ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH BERDASARKAN VALUE FOR MONEY PADA PEMERINTAH KOTA BANDUNG 2020-2022
LEMBAR JUDUL SKRIPSI
Ditujukan untuk memenuhi nilai Project UAS mata kuliah Metode Penelitian Bisnis
DISUSUN OLEH :
Shanty Nurrochma Kusuma Putri 63210338 Shintya Nuraliza Kusuma Putri 63210339
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Sarana Informatika
2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT atas jutaan Rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan project akhir Metode Penelitian yaitu “Analisa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Berdasarkan Value for Money Pada Pemerintah Kota Bandung 2020-2022.”
Tujuan dibuatnya penelitian ini untuk memnuhi nilai UAS kami yang diberikan oleh Ibu Bilgah, SE, MM. Kami berharap dengan adanya tugas ini kami dapat lebih memahami secara mendalam tentang Analisa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Berdasarkan Value For Money Pada Pemerintah Kota Bandung 2020-2022.
Selama penulisan penelitian ini, penulis telah banyak menerima bantuan serta dukungan sehingga penulis bisa untuk merampungkan penelitian ini dengan baik. Dengan demikian, penulis ingin mengucapkan beribu rasa terima kasih kepada:
a. Bapak Dr. Ir. Mochmad Wahyudi, M.Kom, MM, M.Pd, IPU, ASEAN Eng, selaku Rektor Universitas Bina Sarana Informatika.
b. Ibu Diah Puspitasari, S.Kom, M.Kom selaku Wakil Rektor 1 Bidang Akademik Universitas Bina Sarana Informatika.
c. Bapak Syamsul Bahri, M.M, M.Kom selaku Ketua Program Studi Akuntansi.
d. Teman-teman di kelas 63.6B.01 yang telah memberi motivasi dan dukungan agar dapat menyelesaikan penelitian ini.
Dalam penelitian yang kami buat ini tentu masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik serta saran untuk memperbaiki penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Depok, 18 Juni 2024
Penulis
DAFTAR ISI ii
LEMBAR JUDUL SKRIPSI...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR TABEL... 5
DAFTAR GAMBAR...6
ABSTRAK...7
ABSTRACT...8
BAB I PENDAHULUAN...9
1.1 Latar Belakang Masalah...9
1.2 Rumusan Masalah... 15
1.3 Tujuan Penelitian...15
1.4 Manfaat Penelitian...15
1.5 Ruang Lingkup Penelitian...16
1.6 Sistematika Penulisan... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...18
2.1 Akuntansi Publik... 18
2.1.1 Pengertian Akuntansi Publik...18
2.1.2 Tujuan Akuntansi Publik...19
2.1.3 Anggaran, Pendapatan dan Belanja daerah...19
2.1.4 Keuangan Daerah... 20
2.1.5 Pengelolaan Keuangan Daerah...22
2.2 Pengukuran Kinerja...23
2.2.1 Pengertian Pengukuran Kinerja...23
2.2.2 Tujuan Pengukuran Kinerja...24
2.2.3 Manfaat Pengukuran Kinerja...26
2.2.4 Indikator Pengukuran Kinerja...27
2.2.5 Kendala dan Tantangan Pengukuran Kinerja...27
2.3 Kinerja Keuangan...28
2.3.1 Pengertian Kinerja Keuangan...28
2.3.2 Tujuan Kinerja Keuangan...28
2.3.3 Manfaat Kinerja Keuangan...29
2.3.4 Pengukuran Kinerja Keuangan...30
2.4 Value for Money... 31
2.4.1 Pengertian Value for Money... 31
2.4.2 Manfaat Implementasi Value for Money...33
2.5 Penelitian Terdahulu...33
2.6 Kerangka Berpikir...36
BAB III METODE PENELITIAN...38
3.1 Jenis Penelitian...38
3.2 Sumber dan Jenis Data...38
3.2.1 Sumber Data...38
3.2.2 Jenis Data... 39
3.3 Pengumpulan Data...39
3.4 Analisis Data...39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...43
4.1 Deskripsi Data... 43
4.1.1 Profil Kota Bandung...43
4.1.2 Analisis Value for Money Terhadap Kinerja Keuangan Pemerimtah Kota Bandung..45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...50
5.1 Kesimpulan...50
DAFTAR PUSTAKA...52
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Laporan APBD Tahun 2020-2022...11
Tabel 1. 2 Laporan RPBD Tahun 2020-2022...12
Tabel 2. 1 Penelitian Relevan... 30
Tabel 3. 1 Presentase Rasio Ekonomis...37
Tabel 3. 2 Presentase Rasio Efisiensi...38
Tabel 3. 3 Presentase Rasio Efektivitas...39
Tabel 4. 1 Tingkat Ekonomis... 43
Tabel 4. 2 Tingkat Efisiensi...45
Tabel 4. 3 Tingkat Efektivitas...46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual...34
ABSTRAK
Value for Money merupakan sebuah upaya untuk mengukur kinerja yang dilakukan oleh pemerintah dengan berlandaskan kepada nilai uang. Karena dirasa hamper mustahil apabila sebuah upaya pengukuran kinerja pemerintah hanya berdasarkan output; sebaliknya, input, output, dan hasil harus dipertimbangkan secara bersamaan. Upaya mengukur kegiatan penyebaran dan cakupan layanan (equity and service coverage) harus ditambahkan untuk beberapa situasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja keuangan Kota Metropolitan Bandung berdasarkan konsep value for money dari tahun 2020 hingga 2022 dengan mempertimbangkan perspektif ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Penggunaan metode penelitian ini adalah Deskriptif Qualitative Analysis Method.
Metode analisis yang digunakan meliputi data keuangan mengenai pendapatan, pengeluaran, dan investasi kota selama periode ini. Kajian ini menggunakan pendekatan evaluative untuk menilai efisiensi pengelolaan keuangan daerah dan dampaknya terhadap perekonomian daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya kinerja yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam bidang keuangan pada kurun waktu tahun 2020-2022 memiliki rata-rata keseluruhan sebesar 86,34%
yang berarti termasuk kedalam kategori ekonomis. Kinerja keuangan Pemerintahan Kota Bandung diukur dengan rasio efisien dari tahun 2020-2022 dengan rata-rata keseluruhan sebesar 97,97%, tetapi pada tahun 2020-2021 saja yang termasuk dalam kategori efisien dan tahun berikutnya 2022 tidak termasuk kedalam klasifikasi efisien. Kinerja keuangan Pemerintahan Kota Bandung diukur dengan rasio efektivitas dari tahun 2020-2022 dengan rata-rata keseluruhan sebesar 93,90% yang berarti termasuk kedalam kategori efektif. Bisa disimpulkan bahwa performa pemerintah kota Bandung cukup ekonomis dan stabil dalam rentang waktu 3 tahun. Kondisi ini memberikan informasi bahwa performa keuangan pemerintah kota Bandung secara ekonomis mampu mempertahankan indeksnya agar tidak meningkat lagi di masa depan.
Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Value For Money, Ekonomis, Efisiensi, Efektivitas
ABSTRACT
Value for Money is an attempt to measure performance by the government based on value for money.
It is almost impossible to measure government performance based solely on outputs; instead, inputs, outputs and outcomes must be considered together. Measures of equity and service coverage should be added for some situations. The purpose of this research is to analyze the financial performance of Bandung Metropolitan City based on the concept of value for money from 2020 to 2022 by considering economic, efficiency and effectiveness perspectives. The use of this research method is Descriptive Qualitative Analysis Method. The analysis method used includes financial data regarding the city's income, expenditure, and investment during this period. This study uses an evaluative approach to assess the efficiency of regional financial management and its impact on the regional economy. The results show that the performance carried out by the Bandung City Government in the financial sector in the period 2020-2022 has an overall average of 86.34%, which means it is included in the economic category. The financial performance of the Bandung City Government as measured by the efficient ratio from 2020-2022 with an overall average of 97.97%, but only in 2020-2021 is included in the efficient category and the following year 2022 is not included in the efficient classification. The financial performance of the Bandung City Government is measured by the effectiveness ratio from 2020-2022 with an overall average of 93.90%, which means it is included in the effective category. It can be concluded that the performance of the Bandung city government is quite economical and stable in a span of 3 years. This condition provides information that the financial performance of the Bandung city government is economically able to maintain its index so that it does not increase again in the future.
