MODUL I
PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON
I. TUJUAN
Tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan nilai waktu ikat awal yang digunakan untuk menentukan semen Portland. Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan untuk melakukan pengujian waktu ikat awal semen Portland untuk pekerjaan sipil (SNI, Metode Pengujian Waktu Ikat Awal Semen Portland Dengan Menggunakan Alat Vicat, 2002)
II. LANDASAN TEORI a. Pengertian
1) Waktu ikat awal adalah waktu yang diperlukan oleh pasta semen untuk mengubah sifatnya dari kondisi cair menjadi padat.
2) Waktu ikat akhir adalah waktu dimana penetrasi jarum v icat tidak terlihat secara visual.
3) Suhu udara adalah suhu ruangan pada saat dilakukan pengujian.
4) Benda uji adalah sejumlah semen Portland dengan berat dan isi tertentu yang dibuat dari contoh-contoh semen Portland.
5) Contoh semen Portland adalah sejumlah semen Portland dengan berat dan isi tertentu yang diambil dari tempat penyimpanan secara acak serta dianggap mewakili sejumlah semen Portland yang akan digunakan untuk suatu pekerjaan.
b. Jumlah Contoh
1) Jumlah contoh semen Portland yang diperlukan untuk pengujian waktu ikat awal semen diterapkan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
2) Jika suatu pekerjaan akan menggunakan lebih dari suatu tipe semen, maka untuk setiap tipe semen yang akan digunakan harus dilakukan pengujian Waktu ikat contoh-contoh untuk setiap tipe awal.
3) Pengambilan contoh-contoh untuk setiap tipe semen dilakukan secara acak berdasarkan ketentuan yang berlaku.
4) Berat atau volume setiap contoh ditetapkan sesuai dengan jumlah benda uji.
c. Pengelolaan contoh
Pengelolaan contoh harus mengikuti peraturan, sebagai berikut:
1) Setiap contoh harus diberi label yang jelas, sehingga identitas contoh dapat diketahui dengan jelas.
2) Label contoh harus memuat:
a) nomor contoh b) tipe semen c) asal pabrik d) jumlah contoh
e) nama teknisi yang mengambil contoh f) tanggal pengambilan contoh
3) Contoh semen harus disimpan ditempat yang kering, agar terhindar dari kemungkinan terjadinya perubahan kondisi dan sifat semen.
d. Sistem Pengujian
1) Pengujian waktu ikat awal semen Portland dilakukan dengan benda uji tunggal.
2) Pencatatan data pengujian harus menggunakan formulir dari laboraturium yang berisi :
a) identitas benda uji dan contoh
b) teknisi penguji.
c) tanggal pengujian.
d) penanggung jawab pengujian e) pencatatan data pengujian
f) nama laboratorium dan instansi penguji.
hasil pengujian harus ditandatangani oleh penanggung jawab pengujian. (SNI, Metode Pengujian Waktu Ikat Awal Semen Portland Dengan Menggunakan Alat Vicat, 2002)
III. ALAT DAN BAHAN a. Alat
1. Stop watch
2. Vicat Apparatus, dengan spesifikasi :
Berat pluyer dan jarum = 300 gram
Panjang jarum = 50 mm
Diameter jarum = 1 mm
3. Mold, dengan ketentuan:
Øbawah = 70 mm
Øatas = 60 mm
Tinggi = 40 mm
b. Bahan
1. Semen Portland minimal 300 gram.
2. Air bersih.
IV. LANGKAH KERJA
a. Membuat pasta semen berbentuk bola dengan tangan,kemudian melemparkan 6 kali dari satu tangan ke tangan yang lain dengan jarak ±15 cm.
b. Masukkan pasta ke dalam cetakan hingga terisi penuh, kemudian taruh di atas plat kaca dan ratakan permukaan atasnya.
c. Memasang jarum Vicat Apparatus sampai menyentuh permukaan atas pasta.
d. Setiap 15 menit, jarum dijatuhkan sehingga menembus pasta selama 30 detik
e. Membuat grafik hubungan antara waktu dan penurunan tersebut.
f. Ikatan awal terjadi pada penurunan 25 mm.
I. Alur Kerja
Gambar I.1 Alur Kerja Pengujian Ikatan Awal Semen Mulai
Alat :
1. Stop watch 2. Loyang 3. Plat Kaca 4. Cetok
5. Vicat Apparatus, dengan spesifikasi : Berat pluyer dan jarum= 300 gram Panjang jarum = 50 mm Diameter jarum = 1 mm 6. Mold, dengan ketentuan:
Øbawah = 70 mm
Øata = 60 mm
Tinggi = 40 mm
Bahan :
1. Pasta Semen Portland minimal 300 gram.
2. Air bersih Laboratorium.
Langkah Pengujian
1. Membuat pasta semen berbentuk bola dengan tangan,kemudian melemparkan 6 kali dari satu tangan ke tangan yang lain dengan jarak
±15 cm.
