• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE ANALISIS PEMETAAN EPIDEMIOLOGI

N/A
N/A
Sis Mkes

Academic year: 2023

Membagikan " METODE ANALISIS PEMETAAN EPIDEMIOLOGI "

Copied!
91
0
0

Teks penuh

Hak cipta dilindungi undang-undang Penerjemahan, fotokopi atau . memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami, terutama pihak-pihak yang telah menyediakan sumber bacaan untuk buku ini. Dimana kedepannya, agar buku ini kedepannya semakin bermanfaat dan kita bisa berkarya lebih baik lagi.

PENDAHULUAN

Secara Evidence Based, John Snow mengunjungi satu persatu rumah pasien/penderita yang meninggal karena kolera kemudian membuat peta sejarah (natural history of the disease) sebaran kasus kolera, yang secara jelas menunjukkan pengelompokan kasus kolera. kolera. kasus di daerah yang berdekatan dengan pompa air di kawasan Broad Street. Ada juga beberapa Puskesmas yang menggunakan peta dasar wilayah Puskesmas secara besar-besaran kemudian menambahkan informasi tertentu pada peta tersebut untuk mengingatkan petugas/petugas kesehatan lainnya mengenai permasalahan kesehatan di wilayahnya. Basis bukti dalam mengkaji permasalahan perencanaan dan kesesuaiannya akan membuat perencanaan dan penganggaran program kesehatan yang ada menjadi lebih efektif, efisien dan mencapai target.

Gambar 1.1 Peta Cholera John Snow
Gambar 1.1 Peta Cholera John Snow

PETA

Bentuk permukaan bumi pada daerah ini merupakan daerah yang landai disertai dengan bentuk permukaan bumi yang bergelombang dan berbukit-bukit. Bentuk permukaan bumi di wilayah ini didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan serta pegunungan rendah. Bentuk dasar laut di wilayah ini didominasi oleh lereng yang relatif landai.

Gambar 2.1  Peta dunia
Gambar 2.1 Peta dunia

PEMETAAN

Visualisasi : Penyajian informasi atau database yang ada dalam bentuk peta, tabel, grafik, dll. Alat GIS dapat mengaitkan sekumpulan elemen atau objek peta (yang diimplementasikan dalam satuan yang disebut layer), sehingga suatu layer dapat dikatakan sebagai representasi peta pada lembar kerja beserta atribut-atributnya yang disimpan dalam tabel-tabel database (atribut). ). Desain basis data akan menentukan efektivitas dan efisiensi proses input, pengelolaan, dan output GIS.

Buffer merupakan suatu analisis spasial yang akan menghasilkan elemen spasial berbentuk poligon sehingga terciptalah peta dengan jarak tertentu dari suatu objek. Elemen-elemen tersebut merupakan area atau penyangga yang jaraknya (ditentukan) dari elemen spasial yang diinput. Multiple Ring Buffer berfungsi untuk membuat lebih dari satu buffer dengan jarak interval tertentu dari suatu objek, misalnya jarak pertama adalah 5.

Buffer tersebut memungkinkan dihasilkannya lapisan spasial baru berbentuk poligon dengan jarak tertentu dari elemen spasial yang menjadi masukan. Skala peta menentukan apakah suatu objek ditampilkan sebagai titik atau poligon (luas/luas). Pada peta berskala besar, ciri-ciri bangunan ditampilkan dalam bentuk poligon/area, sedangkan pada peta skala kecil ditampilkan dalam bentuk ciri titik.

Elemen spasial danau, batas wilayah, dan batas kota merupakan beberapa contoh tipe entitas dunia nyata yang umumnya direpresentasikan sebagai objek dengan geometri poligon.