Keywords: Financial Performance, Value For Money, Economy, Efficiency, Effectiveness
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi pada sebuah wilayah secara garis besar bergantung kepada beberapa aspek kehidupan. Akan tetapi, secara garis besar aspek pendidikan dan budaya memiliki peranan yang sangat sentral untuk menentukan tolak ukur pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah. Kota Metropolitan Bandung telah berperan penting dalam mendorong kemajuan dan kesejahteraan penduduknya. Dalam beberapa tahun terakhir, Kota Bandung mengalami pertumbuhan yang signifikan baik dari segi jumlah penduduk, infranstruktur, dan pembangunan ekonomi. Namun melihat perkembangan yang pesat tersebut pemerintah Kota Bandung menghadapi tantangan yang semakin kompleks dalam pengelolaan keuangan. Tantangan-tantangan ini mencakup pemeliharaan infranstruktur yang insetif sumber daya, ketidakpastian ekonomi yang dapat berdampak pada sumber daya keuangan, serta kebutuhan dan harapan masyarakat yang selalu berubah. Sebagai Lembaga yang bertanggung jawab atas mengelola dana publik, pemerintah daerah mempunyai peran penting untuk memastikan setiap rupiah yang dibelanjakan untuk kepentingan publik dapat memberikan manfaat sebesar- besarnya. Di era dinamis perekonomian dan tuntutan masyarakat yang semakin meningkat, konsep Value for money (VFM) menjadi landasan penting yang digunakan sebagai upaya pengukuran kinerja keuangan pemerintah kota atau daerah, termasuk pemerintah Kota Bandung.
Menurut Mahmudi dalam (Jadid, 2023) “Value for money merupakan sebuah konsep dalam organisasi sektor publik yang mengacu pada apresiasi terhadap nilai uang”. Upaya dalam mengukur nilai uang yakni berupa pengukuran kinerja yang digunakan guna mengukur keekonomian, efisiensi, dan efektivitas dari kegiatan, program, atau organisasi. Penerapan konsep VFM bukan hanya tentang pengendalian biaya, namun memastikan bahwa seluruh belanja publik memberikan manfaat sebesar-
besarnya kepada masyarakat. Pemerintah kota Bandung berupaya mengoptimalkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dengan mempertimbangkan keseimbangan antara efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas.
Baik di tingkat organisasi kecil maupun besar seluruh manajemen harus mempertimbangkan kinerja yang sangat penting. Sesuatu yang berhasil dihasilkan dari proses kinerja yang dilakukan oleh seorang individu maupun kolektif merupakan sebuah bentuk rasa tanggungjawab kepada organisasi yang menaunginya dan masyarakat umum. Sebuah upaya kinerja dalam praktiknya tidak hanya berhubungan dengan diri sendiri, akan tetapi akan memiliki hubungan kausalitas dengan orang lain. Sebuah hasil dari suatu kinerja akan dilatarbelakangi oleh seberapa besar keterampilan setiap individu yang terlibat.
Menurut Adilson Santosa & Jantje J. Tinangon dalam (Alexandre, 2023) “Kinerja merupakan gambaran tingkat pencapaian sebuah program kerja yang dicanangkan oleh suatu organisasi atau orang perorangan yang sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dan cita-citanya.
Proses pengukuran kinerja tersebut bisa dipandang melalui rencana strategi keuangan yang dibuat oleh badan atau orang yang bersangkutan. APBD merupakan sebuah dokumen yang berisikan rancangan anggaran yang dibuat oleh pemerintah daerah setempat untuk menyesuaikan pendapatan dan pengeluaran dalam kurun satu periode atau satu tahun. APBD memegang peranan penting dalam mengatur alokasi dan pengelolaan anggaran sehingga dapat mendukung pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di tingkat daerah.
Kinerja keuangan daerah merupakan tingkatan yang bisa dipergunakan sebagai tolak ukur kemampuan yang dimiliki oleh suatu daerah untuk menerapkan pemerintahan daerah. Proses pengukuran ini memiliki urgensi yang sangat penting untuk melakukan penilaian akuntabilitas dari pemerintah daerah terhadap pengelolaan keuangan mereka. Rasio keuangan yang akan diterima oleh suatu daerah biasanya berasal dari laporan pertanggungjawaban yang dilakukan oleh masing-masing kepala daerah terhadap perhitungan APBD di daerah tersebut. Selain menunjukkan kemana uang
public digunakan akuntabilitas juga menunjukkan kemampuan untuk menentukan apakah uang tersebut telah digunakan dengan cara yang ekonomi, efisien dan efektif. (Yafiz et al., 2023)
Tabel 1. 1 Laporan APBD Tahun 2020-2022 Anggaran
2020 2021 2022
Pendapatan 6.151.470.832.765 6.084.850.531.457 6.824.339.115.185 Pendapatan Asli
Daerah 2.264.814.094.039 2.409.804.328.188 3.042.796.596.349 Pendapatan Transfer 3.658.411.674.652 3.445.065.713.858 3.781.542.518.836 Lain-lain Pendapatan 228.245.064.074 229.980.489.411 -
Belanja 6.382.749.756.908 6.525.381.024.968 7.412.915.234.850 Belanja Operasi 5.407.177.302.819 5.524.471.623.688 6.541.691.801.049 Belanja Modal 667.422.048.856 831.214.020.699 773.786.484.922 Belanja Tak Terduga 272.400.405.234 135.945.380.581 69.985.448.879 Transfer 35.750.000.000 33.750.000.000 27.451.500.000 Surplus (Defisit) -231.278.924.143 -440.530.493.511 -588.576.119.665
Pembiayaan - - -
Penerimaan Daerah 231.278.924.143 478.438.241.348 599.481.935.981
Pengeluaran Daerah - 37.907.747.837 10.905.816.316
Pembiayaan Netto 231.278.924.143 440.530.493.511 588.576.119.665
Sisa Lebih
Pembiayaan
Anggaran - - - Sumber: Bandung.go.id
Berdasarkan data diatas, menunjukan bahwasanya telah terjadi peningkatan pendapatan dari tahun 2020 tetapi pada tahun 2021 mengalami penurunan, dan mengalami kenaikkan lagi di tahun 2022.
Menurut Irham Fahmi dalam (Dina, 2020)“kinerja keuangan didefinisikan sebagai sejauh mana suatu perusahaan telah menerapkan Financial Practive Rule dengan menerapkannya secara tepat dan akurat sesuai dengan standar dan peraturan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau Generally Accepted Accounting Principle) yang dilakukan untuk tujuan tersebut”. Menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah, khusunya pemerintah Kota Bandung, melalui lensa VFM penting dilakukan untuk menilai sejauh mana pengelolaan keuangan publik memenuhi standar nilai yang diharapkan oleh pemerintah daerah. Analisis ini menentukan apakah setiap belanja mempunyai dampak yang signifikan, apakah program yang dilaksanakan efektif, dan sejauh mana pemerintah daerah menjaga transparansi dan akuntabilitasi. Dalam konteks ini, konsep Value for money (VFM) menjadi dasar penting dalam menilai kinerja keuangan daerah. VFM tidak hanya mengacu pada efisiensi pengeluaran tetapi juga pada efektivitas pemanfaatan sumber daya public guna memperoleh capaian target yang sebelumnya sudah ditentukan.
Tabel 1. 2 Laporan RPBD Tahun 2020-2022 Realisasi
2020 2021 2022
Pendapatan 5.643.962.288.459 5.838.244.931.395 6.415.745.415.059 Pendapatan Asli
Daerah 2.063.783.773.736 2.195.971.884.100 2.759.323.397.868 Pendapatan Transfer 3.352.264.380.653 3.417.764.482.463 3.652.222.017.191 Lain-lain Pendapatan 227.914.134.070 224.508.564.832 4.200.000.000
Belanja 5.407.125.732.054 5.675.599.520.638 6.473.479.211.554 Belanja Operasi 4.650.334.229.661 4.841.595.685.018 5.779.323.247.034 Belanja Modal 558.480.387.618 721.566.424.793 644.171.724.240 Belanja Tak Terduga 165.205.114.775 83.645.010.827 22.532.740.280
Transfer 33.106.000.000 28.792.400.000 27.451.500.000
Surplus (Defisit) 236.836.556.405 162.645.410.757 -57.733.796.495
Pembiayaan - - -
Penerimaan Daerah 241.601.684.943 474.744.273.061 598.021.873.731
Pengeluaran Daerah - 37.907.747.837 10.905.810.995
Pembiayaan Netto 241.601.684.943 436.836.525.224 587.116.062.736 Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran 478.438.241.348 599.481.935.981 529.382.266.241 Sumber: Bandung.go.id
Berdasarkan tabel Laporan Realisasi diatas menunjukan bahwa terjadi peningkatan pendapatan dari tahun 2020 tetapi pada tahun 2021 mengalami penurunan, dan mengalami kenaikkan lagi di tahun 2022.
