• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONFLIK KEPENTINGAN DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN RISIKO LITIGASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH KONFLIK KEPENTINGAN DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN RISIKO LITIGASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONFLIK KEPENTINGAN DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN RISIKO

LITIGASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2019)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi

Disusun Oleh:

IGO CAHYONO NIM. 11140820000065

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

(2)

PENGARUH KONFLIK KEPENTINGAN DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN RISIKO

LITIGASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2019)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi

Oleh:

IGO CAHYONO NIM. 11140820000065

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing

YUSRO RAHMA, SE., M.SI.

NIP. 19800506 200801 2 016

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Rabu, 09 Mei 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Igo Cahyono 2. NIM : 11140820000065 3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi :

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan maupun kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 Mei 2018

1. Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc. ( ) NIP. 19870604 201903 2 013 Penguji I

2. Masrul Huda, SE., M.Si. ( ) NIP. 19630506 201411 1 001

Penguji II

Pengaruh Konflik Kepentingan dan Financial Distress Terhadap Konservatisme Akuntansi Dengan Risiko Litigasi Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2019)

(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Selasa, 26 Januari 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Igo Cahyono 2. NIM : 11140820000065 3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi :

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 Januari 2021

1. Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. ( ) NIP. 19760924 200604 2 002 Ketua Penguji

2. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA. ( ) NIP. 19720516 200901 1 006 Penguji Ahli

3. Yusro Rahma, SE., M.Si. ( )

NIP. 19800506 200801 2 016 Pembimbing

Pengaruh Konflik Kepentingan dan Financial Distress Terhadap Konservatisme Akuntansi Dengan Risiko Litigasi Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2019)

(5)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Igo Cahyono NIM : 11140820000065 Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jika dikemudian hari ada tuntutan pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 12 Januari 2021 Yang Menyatakan,

(Igo Cahyono)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Igo Cahyono

2. Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 13 Agustus 1996 3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Islam

5. Anak ke- dari : 1 dari 2 bersaudara

6. Alamat : Jalan H. SOM No. 86 RT 003 RW 01 Kel. Pondok Pucung, Kec. Pondok Aren Kota Tangerang Selatan

7. Telepon : 0812-9979-4887 dan 0857-7306-7155

8. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Negeri Pondok Pucung 01 Tahun 2002 - 2008 2. SMP Negeri 05 Tangerang Selatan Tahun 2008 - 2011 3. SMK Negeri 02 Tangerang Selatan Tahun 2011 - 2014 4. S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Tahun 2014 – 2020

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Ikatan Remaja Pengajian Musholla Nurul Fajar, Periode 2013-2015.

2. IRPPU (Ikatan Remaja Pengajian Pondok Pucung), Periode 2015-2016.

3. HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Akuntansi, Periode 2015-2016.

4. SEMA (Senat Mahasiswa) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Periode 2016-2017.

5. Divisi Dana Usaha KKN MOKSA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

IV. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Peserta Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi “Right Way, Bright Future with Accounting” di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Jakarta.

2. Peserta Diskusi Publik Pendidikan Pilkada Anak Muda “Peran Generasi Muda dalam Mensukseskan Pilkada Serentak 2015” di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Jakarta.

3. Peserta Seminar “Sosialisasi Perkembangan Terkini Profesi Di Bidang Akuntansi dan Ujian Sertifikasi Akuntan dan Akuntan Publik” di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Jakarta.

4. Peserta Workshop “Aplikasi Akuntansi Zahir” di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Jakarta.

5. Peserta Seminar GEN M “Generation Moeslim Busniness Trend Seminar”

di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Jakarta.

6. Peserta Workshop "Risk Based Internal Audit" di PT. Jamkrindo (Jaminan Kredit Indonesia), Kemayoran Jakarta Pusat.

7. Peserta Workshop "Loss Event Manajemen" di PT. Jamkrindo (Jaminan Kredit Indonesia), Kemayoran Jakarta Pusat.

V. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Nama Ayah : Syatiri

2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 13 Mei 1971 3. Pekerjaan : Karyawan Swasta

4. Nama Ibu : Ermawati

5. Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 18 Juli 1968 6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

9. Alamat : Jalan H. SOM No. 86 RT 003 RW 01 Kel. Pondok Pucung, Kec. Pondok Aren Kota Tangerang Selatan

(8)

THE INFLUENCE OF CONFLICT OF INTEREST AND FINANCIAL DISTRESS TO ACCOUNTING CONSERVATISM

WITH LITIGATION RISK AS A MODERATING VARIABLES (Empirical Study On Registered Manufacturing Companies On the Indonesian

Stock Exchange Period 2017-2019)

ABSTRACT

This research aimed to obtain empirical evidence about the effect of conflicts of interest between investors and creditors regarding dividend policy and financial distress on the level of accounting conservatism. In addition, this research also aimed to obtain empirical evidence whether the variable litigation risk moderate the relationship between conflict of interest and financial distress on the level of accounting conservatism. The sample used in this research are companies engaged in manufacturing listed on the IDX starting from the period 2017-2019. The sampling technique used was purposive sampling. Based on the criteria, a sample of 63 manufacturing companies was selected with a total of 189 research observations data.

Furthermore, the data analysis technique in this research used multiple linear regression analysis and moderated regression analysis (MRA). The accounting conservatism variable is measured by the accrual measure, conflict of interest is measured by the DIVASS ratio, financial distress is measured by the Grover model and litigation risk is measured by asset growth. Meanwhile, the research results prove that simultaneously the variables of conflict of interest, financial distress and litigation risk had a significant effect on the level of accounting conservatism. However, the partial test results state that the conflict of interest variable had no significant effect on the level of accounting conservatism.

Meanwhile, the financial distress variable had a significant negative effect on the level of accounting conservatism. Litigation risk as a moderating variable cannot moderate the relationship between conflict of interest and financial distress on the level of accounting conservatism in manufacturing companies.

Keywords: Accounting Conservatism, Conflicts of Interest, Financial Distress, Litigation Risk

(9)

PENGARUH KONFLIK KEPENTINGAN DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN RISIKO

LITIGASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2019)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh konflik kepentingan antara investor dengan kreditor seputar kebijakan dividen dan financial distress terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh bukti empiris apakah variabel risiko litigasi memoderasi hubungan antara konflik kepentingan dan financial distress terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Sampel yang digunakan pada penelitian ini ialah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang terdaftar di BEI mulai dari periode 2017-2019. Teknik penentuan sampel menggunakan purposive sampling.

Berdasarkan kriteria, terpilih sampel berjumlah 63 perusahaan manufaktur dengan total 189 data obeservasi penelitian.

Selanjutnya teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dan moderated regression analysis (MRA). Untuk variabel konservatisme akuntansi diukur dengan ukuran akrual, konflik kepentingan diukur dengan rasio DIVASS, financial distress diukur dengan model Grover serta risiko litigasi diukur dengan asset growth. Adapun, hasil penelitian membuktikan bahwa secara simultan variabel konflik kepentingan, financial distress serta risiko litigasi berpengaruh signifikan terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Namun hasil uji secara parsial, menyatakan bahwa variabel konflik kepentingan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Sedangkan variabel financial distress berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat konservatisme akuntansi.

Risiko litigasi sebagai variabel moderasi tidak dapat memoderasi hubungan antara variabel konflik kepentingan dan financial distress terhadap tingkat konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur.

Kata Kunci: Konservatisme Akuntansi, Konflik Kepentingan, Financial Distress, Risiko Litigasi

(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah, serta karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan lancar, yang mana Skripsi ini berjudul “Pengaruh Konflik Kepentingan dan Financial Distress Terhadap Konservatisme Akuntansi Dengan Risiko Litigasi Sebagai Variabel Pemoderasi”. Salawat serta Salam senantiasa selalu tercurah kepada manusia pilihan yaitu Rasulullah Muhammmad Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai rahmatan lil’alamin, serta suri teladan bagi insan dimuka bumi.

Penyusunan Skripsi ini merupakan tugas akhir yang wajib diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama menyelesaikan penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari telah menerima banyak bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, diantaranya:

1. Allah SWT atas rahmat, nikmat, hidayah dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.

2. Nabi Muhammad SAW yang menjadi panutan di dalam kehidupan penulis.

3. Kedua Orang Tua Penulis, Ibunda Ermawati dan Ayahanda Syatiri atas segala kasih sayang, kesabaran, motivasi, nasihat, perhatian, semangat, dukungan serta doa yang tiada henti yang diberikan kepada penulis. Mereka adalah motivator terbesar bagi penulis dalam penyusunan Skripsi ini.