Gambar 3.1 Contoh overlay
Gambar 3.1 Contoh overlay

ANALISIS EPIDEMIOLOGI

Beberapa Pengertian Analisis dari Para Ahli,

Beberapa Pengertian Epidemiologi Menurut Para Ahli, Banyak tokoh epidemiologi yang mendefinisikan maksud dari

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa analisis adalah kegiatan mengamati sesuatu secara rinci dengan cara menganalisis suatu benda, membedakannya, mengklasifikasikannya menurut kriteria tertentu, kemudian mencari kaitannya dan menjelaskan maknanya. Epidemiologi sebagai ilmu diagnosis kesehatan masyarakat terus berkembang dari pengalaman penanganan penyakit sebagai fenomena massal. Ketika wabah penyakit menular mempengaruhi negara-negara di seluruh dunia, epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang epidemi (wabah).

Dapat kita simpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari permasalahan kehidupan dan kesehatan penduduk di suatu daerah menurut frekuensi, sebaran dan faktornya. Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan tentang pentingnya analisis epidemiologi, yaitu kegiatan pengamatan secara menyeluruh dan komprehensif terhadap permasalahan kehidupan dan kesehatan penduduk di suatu wilayah tertentu ditinjau dari frekuensi, sebaran dan determinannya dengan menganalisis, membedakan. , mengklasifikasikan menurut kriteria dan rasio.

METODE ANALISIS

PEMETAAN EPIDEMIOLOGI

Seperti status kesehatan, yang menganalisis berbagai ukuran status kesehatan termasuk frekuensi kejadian, angka kematian, angka kesakitan, angka kejadian seperti insiden dan prevalensi. Masalah kematian/mortalitas (Case Fatality Rate/CFR, Crude Death Rate/CDR, Maternal Mortality Rate/MMR, Infant Mortality Rate/IMR, Balita Mortality Rate/Akaba, b). Dalam lingkungan hidup dibedakan menjadi situasi kondisi pelayanan kesehatan dan situasi kondisi lingkungan yang berdampak pada bidang pelayanan kesehatan, seperti demografi, regionalisme, iklim dan lain-lain.

Berkenaan dengan lingkungan hidup, seperti situasi kondisi pelayanan kesehatan seperti fasilitas kesehatan dan pelayanan seperti upaya pelayanan kesehatan yang dapat dilihat dari sisi Manusia (dari pelaksana hingga pemegang kebijakan), Uang (seperti anggaran pusat hingga mandiri). ), Metode (peraturan, ketentuan, kebijakan), Material (Peralatan dan perlengkapan seperti ATK dan BHP), Mesin (infrastruktur seperti gedung, ruangan) dan Pasar (promosi). Dalam pelayanan kesehatan analisisnya didasarkan pada pelayanan promotif (pendidikan kesehatan), pelayanan preventif (usaha preventif mengatasi nyeri, keparahan dan kekambuhan), pelayanan kuratif (pelayanan pengobatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yaitu puskesmas, pemerintah daerah asal dan rumah sakit swasta). dan pelayanan swasta yaitu klinik, balai pengobatan dan praktek mandiri, dokter, perawat, bidan dan lain-lain), pelayanan rehabilitatif (upaya pemulihan individu, keluarga). Mengenai lingkungan hidup yang berdampak pada bidang kesehatan, seperti kondisi demografi, aspek kependudukan, aspek perilaku.

Menganalisis aspek kependudukan berdasarkan jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, struktur penduduk, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk, lapangan kerja dan lain-lain. Situasi kondisi perilaku kesehatan, analisis berdasarkan gambaran tingkat pendidikan dan pengetahuan, gambaran perilaku masyarakat terhadap kesehatan (pengetahuan, sikap, persepsi dan tindakan) serta PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) masyarakat dalam pencegahannya. dalam menangani dan mengendalikan permasalahan kesehatan. Kondisi lingkungan hidup, analisis terhadap lingkungan fisik (bangunan rumah, situasi dan kondisi disekitarnya, kepadatan rumah dan kepadatan penduduk), lingkungan hayati (segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang berupa makhluk hidup selain manusia yaitu tumbuhan, hewan, mikro- organisme, dll. risiko terhadap kesehatan), lingkungan sosial (interaksi, mobilisasi, jumlah penduduk, lokasi pertemuan kelompok masyarakat dan lain-lain), lingkungan spiritual (kegiatan keagamaan dan hubungan dekat dengan Sang Pencipta).