Mengetahui urgensi terkait dengan peran uang terhadap keberlangsungan sebuah organisasi merupakan cara yang bisa digunakan untuk mengukur nilai kinerja. Memperoleh jumlah dan kualitas input terbaik dengan harga terendah adalah fokus ekonomi. Aspek efisiensi lebih cenderung untuk focus kepada aspek input dan output yang memiliki besaran yang sama dan aspek efektivitas menekankan seberapa jauh hasil program dalam mencapai sebuah target.
Tujuan dari penelitian ini ialah agar dapat mengetahui tentang kinerja keuangan pemerintah Kota Bandung dalam mencapai VFM dalam pengelolaan keuangan publik. Kajian ini bertujuan untuk memberikan wawasan rinci mengenai sejauh mana efisiensi, efektivitas, dan berkelanjutan fiskal daerah dicapai dengan menggunakan data keuangan terkini dan berbagai teknik analisis yang tepat diharapkan hasil penelitian memberikan kontribusi yang berharga bagi pengambilan kebijakan, praktisi, dan untuk meningkatkan kinerja fiskal pemerintah daerah di Indonesia.
Berdasarkan dari latar belakang yang peneliti jelaskan di atas, maka peneliti tertarik melakuan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Berdasarkan Value for Money Pada Pemerintah Kota Bandung Tahun 2020-2022”
1.2 Rumusan Masalah
Menilik dari rangkaian latar belakang pada penelitian ini, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana Cara Menganalisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2020-2022 dengan Menggunakan Metode Value For Money?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah guna mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan melakukan analisis terhadap hal-hal berikut ini:
1. Untuk mengetahui kinerja keuangan pemerintah kota bandung tahun 2020-2022 dengan menggunakan metode value for money.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari rumusan masalah dan tujuan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka diperoleh manfaat dari penelitian kali ini, yaitu:
1. Bagi penulis
Akibat dari dirampungkannya penelitian ini diharapkan penulis dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan terkait dengan proses pengukuran kinerja organisasi, khususnya pada bidang keuangan dengan berlandaskan metode value for money pada organisasi pemerintahan daerah Kota Bandung dengan kurun waktu tahun 2020-2022.
2. Bagi Pemerintah Kota Bandung
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sedikit saran dan pertimbangan mengenai metode value for money dalam hal pengukuran kinerja organisasi pemerintahan daerah Kota Bandung yang khususnya berada dalam bidang keuangan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini mungkun dapat dipergunakan sebagai sebuah sumber bacaan ataupun pertimbangan untuk melakukan kajian penelitian yang sama atau sejenis. Ini juga dapat digunakan sebagai pembanding untuk penelitian tambahan tentang subjek yang sama dan untuk memperbaiki hasil penelitian
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Guna mempermudah penulis dalam hal penyusunan tugas project ini, penulis membatasi permasalahan hanya pada ruang lingkup kinerja keuangan pemerintah Kota Bandung pada tahun 2020-2022. Adapun ruang lingkup yang penulis batasi dalam penulisan Tugas Project kali ini hanya berlandaskan kepada metode value for money terhadap proses kinerja dalam ruang lingkup bidang keuangan pemerintahan daerah Kota Bandung dalam kurun waktu 2020-2022.
1.6 Sistematika Penulisan
Project ini terdiri dari 5 bab, antara lain:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan memberikan penjelasan terkait dengan latar belakang masalah atau alasan penulis mengangkat masalah untuk penelitian. Selain itu, terdapat rumusan masalah, asumsi dan tujuan
dari penelitian serta manfat bagi penulis, universitas, dan Perusahaan. Batasan penelitian ini cukup luas. Bagian akhir setiap bab menguraikan struktur penulisan dan menjelaskan setiap kajian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menyajikan sebuah penjelasan secara teoritis terkait sumber permasalahan yang diangkat serta juga akan menyajikan berbagai definisi dari para ahli. Penjelasan diberikan dari teori umum hingga teori khusus, dan teori tersebut dapat dikaitkan dengan masalah yang diangkat oleh penulis. Selain itu, terdapat penelitian relevan yang menjelaskan penelitian yang dimaksud.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bagian ini akan memberikan penjelasan secara jelas desain penelitian yang digunakan oleh penulis untuk penelitian mereka dan sesuai dengan masalah yang mereka angkat. Penulis mengumpulkan populasi dan sampel penelitian yang selanjutnya akan digunakan sebagai sumber data untuk memecahkan permasalahan penelitian ini. Terdapat pengartian operasional variabel yang menjelaskan variabel-variabel yang terkait dengan konteks penelitian sehingga orang dapat memahami dan memahami maknanya dengan benar. Bab ini membahas metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data sebagai bahan pemecahan masalah pada penelitian ini, serta cara yang mereka gunakan untuk menganalisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menyajikan uraian data dan berisi pembahasan terkait dengan hasil penelitian. Pada bagian ini juga akan membahas hasil penelitian menggunakan data yang dikumpulkan oleh penulis dan memberikan implikasi dan penjelasan tentang kendala penelitian yang membuat penelitian tidak berhasil.
BAB V PENUTUP
Bab ini mencakup kesimpulan yang menghubungkan masalah, tujuan, serta kegunaan penelitian, serta jawaban atas pertanyaan masalah. Bab ini juga mencakup rekomendasi yang mengacu pada hasil penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Akuntansi Publik
2.1.1 Pengertian Akuntansi Publik
Menurut (Ratmono, 2017) dalam (Komada, 2021)akuntansi public merupakan proses indentifikasi, pengukuran, pencatatan serta pelaporan transaksi keuangan pada pemerintah daerah dalam proses pengambilan Keputusan yang diperlukan oleh pihak eksternal dari organisasi pemerintah.
Dengan demikian, akuntansi publik dapat didefiniskan sebagai proses pengumpulan, pencatatan, serta pengelompokan dalam upaya pembuatan laporan keuangan organisasi yang bertujuan guna memberikan sejumlah informasi kepada para pihak yang memiliki kepentingan serta untuk memudahkan pengambilan keputusan.
Sebelum akuntansi publik diubah menjadi akuntansi sektor publik. Ini disebabkan oleh fakta bahwa menyebut “sektor” menunjukkan akuntansi nirlaba sebagai dari bidang akuntansi yang cakupannya lebih kompleks. Dalam konteks ini merujuk kepada sebuah organisasi bisnis.
2.1.2 Tujuan Akuntansi Publik
Ada tiga aspek akuntansi publik yaitu: persediaan informasi, pengawasan manajemen, dan akuntabilitas. Pemerintah dan masyarakat umum mendapatkan informasi dari akuntansi publik ini. Keputusan dibantu oleh data akuntansi ini. Menurut (Mardiasmo, 2009) dalam (Komada, 2021) berikut tujuan dari akuntansi sektor public yaitu :
18
1. Memberikan sejumlah informasi yang selanjutnya dimanfaatkan untuk mengalokasikan sumber daya yang dapat diandalkan secara tepat, efisien serta ekonomis. Tujuan tersebut berkaitan dengan upaya pengendalian manajemen pada sebuah organisasi perusahaan.
2. Memberikan sejumlah data yang berpotensi untu membantu manajer dalam hal pelaporan unit pelaskanaan tanggungjawab dalam hal pengelolaan dan penggunaan sumber daya yang tersedia. Penggunaan sumber daya tersebut dalam arti yang masih berada di bawah wewenangnya dan dari pihak karyawan juga berpotensi untuk melakukan pelaporan terkait hasil kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan hasil dari penggunaan dana anggaran kepada publik.
2.1.3 Anggaran, Pendapatan dan Belanja daerah
APBD dimaknai sebagai sebuah rancangan program kerja yang dibuat secara tertulis oleh pemerintah daerah setempat dalam bentuk satuan moneter yang menunjukkan beberapa sumber penerimaan dan pengeluaran dana yang nantinya akan dialokasikan ke beberapa kegiatan yang direncanakan selama satu periode kedepan. (Komada, 2021)
Berdasarkan pasal 3 ayat (4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menjelaskan tentang fungsi APBD. Menurut pasal tersebut, fungsi dari APBD meliputi:
1. Fungsi otorisasi, yaitu sebuah pendapatan serta belanja yang akan dilaksanakan pada periode tertentu harus dilaksanakan berdasarkan anggaran darah tersebut.
2. Fungsi perencanaan, yaitu anggaran daerah dalam konteks ini berfungsi untuk membantu melakukan pengontrolan terhadap proses perncanaan kegiatan dalam kurun waktu satu periode.
3. Fungsi Pengawasan, yaitu anggaran daerah akan difungsikan sebagai landasan untuk melakukan penilaian terhadap sebuah penyelenggaraan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
4. Fungsi Alokasi, yaitu fungsi anggaran daerah yang digunakan untuk melakukan klasifikasi terhadap beberapa hal yang nantinya akan dilakukan pengurangan sumber daya guna meningkatkan efesiensi serta efektivitas bidang ekonomi.