4. Adik Penulis, Fitri Widya yang telah memberikan semangat, motivasi dan doa kepada penulis. Semoga kita dapat menjadi anak-anak yang berguna bagi Nusa dan Bangsa maupun dapat dibanggakan oleh kedua Orang Tua baik di dunia maupun di akhirat kelak.

5. Keluarga penulis lainnya, baik Paman, Bibi, Nenek yang telah memberikan motivasi, inspirasi, dukungan dan doa yang tiada hentinya kepada penulis.

(11)

6. Bapak Prof. Dr. H. Amilin, SE., M.Si., Ak., CA., QIA., BKP., CRMP. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Ibu Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc. selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya serta dengan sabar memberikan pengarahan, nasihat, bimbingan, dukungan dan motivasi kepada penulis.

10. Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan, dukungan dan motivasi kepada penulis selama penyusunan Skripsi ini.

11. Semua guru, dosen dan pendidik yang telah memberikan ilmu-ilmunya serta nasihat-nasihatnya kepada penulis, mulai dari penulis menempuh pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

12. Seluruh staf dan jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak memberikan bantuan dan pelayanan kepada penulis.

13. Teman-teman seperjuangan di kampus dari awal semester hingga sekarang (geng kantin), Febri, Rizza, Abdul, Ryan, Indra, Acong, Handiko, Nazhif, Manaf, Atinio, Febria, Tirto dan Basjul yang selalu bersama-sama berjuang dari semester awal hingga saat ini. Terima kasih atas kekompakan dan solidaritasnya selama 4 tahun tertawa bersama, saling membantu, semoga kita tetap menjaga kekompakan dan terus memperkuat tali silahturahmi.

14. Teman-teman belajar bersama (geng dadakan), Dwi, Fatin, Najah, Mahhal dan Andi. Terima kasih atas sharing-sharing ilmu, motivasi, dan dukungan yang telah kalian berikan kepada penulis, semoga ilmu-ilmu kita bersama menjadi ilmu yang bermanfaat di dunia dan dapat menolong kita di akhirat kelak.

15. Teman-teman seperjuangan di SMK (Sobat Balance), yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas motivasi, dukungan dan doa kalian kepada penulis. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses.

(12)

16. Teman-teman KKN MOKSA 2017 dan Desa Cibodas, Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor yang telah mengukir cerita dan pengalaman selama satu bulan pelaksanaan KKN.

17. Keluarga besar Akuntansi 2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih karena telah menjadi sahabat-sahabat yang menyenangkan selama ini. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses.

18. Rekan-Rekan Divisi Satuan Pengawasan Intern (SPI) PT. Jamkrindo (persero), terima kasih atas motivasi, doa dan dukungan kepada penulis.

19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas bantuannya dalam terselesaikannya penyusunan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah Skripsi ini, masih banyak sekali kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan, hal tersebut dikarenakan keterbatasan pengalaman maupun kemampuan yang penulis miliki. Oleh Sebab itu, dalam hal ini penulis sangat mengharapkan masukan baik kritik atau pun saran yang bersifat membangun untuk kearah perbaikan kedepannya.

Kemudian penulis juga berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi khususnya dan umumnya bagi para pembaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang ilmu akuntansi secara mendalam, terutama topik yang membahas terkait prinsip konservatisme akuntansi, financial distress, konflik kepentingan seputar kebijakan dividen dan risiko litigasi.

Jakarta, Januari 2021

(Igo Cahyono)

(13)

DAFTAR ISI

COVER……… i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI………. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF………. iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI………. iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH…………. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……… vi

ABSTRACK……….. viii

ABSTRAK………... ix

KATA PENGANTAR………. x

DAFTAR ISI………... xiii

DAFTAR TABEL………... xvii

DAFTAR GAMBAR……….. xviii

DAFTAR LAMPIRAN………... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah………. 21

C. Tujuan Penelitian……….. 21

D. Manfaat Penelitian……… 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian………. 24

1. Teori Akuntansi Positif ……….. 24

2. Teori Keagenan………... 29

3. Teori Sinyal………. 36

4. Konservatisme Akuntansi………... 39

a. Definisi Konservatisme Akuntansi………... 39

b. Pro dan Kontra Prinsip Konservatisme………. 42

c. Konservatisme Akuntansi dalam PSAK………... 46

(14)

d. Pergeseran Konservatisme Menjadi Prudence………. 49

e. Konservatisme Akuntansi dalam IFRS………. 52

5. Konflik Kepentingan...……… 54

a. Konflik Investor-Kreditor Seputar Kebijakan Dividen 55 b. Mengatasi Konflik Kepentingan Seputar Kebijakan- Dividen………. 59

6. Financial Distress………... 60

a. Definisi Financial Distress………... 60

b. Penyebab Financial Distress……… 64

c. Indikator Terjadinya Financial Distress……….. 67

d. Solusi Perusahaan yang Mengalami Financial Distress 68 7. Risiko Litigasi………. 70

a. Definisi Risiko Litigasi………. 70

b. Risiko Litigasi dari Pihak Eksternal Perusahaan…….. 72

c. Biaya Litigasi……….... 74

B. Hasil Penelitian Terdahulu………... 76

C. Pengembangan Hipotesis……….. 80

D. Kerangka Pemikiran………. 88

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian………. 89

B. Metode Penentuan Sampel……… 89

1. Populasi dan Sampel………... 89

2. Metode Pengambilan Sampel………. 90

C. Metode Pengumpulan Data………... 92

D. Metode Analisis Data………... 93

1. Statistik Deskriptif……….. 93

2. Uji Asumsi Klasik………... 94

a. Uji Normalitas………... 94

b. Uji Multikolinearitas………... 96

c. Uji Autokorelasi……….... 96

(15)

d. Uji Heteroskedastisitas………. 98

3. Uji Hipotesis………... 99

a. Model Regresi Linier Berganda………... 99

b. Model Regresi Moderat……….... 100

c. Uji Regresi Secara Simultan (Uji Statistik F)………... 101

d. Uji Regresi Secara Parsial (Uji Statistik T)………….. 102

e. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)…………... 103

E. Operasional Variabel Penelitian………... 104

1. Variabel Independen (X)……….... 104

2. Variabel Dependen (Y)……….. 108

3. Variabel Moderat (Z)………. 110

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian……….. 113

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian……….... 115

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif………... 115

2. Hasil Uji Asumsi Klasik………. 117

a. Hasil Uji Normalitas………. 118

b. Hasil Uji Multikolinearitas………... 121

c. Hasil Uji Autokorelasi……….. 122

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas……… 123

3. Hasil Uji Hipotesis……….. 125

a. Hasil Uji Regresi Linier Berganda………... 125

b. Hasil Uji Regresi Secara Simultan (Uji Statistik F)….. 127

c. Hasil Uji Regresi Secara Parsial (Uji Statistik T)……. 128

d. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)………. 131

e. Hasil Uji Regresi Moderat………. 132

C. Pembahasan Hasil Penelitian……… 135

1. Pengaruh Konflik Kepentingan antara Investor dan Kreditor- Seputar Kebijakan Dividen Terhadap Konservatisme- Akuntansi………... 135

(16)

2. Pengaruh Financial Distress Terhadap Konservatisme-

Akuntansi……… 137

3. Risiko Litigasi Memoderasi Hubungan antara Konflik- Kepentingan dengan Konservatisme Akuntansi………. 139

4. Risiko Litigasi Memoderasi Hubungan antara Financial- Distress dengan Konservatisme Akuntansi……… 142

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……… 145

B. Keterbatasan dan Saran………. 146

DAFTAR PUSTAKA……….. 149

LAMPIRAN-LAMPIRAN………... 158

(17)

DAFTAR TABEL

2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu………. 76

3.1 Deteksi Autokorelasi Positif dan Negatif………. 97

3.2 Kriteria Nilai Cut-Off Model Analisis Grover………. 107

3.3 Ringkasan Operasional Variabel……….. 112

4.1 Tahap Penyeleksian Sampel dengan Kriteria………... 114

4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Seluruh Variabel……… 115

4.3 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov-Smirnov (K-S)……….. 120