2. Masukkan pasta ke dalam cetakan hingga terisi penuh, kemudian taruh di atas plat kaca dan ratakan permukaan atasnya.
3. Memasang jarum Vicat Apparatus sampai menyentuh permukaan atas pasta.
4. Setiap 15 menit, jarum dijatuhkan sehingga menembus pasta selama 30 detik
5. Membuat grafik hubungan antara waktu dan penurunan tersebut.
6. Ikatan awal terjadi pada penurunan 25 mm.
Mengamati Hasil Percobaan
Analisis Data
Kesimpulan Selesai
Tahap 3 Analisis Data Tahap 2 Pengujian Ikatan Awal Semen Tahap 1
Persiapan Alat dan Bahan Mempersiapkan Alat dan Bahan
II. Gambar Alat dan Bahan Pengujian Ikatan Awal Semen
Gambar I.A.4 Semen Gambar I.A.5 Air Bersih
Portland Laboratorium
Gambar I.A.6 Stopwatch Gambar I.A.7 Vicat Apparatus (Handphone)
Gambar I.A.8 Mold Gambar I.A.9 Timbangan
Gambar I.A.10 Loyang Gambar I.A.11 Plat
Gambar I.A.12 Cetok
BAB II
PENGUJIAN KUALITAS AGREGAT HALUS
A. PENGUJIAN KUALITAS AGREGAT HALUS ATAU KANDUNGAN BAHAN ORGANIK ( SNI 2816 : 2014 )
1. Tujuan
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memberikan peringatan bahwa mungkin ada sejumlah kotoran organik yang merugikan. Bila sampel yang menggunakan pengujian ini menghasilkan warna yang lebih gelap dari warna standar, disarankan untuk melakukan uji pengaruh kotoran organik pada kekuatan mortar sesuai ASTM C87 (SNI, Metode Uji Bahan Organik Dalam Agregat Halus Untuk Beton, 2014)
2. Dasar Teori
Standar ini meliputi dua prosedur untuk penentuan perkiraan adanya kotoran organik merugikan dalam agregat halus yang akan digunakan dalam mortar atau beton dengan semen hidraulik. Satu prosedur menggunakan larutan warna standar dan yang lainnya menggunakan standar warna kaca.
Nilai-nilai dinyatakan dalam satuan SI atau satuan inch-pound adalah dianggap terpisah sebagai standar. Nilai-nilai dinyatakan dalam setiap sistem tidak harus persis sama, karena itu, setiap sistem harus digunakan secara terpisah satu dengan yang lainnya. Menggabungkan nilai-nilai dari dua sistem dapat menghasilkan ketidaksesuaian dengan standar ini.
Standar ini tidak dimaksudkan untuk mengatasi seluruh masalah keselamatan, Jika ada, terkait dengan penggunaannya. Hal ini merupakan tanggung jawab pemakai standar untuk menetapkan keselamatan dan praktik yang tepat untuk kesehatan dan menentukan penerapan batasan peraturan sebelum digunakan. Standar ini digunakan dalam membuat penentuan awal dari penerimaan agregat halus sehubungan dengan persyaratan ASTM C33 yang berhubungan dengan kotoran organik. Nilai
yang terpenting dari standar ini adalah untuk memberikan peringatan bahwa mungkin ada sejumlah kotoran organik yang merugikan. Bila sampel yang menggunakan pengujian ini menghasilkan warna yang lebih gelap dari warna standar, disarankan untuk melakukan uji pengaruh kotoran organik pada kekuatan mortar sesuai ASTM C87.
Jika sampel uji pada prosedur ini menghasilkan warna lebih gelap dari warna standar, atau Pelat Organik Nomor 3 (Standar Warna Gardner no. 11), agregat halus yang diuji harus dianggap mengandung kotoran organik yang merugikan. Dianjurkan untuk melakukan uji lebih lanjut sebelum menyetujui agregat halus tersebut digunakan dalam beton. Untuk Beton, 2014)
3. Alat Yang Digunakan a. Loyang
b. Gelas ukur 1000 ml
c. Standart warna (Hellige Tester) d. Timbangan skala 1 gram e. Saringan no.4
4. Bahan Yang Digunakan a. Agregat halus 450 gram.
b. Larutan 3 % Natrium Hidroksida (NaOH) dengan 97 % air suling 5. Langkah Kerja
a. Siapkan sampel agregat halus lolos saringan no.4 sebanyak 450 gram.
b. Siapkan larutan Natrium Hidroksida (3 % NaOH dan 97% air).
c. Isi gelas ukur dengan sampel agregat halus yang akan diuji kira-kira 130 ml.
d. Tambahkan larutan Natrium Hidroksida (3% NaOH dan 97% air) kedalam gelas ukur yang telah diberi agregat halus sampai 200 ml.
e. Tutuplah gelas ukur dengan erat, lalu kocok kuat-kuat secara osilasi dan rotasi.
f. Diamkan di tempat yang aman selama ±24 jam dan kemudian amati perubahan warna yang terjadi pada akhir ±24 jam menggunakan hellige tester.
Tidak Ya
Tahap 1 Persiapan Alat dan Bahan
Tahap 2 Pengujian Agregat Halus
Tahap 3 Analisis Data 6. Alur Kerja
Mempersiapkan Bahan : a. Agregat halus 450 gram.
b. Larutan 3% Natrium Hidroksida (NaOH) dengan 97% air suling.
Mempersiapkan Alat:
a. Loyang besi.
b. Gelas ukur.
c. Oven.
d. Standar warna (Hellige Tester).
Langkah kerja : a. Siapkan sampel agregat halus sebanyak 450 gram.
b. Isi gelas ukur dengan sampel agregat halus yang akan diuji kira kira 130 ml c. Tambahkan larutan natrium hidroksida (3% NaOH + 97% air) ke dalam gelas ukur
yang telah diberi agregat halus sampai 200 ml.
d. Tutuplah botol dengan erat, lalu kocok secara osilasi dan rotasi.
e. Diamkan di tempat yang aman selama 24 jam dan kemudian amati perubahan warna yang terjadi pada akhir 24 jam
Warna No 11
Mengamati Hasil Percobaan
Analisis Data
Kesimpulan Mulai
Selesai
Gambar II.1 Alur Kerja Pengujian Kandungan Bahan Organik Pada Agregat Halus
12. Gambar Bahan dan Alat – Alat Praktikum Pengujian Kandungan Bahan Organik
Gambar II.2 Gelas Ukur
Gambar II.7 Timbangan Gambar II.6 NaOH
Gambar II.5 Oven Gambar II.4 Loyang Gambar II .3 Hellige Tester
MODUL 6
PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON
I. TUJUAN
Gambar II.8 Pasir Gambar II.9 Ayakan
Gambar II.10 Hasil Kandungan Bahan Organik
Tujuan pengujian ini ialah untuk mengetahui angka keausan yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus terhadap berat semula dalam persen. Hasilnya dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan jalan atau konstruksi beton.Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan menggunakan mesin abrasi Los Angeles (SNI, Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles, 2008).