5. Fungsi Distribusi, yaitu anggaran daerah harus dibagikan dengan mengedepankan asas keadilan.
6. Fungsi Stabilisasi, yaitu anggaran daerah digunakan sebagai alat untuk menjaga dan mempertahankan keseimbangan ekonomi fundamental.
2.1.4 Keuangan Daerah
Menurut Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011 dalam (Erna, 2022) mengatakan bahwasanya keuangan daerah berisi tentang segala hak serta kewajiban yang berkaitan dalam suatu wilayah yang meliputi pengelolaan pemerintah termasuk segala jenis harta yang berkaitan dengan hak serta kewajibannya itu.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 58 Tahun 2005 dalam (Erna, 2022) tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 4 yang menyatakan bahwa Keuangan daerah dilakukan melalui sistem yang terintegrasi dalam APBD yang ditetapkan setiap tahun oleh peraturan daerah. Ini dilakukan dengan cara
20
yang berurutan selaras dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan harus berwenang penuh atas tanggungjawab dengan tetap harus memperhatikan prinsip keadilan, kepatuhan dan kemanfaatan bagi masyarakat luas.
Dalam hal sumber daya yang diterima oleh suatu wilayah menurut UU RI No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yaitu:
1. Pendapatan asli daerah
Menurut (Anggoro, 2017) dalam (Tina, 2017) pendapatan asli daerah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pemanfaatan sumber daya daerah, pelaksanaan tugas pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat daerah. Sumber terbesar dari pendapatan sebuah daerah yaitu PAD yang digunakan untuk membiayain Pembangunan dan urusan pemerintahan local untuk meningkatkan kesejahteraan. Oleh karena itu, kemajuan Pembangunan suatu daerah sangat bergantung pada kemampuan daerah tersebut untuk memaksimalkan PAD. Tingkat Pembangunan daerah yang lebih tinggi berkorelasi langsung dengan potensi PAD daerah tersebut.
Menurut (Nasir, 2019) dalam (Tina, 2017) PAD adalah sumber terbesar dari pendapatan daerah yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah yang sesuai dengan potensinya, seperti melakukan Pembangunan yang dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh Masyarakat daerah.
2. Dana Perimbangan
Menurut BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2022, dana perimbangan adalah sejumlah uang yang diberikan kepada daerah dari pendapatan APBN untuk memenuhi kebutuhan daerah selama melaksanakan desentralisasi. (Stocks, 2016)
Menurut (Firdausy, 2014) dalam (Stocks, 2016) dana perimbangan didefinisikan dana daerah dari APBN yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
3. Pendapatan Lain yang Sah
Selain pajak, retribusi, dan pengelolaan harta milik daerah yang dipisahkan, pendapatan asli daerah dianggap sebagai pendapatan lain daerah yang sah. Objektif LLPAD yang sah termasuk keuntungan yang didapatkan ketika menukarkan mata uang rupiah dengan mata uang negara asing, denda pajak, denda retrib, bunga, giro dan pendapatan dari bunga, angsuran, cicilan atau kekayaan daerah yang tidak dipisahkan. (Stocks, 2016)
2.1.5 Pengelolaan Keuangan Daerah
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 77 Tahun 2020 dalam (Ii, 2020) pengelolaan keuangan daerah didefinisikan semua kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan lokal termasuk dengan rencana perencanaan, anggaran, sampai dengan laporan pertanggungjawaban serta pengawasan.
Menurut (Halim, 2012) dalam (Ii, 2020) pengelolaan keuangan daerah didefinisikan sebagai semua hak serta kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, serta segala hal yang oleh peraturan perundang-undangan dapat dianggap
22
sebagi kekayaan negara. Dalam siklus APBD, pengeloaan keuangan daerah mencakup semua kegiatan. Peraturan tersebut memberikan pedoman teknis untuk pengelolaan keuangan daerah. Yang meliputi APBD, susunan rancangan APBD, penetapan APBD, pelaksanaan dan penatausahaan, akuntansi dan pelaopran keuangan pemerinatah daerah, penyusunan rancangan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan laporan realisasi semester pertama APBD dan perubahan.
2.2 Pengukuran Kinerja
2.2.1 Pengertian Pengukuran Kinerja
Menurut (Mardiasmo, 2009) pengukuran kinerja memiliki tujuan agar bisa membantu manajer publik dalam hal melakukan penilaian terhadap pencapaian strategi dengan melewati alat ukur finansial serta non-finansial.
Menurut (Arfan Ikhsan, 2015) Pengukuran kinerja adalah sebuah upaya untuk melakukan pengukuran demi mencapai target pelaksanaan kegiatan dengan berlandaskan dengan menunjukkan hasil yang didapatkan, seperti barang ataupun jasa. Sedangkan menurut (Hertianti, 2010) Pengukuran kinerja digunakan sebagai landasan sebagai alat penilaian terhadap hasil akhir dari pelaksanaan kegiatan terhadap tujuan serta target organisasi.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diutarakan sebelumnya, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwasanya pengistilahan pengukuran kerja akan merujuk kepada sebuah proses yang dilakukan untuk mencatat serta mengukur sebuah pencapaian dari setiap kegiatan yang telah ditetapkan.
2.2.2 Tujuan Pengukuran Kinerja
Menurut (Mahmudi, 2013) berikut tujuan yang dilakukan pengukuran
kinerja, yaitu:
1. Mengetahui seberapa jauh organisasi sudah mencapai tujuan yang ditetapkan.
Penilaian kinerja berfungsi sebagai tongkak (milestone) yang menunjukkan seberapa jauh organisasi sudah mencapai tujuannya dan apakah sudah bergerak kearah yang benar atau menyimpang dari tujuan tersebut. pemimpin dapat melakukan perbaikan dan koreksi dengan cepat jika ada penyimpanan.
2. Memberikan kesempatan pendidikan bagi karyawan.
Pengukuran kinerja adalah pendekatan sistematis dan terintegritas yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja organisasi untuk mencapai cita-cita serta demi mewujudkan visi-misi perusahaan. Dengan mengaitkan pengukuran kinerja dengan tujuan organisasi, sistem pengukuran kinerja bertujuan untuk meningkatkan hasil kerja karyawan. Semua karyawan di prusahan akan belajar dari proses pengukuran dan penilaian kinerja.
Pengukuran kinerja menunjukkan sberapa baik seseorang berkerja serta akan menunjukkan terkait seberapa besar rasio keterampilan ataupun pengetahuan terkait dengan sesuatu guna memperoleh hasil kerja yang maksimal.
3. Meningkatkan kinerja selama periode selanjutnya
Pengukuran kinerja dilakukan demi mewujudkan tujuan untuk mengetahui bagaimana meningkatkan kinerja di masa mendatang. Dengan menerapkan sistem pengukuran kinerja dalam waktu jangka panjang, tujuan akhir yang ditetapkan ialah guna membangun budaya berprestasi
24
yang juga dikenal sebagai istilah “budaya berprestasi”. Budaya berprestasi bisa dihasilkan hanya jika sistem penukuran kinerja dinilai mampu untuk melahirkan lingkungan organisasi dimana setiap anggota staf diwajibkan untuk menciptakan suasana itu. Kinerja masa lalu harus lebih baik daripada sekarang dan kinerja masa depan juga harus mengalami peningkatan daripada hasil kinerja yang disailkan di masa sekarang.
4. Mengambil pertimbangan sistematis tentang penghargaan dan hukuman.
Pengukuran kinerja memiliki tujuan untuk memberi manajer dasar sistematik yang nantinya dapat digunakan untuk memberikan penghargaan, seperti kenaikan gaji, pencapaian atau pemecatan, penundaan promosi dan teguran kepada seseorang.
5. Memotivasi karyawan.
Pengukuran kinerja digunakan untuk meningkatkan dorongan semangat dari pegawai. Jika pengukuran kinerja dikombinasikan dengan manajemen kompensasi, para pegawai akan semakin menunjukkan tingkat kinerja yang lebih tinggi dengan harapan mereka akan menerima kompensasi yang lebih besar untuk kinerja mereka.
6. Membangun akuntansi public.
Diantara cara yang bisa dilakukan untuk memberikan dorongan terkait dengan akuntabilitas publik adalah dengan mengukur kinerja digunakan untuk menilai akuntabilitas, pengukuran kinerja yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajemen, keuangan perusahaaan dan aspek lainnya. Hasil yang diperoleh dari hal ini harus dilakukan pengukuran serta juga harus dilaporkan pada laporan kinerja laporan
informasi tentang kinerja yang bersangkutan. Pelaporan ini dinilai sangat penting karena dibutuhkan oleh pihak internal dan eksternal perusahaan.