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas………... 121

4.5 Hasil Uji Autokorelasi: Durbin-Watson Test………... 122

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas: Glejser………. 124

4.7 Hasil Uji Regresi Linier Berganda………... 125

4.8 Hasil Uji Statistik F……….. 127

4.9 Hasil Uji Statistik T……….. 129

4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)……… 131

4.11 Hasil Uji Regresi Moderat……….... 133

(18)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Skema Kerangka Pemikiran………. 88

3.1 Dasar Keputusan Hasil Uji Durbin Watson………. 97

4.1 Hasil Uji Normalitas: Grafik Histogram……….. 118

4.2 Hasil Uji Normalitas: Grafik Normal Probability Plot……… 119

4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas: Grafik Scatterplot………. 123

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1: Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur………... 159 2. Lampiran 2: Hasil Perhitungan Variabel Konflik Kepentingan…... 161 3. Lampiran 3: Hasil Perhitungan Variabel Financial Distress……... 167 4. Lampiran 4: Hasil Perhitungan Variabel Risiko Litigasi…………. 176 5. Lampiran 5: Hasil Perhitungan Variabel Konservatisme Akuntansi 182

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah perusahaan terdiri dari pihak internal dan pihak eksternal, yang mana pihak internal terdiri dari pemilik (owner), manajer dan para pekerja atau karyawan. Sedangkan pihak eksternal dapat berupa investor, kreditor, instansi pemerintah dan pihak-pihak lainnya. Pihak-pihak tersebut memiliki tujuan dan kepentingannya masing-masing. Dalam suatu perusahaan, keberagaman tujuan tersebut maka harus disinergikan sedemikian rupa dengan berbagai strategi dan tindakan agar suatu perusahaan itu dapat terus beroperasi serta dapat menjaga keberlangsungan (going concern) di masa yang akan datang. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan mempunyai tujuan yakni untuk meningkatkan nilai perusahaan agar dapat memberikan kesejahteraan bagi para pemilik perusahaan.

Dalam akuntansi keuangan, kegiatan pengelolaan perusahaan untuk memenuhi tujuan tersebut sebagaimana dijelaskan dalam teori keagenan.

Dalam teori keagenan menjelaskan bahwa pemegang saham (principal) sebagai pemilik perusahaan menggunakan pihak lain yakni manajemen (agent) untuk menjalankan perusahaan. Kemudian mendelegasikan wewenang tentang pengelolaan dan pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Sebagai pihak pengelola manajer diharapkan mampu mengelola berbagai macam sumber daya yang ada di dalam suatu perusahaan serta mampu mengoptimalkan sumber daya perusahaan tersebut secara ekonomis, efektif dan efisien.

(21)

Sebagai pihak pengelola, manajer juga memiliki kewajiban untuk dapat melaporkan posisi keuangan perusahaan yang telah dikelolanya kepada pemilik perusahaan yaitu para pemegang saham dengan menerbitkan laporan keuangan.

Hal tersebut merupakan bentuk pertanggungjawaban manajer atas pengelolaan sumber daya perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya serta memberikan informasi mengenai kegiatan apa saja yang sudah dilakukan olehnya. Dalam hal ini, laporan keuangan dapat diartikan sebagai catatan informasi mengenai posisi keuangan suatu perusahaan dalam periode akuntansi tertentu. Selain itu, laporan keuangan juga merupakan suatu alat yang sangat dibutuhkan oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan untuk memperoleh informasi tentang posisi keuangan, menilai prestasi dan kondisi ekonomis perusahaan tersebut.

Menurut Suryandari dan Priyanto (2012) laporan keuangan adalah salah satu elemen penting dalam suatu perjalanan entitas bisnis, dimana dalam hal ini laporan keuangan merupakan cerminan bagi perusahaan tersebut untuk menilai hasil kinerja mereka selama beberapa periode tertentu. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan nantinya akan digunakan oleh pihak internal dan pihak eksternal perusahaan. Pihak internal misalnya manajer, laporan keuangan dapat berguna sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja operasi perusahaan. Kemudian pihak eksternal misalnya investor, laporan keuangan berguna untuk mengambil keputusan apakah harus menambah modal, mengurangi atau menjual sahamnya dan melihat kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Sedangkan bagi kreditor laporan keuangan dapat berguna untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban beserta bunganya ketika telah jatuh tempo.

(22)

Lestari (2016) mengatakan bahwa dalam penyusunan laporan keuangan, penyajiannya harus mengikuti prinsip-prinsip standar akuntansi yang berlaku umum agar dapat bermanfaat bagi para penggunanya. Oleh sebab itu, penyajian dan pengungkapan laporan keuangan di Indonesia wajib mengikuti Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dikarenakan kondisi dan situasi perusahaan yang tidak sama, maka PSAK memberikan sedikit kebebasan dalam memilih prinsip-prinsip dan metode akuntansi bagi para perusahaan maupun instansi untuk digunakan dalam penyusunan laporan keuangannya. Perusahaan memilih metode akuntansi yang sesuai dengan kondisinya. Karena aktivitas perusahaan yang dilingkupi dengan ketidakpastian serta kondisi ekonomi yang tidak stabil, maka perusahaan harus bertindak hati-hati dalam menyajikan laporan keuangannya. Tindakan kehati- hatian inilah yang sering disebut sebagai konservatisme akuntansi.

Secara umum, konservatisme adalah bagian dari prinsip akuntansi yang apabila diterapkan maka akan menghasilkan angka-angka laba dan aktiva yang cenderung rendah, sedangkan angka-angka beban dan utang cenderung tinggi (Juanda, 2007). Penerapan prinsip ini mengakibatkan pilihan metode akuntansi yang digunakan merujuk kepada metode yang melaporkan laba dan aktiva lebih rendah sedangkan melaporkan beban dan utang lebih tinggi. Akibatnya, laporan keuangan yang disajikan dengan metode konservatif cenderung menghasilkan laba yang terlalu rendah atau kurang saji. Juanda (2007) mengungkapkan bahwa kecenderungan seperti itu dapat terjadi karena konservatisme menganut prinsip memperlambat pengakuan pendapatan dan mempercepat pengakuan biaya.

(23)

Aristiya dan Budiharta (2014) menyatakan bahwa konservatisme adalah prinsip penilaian akuntansi yang paling kuno dan juga mungkin paling bertahan.

Prinsip konservatisme hingga sekarang ini tetap memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia praktik akuntansi. Konservatisme apabila diterapkan selain untuk mengantisipasi ketidakpastian di masa yang akan datang, juga bermanfaat untuk mengimbangi sikap optimisme yang berlebihan dari pihak manajer dalam melaporkan hasil usahanya (Wahyuni, 2016). Dengan demikian, konservatisme dapat membantu pengguna laporan keuangan seperti investor maupun kreditor dalam menyajikan laba serta aktiva yang tidak overstated. Berikut ini beberapa kasus menunjukkan kurangnya penggunaan prinsip konservatisme akuntansi di dalam penyusunan laporan keuangan. Kurangnya konservatisme kemungkinan dapat menyesatkan para pengguna laporan keuangan (Nasir et al., 2014).

Contohnya kasus Enron Corporation, yakni sebuah perusahaan terbesar peringkat ke-7 di Amerika Serikat yang bergerak dibidang energi seperti listrik, gas alam dan lain sebagainya. Dimana pada tahun 2000 laporan keuangan Enron Corporation menunjukkan penghasilannya sebesar US$101 miliar. Penghasilan besar tersebut itu berasal dari kutak-katik laporan keuangan, penipuan akuntansi yang sistematis, terlembaga dan direncanakan secara kreatif. Enron Corporation juga banyak melakukan transaksi pada perusahaan anak yang diciptakan sendiri untuk menyembunyikan utang-utangnya. Kasus Enron Corporation terkuak saat diketahui perusahaan tersebut sedang memiliki banyak utang. Saham Enron pun dilaporkan menurun tajam. Sehingga, pada akhir tahun 2001 Enron Corporation melaporkan usahanya telah jatuh bangkrut (Kompasiana, 2010).