II. LANDASAN TEORI
Alat uji keausan agregat Los Angeles adalah salah satu alat simulasi keausan dengan bentuk dan ukuran tertentu dari pelat baja berputar dengan kecepatan tertentu. Besi bulat dan masif dengan ukuran dan berat tertentu yang digunakan sebagai beban. untuk menggerus agregat pada mesin abrasi. Persentase jumlah agregat yang hancur selama pengujian merupakan ukuran dari sifat-sifat agregat yaitu keuletan, kekerasan dan kekuatan.
Menurut SNI-2417-2008 kekerasan dapat diketahui dengan mesin pengaus Los Angeles. Cara uji desak ini juga dapat digunakan untuk memeriksa adanya bagian butir-butir yang lunak dalam agregat dan hasilnya dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan jalan atau konstruksi beton. Pada pengujian ini menggunakan agregat kasar gradasi B gradasi B adalah material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 19.0 mm (3/4 inci) sampai dengan agregat ukuran butir 9,5 mm (3/8 inci).
Metode pengujian ini meliputi prosedur untuk pengujian kesusan agregat kasar dengan ukuran 75 mm (3 inci) sampai dengan ukuran 2,36 mm (saringan No.8) dengan menggunakan mesin abrasi Los Angeles.
(SNI, Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles, 2008).
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1. Saringan ukuran 19,00 mm (No. 34), 12,5 mm (No. 12), dan 9,6 mm (No.3/8) serta 1,7 mm (No. 12).
2. Timbangan skala 5 gram.
3. Mesin Los Angles.
4. 11 bola baja.
5. Loyang.
6. Oven.
b. Bahan
1. Agregat kasar gradasi B sebanyak 6000; gram.
1. Lolos saringan 19,00 mm (No.34) dan tertahan saringan 12,5 mm (No.1/2 ) = 3000 gr.
2.Lolos saringan 12,5 mm (No. 1/2) dan tertahan saringan 9,6 mm (No.3/8 )= 3000 gr.
2. Air
IV. LANGKAH KERJA
a. Menyediakan agregat gradasi B kemudian cuci dan keringkan pada oven selama 24 jam.
b. Setelah 24 jam, ambil dan timbang masing masing agregat sebanyak 2500 gr sehingga berat total nya sebesar 5000 gr.
c. Masukkan agregat dan bola baja sebanyak 11 buah dan agregat kasar yang sudah ditentukan ke dalam mesin Los Angeles.
d. Memutar mesin Los Angeles dengan kecepatan 30-33 rpm sebanyak 500 putaran.
e. Setelah selesai pemutaran, mengeluarkan benda uji dari mesin tersebut, kemudian disaring dengan saringan diameter no.12 (1,7 mm)
f. Cuci agregat sampai bersih.
g. Oven selama 24 jam.
h. Timbang agregat setelah dioven 24 jam
i. Menghitung keausan yang terjadi dan menganalisa data.
I. Alur Kerja
Alat :
1. Saringan No. 34, No. 12, No.3/8 dan No. 12
2. Timbangan skala 5 gram.
3. Mesin Los Angles.
4. 11 bola baja.
5. Loyang.
6. Oven.
Bahan :
1. Lolos No.34 dan tertahan No.1/2 3000 gr.
2. Lolos No. ½ dan tertahan No.3/8 3000 gr.
3. Air Tahap 1
Persiapan Alat dan Bahan Mempersiapkan Alat dan Bahan
Mulai
Gambar III.A.1 Alur Kerja Pengujian Keausan Agregat Kasar
II. Gambar Alat dan Bahan Pengujian Keausan Agregat Kasar Langkah Pengujian
1. Menyediakan agregat gradasi B kemudian cuci dan keringkan pada oven selama 24 jam
2. Setelah 24 jam, ambil dan timbang masing - masing agregat sebanyak 2500 gr sehingga berat totalnya sebesar 5000 gr
3. Masukkan agregat dan bola baja sebanyak 11 buah dan agregat kasar yang sudahditentukan kedalam mesin Los Angeles
4. Memutar mesin Los Angeles dengan kecepatan 30-33 rpm sebanyak 500 putaran 5. Setelah selesai pemutaran, mengeluarkan benda uji dari mesin tersebut,
kemudiandisaring degan saringan diameter no.12 (1,7 mm) 6. Cuci agregat sampai bersih
7. Oven selama ±24 jam
8. Timbang agregat setelah di oven 24 jam 9. Menghitung keausan yang terjadi
Mengamati Hasil Percobaan Analisis Data
Kesimpulan Selesai
Tahap 3 Analisis Data Tahap 2 Pengujian Keausan Agregat Kasar
Keausan <40%
YA
TIDAK
Gambar III.2 Agregat Gambar III.3 Air Kasar
Gambar III.4 Timbangan Gambar III.5 Saringan No. ¾ Skala 5 gram
Gambar III.6 Saringan no. ½ Gambar III.7 Saringan no. 3/8
Gambar III.8 Saringan no. 12 Gambar III. 9 Mesin Los Angeles
Gambar III.10 Oven Gambar III. 11 Bola Baja
Gambar III.12 Loyang
MODUL 8
PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON
I. TUJUAN
Tujuan pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah presentase butiran agregat halus. Distribusi yang diperoleh dapat ditujukan dalam atau grafik. Metode ini maksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dengan menggunakan saringan (SNI, Tentang Metode Uji Analisa Saringan Agregat Halus Dan Agregat Kasar, 2012).
II. LANDASAN TEORI
a. Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi dari batuan - batuan berupa pasir buatan yang dihasilkan alat pemecah batu.
b. Secara umum yang disebut agregat halus adalah agregat dengan ukuran kurang dari 4,75 mm (saringan nomer 4).
c. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
d. Agregat halus juga harus terdiri dari butiran beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan saringan yang telah ditentukan maka harus memenuhi syarat-syarat berikut.