Dengan demikian, bisa diambil sebuah Kesimpulan bahwasanya pengukuran kinerja adalah sebuah pencatatan dan penilaian tentang pencapaian pelaksanaan kegiatan yang didasarkan pada tujuan dan strategi yang ditetapkan. Tujuan dari pengukuran kinerja ini adalah untuk meninngkatkan kualitas pengambilan Keputusan pengambilan Keputusan dan akuntsbilits orgnisasi serta untuk menetahui kemajuan koperasi.
2.2.3 Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut (Mardiasmo, 2009) berikut manfaat yang ditimbulkan dari upaya pengukuran kinerja yang terdapat dalam suatu organisasi sektor publik, yakni:
1. Memberikan penjelasan tentang kriteria yang dapat dipergunakan untuk melakukan upaya penilaian terhadap kinerja manajemen Perusahaan.
2. Memberikan petunjuk tentang cara untuk menggapai tujuan kinerja.
3. Mencatat dan evaluasi pencapaian, bandingkan pencapaian dengan target, dan cari cara untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
4. Sebagai landasan untuk memberikan reward ataupun hukuman yang adil dan didasarkan pada prestasi yang dihitung melalui sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati
2.2.4 Indikator Pengukuran Kinerja
Kinerja keuangan harus menjadi bagian dari evaluasi kinerja pemerintah daerah. Ini berhubungan dengan tujuan organisasi pemerintah daerah suatu wilayah. Menurut (Mahsun, 2012) Indikator Kinerja Keuangan Daerah yaitu sebagai berikut:
26
1) Biaya yang diperlukan
2) Bilangan karyawan yang diperlukan 3) Jumlah infrastruktur saat ini yang ada 4) Jumlah waktu yang dihabiskan
2.2.5 Kendala dan Tantangan Pengukuran Kinerja
Menurut (Arfan Ikhsan, 2015) terdapat beberapa kendala ataupun hambatan yang terkait dengan pengukuran kinerja organisasi sektor publik yang meliputi:
a) Tujuan dari sebuah organisasi bukan hanya terkait dengan pemaksimalan laba; oleh karena itu, pengukuran kinerja sektor publik tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan kepada rasio keuangan.
b) Sulit untuk mengukur output pelayanan karena biasanya kualitatif, intangible, dan indirect.
c) Sulit untuk menetapkan standar sebagai ukuran produktivitas karena tidak ada hubungan secara langsung antara input dan output (pusat biaya distribusi).
d) Tidak bergantung pada kekuatan pasar, jadi tidak ada perbandingan independen dan untuk menilai kinerja diperlukan instrumen yang menggantikan mekanisme pasar.
e) Sangat sulit untuk menentukan tingkat rasa puas dari masyarakat yang beragam dari jasa yang diberikan oleh organisasi sektor publik.
2.3 Kinerja Keuangan
2.3.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Analisis kinerja dapat didefinisikan sebagai sebuah proses menganalisis data dan informasi perusahaan untuk mengevaluasi perkembangan dan kinerja keuangannya. Upaya perusahaan untuk mengukur keberhasilannya dalam mencapai keuntungan dan menilai peluang pertumbuhan dan perkembangan dikenal sebagai kinerja keuangan.
Kesuksesan perusahaan dicapai ketika tujuan tercapai. Analisis bagaimana perusahaan menggunakan aturan keuangan yang tepat dan benar disebut efisiensi keuangan.
Menurut Hutabarat dalam (Indramayu et al., 2019) Kinerja keuangan adalah sebuah analisi kinerja keuangan yang bertujuan sebagai bentuk evaluasi terkait dengan upaya yang dilakukan organisasi perusahaan untuk mematuhi peraturan tentang pelaksanaan keuagan dengan baik dan benar.
2.3.2 Tujuan Kinerja Keuangan
Terkait dengan kinerja keuangan setidaknya ada hal-hal yang menjadi tujuan terkait dengan kinerja keuangan. Tujuan-tujuan tersebut diantaranya adalah:
1) Untuk menentukan rentabilitas atau profitabilitas.
Apabila sebuah organisasi perusahaan telah mengetahui terkait dengan kedua hal tersebut, maka dengan sendirinya organisasi tersebut akan memperoleh sebuah kemampuan dalam hal perolehan laba pada sebuah periode tertentu.
2) Untuk menentukan tingkat likuiditas.
28
Apabila sebuah organisasi perusahaan telah memiliki kemampuan terkait dengan hal tersebut, maka pihak perusahan akan mampu untuk melakukan pemenuhan terkait dengan kewajiban dalam sektor keuangan.
3) Untuk meenentukan tingkat solvabilitas.
Apabila sebuah organisasi perusahaan memiliki kemampuan untuk melakukan penentuan tingkat solvabilitas, maka peusahaan tersebut akan menjalankan bisnisnya dengan stabil dan baik. Hal tersebut dapat dihitung melalui pengukuran kemampuan dari perusahaan dalam hal pembayaran utang beserta suku bunga secara tepat waktu dan perusahaan akan dapat untuk membayarkan deviden kepada para pemegang saham secara tepat waktu juga.
2.3.3 Manfaat Kinerja Keuangan
Menurut (Surjaweni, 2017) ada beberapa manfaat dalam kinerja keuangan yaitu:
1) Untuk mengetahui seberapa baik sebuah organisasi secara utuh dari segala aspek dalam kurun periode tertentu.
2) Untuk mengevaluasi seberapa baik setiap departemen berkontribusi pada perusahaan secara keseluruhan.
3) Sebagai landasan untuk melakukan rencana masa depan perusahaan.
4) Untuk membantu pada proses pengambilan keputusan dan kegiatan organisasi, serta untuk membantu beberapa divisi dari sebuah organisasi perusahaan.
5) Sebagai dasar untuk menentukan kebijaksanaan penanaman modal sebagai upaya peningkatan terhadap produktivitas serta efektivitas bisnis.
2.3.4 Pengukuran Kinerja Keuangan
Menurut (Sanger et al., 2023) ada beberapa macam Teknik analisis kinerja keuangan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1) Analisis perbandingan laporan keuangan yang dilakukan dengan cara melakukan perbandingan laporan keuangan perusahaan dari dua perode ataupun lebih yang bertujuan guna menunjukkan sisi perubahan dalam segi presentase ataupun jumlahnya.
2) Analisis tren, juga dikenal sebagai "tendensi posisi", adalah cara yang dilakukan untuk mengetahui apakah tren dalam keadaan keuangan menunjukkan peningkatan ataupun penurunan.
3) Analisis persentase per komponen, juga dikenal sebagai "ukuran umum", ialah sebuah metode untuk menganalisis presentase investasi pada setiap aktiva dengan membandingkannya dengan jumlah aktiva dan utang secara keseluruhan.
4) Analisis sumber dan penggunaan modal kerja ialah sebuah metode yang dilakukan untuk melakukan perhitungan terhadap total sumber daya serta penggunaan modal kerja pada dua periode yang berbeda.
5) Analisis rasio keuangan dimaknai sebagai sebuah metode analisis yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pos tertentu dalam laporan laba-rugi maupun neraca keuangan yang memiliki hubungan kausalitas antara satu dengan lainnya.
6) Analisis perubahan laba kotor merupakan sebuah metode yang dilakukan guna menentukan posisi laba dan faktor-faktor yang dapat mengakibatkan perubahan laba.
30
7) Metode analisis yang dikenal sebagai analisis break even digunakan untuk menentukan jumlah penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar tidak mengalami kerugian.
2.4 Value for Money
2.4.1 Pengertian Value for Money
Value for Money adalah sebuah upaya untuk megukur kinerja organisasi pemerintah bergantung pada nilai uang; tidak mungkin untuk mengukur kinerja pemerintah hanya berdasarkan output; sebaliknya, input, output, dan hasil harus dipertimbangkan satu sama lain. Dalam beberapa kasus, pengukuran distribusi serta cakupan layanan (equity dan coverage) yang harus ditambahkan.
Menurut (Mardiasmo, 2009) “Value for money adalah sebuah konsep untuk mengelola organisasi perusahaan sektor publik dan didasarkan kepada ketiga komponen utama yang berbeda, yaitu ekonomis, efisien, dan efektif.
Komponen ekonomis memiliki arti bahwasanya perusahaan harus menetapkan sifat hemat dan cermat dalam hal pengadaan serta alokasi sumber daya yang tersedia. Kemudian efisien berarti sebuah perusahaan harus memiliki daya guna dalam hal penggunaan sumber daya dengan cara memaksimalkan dan meminimalkan hal yang diperoleh. Sedangkan komponen efektif berarti sebuah organisasi perusahaan harus berhasil untuk memberikan manfaat dalam hal pencapaian tujuan perusaahaan. Ketiga komponen ini memiliki peranan yang sangat penting untuk konep value for money.
