu apakah itu hilang”, sedangkan dalam TSu yaitu “mungkin saja”. Terlihat dalam makna kata
‘shimattan darou’ yang berarti mengungkapkan kalimat yang menyatakan suatu hal yang dilakukan sampai selesai, memiliki makna arti yang sama dengan BSu yaitu ‘bukan yang dulu lagi’, terlihat dalam terjemahan ini penerjemah ingin mementingkan isi pesan yang ingin disampaikan, sehingga konteks maknanya dan bahasanya dapat diterima dan dipahami secara jelas tanpa harus secara bebas dalam menerjemahkannya.
Teknik yang digunakan pada data 2 adalah transposisi. Menurut Molina and Albir (2002:511) berpendapat bahwa
“Teknik penerjemahan transposisi adalah teknik dimana penerjemah melakukan perubahan dalam kategori gramatikal pada bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa). Misalnya mengubah kata teks sasaran menjadi sebuah frasa dari adanya perbedaan antara tata bahasa sumber dengan tata bahasa sasaran.
Struktur menerangkan dalam TSu pada data 2 yaitu “kau”, dan struktur diterangkannya yaitu “bukan yang dulu lagi”. Sedangkan kalimat dalam TSa memiliki unsur diterangkan-menerangkan. Struktur diterangkan dalam TSa yaitu “kimi wa” dan struktur yang menerangkan yaitu
“kawatte”. Sehingga perbedaan struktur inilah yang menjadi penyebab penggunaan teknik penerjemahan transposisi pada data 2, yang juga menyebabkan perbedaan struktur antar dua bahasa yakni yang terlibat pada terjemahan sehingga teknik
Copyright @2022, Kiryoku: Jurnal Studi Kejepangan, e-ISSN:2581-0960p-ISSN: 2599-0497 90 penggunaan dalam terjemahan ini adalah
transposisi kategori struktural.
Mu-ng-kin sa-ja kau bu-kan ya-ng du-lu la- gi
Ki-mi wa ka-wa-tte shi-ma-ttan da-rou 3.1.3 Semantic dan Reduksi
Data 3
TSu : Dan mungkin bila nanti
TSa : もしもまたいつか
Moshimo – mata – itsuka Jika – nanti – kapan Analisis :
Metode penerjemahan yang digunakan pada data 3 adalah semantik.
Menurut Newmark (1988:46)
“Penerjemahan semantik merupakan terjemahan yang berusaha mentransfer makna isi pesan dalam kontekstual ke bahasa sasaran (BSa) yang sedemikian rupa mirip dengan bahasa sumber (BSu) serta memperhitungkan nilai tinggi dalam estetika keindahan dari teks bahasa sumber dan kealamian dari isi teks tersebut.
Sehingga dapat menyesuaikan isi pesan yang disampaikan serta tidak terjadi asonansi atau permainan kata bahkan pengulangan kata”. Dapat dilihat pada data 3 kata dalam BSu adalah “Dan mungkin bila nanti” dalam BSa menjadi “moshimo mata itsuka”, bila dilihat kata moshimo memiliki komponen makna dengan keindahan kata untuk menghubungkan pada konteks BSu. Lalu kata “dan” dalam BSu tidak diterjemahkan dikarenakan dalam terjemahan BSa berusaha memuat nilai estetika keindahan dan kealamian bunyi dari TSu, sehingga struktur sintaksis dan semantik dapat terlihat dengan penekanan pesan pada TSu dan pesan tersebut dapat tersampaikan dalam TSa, dapat dilihat pula bahwa pada kalimat TSa tidak terjadi adanya permainan kata-kata ataupun pengulangan kata-kata.
Teknik penerjemahan yang digunakan pada data 3 adalah reduksi.
Menurut Molina and Albir (2002:510) berpendapat bahwa “Teknik reduksi merupakan teknik terjemahan yang tidak menerjemahkan teks sumber ke teks sasaran”, dalam artian teknik ini ialah penghilangan atau pengurangan dalam menerjemahkan kata atau istilah.
Penggunaan teknik ini terbilang cukup efektif untuk digunakan dikarenakan penyerapan informasi dalam bahasa sasaran untuk isi pesan yang disampaikan terlihat akurat sehingga tampak jelas dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Pada data 3 penerjemahan ini dapat dilihat pada BSu
“Dan mungkin bila nanti” menjadi
“moshimo mata itsuka”, terjemahan TSa tidak menambahkan kata ‘dan’ dikarenakan kata tersebut hanya satuan bahasa partikel yang menghubungkan kalimat yang berada didepan kata. Dan kata ‘bila’ juga tidak diterjemahkan dikarenakan pada TSa terdapat kata ‘mata itsuka’ yang memiliki arti keterangan waktu. Terjemahan ini tidak mengurangi makna apa yang ingin disampaikan justru memberikan pengaruh positif pada kualitas terjemahan.