1) Sisa diatas saringan 4 mm harus minimum 2% berat total.
2) Sisa diatas saringan 2 mm harus minimum 10% berat total.
3) Sisa diatas saringan 2 mm harus berkisar antara 80% - 95 berat total.
(Rochman, Teknologi Beton, 2021).
Tabel IV.1 Batas – batas Gradasi Pasir Lubang
(mm)
Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3 Kurva 4
Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas
10 100 100 100 100 100 100 100 100
Tabel IV.1 Batas – batas Gradasi Pasir Sumber : Kardiyono Tjokrodimujo Keterangan :
Daerah I : Pasir kasar Daerah II : Pasir agak kasar Daerah III : Pasir agak halus Daerah IV : Pasir halus
III. ALAT DAN BAHAN a. Alat
1. Oven yang mampu mempertahankan temperatur yang seragam pada (110±5)ᴼC
2. Loyang
3. Penggetar saringan mekanis (Shaker) 4. Timbangan skala 1 gram
5. Timbangan skala 5 gram
6. Satu set saringan : No.4 (4,75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30 (0,600 mm); No.50 ( 0,300 mm); No.100 (0,150 mm); No. 200 (0,075 mm); Pan.
b. Bahan
4.8 90 100 90 100 90 100 95 100
2.4 60 95 75 100 85 100 95 100
1.2 30 70 55 90 75 100 90 100
0.6 15 34 35 59 60 79 80 100
0.3 5 20 8 30 12 40 15 50
0.15 0 10 0 10 0 10 0 15
Agregat halus lolos saringan 4,75 mm (No.4) sebanyak 1500 gram.
IV. LANGKAH KERJA
a. Menyediakan agregat halus lolos saringan No 4 sebanyak 1500 gram.
b. Oven ±24 jam.
c. Setelah di oven kemudian timbang agregat sebanyak 1000 gram.
d. Menimbang tiap-tiap saringan tanpa ada material uji.
e. Menyusun saringan sesuai urutan (diameter terbesar diatas).
f. Memasukkan agregat halus ke dalam saringan tersebut.
g. Menggetarkan saringan pada shaker selama 10 menit.
h. Menimbang tiap - tiap saringan dengan material uji yang sudah digetarkan.
i. Mencatat hasil penimbangan tiap - tiap saringan.
I. Alur Kerja
Mulai
Alat : 1. Oven 2. Loyang
3. Penggetar Saringan Mekanis (Shaker)
4. Timbangan Ketelitian 1 gram 5. Timbangan ketelitian 5 gram 6. Cetok
7. Satu set saringan
Bahan :
Agregat halus lolos saringan no. 3/8 sebangak 1500 gram Mempersiapkan Alat dan Bahan
Gambar IV.A.1 Alur Kerja Pengujian Analisis Saringan Agregat Halus
II. Gambar Alat dan Bahan Pengujian Analisis Saringan Agregat Halus
Langkah Pengujian
1. Mempersiapkan agregat halus lolos saringan No 4.
2. Menimbang agregat halus sebanyak 1500 gram.
3. Mengoven agregat halus selama 24jam.
4. Mengambil sampel yang telah dioven, kemudian menimbang agregat halussebanyak 1000 gram.
5. Menimbang saringan tanpa agregat halus.
6. Menyusun saringan sesuai dengan urutan (diameter terbesar di atas).
7. Memasukkan agregat halus ke dalam saringan.
8. Menggetarkan saringan pada shaker selama ± 10 menit.
9. Menimbang tiap-tiap saringan dengan material uji yang sudah digetarkan
10. Mencatat hasil penimbangan masing-masing saringan.
Mengamati Hasil Percobaan Analisis Data
Kesimpulan Selesai
Tahap 3 Analisis Data Tahap 2 Pengujian Analisis Saringan Agregat Halus Tahap 1
Persiapan Alat dan Bahan
Modulus Halus Butir 1,5 – 3,8 YA
TIDAK
Gambar IV.6 Oven Gambar IV.7 Loyang
Gambar IV.8 Cetok Gambar IV.9 Shaker
Gambar IV.10 Timbangan Gambar IV.11 Timbangan
Skala 5 gram Skala 1 gram
Gambar IV.12 Satu Set Gambar IV.13 Agregat
Saringan Halus
BAB V ADUKAN BETON
A. CAMPURAN ADUKAN BETON (SNI 03-2834-2000) 1. Tujuan
Untuk mengetahui konsistensi perencanaan perbandingan beton dan untuk mendapatkan perencanaan perbandingan campuran adukan beton serta unutk mengetahui dan menetukan mutu beton (SNI, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal, 2000)
2. Landasan Teori
Dalam pembuatan adukan beton dengan campuran yang direncanakan jumlah semen minimum dalam nilai faktor air semen (FAS) yang maksimum dipakai, harus disesuaikan dengan keadaan sekelilingnya. Hal ini dianjurkan untuk memakai jumlah semen minimum dan nilai faktor air semennya minimum. Kekentalan (konsisten) adukan beton harus disesuaikan dengan cara transport pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan dari tulangan. Kekentalan tergantung pada jumlah, jenis semen dan nilai faktor air semen, jenis susunan butiran dari agregat serta penggunaan bahan-bahan pembantu. Kekentalan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump.
Adukan beton untuk keperluan pengujian harus diambil langsung dari mesin pengadukan dengan menggunakan ember atau alat yang lain yang tidak menyerap air. Bila pengujian dianggap perlu, adukan beton diaduk lagi sebelum pengujian tersebut.