(24)

Kasus manipulasi laporan keuangan juga terjadi di negara Jepang yang menjerat perusahaan ternama Toshiba Corporation. Pada Mei 2015, perusahaan yang telah berdiri pada tahun 1875, mengejutkan seluruh dunia saat menyatakan bahwa perusahaan tersebut tengah melakukan investigasi sebab adanya skandal akuntansi internal serta harus merevisi perhitungan laba dalam 3 tahun terakhir.

Setelah dilakukan investigasi ditemukan bukti bahwa Toshiba Corporation telah mengalami kesulitan dalam mencapai target keuntungan bisnis sejak tahun 2008 yakni saat terjadinya krisis global. Karena hal tersebutlah Toshiba Corporation melakukan penggelembungan laba bersihnya sejumlah ¥151,8 miliar atau setara Rp15,85 triliun antara periode dari April 2008 hingga Maret 2014, sebagaimana dilansir dari situs media online yakni (Kompas.com, 2015).

Skandal akuntansi tidak hanya terjadi di luar negeri saja, di dalam negeri pun sering kita temukan kasus serupa. Sebagai negara yang belum stabil kondisi ekonominya Indonesia juga terkena wabah meluasnya skandal akuntansi. Kasus manipulasi laporan keuangan sering ditemukan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia tak terkecuali dilakukan oleh perusahaan milik negara (BUMN) yang terbukti beberapa perusahaan telah melakukan accounting fraud. Kasus seperti PT. Kimia Farma (Persero) pada tahun 2002, lalu PT. KAI (Persero) pada tahun 2005, PT. Waskita Karya (Persero) pada tahun 2008 dan masih banyak lainnya.

Selanjutnya baru-baru ini kembali terulang kasus serupa, dimana kali ini datang dari perusahaan yang telah dikenal masyarakat luas yang bergerak dibidang jasa penerbangan dan asuransi yakni PT. Garuda Indonesia (Persero) terungkap pada tahun 2019 dan PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) pada tahun 2020.

(25)

Menurut situs online yang diungkapkan oleh Detik.com (2019), bahwa kasus PT. Garuda Indonesia (Persero) ini berawal ketika hasil laporan keuangan untuk periode 2018 membukukan laba bersihnya yakni sebesar US$809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar. Dimana angka ini melonjak tajam jika dibandingkan periode 2017 yang mengalami kerugian yaitu sebesar US$216,5 juta. Dalam hal ini, meningkatnya laba bersih tersebut disebabkan karena PT. Garuda Indonesia (Persero) telah memasukkan keuntungan dari perjanjian kerja sama penyediaan layanan konektivitas penerbangan yang belum dibayarkan sebesar US$239 juta dari PT. Mahata Aero Teknologi yakni sebagai penyedia layanan. Dana tersebut masih bersifat piutang tapi sudah diakui sebagai pendapatan, alhasil perusahaan yang seharusnya merugi lalu mencetak laba. Dengan adanya kesalahan tersebut, hal ini membuat OJK dan BEI memberi sanksi untuk Garuda Indonesia.

Sedangkan untuk kasus PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) hal ini dimulai ketika Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah melakukan dua kali investigasi sepanjang tahun 2010 hingga 2019. Hasil pemeriksaan menunjukkan Jiwasraya pernah melakukan modifikasi laporan keuangannya di tahun 2006. Pembukuan yang seharusnya terhitung merugi kemudian dimodifikasi sedemikian rupa oleh Jiwasraya. Hal ini membuktikan adanya masalah tekanan likuiditas di Jiwasraya yang telah ada sejak lama. Selain itu, BPK juga menilai adanya ketidakwajaran pada pembukuan laba bersih Jiwasraya tahun 2017. Laba bersih yang dibukukan sebesar Rp360,3 miliar dinilai BPK ada kekurangan pencadangan sebesar Rp7,7 triliun, sehingga jika pencadangan dilakukan sesuai ketentuan maka perusahaan dalam hal ini seharusnya menderita kerugian (Okezone.com, 2020).

(26)

Terungkapnya beberapa contoh kasus di atas, hal ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut menunjukkan tindakan kurang hati-hati dalam mengantisipasi ketidakpastian yang melekat pada setiap aktivitas bisnis perusahaan. Kemudian, perusahaan-perusahaan tersebut dinilai terlalu optimis dalam mengakui laba, misalnya laba yang seharusnya dilaporkan untuk periode di masa yang akan datang atau laba yang belum terjadi, tetapi sudah diakui dan dilaporkan pada periode masa kini, sehingga hal tersebut mengakibatkan terjadi kelebihan (overstated) pada akun laba bersih. Kasus seperti ini sekali lagi dapat menyesatkan dan merugikan para pemakai laporan keuangan. Dengan demikian untuk mengurangi hal tersebut, salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan menyajikan laporan keuangan yang bersifat konservatif.

Prinsip konservatisme hingga saat ini masih dinilai sebagai prinsip yang kontroversial, sehingga menimbulkan pro dan kontra diantaranya bagi kalangan peneliti (Rohmaniyah, 2016). Banyak pihak yang mendukung serta menentang prinsip konservatisme tersebut. Pihak yang mendukung prinsip konservatisme diantaranya yakni Aristiya dan Budiharta (2014) berpendapat bahwa penerapan prinsip konservatisme digunakan untuk menghindari prilaku oportunistik pihak manajer dalam menilai aset perusahaan dengan nilai yang lebih tinggi. Biasanya manajer melakukan hal tersebut dengan tujuan agar kinerjanya dinilai lebih baik dan berharap agar harga saham perusahaan dapat meningkat. Kemudian prinsip konservatisme juga dianggap mampu untuk menyelesaikan masalah keagenan, maksudnya ialah menghindari asimetri informasi dengan menerapkan akuntansi yang konservatif untuk menghasilkan laba yang lebih berkualitas.

(27)

Dukungan lain disampaikan Alhayati (2013) yang menjelaskan bahwa penggunaan metode akuntansi yang konservatif akan dapat menghasilkan suatu laporan keuangan yang pesimis. Hal tersebut diperlukan untuk menetralkan rasa optimistis yang berlebihan dan mengurangi risiko dari sikap optimistis tersebut yang dilakukan pihak manajer dan pemilik perusahaan. Sikap optimistis di sini, maksudnya adalah penyajian laba bersih yang tinggi akan menimbulkan bahaya daripada penyajian laba bersih yang lebih rendah. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya risiko tuntutan dari berbagai pihak, investor yang menuntut dividen, manajer yang menuntut kompensasi, karyawan yang menuntut kenaikan upah, pemerintah yang menuntut pajak, masyarakat yang menuntut pelayanan publik.

Akibatnya dapat menimbulkan risiko baru yaitu terjadinya kebangkrutan.

Selain pihak-pihak yang mendukung penerapan prinsip konservatisme, kemudian ada pula pihak yang menolak penerapan prinsip ini. Berikut beberapa alasan yang disampaikan oleh para peneliti. Pendapat pertama disampaikan oleh Andreas et al., (2017) yang menyatakan bahwa suatu laporan keuangan apabila penyusunannya menggunakan metode yang sangat konservatif, maka hasilnya akan menyebabkan laporan keuangan menjadi bias, tidak mencerminkan realita sesungguhnya, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi dan menilai risiko perusahaan. Kemudian pendapat lainnya diungkapkan oleh Rohmaniyah (2016) yang menjelaskan bahwa penerapan prinsip konservatisme tersebut dianggap sebagai kendala atau hambatan dalam mempengaruhi kualitas laporan keuangan, dengan menerapkan konservatisme akuntansi dianggap laba yang dihasilkan tidak berkualitas, tidak relevan dan tidak bermanfaat.

(28)

Selanjutnya, dilema penggunaan konservatisme akuntansi menjadi lebih menarik untuk dibahas ketika International Financial Reporting Standards atau IFRS mulai diterapkan di berbagai negara. Di Indonesia sendiri keputusan untuk mengadopsi IFRS secara penuh (full adoption) dimulai efektif pada tahun 2012.

Tujuan Indonesia mengadopsi IFRS, selain hal ini merupakan kesepakatan hasil dari pertemuan para pemimpin negara G20, dimana Indonesia sebagai salah satu anggota dari negara G20 tersebut, yakni agar laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat diperbandingkan dan juga dapat diterima secara umum oleh negara-negara lain sehingga perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak akan menghadapi kesulitan untuk memperoleh investor asing yang mungkin disebabkan karena perbedaan standar yang diacu.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa dengan adanya adopsi IFRS, hal ini akan menyebabkan terdapat beberapa perubahan pada standar akuntansi di Indonesia.