Dan mung-kin bi-la na-n-ti Mo-shi-mo ma-ta itsu-ka
3.1.4 Literal translation dan Padanan Lazim
Data 4
TSu : Bangun dari mimpi-mimpi mu
TSa : 君が夢からさめたら
Kimi – ga – yume – kara – sametara Kamu – part – mimpi – dari – saat kamu bangun
Analisis :
Metode penerjemahan yang digunakan pada data 4 adalah Literal Translation (Penerjemahan Harfiah).
Menurut Newmark (1988:46) berpendapat bahwa “Teknik harfiah adalah teknik terjemahan yang lurus atau dalam bahasa
Copyright @2022, Kiryoku: Jurnal Studi Kejepangan, e-ISSN:2581-0960p-ISSN: 2599-0497 91 Inggris linier translation”. Penggunaan
sistem teknik ini yaitu terlebih dahulu mencari tata bahasa dari Bsu yang memiliki makna sepadan atau mendekati makna dalam Bsa”. Dapat dilihat pada TSu data 4 tidak memiliki perubahan arti secara kontekstual melainkan melalui kata per kata kalimat. Terlihat pada kata “bangun”
diterjemahkan ke dalam TSa menjadi
“sametara”, kata “dari” diterjemahkan ke dalam TSa menjadi “kara”, kata “mimpi- mimpi” diterjemahkan ke dalam TSa menjadi “yume” dan kata “mu”
diterjemahkan ke dalam TSa menjadi
“kimi”. Maka hasil terjemahan dalam BSa- nya yaitu “kimi ga yume kara sametara”.
Partikel ga berfungsi untuk menunjukan bahwa penegasan suatu subjek kalimat.
Maka penerjemahan kemudian menyesuaikan gramatikal BSa dalam Menyusun kata-katanya (Soemarno, 1983:25). Maka dapat dilihat bahwa ungkapan yang terdapat pada teks sasaran mempunyai hasil yang tidak berbeda, sehingga lagu moshimo mata itsuka ini dapat diterjemahkan secara harfiah dengan menyesuaikan sistem tata bahasa atau gramatikal BSa.
Teknik penerjemahan yang digunakan pada data 4 adalah padanan lazim. Menurut Molina and Albir (2002:510) Teknik padanan lazim merupakan “Teknik familiar dalam mata pembaca”. Dengan pengertian itu adalah bahwa teknik padanan lazim menggunakan kata atau istilah-istilah yang sudah terdengar familiar atau akrab yang sering kita dengar, penggunaan teknik ini menggunakan bahasa sehari-hari sehingga memudahkan bagi pembaca sasaran untuk lebih mengerti makna pesan yang tersampaikan. Berdasarkan pada data 4 dapat dilihat adanya persamaan arti makna ungkapan yang terdapat pada TSu dan TSa.
Dapat dilihat kata “kamu” terjadi perpendekan kata menjadi ‘mu’ dalam TSa dikarenakan agar menyesuaikan dalam irama lagu aslinya dan terjemahan tersebut
lebih terdengar lazim digunakan pada TSa apabila dilihat pada makna kalimat yang ingin disampaikan. Sehingga teknik penerjemahan ini mengusahakan makna isi pesan dengan memberi kesan yang lebih akrab digunakan dalam sehari-hari pada bahasa sasaran.
Ba-ngun da-ri mim-pi mim-pi mu Ki-mi ga yu-me ka-ra sa-me-ta-ra 3.1.5 Communicative translation dan Reduksi
Data 5
TSu : Cerita saat bersama ku TSa : 君と僕らの物語を
Kimi – to – bokura – part – monogatari – part
Kamu – dan – saya – part – cerita – part
Analisis :
Penggunaan metode terjemahan yang digunakan pada data 5 adalah commucative translation (terjemahan komunikatif) Menurut Newmark (1988:47) berpendapat bahwa “Penerjemahan komunikatif merupakan upaya untuk menerjemahkan makna yang dilihat dalam kalimatnya yaitu Bsu, baik dari segi isinya maupun makna yang tersampaikan sehingga hasil yang diterjemahkan dapat dipahami oleh pembaca sasaran dan dapat diterima. Penerjemahan ini tidak dilakukan dengan terjemahan secara bebas melainkan dilakukan terjemahan yang mementingkan isi pesan yang disampaikannya”.