Metode yang digunakan adalah metode menurut yang disaratkan : a. ACI
b. British / SNI 30-2834-2000
dimuat dalam buku standar No.SK.SNI.T-15-1990-03 dengan judul buku “Tata Cara Pembuatan Campuran Beton Normal” dan Pertauran Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971). Perencanaan
campuran beton yang digunakan metode campuran cara inggris (British Standart). Di Indonesia cara ini dikenal dengan nama dalam penelitian ini adalah DOE (Department of Environment) yang
c. Road Note no.4
Faktor-faktor yang menentukan proporsi campuran beton untuk mencapai suatu kekuatan beton tertentu, rancangan yang dibuat harus menghasikan suatu proporsi bahan campuran tertentu, yang nilainya ditentukan oleh faktor-faktor berikut :
a. Faktor Air Semen (FAS). Nilai perbandingan air terhadap semen atau yang disebut faktor air-semen (FAS) mempunyai pengaruh yang kuat secara langsung terhadap kekuatan beton. Harus dipahamu secara umu bahwa semakin tinggi nilai fas semakin rendah mutu kekuatan beton.
b. Tipe Semen. Penggunaan tipe semen yang berbeda yaitu semen portland tipe I, II, IV dengan semen Portland yang memiliki kekuatan awal yang tinggi (tipe I) akan memerlukan nilai faktor air semen yang berbeda.
c. Keawetan (durability). Pertimbangan keawetan akan memerlukan nilai-nilai kekuatan minimum, faktor air-semen maksimum, dan kadar air-semen minimum.
d. Workabilitas dan Jumlah Air. Sifat kekentalan/konsistensi adukan beton dapat menggambarkan kemudahan pengerjaan beton, yang dinyatakan nilai slump. Suatu nilai slump tertentu yang diharapkan dapat memberi kemudahan pengerjaan sesuai dengan jenis konstruksi yang dikerjakan, untuk suaru ukuran agregat tertentu akan berpengaruh terhadap jumlah air yang dibutuhkan.
e. Pemilihan Agregat. Ukuran maksimum agregat ditetapkan berdasarkan pertimbangan ketersediaan material yang ada, biaya, atau jarak tulangan terkecil yang ada. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat terbesar tidak lebih dari jarak bersih minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya dimana beton harus dicor.
f. Kadar Semen. Kadar semen yang diperoleh dari hasil perhitungan rancangan, selanjutnya dibandingkan dengan ketentuan kadar semen minimum berdasarkan pertimbangan durabilitas dan dibandingkan juga dengan batas kadar semen maksimum untuk mencegah terjadinya retak akibat panas hidrasi yang tinggi (Rochman, Teknologi Beton, 2021).
3. Alat Yang Digunakan a. Timbangan skala 5 gram b. Plat datar
c. Ember d. Gelas ukur e. Cetok
f. Concrete mixer 4. Bahan Yang Digunakan
Perbandingan semen : pasir : kerikil : air, adalah 1 : 1,96 : 2.39 : 0,42 1. Semen Portland (PC) = 20351,5 gram
2. Pasir = 39929,7 gram
3. Kerikil = 48802,9 gram
4. Air = 8751,1 ml
5. Langkah Kerja
a. Menghitung perhitungan komposisi / mix design yang akan digunakan dalam campuran adukan beton.
b. menyiapkan bahan campuran beton meliputi semen portland (PC), pasir, kerikil, dan air dengan berat tertentu sesuai mix design.
c. menimbang semen portland, pasir, kerikil, dan air tersebut sesuai dengan berat yang telah ditentukan.
d. masukkan ke alat concrete mixer dimulai dengan memasukkan agregat kasar dan halus.
e. Setelah agregat tercampur secara merata, lalu masukkan semen.
f. Setelah merata kemudian masukkan air sedikit demi sedikit sampai tercampur adukan beton sesuai dengan karakter beton segar.
g. Setelah menjadi beton segar, adukan tersebut siap untuk Test Slump.
Tahap 3 Analisis Data
Tahap 2 Pembuatan Beton Tahap 1 Persiapan Alat dan Bahan 6. Alur Kerja
Gambar V.1. Alur Kerja Campuran Adukan Beton Analisis Data
Mulai
Selesai
Mempersiapkan Alat dan Bahan : a. Semen Portland (PC) =10444 gram b. Pasir = 13630 gram c. Kerikil = 16659 gram
d. Air = 9634 ml
e. Tongkat 16mm panjang 600 mm f. Cetok
g. Gelas ukur h. Ember
i. Timbangan dengan kapasitas max 10 kg
Langkah kerja :
a. Menghitung perhitungan komposisi yang akan menjadi adukan beton.
b. Menyiapkan semen Portland (PC), pasir dan kerikil dengan berat tertentu.
c. Menimbang PC, pasir dan kerikil tersebut sesuai dengan berat yang telah ditentukan.
d. Setelah bahan tersedia lalu buat adukan beton untuk test S lump.
Kesimpulan
Mengamati Hasil Percobaan
Tidak
11. Gambar Alat dan Bahan Praktikum Adukan Beton
Gambar V.4 Cetok Gambar V.5 Tongkat
Gambar V.6 Concrete Mixer Gambar V.7.Praktikum adukan beton
B. Test Slump ( SNI 1972:2008 ) 1. Tujuan
Untuk memantau homogenitas dan workabability adukan beton dengan kekentalan yang dinyatakan dengan nilai slump (SNI, Cara uji slump beton, 2008).
Gambar V.2 Gelas Ukur Gambar V.3 Timbangan
2. Dasar Teori
Kekentalan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump maka harus diambil langsung dari mesin pengaduk dengan menggunakan ember atau alat yang tidak menyerap air. Bila perlu adukan beton diaduk lagi sebelum pengujian slump. Seperti yang disyaratkan dalam SNI 1972:2008. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan kerucut yang berdiameter atas 102 ± 3,2 mm, diameter bawah 203 ± 3,2 dan tinggi kerucut 305 ± 3,2 mm ( SNI, Cara uji slump beton, 2008 ).