Salah satunya yakni dalam hal pengukuran serta penilaian. Dimana pada standar akuntansi IFRS membuka peluang pemakaian nilai wajar (fair value) yang lebih luas terhadap beberapa item, misalnya aset tetap dan aset tidak berwujud. Dalam hal ini, penggunaan nilai wajar bertujuan untuk meningkatkan relevansi terkait informasi akuntansi untuk pengambilan sebuah keputusan karena menunjukkan nilai terkini/teraktual. Konsep ini bertentangan dengan konsep harga perolehan, yang mendasarkan penilaian pada nilai perolehan awal (historical cost). Standar akuntansi Indonesia sebelumnya mengacu pada historical cost oleh US GAAP, yang mempunyai konservatisme lebih tinggi dibanding fair value. Adopsi IFRS membuat konservatisme semakin berkurang penerapannya (Sinta, 2016).

(29)

Sehubungan dengan itu, prinsip konservatisme tidak berlaku lagi dalam IFRS. Sebab laporan keuangan menurut IFRS harus memenuhi understandable, relevan, reliable, comparable serta tanpa diikuti oleh bias konservatif (Juanda, 2012). Dan IFRS memperkenalkan konsep baru yang disebut dengan prudence.

Dalam hal ini perbedaan yang mendasar adalah pendapatan boleh diakui apabila syarat-syarat pada pengakuan pendapatan (revenue recognition menurut IFRS), telah terpenuhi semua meskipun realisasinya belum didapatkan. Prudence lebih berfokus pada kehati-kehatian terkait melakukan penilaian dalam keadaan yang tidak pasti pada suatu perusahaan. Sehingga penilaian perusahaan terhadap aset, kewajiban, pendapatan serta beban memang mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya tanpa melakukan rekayasa (Apriani, 2015).

Penerapan prinsip konservatisme semenjak diberlakukannya IFRS tetap dipertahankan pada berbagai area, meskipun di dalam IFRS menyiratkan bahwa prinsip ini sudah tidak lagi digunakan (Juanda, 2012). Sebab pada kenyataannya perusahaan-perusahaan tetap harus berhadapan dengan ketidakpastian di tengah era IFRS. Maka, hal yang dianggap baik untuk mengatasi ketidakpastian, adalah dengan menganut prinsip konservatisme akuntansi pada level yang tepat, dalam penyajian laporan keuangan perusahaan. Dalam hal ini beberapa hasil penelitian sebelumnya membuktikan bahwa penerapan konservatisme semakin meningkat setelah dilakukan adopsi IFRS di beberapa negara. Hal ini menunjukkan bahwa konservatisme masih memberikan banyak kegunaan bagi yang menerapkannya.

Namun, adapula hasil penelitian yang membuktikan bahwa konservatisme telah menurun penggunaannya setelah dilakukan adopsi IFRS.

(30)

Berikut beberapa hasil penelitian seperti yang dilakukan oleh Balsari et al., (2010), Zhang (2011), Marzuki dan Wahab (2016) serta El-Bannany (2018), yang sama-sama melakukan penelitian tentang perbandingan penerapan prinsip konservatisme sebelum dan sesudah konvergensi IFRS. Hasilnya membuktikan bahwa penggunaan konservatisme justru meningkat setelah adanya konvergensi IFRS di negara-negara seperti Turki, Selandia Baru, Malaysia, Mesir dan UEA.

Selain adanya peningkatan, dalam hal ini juga terdapat beberapa hasil penelitian yang menyatakan adanya penurunan. Seperti penelitian yang dilakukan Arabiat dan Khamees (2016), Zeghal dan Lahmar (2016) dimana berhasil membuktikan bahwa penerapan konservatisme semakin menurun setelah adanya konvergensi IFRS di negara seperti Yordania dan beberapa negara uni eropa.

Di Indonesia sendiri penelitian mengenai topik serupa juga telah banyak dilakukan, tetapi hasilnya belum menunjukkan kekonsistenan. Hal ini sekaligus memberikan bukti konservatisme masih diterapkan oleh beberapa negara untuk menghadapi ketidakpastian. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya penerapan konservatisme akuntansi oleh perusahaan. Menurut Fitri (2015) faktor pertama dikarenakan adanya masalah konflik kepentingan.

Masalah konflik kepentingan dalam hal ini tentunya dapat terjadi antara pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam suatu perusahaan. Konflik dapat terjadi baik antara manajer dengan pemegang saham/investor, investor dengan kreditor, manajer dengan kreditor, manajer dengan instansi pemerintah dan lain sebagainya. Tetapi dalam penelitian ini lebih berfokus pada konflik kepentingan yang terjadi yaitu antara pihak investor dengan pihak kreditor.

(31)

Konflik kepentingan yang terjadi antara investor dengan kreditor timbul bersumber dari suatu masalah keagenan, dimana masing-masing pihak tersebut memiliki motivasi untuk memenuhi kepentingannya dalam rangka memberikan keuntungan bagi dirinya pribadi. Konflik kepentingan investor dengan kreditor berawal pada saat perusahaan memiliki sumber pendanaan dari utang, kebijakan dividen dan kebijakan investasi (Jensen dan Meckling, 1976). Sedangkan Sari (2004) menambahkan kembali satu penyebab masalah yang dapat menimbulkan konflik kepentingan diantara mereka yaitu kebijakan penggantian aktiva. Pihak investor memanfaatkan keempat kebijakan tersebut untuk memperkaya dirinya dengan cara menekan pihak manajer agar melakukan transfer kekayaan aktiva milik kreditor menjadi milik investor. Dalam penelitian ini yang menjadi topik khusus pembahasan hanya konflik kepentingan seputar kebijakan dividen.

Novita (2017) menjelaskan konflik kepentingan antara investor dengan kreditor seputar kebijakan dividen dapat terjadi, ketika pihak investor berusaha mengambil keuntungan dari dana kreditor melalui pembayaran dividen berlebih sebagai hasil dari investasinya. Sedangkan pihak kreditor memiliki kepentingan yakni menuntut perusahaan untuk tidak membayarkan dividen yang berlebihan kepada investor agar tersedia aset/jaminan yang cukup untuk pembayaran utang perusahaan kepada dirinya (Adhiputra, 2018). Selain itu, kreditor juga berusaha menjaga keamanan dananya yang dipinjamkan kepada perusahaan dan berharap agar memperoleh keuntungan di masa depan berupa pendapatan bunga. Dengan demikian, untuk menghindari terjadinya transfer kekayaan, maka pihak kreditor menekan pihak manajer agar menerapkan akuntansi yang konservatif.

(32)

Perusahaan yang menerapkan akuntansi yang konservatif, maka laporan keuangannya akan menghasilkan nilai laba dan aktiva yang cenderung rendah, sehingga menyebabkan dividen yang dibagikan manajer kepada para pemegang saham atau investor akan berkurang. Kemudian akuntansi yang konservatif juga memberikan gambaran kepada kreditor tentang ketersediaan aktiva yang cukup untuk pembayaran utang perusahaan kepada dirinya (Fitri, 2015). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka konservatisme diharapkan mampu untuk mengurangi konflik kepentingan investor dengan kreditor seputar kebijakan dividen.

Selain faktor konflik kepentingan antara investor dengan kreditor, faktor lain yang dapat mempengaruhi penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif dalam suatu perusahaan yaitu masalah financial distress (Dewi dan Suryanawa, 2014). Menurut Fathurahmi et al., (2015) financial distress atau dikenal dengan sebutan lain kesulitan keuangan yakni dapat diartikan sebagai munculnya sinyal atau gejala-gejala awal kebangkrutan, yang ditandai adanya penurunan kondisi keuangan yang sedang dialami oleh suatu perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan financial distress merupakan tahapan awal yang terjadi sebelum perusahaan benar-benar mengalami kebangkrutan/dilikuidasi.