Value for Money ialah sebuah gagasan yang memiliki peranan yang penting dalam keberlangsungan organisasi perusahaan sektor publik, karena
dengan konsep ini akan membantu perusahaan untuk melakukan kinerja dengan cara memahami nilai uang. (Mahmudi, 2011)
Menurut (Bastian, 2006) “Value For Money dapat dimaknai dengan suatu konsep yang mencakup pengukuran kinerjanya berdasarkan ekonomi, efektifitas, dan efisiensi. Kemudian yang menjadi tujuan dari Value for money adalah guna mengupayakan peningkatan terhadap akuntabilitas pemerintah dan meningkatkan kinerja sektor publik (Mardiasmo, 2009)
Value for money adalah dasar dalam mengukur kinerja organisasi pemerintah yang merupakan sebuah indikator untuk menunjukkan apakah dana yang dialokasikan dapat menciptakan nilai tertentu untuk masyarakat pada umumnya.
Menurut (Mardiasmo, 2018) “Value for money yaitu suatu konsep dalam hal upaya untuk mengelola organisasi sektor public yang didasarkan kepada tiga aspek utama yang berbeda, yakni:
a) Ekonomi, yaitu sebuah upaya yang membandingkan nilai input dan dinyatakan kedalam satuan moneter. Hal ini berkaitan dengan tolak ukur upaya sebuah organisasi untuk mengurangi jumlah input yang akan digunakan dan bertujuan untuk mengurangi total pengeluaran organisasi perusahaan.
b) Efisiensi, yaitu sebuah upaya untuk mencapai nilai output tertinggi dengan cara membandingkannya dengan kadar jumlah dari nilai input tertentu ataupun dengan membandingkannya dengan nilai output tertentu.
c) Efektivitas, yaitu sebuah upaya untuk mencapai sebuah tujuan program.
Efekivitas secara sederhana didefinisikan sebagai perbandingan hasil 32
dengan output.
2.4.2 Manfaat Implementasi Value for Money
Berikut ini manfaat implementasi pada value for money yaitu:
1) Meningkatkan kadar efektivitas layanan publik, atau dalam kata lain diharapkan sebuah layanan yang diberikan akan cepat dan tepat kepada sarsaran.
2) Peningkatan kualitas layanan publik.
3) Menurunan kadar jumlah biaya pelanan publik yang disebabkan oleh tidak adanya enefiesiensi serta upaya penghematan nilai input.
4) Belanja yang lebih berfokus kepada kepentingan publik.
5) Meningkatkan kesadaran terkait dengan dana publik sebagai dasar pelaksanaan akuntabilitas publik
2.5 Penelitian Terdahulu
Tujuan dari dilakukannya kajian terhadap hasil penelitian terdahulu supaya penulis dapt mendapatkan bahan tambahan yang nantinya dapat digunakan sebagai perbandingan dan acuan, dan untuk menghindari gagasan bahwa penelitian ini serupa. Jadi, dalam tinjauan literatur ini, peneliti mencantumkan temuan penelitian sebelumnya, yaitu:
Tabel 2. 1 Penelitian Relevan
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. (Alexandre et
al., 2023)
Analisis Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah Berdasarkan Value For
Hasil kinerja yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya menunjukkan bahwasanya performa yang dihasilkan adalah cukup ekonomis pada kurun periode tahun 2015-2021.
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Money Pada
Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2015-2021
Tingkat keekonomisan yang dihasilkan dinilai cukup stabil pada rasio tahun 2015-2021 tersebut dan memiliki tingkat pencapaian dengan nilai rata-rata 87,75%. Apabila dipandang dari segi efisiensi, hasil kinerja dari Pemerintah Kota Surabaya masuk dalam kategori efisien.
Sementara itu, apabila dipandang dari segi efektivitas, hasil kinerja dari Pemerintah Kota Surabaya mengidentifikasikan bahwa organisasi pemerintah itu menunjukkan kondisi yang kurang stabil, maka daripada itu Tingkat efektivitas dari Pemerintah Kota Surabaya harus segara dilakukan peningkatan kedepannya.
2. (Sampow &
Pangkey, 2022)
Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Value For
Money Pada
Badan Pengelola Keuangan
Dan Aset Daerah Kabupaten Sikka
Hasil kinerja yang diupayakan oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sikka dalam kurun periode tahun 2019-2021 apabila dipandang dari perspektif aspek ekonomis dapat diklasifikasikan keadalam kategori ekonomis, karena organisasi tersebut memiliki Tingkat rasio keekonomisan yang kurang dari 100%.
Kemudian apabila dipandang dari perspektif tingkat efektivitas, badan organisasi tersebut dapat diklasifikasikan kedalam Tingkat efektivitas yang kurang efektif. Hal itu dikarenakan tingkat efektif yang dihasilkan kurang dari 100% dan pada tahun 2020 dapat digolongkan kedalam kategori 34
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
efektif karena memiliki rasio sebesar lebih dari 100%.
3. (Yafiz et al., 2023)
Analisis Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah Kota
Medan
Menggunakan Value for Money
Pada Badan
Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah Kota Medan
Hasil kinerja dari Pemerintah Kota Medan pada kurun periode tahun 2017-2021 yaang lebih khususnya diukur dengan rasio ekonomis bisa dinilai dan dikategorikan telah masuk kedalam kategori ekonomis. Hal itu dikarenakan Pemerintah Kota Medan memiliki rata-rata rasio sebesar 77%. Sedangkan dalam perspektif efisien, Pemerintah Kota Medan mencatatkan rata- rata keseluruhan sebesar 95%
dan dimasukkan dalam kategori efisien. Sementara itu apabila dipandang dari segi keefektifan, hasil kinerja dari Pemerintah Kota Medan masuk keadalam kaegori yang tidak efektif karena masih mencatatkan rasio kefektifan dibawah 100%.
4. (Yanda et al., 2022)
Analisis Kinerja Keuangan
Menggunakan Konsep
Value For Money pada Kegiatan Dinas Sosial Kabupaten
Padang Lawas Utara
Hasil kinerja yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Padang Lawas Utara dalam program pemberdayaan sosial dan penanganan fakir miskin pada kurun waktu 2020-2021 masuk kedalam klasifikasi ekonomis, efisiensi, dan belum mencapai tingkat efektivitas dengan baik.
Selanjutnya pada kegiatan perlindungan dan jaminan sosial pada kurun waktu 2020-2021 dapat dikategorikan kedalam kategori ekonomis dan pada tahun 2020 masuk kedalam kategori efisiensi berimbang.
Sementara itu untuk tahun 2021
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
sudah masuk kedalam kategori berimbang, akan tetapi belum mencapai efektivitas yang baik.
Lalu untuk kegiatan rehabilitasi sosial pada tahun 2020-2021 masuk kedalam golongan yang ekonomis dan pada tahun 2020 berjalan dengan baik sesuai dengan konsep efisiensi, sedangkan pada tahun 2021 belum menyentuh kategori efisiensi dengan baik. Lalu untuk tahun 2020 belum mencapai kategori efektif dan pada tahun 2021 mencapai efektivitas berimbang.
5. (Sanger et al., 2023)
Evaluasi Kinerja Keuangan Dengan Metode Value For Money Pada Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Manado
Hasil kinerja pada Badan Keuangan dan Aset daerah Kota Manado sangat berpedoman kepada tiga prinsip metode value for money. Pengelolaan sektor keuangan yang dilakukan oleh badan tersebut telah sesuai dengan ketentuan Permendagri No. 77 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan terkait dengan laporan yang dilakukan oleh badan tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntasi Pemerintahan (SAP) dan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwasanya metode value for money berjalan dengan baik dan akan sejalan dengan kepentingan Masyarakat.
Sumber: Data diolah, 2024
36
2.6 Kerangka Berpikir
Untuk lebih memahami konsep dan tujuan penelitian, peneliti membuat kerangka berpikir berikut:
Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual
KINERJA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH BANDUNG TAHUN
2020-2022
Pengelolaan Keuangan Sektor Publik
Value For Money
Analisa Data (Ekonomis, Efektif dan Efisien)
Tercapainya Kinerja Laporan Keuangan Pmerinatah Daerah sesuai konsep Value For Money
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-kualitatif.