Tabel V.3. Nilai Slump untuk berbagai pekerjaan beton
Sumber : (Tjokrodimuljo, 1996) 3. Alat Yang Digunakan
a. Loyang besar b. Plat datar c. Ember
d. Penggaris siku-siku
e. Tongkat berdiameter 16 mm dan panjang ± 50 mm f. Kerucut Abram’s
4. Bahan Yang Digunakan
a. Semen Portland (PC) = 20351,5 gram
b. Pasir = 39929,7 gram
c. Kerikil = 48802,9 gram
Uraian Nilai Slump
Maksimum Minimum Dinding, Alat Pondasi, Pondasi Telapak
Bertulang 12,5 5,0
Telapak Tak Bertulang, Kolom, Dinding 9,0 2,5
Plat, Balok, Kolom dan Dinding 15,0 7,5
Penguasaan Jalan 7,5 5,0
Pembetonan Massal 7,5 2,5
d. Air = 8751,1 ml 5. Langkah Kerja
a. Basahi plat datar dan kerucut Abram’s terlebih dahulu agar tidak menyerap air dari campuran beton.
b. Meletakkan kerucut Abram’s dalam plat datar.
c. Mengisi kerucut dengan adukan beton sebanyak 1/3 volume kerucut, kemudian ditusuk-tusuk dengan tongkat sebanyak 25 kali. Tusuk secara miring dan membuat sekira setengah dari jumlah tusukan dekat ke batas pinggir cetakan, kemudian lanjutkan penusukan vertikal secara spiral pada seputar pusat permukaan serta hindari batang penusuk mengenai plat dasar cetakan.
d. Mengisi kerucut dengan adukan beton sebanyak 2/3 volume kerucut, kemudian ditusuk-tusuk dengan tongkat sebanyak 25 kali. Tusuk hingga batas lapisan di bawahnya.
e. Kemudian mengisi penuh kerucut dan ditusuk-tusuk sebanyak 25 kali lalu diratakan permukaannya.
f. Bersihkan adukan beton yang tercecer di sekitarnya dan tunggu ± 1 menit.
g. Mengangkat kerucut secara vertikal dan hati-hati dalam proses pengangkatannya dengan catatan tanpa gerakan lateral atau torsional.
h. Ukur penurunan setelah beton menunjukan penurunan pada permukaan.
6. Alur Kerja
Mempersiapkan Alat dan Bahan :
Alat
a. Loyang besar b. Plat datar c. Ember
Mulai
Tahap 1 Persiapan Alat dan Bahan
Tahap 2 Pengujian Slump
Tahap 3 Analisis Data
Gambar V.8 Alur Kerja Test Slump
11. Gambar Bahan dan Alat – Alat Praktikum test slump Langkah kerja : a. Basahi plat datar dan kerucut Abram’s
b. Meletakkan kerucut Abram’s di atas plat datar.
c. Mengisi kerucut dengan adukan beton sebanyak 1/3 volume kerucut, kemudian ditusuk-tusuk dengan tongkat sebanyak 25 kali.
d. Mengisi kerucut dengan adukan beton sebanyak 2/3 volume kerucut, kemudian ditusuk-tusuk dengan tongkat sebanyak 25 kali.
e. mengisi penuh kerucut dan ditusuk-tusuk sebanyak 25 kali lalu diratakan permukaannya.
f. Bersihkan adukan beton yang tercecer di sekitarnya dan tunggu ± 1 menit g. Mengangkat kerucut secara vertikal dan hati-hati dalam proses
pengangkatannya dengan catatan tanpa gerakan lateral atau torsional.
h. Ukur penurunan setelah beton menunjukan penurunan pada permukaan.
Mempersiapkan Alat dan Bahan :
Alat
a. Loyang besar b. Plat datar c. Ember
Bahan
a. Semen Portland (PC) = 24.086 gram
b. Pasir = 31.433 gram
c. Kerikil = 38.419 gram
d. Air = 9.634 Miiliter
Selesai
Tidak
Ya
C. PEMBUATAN BALOK DAN SILINDER BETON (SNI 3493:2011) 1. Tujuan
Gambar V.10 Kerucut Abram’s
Gambar V.12 Loyang Besar
Gambar V.11 Penggaris
Untuk menjelaskan persyaratan persiapan material, pencampuran beton serta pembuatan dan perawatan benda uji beton dalam kondisi laboratorium. Guna dari pembuatan benda uji ini adalah untuk menentukan kuat desak karakteristik beton setelah berumur 7 hari dan dalam pengetesan tersebut dimaksudkna untuk mengetahui mutu beton yang sebenarnya dari campuran beton yang direncanakan (SNI, Tata Cara Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium, 2011).
2. Landasan Teori
Untuk pembuatan silinder dan balok beton, yang harus diambil minimum 30 buah benda uji, tetapi dalam praktikum ini kita hanya menggunakan benda uji yaitu silinder dan balok, cetakan balok berukuran 15 cm x 15 cm x 60 cm dan silinder berdiameter 15 cm, tinggi 30 cm.
(Rochman, Teknologi Beton, 2021). Dalam standar ini yang dimaksud dengan :
a. Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa baahn tambah membentuk massa padat.
b. Beton normal adalah betonyang mempunyai berat isi (2200 – 2500) kg/m3 dengan menggunakan agregat alam yang dipecah
c. Kuat tekan beton yang disyaratkan f, c adalah kuat tekan yang ditetapkan oleh perencana struktur (berdasarkan benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm)
d. Kuat tekan beton yang ditargetkan fcr adalah kuat tekan rata rata yang diharapkan dapat dicapai yang lebih besar dari f,c
e. Kadar air bebas adalah jumlah air yang dicampur kedalam beton untuk mencapai konsistensi tertentu, tidak termasuk air yang diserap oleh agregat
f. Faktor air semen adalah angka perbandingan anatara berat air bebas dan berat semen dalam beton; (Rochman, Teknologi Beton, 2021).