Penggunaan metode ini dikarenakan dalam TSa tidak terdapat perubahan konteks yang ada dalam TSu. Dapat dilihat pada TSu kata
“Bersama ku” dalam TSa menjadi “kimi to bokura no”. Dapat diartikan bahwa kalimat ini mempunyai makna yang sama yaitu memiliki hak atas persetujuan keduanya terhadap suatu objek secara berbarengan atau serentak, dan penambahan partikel no yaitu sebagai penegasan pada kalimat verba yaitu ‘bersama’. Dengan begitu dapat
Copyright @2022, Kiryoku: Jurnal Studi Kejepangan, e-ISSN:2581-0960p-ISSN: 2599-0497 92 terlihat bahwa penerjemahan
mengusahakan untuk memberikan arti yang tepat secara kontekstual dari TSa dengan sedemikian rupa agar pada TSu dan pada TSa dapat diterima dan dipahami oleh pendengar. Selain itu pula penerjemah menambahkan partikel wo pada akhir kalimat tujuannya adalah untuk membantu kata kerja dari kata benda. Sehingga dapat dilihat kalimatnya yaitu menjadi “kimi to bokura no monogatari wo”. Penerjemah juga merupakan salah satu upaya menyesuaikan TSa dengan irama lagu aslinya. Namun hal ini tidak merusak pesan dan nuansa dalam TSu.
Teknik penerjemahan yang digunakan pada data 5 adalah reduksi.
Menurut Molina and Albir (2002:510) penerjemahan reduksi adalah “Teknik reduksi merupakan teknik terjemahan yang tidak menerjemahkan teks sumber ke teks sasaran”, dalam artian teknik ini ialah penghilangan atau pengurangan dalam menerjemahkan kata atau istilah.
Penggunaan teknik ini terbilang cukup efektif untuk digunakan dikarenakan penyerapan informasi dalam bahasa sasaran untuk isi pesan yang disampaikan terlihat akurat sehingga tampak jelas dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Dapat dilihat penerjemah tidak menerjemahkan kata “saat” dikarenakan nomina kata
“monogatari” dalam TSa dan kata “bokura no” sudah menjelaskan isi dari makna kalimat lagu tersebut, terlihat pada kalimat
‘cerita bersama ku’, yang menggambarkan kejadian yang sudah dilewatinya. Sehingga pada kalimat ini penerjemah mengimplisitkan kata ‘saat’. Penerjemah tidak menerjemahkan kalimat ‘saat’ ke dalam Tsa dikarenakan pesan atau informasi yang didapat dalam Tsa sudah tersampaikan dengan baik tanpa menerjemahkannya lagi, sehingga ada atau tidaknya kalimat itu dalam Tsa tidak memiliki pengaruh yang besar pada hasil terjemahannya dalam lagu moshimo mata itsuka.
Ce-ri-ta sa-at ber-sa-ma ku Ki-mi to bo-ku-ra no mo-no-ga-ta-ri wo
3.1.6 Communicative translation dan Transposisi
Data 6
TSu : Semua rasa yang kau beri
TSa : 君がくれたこの愛を
Kimi – ga - kureta – kono – ai – wo Kamu – part – memberi – ini – cinta – part
Analisis :
Metode penerjemahan yang digunakan pada data 6 adalah commucative translation (terjemahan komunikatif) Menurut Newmark (1988:47)
“Penerjemahan komunikatif merupakan upaya untuk menerjemahkan makna yang dilihat dalam kalimatnya yaitu Bsu, baik dari segi isinya maupun makna yang tersampaikan sehingga hasil yang diterjemahkan dapat dipahami oleh pembaca sasaran dan dapat diterima.
Penerjemahan ini tidak dilakukan dengan terjemahan secara bebas melainkan dilakukan terjemahan yang mementingkan isi pesan yang disampaikannya”. Dapat dilihat pada kata “kureta” bermakna dengan menyatakan bahwa sesuatu yang memberikan kepada pembicara atau orang yang hubungannya dekat. Sehingga kata kureta dapat menerangkan kata ai dalam bahasa sasaran.
Penggunaan teknik penerjemahan yang digunakan pada data 6 adalah transposisi. Molina and Albir (2002:511) mengemukakan pendapatnya yaitu “Teknik penerjemahan transposisi adalah teknik dimana penerjemah melakukan perubahan dalam kategori gramatikal pada bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa). Misalnya mengubah kata menjadi sebuah frasa dari adanya perbedaan antara tata bahasa sumber dengan tata bahasa sasaran”. Pada penggunaan terjemahan transposisi ini terjadi pada tataran struktur,
Copyright @2022, Kiryoku: Jurnal Studi Kejepangan, e-ISSN:2581-0960p-ISSN: 2599-0497 93 yaitu memiliki struktur menerangkan-
diterangkan. Struktur menerangkan dalam TSu yaitu “semua rasa”, dan struktur diterangkannya yaitu “yang kau beri”.
Sedangkan TSa pada data 6 memiliki struktur diterangkan-menerangkan.