Kondisi ideologi suatu daerah (ideologi negara seperti anti NKRI, anti Pancasila; ideologi agama seperti intoleransi, radikalisme, dan terorisme) e.

PEMETAAN EPIDEMIOLOGI MENULAR

Data kasus malaria tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 di Desa Sambutan didasarkan pada pendataan kasus positif malaria dari hasil pemeriksaan malaria di laboratorium Puskesmas Sambutan. Klasifikasi wilayah sebaran kasus malaria berdasarkan RT pada suatu permukiman adalah RT 25, RT 35, RT 36, RT 37 in. Sementara di permukiman tidak beraturan di RT 17 dan RT 18 terdapat beberapa cekungan air persawahan, hutan Samarinda, dan sungai tenang dalam radius 100-500 meter dari pemukiman warga.

Pada permukiman tak beraturan di RT 22 dan RT 23 dekat rawa, luas hutan Samarinda berkisar radius 100–300 meter. Bahkan pada permukiman biasa dan permukiman tak beraturan di RT 6, RT 11, dan RT 19, terdapat beberapa saluran sekat non semen yang secara alami banyak ditumbuhi dan dekat dengan hutan kota dan kawasan hutan Samarinda. Sementara itu, pos patroli, tempat nongkrong, penopang ternak untuk feeding ground (tempat potensial nyamuk mendapatkan makanan) lebih banyak di kawasan pemukiman yang tidak tertata dan pemukiman biasa di RT 25, RT 35, RT 36, RT 37.

Pada permukiman tidak beraturan di RT 17 dan RT 18 terdapat 9 kasus Malaria di lokasi dekat tambak, hutan Samarinda dan sungai tenang dalam radius 100-500 meter. Sedangkan kasus malaria terjadi di pemukiman biasa di RT 15 dan RT 32 sebanyak 11 kasus, dimana lokasi tersebut berada di dekat sungai yang tenang dan kawasan hutan dengan radius 100-300 meter. Pada permukiman tidak teratur di RT 22 dan RT 23 terdapat 12 kasus Malaria yang lokasinya dekat dengan lahan rawa dan kawasan hutan Samarinda dengan radius 100-300 meter.

Pada permukiman biasa dan tidak teratur di RT 6, RT 11, dan RT 19 terdapat 13 kasus penyakit malaria di lokasi yang saluran airnya tersumbat, memiliki vegetasi alami, serta dekat dengan kawasan hutan kota dan hutan Samarinda.

Gambar 6.1 Peta sebaran kasus penyakit Malaria di Kelurahan Sambutan, Kota  Samarinda tahun 2011 hingga 2013
Gambar 6.1 Peta sebaran kasus penyakit Malaria di Kelurahan Sambutan, Kota Samarinda tahun 2011 hingga 2013

METODE ANALISIS PEMETAAN

EPIDEMIOLOGI TIDAK MENULAR

Jika dilihat dari keberadaan kelokan (tikungan) mendatar, sebagian besar wilayah titik rawannya terdapat yaitu 57 titik rawan. Pada wilayah yang titik rawannya teridentifikasi rawan kecelakaan lalu lintas, seluruh wilayah titik rawan tersebut mempunyai kelokan horizontal (tikungan) dengan karakteristik yang berbeda-beda. Pada kawasan titik rawan sumbu Samarinda-Bontang, terdapat kelokan (tikungan) mendatar (tikungan) pada empat titik rawan dengan derajat kelengkungan yang cukup besar.