3. Alat Yang Digunakan a. Loyang
b. Cetakan beton (bekisting) c. Palu karet
d. Tongkat baja berdiameter 16mm dan panjang ±60 cm e. Cetok
4. Bahan Yang Digunakan
Bahan yang diuji adalah bahan yang digunakan pada Test Slump.
5. Langkah Kerja
a. Memeriksa semua baut balok dan silinder harus kuat dan rapat.
b. Pada beton silinder (dibagi tiga lapis) memasukkan adonan campuran beton kedalam cetakan sebanyak 1/3 volume dan menusuk 25 kali, 2/3 volume dan menusuk 25 kali dan masukan lagi sampai penuh adonan campuran beton pada cetakan silinder kemudian ditusuk 25 kali dengan tongkat baja yang berdiameter 16mm kemudian meratakan permukaannya. Pukup-pukul disetiap lapisan cetakan dengan palu karet sebanyak 10 sampai 15 kali untuk membuang kantong udara besar yang mungkin terperangkap.
c. Pada beton balok (dibagi dua lapis volume) memasukkan ½ volume lalu menusuk 75 kali, pada lapisan kedua menusuk 75 kali dengan tongkat baja yang berdimeter 16 mm, kemudian meratakn permukaannya. Pukul-pukul disetiap lapisan cetakan dengan palu karet sebanyak 10 sampai 15 kali untuk membuang kantong udara besar yang mungkin terperangkap.
d. Memindahkan cetakan yang berisi adonan.
e. Menyimpan selaam 24 jam pada tempat yang aman, lalu melepas cetakan dan merendam dalam air selama seminggu.
6. Alur Kerja
Mempersiapkan Alat dan Bahan a. Timbangan
b. Cetakan Silinder dan Balok beton Mulai
Tahap 2 Pembuatan beton
Tahap 3 Analisis Data Tahap 1 Persiapan Alat dan Bahan
Ya
Gambar V.13 Alur Kerja Pembuatan Beton
11. Gambar Alat dan Bahan Praktikum Balok dan Silinder Langkah Kerja
a. Memeriksa Memasukkan adonan campuran beton ke dalam cetakan sebanyak 1/3 volume dan menusuk 25 kali dengan tongkat yang berdiameter 16 mm.
b. Memasukkan 1/3 volume lagi lalu menusuk 25 kali, dan masukkan lagi 1/3 volume terakhir lalu ditusuk 25 kali, kemudian meratakan permukaannya.
c. Memindahkan cetakan yang berisi adonan.
d. Menyimpan selam 24 jam pada tempat yang aman, lalu melepas cetakan dan merendam dalam air selama seminggu.
e. semua baut balok dan silinder harus kuat dan rapat.
Mempersiapkan Alat dan Bahan a. Timbangan
b. Cetakan Silinder dan Balok beton
Mengamati Hasil Percobaan
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
Tida
k
Gambar V.14 Cetok Gambar V.15 Loyang
Gambar V.16 Alat Pencetak Beton Silinder
Gambar V.17 Alat Pencetak Beton Balok
Gambar V.18 Timbangan
Gambar V.19 Balok Beton Gambar V.20 Pengisian Cetakan Beton
D. Percobaan Kuat Tekan Beton (SNI 1974:2011) 1. Tujuan
Tujuan pengujian ini ialah sebagai dasar untuk pengendalian mutu dari komposisi campuran beton, proses pencampuran dan kegiatan pengecoran beton, penetuan hasil pekerjaan yang memenuhi spesifikasi (SNI, Cara uji kuat tekan beton dengan beda uji silinder, 1974).
2. Dasar Teori
Dalam SNI 1974:2011, kekuatan tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan.
Bentuk benda uji biasa berwujud silinder. Beberapa ketentuan khusus yang harus diikuti sebagai berikut
a. Untuk benda uji berbentuk silinder ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm cetakan diisi dengan adukan beton dalam 3 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan, tongkat pemadat diameter 16 mm.
panjang 600 mm.
b. Untuk benda uji berbentuk balok ukuran sisi I5 x 15 x 60 cm, cetakan diisi dengan adukan beton dalam 2 lapis, luap-tap lapis dipadatkan dengan 75 kali tusukan, tongkat pemadat diameter 16 mm. panjang 300 mm. Benda uji berbentuk kubus tidak perlu dilapisi bila tidak ada ketentuan lain konversi kuat tekan beton dari bentuk kubus ke bentuk silinder, maka gunakan angka perbandingan kuat tekan seperti berikut:
Tabel V.7. Konversi Kuat Tekan Beton Kubus ke Silinder
Bentuk beda uji Perbandingan
Kubus : 15 x 15 x 15 cm : 20 x 20 x 20 cm Silinder : 15 cm x 30 cm
1,0 0,95 0,83
c. Apabila tidak ditentukan dengan percobaan-percobaan, maka untuk keperluan perhitungan-perhitungan kekuatan kekuatan dan untuk
pemeriksaan mutu beton, perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai-bagai umur terhadap beton berumur 28 hari, dapat diambil perbandingan menurut Peraturan Beton Indonesia tahun 1971 berikut:
Tabel V.8. Perbandingan Kekuatan Tekan Beton
Umur Beton ( hari ) 3 7 14 21 28 90 365
Semen Portland Biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35 Semen Portland dengan
kekuatan awal yang tinggi
0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
(SNI, Cara uji kuat tekan beton dengan beda uji silinder, 1974).
3. Alat yang digunakan
a. Universal Testing Machine.
b. Timbangan skala 5 gram.
c. Dial Pembacaan.
4. Bahan yang digunakan
a. Silinder beton yang telah dibuat 5. Langkah Kerja
a. Menyediakan sampel silinder beton yang telah diketahui berat dan ukurannya setelah direndam selama 1 minggu (7 hari).
b. Memasukkan silinder beton ke dalam alat uji.
c. Setting alat uji
d. Melakukan uji desak terhadap silinder beton.
e. Mengamati benda uji.
f. Mengambil silinder beton dari alat uji.
g. Melakukan analisa data.