Menurut (Rita Fiantika, 2022) “penelitian kualitatif merupakan sebuah istilah yang digunakan guna memahami sebuah kejadian terkait denga napa yang dialami oleh seseorang yang melakukan penelitian dan dilakukan dengan mengedepankan sisi yang deskriptif dalam bentuk Bahasa pada sebuah konteks yang khusus dengan memanfaatkan beberapa metode ilmiah”. Sedangkan penelitian deskriptif merupakan sebuah jenis penelitian yang menggambarkan ataupun menjelaskan sebuah permasalahan yang terjadi. Jenis penelitian ini lebih cenderung akan mengusahakan penulis untuk dapat menceritakan secara utuh terkait dengan kondisi suatu kelompok, situasi serta kejadian secara faktual dan berurutan. Kemudian data-data yang telah berhasil dikumpulkan akan dilakukan analisi dengan menggunakan teknik deskriptif-kualitatif dalam bentuk kata-kata dari kinerja.
3.2 Sumber dan Jenis Data 3.2.1 Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan untuk penelitian kaliini ialah merujuk kepada data sekunder. Menurut (Sugiarto, 2017) dalam (Sutama et al., 2022), data sekunder ialah sejumlah informasi yang didapatkan dari sumber alternatif daripada narasumber langsungpada penelitian kali ini, data sekunder tersebut diperoleh dari laporan realisasi anggaran Pemerintah Kota Bandung.
38
3.2.2 Jenis Data
Jenis data yang diambil dan dijadikan acuan pada penelitian ini yakni data kualitatif. Menurut (Fauzi, 2020) dalam (Yafiz et al., 2023) metode penelitian yang terdiri dari pertanyaan terkait dengan penelitian, pengumpulan, dan analisis data, serta pembuatan kesimpulan. Beberapa data yang telah berhasil untuk dikumpulkan dan dianalisis untuk menghasilkan kesimpulan yang dapat dipercaya. Data kualitatif pada penelitian ini didapat dari berupa laporan realisasi anggaran Kota Bandung tahun 2020-2022.
3.3 Pengumpulan Data
Dalam penelitian kali ini, penulis mengadopsi sebuah metode ataupun Teknik dokumentasi yang nantinya akan digunakan untuk pengumpulan data penelitian. Menurut (Arikunto, 2017) dalam (Sutama et al., 2022) Pada penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mencari data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, ataupun buku.
Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi pencatatan dokumen dan laporan realisasi anggaran Kota Bandung tahun 2020–2022.
3.4 Analisis Data
Penelitian ini memiliki tujuan guna mengukur hasil kinerja bagian keuangan dari organisasi pemerintah Kota Bandung tahun 2020-2022 menggunakan indikator Value for Money. Menurut (Suartana, 2018) dalam (Sutama et al., 2022) Value for Money merupakan gagasan tentang cara mengukur kinerja sebuah organisasi di sektor publik yang berlandaskan kepada tiga hal, yaitu:
1) Rasio Ekonomis
Untuk menghitung rasio ekonomi, rumus berikut yang akan digunakan.
Ekonomi= Input
Input Value×100 %
Tabel 3. 1 Presentase Rasio Ekonomis
Presentase Rasio Ekonomi Kriteria Rasio Ekonomi
< 90% Sangat Ekonomi
90% - 94,99% Ekonomi
95% - 100% Cukup Ekonomi
100,01% - 105% Kurang Ekonomi
>105% Tidak Ekonomi
Sumber: Kepmendagri (Khairunnisa, 2018) 2) Rasio Efisiensi
Untuk menghitung rasio efisiensi, rumus berikut yang akan digunakan.
Efisiensi=Output
Input ×100 %
Tabel 3. 2 Presentase Rasio Efisiensi
Presentase Rasio Efisiensi Kriteria Rasio Efisiensi 40
100% ke atas Tidak Efisien
90% - 100% Kurang Efisien
80% - 90% Cukup Efisien
60% - 80% Efisien
Dibawah dari 60% Sangat Efisien
Sumber: Kepmendagri (Khairunnisa, 2018) 3) Rasio Efektivitas
Untuk rumus dari perhitungan rasio efektivitas, yaitu:
Efektivitas=Outcome
Output ×100 %
Tabel 3. 3 Presentase Rasio Efektivitas
Presentase Rasio Efektivitas Kriteria Rasio Efektivitas
100% ke atas Sangat Efektif
90% - 100% Efektif
80% - 90% Cukup Efektif
60% - 80% Kurang Efektif
Dibawah dari 60% Tidak Efektif
Sumber: Kepmendagri (Khairunnisa, 2018)
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam hal ini peneliti akan mengolah hasil data primer atau data yang telah diolah oleh orang lain.
Sumber data yang dijadikan pada penelitian ini ialah beberapa dokumen yang didapatkan melalui website terkait dengan data laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja kota Bandung pada periode tahun 2020-2022. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
4.1.1 Profil Kota Bandung
A. Gambaran Umum Kota Bandung
Kota Bandung adalah Kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia dan menjadi Ibu Kota dari Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung sendiri terletak pada koordinat 107º36’ BT dan 6º55’ LS. Area Kota Bandung memiliki luas sekitar 16.729,65 hektar. Luas ini dibuat dilandaskan kepada peraturan daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung nomor 10 tahun 1989 yang merupakan hasil perubahan dari peraturan pemerintahan Nomor 16 tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung.
Kota Bandung berbatasan secara administratif dengan Kabupaten dan Kota lainnya, antara lain:
Utara : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.
Barat : Cimahi
Timur : Kabupaten Bandung
Selatan : Kabupaten Bandung
Apabila dilihat dari perspektif morfologi regional, Kota Bandung berada di area tengah yang dikenal dengan istilah "Cekungan Bandung", yang memiliki luas sekitar 233.000 hektar dan terdiri dari lima kabupaten dan kota administratif: Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan lima kecamatan yang mencakup Kabupaten Sumedang.
Secara geografi, Kota Bandung berada pada ketinggian 700 mdpl. Kelurahan Ledeng di Kecamatan Cicadap memiliki ketinggian 892 mdpl, dan Kelurahan Rancanumpang di Kecamatan Gedebage memiliki ketinggian 666 mdpl. Area di sekitar Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, membentuk cekungan yang dikenal sebagai Bandung Basin.
Geologi merupakan lapisan aluvial yang terbentuk akibat letusan Gunung Tangkuban Perahu membentuk Kota Bandung dan wilayah sekitarnya. Material yang terdapat di bagian Utara umumnya andosol, sementara itu di bagian Selatan dan Timur terdiri dari jenis aluvial kelabu dengan endapan liat. Jenis tanah andosol tersebar di bagian tengah dan barat. Kota Bandung terletak di Cekungan Bandung yang dikelilingi oleh gunung yang masih aktif dan berada diantara tiga wilayah yang memiliki sumber gempa bumi yang saling melingkup antara satu dengan lainnya:
titik awal gempa bumi dari Sukabumi ke Padalarang ke Bandung.
titik awal gempa bumi Bogor-Puncak-Cianjur
gempa bumi terjadi di Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis. Di sepanjang sesar yang ada, wilayah ini aktif, meningkatkan kemungkinan gempa tektonik.
Selain itu, populasi yang tergolong padat serta kerapatan bangunan yang tinggi secara tidak langsung akan meningkatkan risiko bencana di kota Bandung. Iklim pegunungan di sekitar Kota Bandung memengaruhi iklimnya. Namun, suhu telah
44
meningkat dan musim hujan telah lebih lama dari perkiraan dalam beberaa tahun kebelakang. Di Kota Bandung, para penduduknya telah merasakan bahwasanya masim hujan telah berlangsung secara lebih lama daripada biasanya. Suhu rata-rata Kota Bandung selama tahun 2020 adalah 25,86°C; bulan September memiliki suhu tertinggi 33°C dan suhu terendah 15,9°C.
B. Visi dan Misi Kota Bandung a. Visi
“Terwujudnya Kota Bandung Yang Unggul, Nyaman, Sejahtera dan Agamis”
b. Misi
1) Membangun Masyarakat yang Humanis, Agamis, Berkualitas dan Berdaya Saing.
2) Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif, Efisien, Bersih dan Melayani.
3) Membangun Perekonomian yang Mandiri, Kokoh, dan Berkeadilan.
4) Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tata ruang, pembangunan infrastruktur serta pengendalian pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan.
5) Mengembangkan pembiayaan kota yang partisipatif, kolaboratif dan terintegrasi.
4.1.2 Analisis Value for Money Terhadap Kinerja Keuangan Pemerimtah Kota Bandung Konsep VFM merupakan gagasan manajemen organisasi sektor publik yang didasarkan kepada tiga isu sentral, yang meliputi isu ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Para peneliti telah melakukan analisis nilai uang dengan menggunakan tiga ukuran berikut:
1. Ekonomi
Menurut Mahsunn dalam (Anugrahni Anatasya Dea, 2021) “Ekonomi dapat dimaknai dengan hubungan antara pasar dan input atau dalam istilah lain praktik membeli barang ataupun jasa dalam jumlah serta kualitas tertentu dengan harga yang terbaik”. Untuk mencapai keterhubungan ekonomi, organisasi sektor publik dapat membatasi sumber dayanya dengan menghindari kadar pengeluaran yang dirasa tidak perlu dan tidak produktif. Ekonomi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ekonomi= Input
Input Value×100 %
Ketentuan;
a. Jika kurang dari 100% berarti ekonomis.
b. Jika lebih dari 100% berarti tidak ekonomis.
c. Jika sama dengan 100% berarti ekonomis berimbang.