Pratama (2016) menjelaskan bahwasannya financial distress itu dimulai ketika suatu perusahaan tersebut tidak mampu dalam memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban yang bersifat jangka pendek termasuk kewajiban likuiditas, maupun kewajiban yang termasuk kategori solvabilitas. Pada umumnya, bahwa kemungkinan terjadinya financial distress salah satu penyebabnya dikarenakan meningkatnya penggunaan utang. Logikanya semakin besar penggunaan utang,

(33)

semakin besar beban bunganya, maka semakin besar pula probabilita penurunan penghasilan yang menyebabkan terjadinya financial distress (Fathurahmi et al., 2015). Pendapat tersebut didukung oleh Setyaningsih (2008), yang menyatakan bahwa kondisi kebangkrutan suatu perusahaan dapat terjadi, disebabkan karena kegagalan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasionalnya selama beberapa periode berturut-turut.

Financial distress dapat terjadi di berbagai perusahaan dan bisa menjadi penanda/sinyal dari kebangkrutan yang mungkin akan dialami oleh perusahaan.

Apabila perusahaan sudah masuk dalam situasi financial distress, maka manajer perusahaan harus bersikap hati-hati, karena apabila salah mengambil keputusan bisa saja perusahaan tersebut menuju ketahap kebangkrutan (Dwijayanti, 2010).

Hal ini tentunya akan merugikan banyak pihak. Tidak hanya itu, situasi tersebut akan menjadikan manajer sebagai pihak yang paling disalahkan, karena kondisi kebangkrutan terjadi dipengaruhi buruknya kualitas manajer. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu tindakan yang dapat dilakukan, dengan mengatur tingkat konservatisme dalam penyusunan laporan keuangan.

Secara teori, dapat dijelaskan bahwa hubungan antara financial distress dengan konservatisme akuntansi akan menghasilkan dua prediksi yang berbeda, yakni prediksi menurut teori akuntansi positif dengan teori sinyal. Menurut teori akuntasi positif memprediksi, adanya hubungan negatif antara financial distress dengan tingkat konservatisme akuntansi. Dengan kata lain, apabila perusahaan sedang mengalami masalah kesulitan keuangan, maka akan mendorong manajer untuk menurunkan tingkat konservatisme akuntansi (Lo, 2005).

(34)

Selanjutnya, dalam teori ini juga memprediksi bahwasannya perusahaan yang sedang mengalami financial distress maka akan mendorong pihak manajer untuk menerapkan kembali akuntansi yang liberal. Manajer juga akan memiliki kecenderungan untuk melakukan manajemen laba yakni dengan meningkatkan nilai pendapatan dan menurunkan beban dengan tujuan untuk menyembunyikan kinerja buruk (Lo, 2005). Tindakan tersebut diambil oleh manajer sebab apabila perusahaan sedang mengalami financial distress, maka tentunya akan membuat manajer sebagai pihak yang paling disalahkan. Manajer sebagai agent juga bisa dituntut dan dihukum sebab hasil kontrak yang tidak memuaskan, karena situasi financial distress yang terjadi diakibatkan dari buruknya kualitas manajer (Fitri, 2015). Kondisi tersebut tentunya dapat memicu pihak pemilik perusahaan untuk melakukan penggantian manajer. Apabila hal ini terjadi maka akan menurunkan nilai pasar manajer di pasar tenaga kerja. Ancaman inilah yang mempengaruhi manajer untuk menurunkan tingkat konservatisme akuntansi (Lo, 2005).

Sedangkan menurut teori sinyal memprediksi, adanya hubungan positif antara financial distress dengan tingkat konservatisme akuntansi. Dengan kata lain, apabila perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan dan mempunyai prospek buruk, maka manajer akan memberi sinyal dengan menyelenggarakan akuntansi yang konservatif. Tujuannya ialah untuk menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan dan laba periode kini serta yang akan datang lebih buruk daripada laba periode sebelumnya. Begitu juga sebaliknya, apabila perusahaan sedang memiliki kondisi keuangan dan prospek yang baik, maka manajer akan memberi sinyal dengan menyelenggarakan akuntansi liberal. Tujuannya adalah

(35)

untuk menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan dan laba periode kini serta yang akan datang lebih baik dibanding laba periode sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketika perusahaan sedang memiliki financial distress yang semakin tinggi, maka hal ini akan mempengaruhi manajer untuk semakin meningkatkan tingkat konservatisme akuntansinya (Lo, 2005).

Setelah menjabarkan masalah konflik kepentingan dan financial distress terkait hubungannya dengan konservatisme akuntansi, selanjutnya peneliti juga akan membahas tentang risiko litigasi yang merupakan variabel moderasi dalam penelitian ini. Lestari (2016) mengatakan bahwa risiko litigasi juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penerapan konservatisme akuntansi dalam suatu perusahaan. Juanda (2009) mendifinisikan risiko litigasi atau risiko tuntutan hukum adalah suatu risiko yang melekat dalam suatu perusahaan, yang memungkinkan terjadinya ancaman litigasi oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan apabila merasa dirugikan. Dimana pihak-pihak tersebut meliputi kreditor, investor, regulator dan lain sebagainya.

Risiko litigasi ialah faktor kondisi eksternal, didasarkan pada pandangan bahwa pihak-pihak yang mempunyai hubungan dengan perusahaan merupakan pihak yang memperoleh perlindungan secara hukum, termasuk diantaranya bagi investor dan kreditor yang juga dilindungi secara hukum. Jika suatu perusahaan menerima risiko litigasi, itu dikarenakan oleh ketidakmampuan dari perusahaan tersebut dalam memenuhi hak-hak dari para pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan, termasuk tidak terpenuhinya hak serta kepentingan untuk investor dan kreditor. Investor menanamkan dananya kepada suatu perusahaan

(36)

tentunya memiliki kepentingan untuk memperoleh penghasilan jangka panjang berupa penghasilan dividen maupun capital gain. Begitu juga kreditor, memberi pinjaman dananya kepada perusahaan dengan kepentingan untuk memperoleh penghasilan berupa bunga dan pengembalian pinjaman di masa lain. Oleh sebab itu, dalam rangka memperjuangkan hak-haknya pihak investor maupun kreditor dapat melakukan litigasi atau tuntutan hukum kepada perusahaan.

Fitri (2015) mengatakan bahwa risiko litigasi atau risiko tuntutan hukum dapat mempengaruhi hubungan antara konflik kepentingan yang terjadi seputar kebijakan dividen terhadap konservatisme akuntansi. Dimana ketika terjadinya konflik kepentingan antara investor dengan kreditor seputar kebijakan dividen, berawal dari pihak investor yang berusaha mengambil keuntungan dengan cara menekan manajer agar memberikan dividen yang berlebihan, maka hal ini akan mengakibatkan tidak tersedianya aktiva/jaminan yang cukup untuk pembayaran pinjaman perusahaan kepada pihak investor ketika jatuh tempo.

Jika perusahaan tidak mampu dalam melunasi utang/pinjamannya pada pihak kreditor, maka hal ini akan mendorong kreditor untuk melakukan tuntutan atau litigasi kepada perusahaan. Kreditor mengambil keputusan tersebut, karena kreditor merasa dirugikan akibat hak-haknya tidak dipenuhi perusahaan. Ketika perusahaan sudah menjadi objek litigasi, perusahaan akan mengeluarkan biaya litigasi, biaya tersebut tidak kecil sebab telah berurusan dengan masalah hukum.

Sehingga untuk menghindari risiko litigasi, perusahaan yang sedang mengalami konflik kepentingan investor dan kreditor seputar kebijakan dividen, maka akan mendorong manajer untuk meningkatkan konservatisme akuntasinya.

(37)

Lalu risiko litigasi juga dapat mempengaruhi hubungan antara financial distress dengan konservatisme akuntansi. Ketika perusahaan sedang mengalami financial distress, risiko litigasi dapat muncul baik dari pihak kreditor maupun investor. Pratama (2016) mengatakan, financial distress dimulai pada saat suatu perusahaan tidak mampu dalam memenuhi kewajibannya, baik kewajiban yang bersifat jangka pendek maupun yang bersifat jangka panjang. Dengan demikian, kondisi tersebut akan mendorong pihak kreditor untuk melakukan tuntutan atau litigasi kepada perusahaan, sebab perusahaan dianggap telah melanggar kontrak utang, karena tidak menjalankan operasinya sesuai dengan kontrak yang sudah disepakati bersama. Selain itu, perusahaan telah membuat pihak kreditor merugi akibat hak-hak maupun kepentingannya tidak dipenuhi. Kondisi ini tentu akan menyebabkan perusahaan berpotensi mengeluarkan biaya litigasi.