Struktur diterangkan dalam TSa yaitu “kimi ga kureta” yang artinya “yang kau beri”, dan struktur menerangkannya yaitu “kono ai wo” yang berarti “semua rasa”. Sehingga perbedaan struktur inilah yang menjadi penyebab penggunaan teknik penerjemahan transposisi pada data 6, yang juga menyebabkan perbedaan struktur antar dua bahasa yang berada pada penerjemahan tersebut sehingga menjadikan teknik penerjemahan yang digunakan dalam terjemahan ini adalah transposisi kategori struktural.
Se-mu-a ra-sa ya-ng kau be-ri Ki-mi ga ku-re-ta ko-no ai wo
4. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis data dan berdasarkan pertanyaan yang peneliti lakukan maka hasil penelitian pada lirik lagu “Mungkin Nanti” karya Ariel NOAH terjemahan Hiroaki Kato mengenai metode dan teknik penerjemahan, peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan jumlah data pada lirik lagu “Mungkin Nanti” yang telah diterjemahkan dari bahasa Indoneisa ke dalam bahasa Jepang oleh Hiroaki Kato terdapat sebanyak 18 data yang ditemukan dalam metode dan teknik penerjemahan yang digunakan.
Maka metode penerjemahan yang digunakan dalam hasil penerjemahan ini yang telah dikemukakan oleh Newmark sebanyak 4 data, yaitu Literal Translation (Terjemahan Harfiah) sebanyak 1 data dengan Nomor data 12, Semantic translation (Terjemahan Semantik) sebanyak 2
data dengan Nomor data 7 dan 11, Free translation (Terjemahan Bebas) sebanyak 5 data dengan Nomor data 1,2,3,4, dan 15, dan Communicative translation (Terjemahan Komunikatif) sebanyak 10 data dengan Nomor data 5,6,8,9,13,14,16,17 dan 18 Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap kalimat dalam lirik lagu
“Mungkin Nanti” berbeda-beda.
Dan dalam lagu tersebut tidak menggunakan semua metode penerjemahan
2. Dalam lirik lagu “Mungkin Nanti”
yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang oleh Hiroaki Kato terdapat 4 teknik terjemahan yang digunakan, yaitu Padanan Lazim sebanyak 2 data dengan Nomor data 8 dan 12, Modulasi sebanyak 4 data dengan Nomor data 1,3,4 dan 9, Reduksi sebanyak 6 data dengan Nomor data 7,10,11,14,15 dan 17, dan teknik Transposisi sebanyak 6 data dengan Nomor data 2,5,6,13,16 dan 18. Maka dapat disimpulkan bahwa teknik terjemahan yang telah dikemukakan oleh Molina and Albir tidak semua menggunakan teknik terjemahannya, dan teknik tersebut menggunakan teknik penerjemahan yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, J. (2020). Translation methods and musical devices in the english translation song “teman tapi menikah”(Doctoral dissertation, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta).
Baker, M. (1992). In other words: a course book on translation. London and New York: Roudledge
Catford, J. C (1988). A linguistic theory of translation: An essay in applied
Copyright @2022, Kiryoku: Jurnal Studi Kejepangan, e-ISSN:2581-0960p-ISSN: 2599-0497 94 linguistics. London, England:
Oxford University Press.
Ganong, W. F. (1986). Sanggar bahasa Indonesia: Buku materi pokok:
Syamsudin A.R. Jakarta: Karunika.
http://teknikcakapdantekniksimak.blogspot .com/2016/03/teknik-simak-dan- cakap-metoba.html
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr
=&id=odoUAAAAIAAJ&oi=fnd
&pg=PP11&dq=(Nida+and+Taber ,+1974)&ots=5oh9Jq_ys9&sig=U ud0NWKnEzs9AoC8VECkJl5xg
&redir_esc=y#v=onepage&q=(Nid a%20and%20Taber%2C%201974)
&f=false
https://www.tabloidbintang.com/berita/pol ah/read/59681/hiroaki-kato-pria- jepang-yang-sangat-cinta-indonesia Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus
Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Molina, L.& Albir, A. H. (2002).
Translation techniques revisited: A dynamic and functionalist approach dalam meta: Translator’s Journal.
Nababan, M.,& Nuraeni, A. (2012).
Pengembangan model penelitian kualitatif terjemahan.
Newmark, P. (1981). Approaches to translation. Oxford: Pergamon Press.
Nurhayati, S. (2020). Pelatihan penerjemahan bahasa jepang bagi translator pemula: Varia Humanika.
Pratama, P. S. C., Nie, M. G. N., & Oeinada, I. G. Teknik dan metode penerjemahan kata-kata bijak (meigen no kotoba) dalam komik:
Masashi Kishimoto.
Simanjuntak, M. B., Barus, I. R. G., &
Resmayasari, I. (2021). Analysis of song.
Sugiyono. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: CV Alfabeta.
Tanganku na metmet by using translation techniques into English. In UICELL Conferece Proceding.