Analisis perhitungan ekonomis dalam kinerja keuangan pemerintahan daerah Kota Bandung pada tahun 2020-2022 dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4. 1 Tingkat Ekonomis
No
Tahu n
Realisasi Pengeluaran
Anggaran Pengeluaran
Rasio Ekonomi
s
Keteranga n
1 2020
5.407.125.732.05 4
6.382.749.756.90
8 84,71% Ekonomis
2 2021
5.675.599.520.63 8
6.525.381.024.96
8 86,98% Ekonomis
46
3 2022
6.473.479.211.55 4
7.412.915.234.85
0 87,33% Ekonomis
Sumber; Data Diolah 2024
Berdasarkan data diatas, rasio ekonomis pada tahun 2020 ada di angka 84,71%, kemudian pada tahun 2021 ada di angka 86,98% dan tahun 2022 menyentuh angka 87,33%. Rasio ekonomis secara keseluruhan diperoleh sebesar 86,34%. Perhitungan ekonomi menunjukkan bahwa hasil perhitungan kurang dari 100% ekonomis, sehingga kinerja keuangan Pemerintah Kota Bandung tahun 2020-2022 sudah ekonomis.
2. Efisiensi
Menurut Indra dalam (Anugrahni Anatasya Dea, 2021) “Efisiensi dapat dimaknai sebagai sebuah hubungan kausalitas antara input serta output dimana barang ataupun jasa yang akan dibeli oleh sebuah organisasi tertentu yang nantinya akan dipergunakan untuk mencapai tujuan berupa jumlah output dalam kadar tertentu.
Efesiensi secara umum akan didefinisikan sebagai sebuah perbandingan antara input dan output yang nantinya akan berkaitan dengan sebuah target yang telah ditetapkan”. Efisiensi bisa dirumuskan sebagai berikut:
Efisiensi=Output
Input ×100 % Ketentuan;
a. Jika kurang dari 100% berarti efisien.
b. Jika lebih dari 100% berarti tidak efisien.
c. Jika sama dengan 100% berarti efisien berimbang.
Analisis perhitungan efisiensi dalam kinerja keuangan pemerintahan daerah Kota Bandung pada tahun 2020-2022 dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 4. 2 Tingkat Efisiensi
No
Tahu n
Realisasi Pengeluaran
Realisasi Pendapatan
Rasio Ekonomi
s
Keteranga n
1 2020
5.407.125.732.05 4
5.643.962.288.45
9 95,80% Efisien
2 2021
5.675.599.520.63 8
5.838.244.931.39
5 97,21% Efisien
3 2022
6.473.479.211.55 4
6.415.745.415.05
9 100,90%
Tidak Efisien Sumber: Data Dioleh 2024
Berdasarkan data diatas, rasio efisien pada tahun 2020 menyentuh angka 95,80%, tahun 2021 menyentuh angka 97,21% dan tahun 2022 menyentuh angka 100,90%.
Rasio efisien secara keseluruhan sebesar 97,97%. Perhitungan efisiensi menunjukkan hasil perhitungan kurang dari 100% dianggap efisien, dan ada juga yang lebih dari 100% dianggap tidak efisien. Berikut bahwa kinerja bidang keuangan
48
pada organisasi Pemerintah Daerah Kota Bandung pada tahun 2020-2021 dikategorikan efisien, dan pada tahun 2022 dikategorikan tidak efisien.
3. Efektivitas
Menurut Haryanto dalam (Anugrahni Anatasya Dea, 2021) “Efektivitas merupakan sebuah hubungan yang muncul karena adanya output dan memiliki kausalitas dengan efektivitas yang dihitung dengan berlandaskan tingkatan output, kebijakan, dan produsen organisasi untuk menggapai suatu tujuan dan seberapa efektif peningkatan hasil program yang mencapai tujuan tersebut. Dengan kata lain efektivitas adalah perbandingan hasil dengan output”. Efektivitas dapat dirumuskan sebagai berikut :
Efektivitas=Outcome
Output ×100 %
Ketentuan:
a. Jika lebih dari 100% berarti efektif.
b. Jika kurang dari 100% berarti efektif.
c. Jika sama dengan 100% berarti efektif berimbang.
Analisis perhitungan efisiensi kinerja bidang keuangan pada organisasi pemerintahan daerah Kota Bandung pada tahun 2020 sampai dengan 2022 dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4. 3 Tingkat Efektivitas No Tahun
Realisasi Pendapatan
Anggaran Pendapatan
Rasio
Ekonomis Keterangan
1 2020
5.643.962.288.45
9 6.151.470.832.765 91,75% Efektif
2 2021
5.838.244.931.39
5 6.084.850.531.457 95,95% Efektif
3 2022
6.415.745.415.05
9 6.824.339.115.185 94,01% Efektif
Sumber: Data Diolah 2024
Dengan menganalisis tabel tersebut, rasio efektif pada tahun 2020 menyentuh angka 91,75%, kemudian pada tahun 2021 menyentuh angka 95,95% dan pada tahun 2022 menyentuh angka 94,01%. Rasio efektif secara keseluruhan sebesar 93,90%. Hasil perekonomian pemerintah Kota Bandung, dapat disimpulkan bahwa efisiensi merupakan indikasi efisien ketika berada di bawah 100%, seperti yang ditunjukkan pada data di atas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Menilik dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan diuraian diatas, terdapat hasil-hasil yang sudah dijabarkan pada kajian sebelum ini. Pada bagian Kesimpulan ini akan disajikan sebuah rangkuman singkat tentang hasil yang diperoleh dari bagian- bagian pada kepenulisan penelitian diatas. Berdasarkan dari kalimat tersebut, maka dspat dihasilkan sebuah keimpulan dari hasil penelitian ini, yaitu:
50
1. Menurut hasil analisis yang dilakukan peneliti, menjelaskan bahwa analisis kinerja keuangan pemerintah kota Bandung dihitung dengan memperhatikan rasio ekonomi yang dimulai pada 2020-2022 dengan rata-rata keseluruhan sebesar 86,34% yang berarti termasuk kedalam kategori ekonomis. Kinerja keuangan Pemerintahan Kota Bandung diukur dengan rasio efisien dari tahun 2020-2022 dengan rata-rata keseluruhan sebesar 97,97%, tetapi pada tahun 2020-2021 saja yang termasuk dalam kategori efisien dan tahun berikutnya 2022 tidak termasuk kedalam golongan yang efisien. Kinerja keuangan Pemerintahan Kota Bandung diukur dengan rasio efektivitas dari tahun 2020-2022 dengan rata-rata keseluruhan sebesar 93,90% yang berarti termasuk kedalam kategori efektif.
2. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, bisa disimpulkan bahwa performa pemerintah kota Bandung cukup ekonomis dan stabil dalam rentang waktu 3 tahun. Kondisi ini memberikan informasi bahwa performa keuangan pemerintah kota Bandung secara ekonomis mampu mempertahankan indeksnya agar tidak meningkat lagi di masa depan.
5.2 Saran
Menilik dari Kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, maka kemudian penulis dapat memberikan beberapa masukan atau saran terkait dengan pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian kali ini, yang meliputi:
1. Dari segi aspek ekonomi, menunjukkan bahwa selama 3 tahun pemerintah Kota Bandung termasuk kategori yang ekonomis, serta bisa mewujudkan program yang sesuai dengan harapannya.
2. Dari segi aspek efisiensi, melihatkan bahwa kinerja keuangan pemerintah Bandung dari tahun 2020-2022 menunjukkan kondisi yang kurang stabil. Ini menunjukkan
bahwa dasarnya pemerintah kota Bandung harus meningkatkan Kembali efisiensi dengan meminimalkan penggunaan dananya.
3. Dari segi aspek efektivitas, menunjukkan bahwa selama 3 tahun pemerintah kota Bandung termasuk kriteria yang efektif, serta bisa mewujudkan program yang sesuai dengan harapannya.
DAFTAR PUSTAKA
(Erna. (2022). Bab ii kajian pustaka bab ii kajian pustaka 2.1. Bab Ii Kajian Pustaka 2.1, 12(2004), 6–25.
Alexandre, J. F. X., Taufik, M., & ... (2023). Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Berdasarkan Value For Money Pada Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2015-2021.
Jurnal Riset Ekonomi …