Risiko litigasi juga bisa muncul dari pihak investor. Pada penelitian ini, pendekatan yang dipakai yaitu mengacu pada prediksi menurut teori akuntansi positif. Brigham dan Gapenski (1997) menjelaskan bahwa salah satu penyebab financial distress pada perusahaan, karena terjadinya economic failure, adalah kondisi dimana pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi total biaya selama beberapa periode, atau dengan kata lain ketidakmampuan perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba. Kondisi tersebut tentunya membuat pihak pemegang saham atau investor tidak menerima dividen selama beberapa periode. Sehingga mendorong mereka untuk melakukan tuntutan atau litigasi kepada perusahaan.

Tidak hanya itu, kondisi financial distress pula dapat membuat pihak pemegang saham atau investor sebagai principal melakukan penggantian manajer sebagai

(38)

agent. Karena manajer dianggap telah gagal mengelola perusahaan dengan baik, sebab situasi financial distress yang terjadi diakibatkan oleh buruknya kualitas manajer. Hal ini akan menurunkan nilai pasar manajer di pasar tenaga kerja (Lo, 2005). Dengan demikian, untuk meminimalkan risiko litigasi dari kedua belah pihak, ketika perusahaan sedang mengalami financial distress akan mendorong manajer untuk menurunkan tingkat konservatisme akuntansinya. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk menyembunyikan kinerja buruk manajer. Sebab jika perusahaan tetap bersikukuh menerapkan akuntansi yang konservatif, maka akan menghasilkan angka-angka yang kurang menguntungkan bagi perusahaan, sehingga dianggap dapat lebih memperburuk keadaan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tersebut. Penelitian mengenai konservatisme akuntansi telah banyak dilakukan, tetapi terkait hubungannya dengan variabel konflik kepentingan, risiko litigasi dan financial distress bisa dikatakan masih relatif sedikit. Tidak hanya itu, hasil penelitian terdahulu yang menggunakan variabel serupa juga memperoleh hasil yang belum konsisten. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Paramita (2013) menyatakan bahwasannya konflik kepentingan antara investor dengan kreditor berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Akan tetapi tidak menyangkal pula adanya kemungkinan bagi perusahaan yang tidak menerapkan akuntansi yang konservatif, karena apabila menerapkannya akan mengorbankan aspek lain yaitu berupa kinerja laba yang dilaporkan akan lebih rendah sehingga menyebabkan penilaian dari pihak luar kurang baik (Juanda, 2007). Selanjutnya hasil penelitian terdahulu mengenai financial distress terhadap konservatisme

(39)

akuntansi juga belum konsisten. Hasil penelitian Aryani (2016) menyimpulkan bahwa financial distress berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme akuntansi. Akan tetapi tidak menyangkal pula banyak perusahaan yang semakin meningkatkan konservatisme akuntansinya, sebab apabila menguranginya akan mempengaruhi pihak manajer untuk semakin oportunistik dalam memanipulasi dan membesar-besarkan laba perusahaan. Sehingga hal ini akan mengakibatkan asimetri informasi meningkat dan biaya agensi pun kian bertambah.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Paramita (2013) yang menganalisis hubungan antara konflik kepentingan terhadap konservatisme akuntansi dengan risiko litigasi dan tipe strategi sebagai variabel pemoderasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variabel yang sama yaitu konflik kepentingan sebagai variabel independen dan konservatisme akuntansi sebagai variabel dependen. Tetapi letak perbedaanya yaitu penelitian sebelumnya menggunakan dua variabel pemoderasi, sedangkan pada penelitian ini hanya menggunakan risiko litigasi sebagai variabel pemoderasi. Perbedaan lainnya, peneliti menambahkan kembali satu variabel financial distress sebagai variabel independen. Selanjutnya, peneliti akan mengambil populasi penelitian pada perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di BEI dengan menggunakan data ICMD tahun 2017-2019, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan data ICMD tahun 2010-2012. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian, “Pengaruh Konflik Kepentingan dan Financial Distress Terhadap Konservatisme Akuntansi dengan Risiko Litigasi Sebagai Variabel Pemoderasi”.

(40)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Apakah konflik kepentingan antara investor dan kreditor seputar kebijakan dividen berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi?

2. Apakah financial distress berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi?

3. Apakah risiko litigasi sebagai variabel moderasi mempengaruhi hubungan antara konflik kepentingan terhadap konservatisme akuntansi?

4. Apakah risiko litigasi sebagai variabel moderasi mempengaruhi hubungan antara financial distress terhadap konservatisme akuntansi?

C. Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

1. Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh konflik kepentingan investor dan kreditor seputar kebijakan dividen terhadap konservatisme akuntansi.

2. Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh financial distress terhadap konservatisme akuntansi.

3. Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh risiko litigasi memoderasi hubungan antara konflik kepentingan terhadap konservatisme akuntansi.

4. Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh risiko litigasi memoderasi hubungan antara financial distress terhadap konservatisme akuntansi.

(41)

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat baik yang bersifat teoritis maupun praktis, antara lain sebagai berikut:

1. Kontribusi Teoritis

a. Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk menambah wawasan maupun ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan permasalahan di bidang akuntansi dan keuangan seperti konflik kepentingan yang terjadi antara investor dan kreditor seputar kebijakan dividen, financial distress, risiko litigasi, konservatisme akuntansi serta cara untuk mengantisipasi dari permasalahan tersebut.

b. Peneliti berikutnya, penelitian ini bermanfaat sebagai sumber referensi atau rujukan bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik yang sejenis, serta penelitian ini diharapkan dapat memperkuat hasil-hasil dari penelitian terdahulu.

c. Peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi serta sebagai bahan kajian literatur bagi peneliti untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam memahami konsep konservatisme akuntansi. Selain itu, penyusunan penelitian ini juga dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti pribadi dalam merumuskan, menganalisa, dan memecahkan permasalahan terkait dengan topik penelitian seputar konflik kepentingan, financial distress, risiko litigasi dan konservatisme akuntansi, hal ini tentunya memberikan kepuasan tersendiri bagi peneliti dikarenakan mampu untuk memecahkan permasalahan tersebut.

(42)

2. Kontribusi Praktis

a. Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk membantu para manajer maupun calon manajer untuk memahami konsep akuntansi yang konservatif. Kemudian memberikan masukan kepada para manajer tentang peranan penting akuntansi yang konservatif di dalam mengatasi suatu permasalahan seputar konflik kepentingan.

b. Investor dan calon investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi maupun pengetahuan bagi para investor serta calon investor untuk membantu mereka dalam mengambil sebuah keputusan terkait kegiatan investasi, apakah harus menambah modal, mengurangi atau menjual saham yang dimilikinya pada suatu perusahaan tertentu.

c. Kreditor dan calon kreditor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi maupun pengetahuan bagi para kreditor serta calon kreditor untuk membantu mereka dalam mengambil sebuah keputusan terkait kegiatan pemberian pinjaman kepada pihak lain baik perusahaan maupun instansi, apakah mereka dinilai layak untuk diberikan pinjaman, perusahaan yang sedang mengalami masalah financial distress tentunya mereka tidak layak untuk diberikan pinjaman tersebut.

d. Regulator, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada OJK tentang peranan penting penerapan konservatisme akuntansi. OJK diharapkan dapat membuat suatu peraturan yang mendukung penerapan akuntansi yang konservatif, sehingga hal ini menyebabkan tidak ada lagi perusahaan yang melakukan overestimate pada akun laba bersihnya.

(43)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori Penelitian

1. Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)

Menurut Watts dan Zimmerman (1986) teori akuntansi positif dapat didefinisikan sebagai teori yang berusaha untuk menjelaskan, memprediksi, dan memberikan jawaban atas realitas praktik-praktik akuntansi yang ada di masyarakat. Kata menjelaskan (explanation) disini bermaksud menguraikan alasan-alasan mengapa suatu praktik akuntansi dilakukan. Sedangkan kata memprediksi (prediction) berarti teori harus mampu memprediksi berbagai fenomena praktik akuntansi yang belum dijalankan. Fenomena yang belum dijalankan dalam hal ini tidak selalu fenomena yang belum terjadi saja, bisa fenomena yang telah terjadi tetapi belum terdapat bukti secara empiris untuk menjustifikasi fenomena-fenomena tersebut.