Kurva vertikal ini berada pada titik rawan kedua dan titik rawan ketiga pada kawasan titik rawan tersebut. Kurva vertikal pada titik rawan sumbu Samarinda-Bontang (titik rawan 1, 2, 3 dan 4) juga terdapat kurva vertikal yang diatasnya terdapat kurva horizontal. Berdasarkan hal tersebut, kurva vertikal pada titik rawan pertama dan keempat lebih rawan terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Wahid Hasyim memiliki tingkat volume arus kendaraan yang lebih tinggi setiap saat dibandingkan dengan kurva horizontal (tikungan) pada kawasan kurva vertikal di kawasan rawan AW.Syahrani dan kawasan rawan Sultan Sulaiman. Syahrani dan Sultan Sulaiman cenderung lebih besar dibandingkan dengan kurva horizontal (tikungan) yang berada di titik rawan kawasan KH. Hal-hal tersebut menimbulkan kurva horizontal (tikungan) yang terdapat pada puncak kurva vertikal pada daerah titik rawan AW.

Syahrani dan kawasan titik rawan Sultan Sulaiman lebih rawan kecelakaan lalu lintas dibandingkan tikungan mendatar (tikungan) di kawasan titik rawan KH. Kelok-kelok horizontal (tikungan) pada kawasan tikungan vertikal di kawasan titik rawan Sultan Sulaiman lebih banyak dibandingkan dengan dua kawasan titik rawan tersebut. Ketika volume lalu lintas tinggi di daerah sensitif yang landai (dengan kurva vertikal), sering terjadi.

Tabel 7.1 Jumlah jalur, keberadaan median jalan, jumlah lengkung vertikal dan horizontal, jumlah simpangan per blackspot setiap jalan di wilayah Kota  Samarinda tahun 2014
Tabel 7.1 Jumlah jalur, keberadaan median jalan, jumlah lengkung vertikal dan horizontal, jumlah simpangan per blackspot setiap jalan di wilayah Kota Samarinda tahun 2014

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Jumariani, Ririn; Siswanto; Risva, 2015, Risiko Epidemiologi Blackspot Pada Kecelakaan Jalan di Wilayah Kota Samarinda, Tersedia di Perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman Samarinda. Pengantar Biostatistika, (http://fk.uns.ac.id/static/materi/pengantar_biosta tistik_Prof_Bhisma_Murti.pdf, diakses 5 Maret 2021. Rosanty, Rozalina; Siswanto; Irfansyah BP, 2015, Analisis surveilans epidemiologi malaria di Tahun 2011 -2013 di wilayah kerja Puskesmas Nyaman Kota Samarinda berdasarkan pemetaan wilayah yang tersedia di perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman Samarinda.

BIOGRAFI PENULIS

Gambar

Gambar 1.1 Peta Cholera John Snow
Gambar  1.2  Pompa  air  di  Broad  Street  London  di  depan  kedai  minum John Snow
Gambar 1.3 Peta daerah endemis penyakit menular di dunia
Gambar 1.4. Peta Lempeng Tektonik Dunia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kondisi tersebut diperlukan upaya untuk mengetahui pemetaan peristiwa kecelakaan berdasarkan umur, factor penyebab, dan jenis hari dimana kecelakaan tersebut

Analisis Penentuan Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas di Jalur Utama Kabupaten Jember (Metode Pencacahan Indikator Kerawanan); Bayu Pramadya Kurniawan Sakti;

Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan perbandingan metode Index Gini, Information Gain, dan Gain Ratio untuk mengetahui tingkat kecelakaan lalu lintas di

Kecelakaan Lalu Lintas pada Pengendara Sepeda Motor Tahun 2007 di Wilayah Jakarta Timur.. Fakultas Kesehatan

Dengan menggunakan metode Association rule tumpukan data kecelakaan lalu lintas yang dimiliki oleh pihak kepolisian akan dicari keterkaitan antara variabel yang akan digunakan pada

faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kecelakaan lalu lintas di Kota Medan.. 1.3

Tegangan yang diakibatkan beban gelombang dapat dilakukan sesuai dengan momen lengkung yang terjadi pada kapal yaitu horizontal dan vertikal.. Formulasi tegangan

Laporan yang menyajikan hasil pemetaan dan analisis metode kerja yang dilakukan untuk perancangan sistem