Misalnya teori akuntansi positif harus mampu menjelaskan mengapa banyak perusahaan lebih menyukai menggunakan metode pencatatan FIFO daripada menggunakan metode LIFO, atau contoh lain misalnya teori harus mampu menjelaskan mengapa perusahaan kini tetap memilih menggunakan akuntansi historical cost dan mengapa perusahaan lainnya mengubah teknik akuntansi mereka. Teori ini juga harus mampu memprediksi apa akibat yang ditimbulkan di masa mendatang. Validitas teori akuntansi positif dinilai atas dasar kesesuaian teori dengan fakta yang sebenarnya terjadi.

(44)

Pada dasarnya teori akuntansi positif menganut paham maksimisasi kemakmuran (wealth-maximisation) dan kepentingan para pribadi individu.

Teori akuntansi positif menjelaskan bahwa manajer memiliki dorongan atau insentif untuk dapat memaksimalkan kesejahteraannya. Teori ini didasarkan pada pandangan bahwa manajer, investor serta regulator adalah rasional dan mereka berusaha untuk memaksimalkan utility mereka masing-masing yang secara langsung terkait dengan kompensasi mereka, sehingga terkait dengan kesejahteraan mereka pula (Rohmaniyah, 2016).

Selanjutnya teori akuntansi positif juga memprediksi bahwa manajer mempunyai kecenderungan untuk menaikkan laba perusahaan dimana salah satu tujuannya adalah untuk menyembunyikan kinerja buruk. Dalam hal ini, Watts (2003) menyatakan kecenderungan pihak manajer meningkatkan laba perusahaan karena dimotivasi oleh adanya 4 (empat) masalah pengontrakan, diantaranya yakni masa kerja terbatas manajer, kewajiban terbatas manajer, asymmetric information dan asimetri pembayaran.

Pemegang saham maupun kreditor berusaha menghindari kelebihan pembayaran kepada manajer dengan meminta perusahaan agar menerapkan akuntansi yang konservatif (Watts, 2003). Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa manajer umumnya cenderung menerapkan akuntansi liberal, namun pemegang saham (dalam kontrak kompensasi) serta kreditor (dalam kontrak utang), cenderung menginginkan pihak manajer agar menerapkan akuntansi konservatif. Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan bahwa terdapat tiga hipotesis dalam teori akuntansi positif, yakni sebagai berikut:

(45)

a. Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis)

Dalam hipotesis ini, manajer perusahaan dengan rencana bonus tertentu cenderung lebih menyukai kebijakan akuntansi yang menggeser pelaporan laba dari periode mendatang ke periode berjalan/periode masa kini. Dengan kata lain, pada hipotesis rencana bonus ini, manajer (agent) cenderung menaikkan laba perusahaan dengan motif untuk memperoleh bonus. Semakin tinggi laba yang diperoleh tentunya semakin tinggi pula bonus yang akan diterima. Sehingga hal tersebut mengakibatkan laporan keuangan perusahaan semakin kurang konservatif.

b. Hipotesis Kontrak Utang (Debt Covenant Hypothesis)

Dalam hipotesis ini, manajer perusahaan yang mempunyai rasio leverage (debt/equity) yang tinggi, cenderung lebih menyukai kebijakan akuntansi yang dapat menggeser pelaporan laba dari periode mendatang ke periode sekarang. Dengan kata lain, manajer akan memilih kebijakan akuntansi yang dapat meningkatkan laba perusahaan. Motivasi manajer melakukan hal tersebut tentunya untuk memperoleh tambahan dana dari pihak kreditor dengan suku bunga pinjaman yang lebih kecil. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk mengendurkan batasan perjanjian kredit dan untuk mengurangi biaya kegagalan teknis, misalnya seperti biaya untuk melakukan negosiasi ulang dan biaya pengawasan atas perjanjian utang (Setijaningsih, 2012). Secara umum, dalam melakukan perjanjian utang, perusahaan/instansi diharuskan untuk memenuhi beberapa persyaratan yang diajukan oleh pihak kreditor. Beberapa persyaratan tersebut adalah

(46)

persyaratan atas kondisi mengenai posisi keuangan perusahaan. Januarti (2004) dalam artikelnya menjelaskan bahwa di dalam perjanjian kontrak utang mensyaratkan peminjam untuk dapat mempertahankan rasio-rasio keuangan perusahaan. Diantaranya yaitu rasio utang atas modal (debt to equity ratio), modal kerja, ekuitas pemegang saham serta rasio keuangan lainnya selama masa perjanjian. Jika perjanjian tersebut dilanggar, maka perjanjian utang mungkin memberikan hukuman penalti, seperti batasan terhadap pembayaran dividen kepada para pemegang saham dan batasan dalam pemberian tambahan pinjaman. Berdasarkan pernyataan tersebut, umumnya kreditor akan memberikan pinjaman kepada perusahaan yang memiliki posisi keuangan yang sehat, dan keuangan yang sehat itu dapat dilihat dari pencapaian laba maupun pendapatan yang relatif tinggi serta stabil. Kreditor memiliki persepsi bahwa perusahaan dengan laba tinggi, akan melunasi utang beserta bunganya pada tanggal jatuh tempo. Hal ini membuat kreditor merasa aman, karena dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pelanggaran kontrak utang.

c. Hipotesis Biaya Politik (Political Cost Hypothesis)

Dalam hipotesis ini, manajer cenderung lebih memilih kebijakan akuntansi yang dapat menggeser pelaporan laba dari periode berjalan ke periode mendatang/periode masa depan. Dengan kata lain, manajer akan memilih kebijakan akuntansi yang dapat mengurangi nilai laba periodik, sehingga laporan yang dihasilkan perusahaan bersifat lebih konservatif.

Motivasi manajer melakukan hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal

(47)

diantaranya adalah untuk menghindari pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah, para analis sekuritas, masyarakat dan pihak berkepentingan lainnya. Kemudian alasan lainnya yakni untuk mengurangi biaya politik potensial yang harus ditanggung oleh perusahaan. Biaya politik muncul dikarenakan tingginya profitabilitas perusahaan yang menarik perhatian media dan konsumen. Semakin besar profitabilitas yang diperoleh suatu perusahaan, maka semakin besar tuntutan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan tersebut. Pada umumnya, perusahaan yang besar akan lebih disoroti oleh pihak yang berkepentingan daripada perusahaan kecil (Pambudi, 2017). Perusahaan besar cenderung diminta untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap lingkungan sekitarnya serta terhadap pemenuhan atas peraturan yang diberlakukan pemerintah.

Misalnya, perusahaan diharuskan untuk menyediakan pelayanan publik yang lebih baik kepada masyarakat dan juga membayar pajak yang lebih tinggi kepada pemerintah. Dengan demikian untuk mengurangi political cost yang berlebihan, maka manajer cenderung lebih memilih kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan laba perusahaan.

Tiga hipotesis di atas menunjukkan bahwa di dalam teori akuntansi positif terdapat tiga hubungan keagenan yakni, (1) manajer dengan pemilik, (2) manajer dengan kreditor, dan (3) manajer dengan regulator. Selanjutnya, hubungan antara teori akuntansi positif dengan penelitian ini ialah hipotesis- hipotesis pada teori ini saling berhubungan dengan variabel independen dan moderasi yang dapat mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi.

Gambar

Tabel 2.1 (Lanjutan)  Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 (Lanjutan)  Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 (Lanjutan)  Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 4.8  Hasil Uji Statistik F
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan. 2)

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama pada bidang akuntansi keperilakuan dan dapat memberikan bukti

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konflik kepentingan, risiko litigasi dan kontrak hutang terhadap konservatisme laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia

Diharapkan hasil penelitian ini tidak hanya menambah wawasan tentang metode yang berkaitan dengan akuntansi keuangan dan menambah pengetahuan, tetapi juga relevansi

Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang akuntansi dan sebagai sarana untuk penerapan teori- teori yang diperoleh

Analisis regresi pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur suatu data guna mengetahui ada atau tidaknya pengaruh leverage, risiko ligitasi dan ukuran perusahaan terhadap

Hasil penelitian menunjukan bahwa kesulitan keuangan dan firm size berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi,m sedangkan resiko litigasi dan financial leverage tidak berpengaruh