Tahap 1 Persiapan Alat dan Bahan
Tahap 2 Pengujian Kuat Tekan Beton Tahap 3 Analisis Data
Ya
6. Alur Kerja
Gambar V.21 Alur Kerja Kuat Tekan Beton Langkah kerja :
a. Menyediakan sampel silinder beton yang telah diketahui berat dan ukurannya setelah direndam selama 1 minggu (7 hari).
b. Memasukkan silinder beton ke dalam alat uji.
c. Setting alat uji
d. Melakukan uji desak terhadap silinder beton.
e. Mengamati benda uji.
f. Mengambil silinder beton dari alat uji.
g. Melakukan analisa data.
Mempersiapkan Alat dan Bahan : a. Universal Testing Machine.
b. Timbangan skala 5 gram.
Mengamati Hasil Percobaan
Analisis Data
Kesimpulan Mulai
Selesai
Tidak
12. Gambar Bahan dan Alat – Alat Praktikum Pengujian Kuat Tekan Beto
E. Hammer Test ( SNI 4430-1997 ) 1. Tujuan
Tujuan metode pengujian ini adalah untuk memperkirakan nilai kuat tekan beton pada suatu elemen struktur untuk keperluan pengendalian mutu beton di lapangan bagi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan (SNI, Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton Dengan Alat Uji Palu Beton Type N dan NR, 1997).
2. Dasar Teori
Gambar V.24 Beton Silinder Sebelum di Tekan
Gambar V.25 Beton Silinder Setelah di Tekan
Hammer Test yaitu palu baja yang digerakkan oleh gaya pegas yang apabila dilepaskan akan memukul peluncur baja ke pemukaan beton.
Kekerasan permukaan adalah nilai pembacaan yang ditunjukkan oleh besamya nilai lenting setelah peluncuran baja memukul permukaan beton.
Kekuatan beton dapat didapatkan dengan menggunakan grafik maupun menggunakan perhitungan berdasarkan tabel-tabel yang tertulis di buku panduan penggunaan Hammer Test.
Bidang uji pada elemen struktur harus memenuhi ketentuan sebagai berikut a. Permukaan beton yang akan diuji harus merupakan permukaan yang
padat.halus, dan tidak dilapısi oleh plesteran atau bahan pelapis lainnya;
b. Bidang uji yang dipilih harus kering dan halus, bebas dari tonjolan tonjolan atau lubang-lubang:
c. Lokasi-lokasi bidang uji harus ditentukan sesuai dengan dimensi elemen
struktur dan jumlah nilai uji yang diperlukan untuk perhitungan perkiraan kekuatan beton.
pengujian hanus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Permukaan bidang uji diberi tanda batas lokasi untuk titik-titik uji dengan minimum berukuran seluas 100 x 100 mm2
b. Permukaan bidang uji yang kasar harus di gerinda halus sebelum diuji ; c. Bidang uji pada struktur yang berumur lebih dari enam bulan harus digerinda rata sampai kedalaman 5 mm sebelum diuji. jika hasil ujinya akan dibandingkan dengan hasil uji beton yang berumur lebih muda.
(SNI, Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton Dengan Alat Uji Palu Beton Type N dan NR, 1997)
3. Alat yang digunakan : Alat Hammer Test.
4. Bahan yang digunakan : Balok beton.
5. Cara Kerja
a. Menyiapkan sampel balok beton yang telah diketahui berat dan ukurannya setelah direndam selama 1 minggu (7 hari).
b. Bersihkan permukaan balok beton yang akan diuji.
c. Sentuhkan ujung peluncur pada permukaan titik uji dengan posisi tegak lurus bidang uji.
d. Tekankan palu beton secara perlahan dengan arah tegak lunus bidang uji sampai terjadi pukulan pada titik uji.
e. Membaca hasil pengujian.
f. Lakukan 8 kali pukulan pada benda uji di titik berbeda dengan jarak terdekat antara titik-titik pukulan 25 mm.
g. Catat semua nilai pembacaan dan melakukan analisa data.
Tahap 1 Persiapan Alat dan Bahan
Tahap 2 Pengujian Hammer Test Tahap 3 Analisis
Ya
Data 7. Alur KerjaGambar V.26 Langkah-langkah Kerja Hammer Test Langkah kerja :
a. Menyiapkan sampel balok beton yang telah diketahui berat dan ukurannya setelah direndam selama 1 minggu (7 hari).
b. Bersihkan permukaan balok beton yang akan diuji.
c. Sentuhkan ujung peluncur pada permukaan titik uji dengan posisi tegak lurus bidang uji.
d. Tekankan palu beton secara perlahan dengan arah tegak lunus bidang uji sampa i terjadi pukulan pada titik uji.
e. Membaca hasil pengujian.
f. Lakukan 8 kali pukulan pada benda uji di titik berbeda dengan jarak terdekat antara titik-titik pukulan 25 mm.
g. Catat semua nilai pembacaan dan melakukan analisa data.
Mempersiapkan Alat dan Bahan : a. Alat Hammer Test.
b. Balok beton.
Mengamati Hasil Percobaan
Analisis Data
Kesimpulan Mulai
Selesai
Tidak
11. Gambar Bahan dan Alat – Alat Praktikum Pengujian Hammer test
Gambar V.27 Alat Hammer Test
Gambar V.28 Balok yang akan di Hammer Test
F. Percobaan Kuat Tarik Belah Beton ( SNI 2491: 2014 ) 1. Tujuan
Dengan adanya standar ini, maka kckuatan tarik belah digunakan dalam mendesain elemen struktur beton untuk mengevaluasi ketahanan gexer beton dan untuk menentukan panjang penyaluran dari tulangan.
Kekuatan tarik belah pada umumnya lebih besar dari kekuatan tarik langsung dan lebih rendah dari kekuatan lentur (modulus of rupture). (SNI, Metode Uji Kekuatan Tarik Belah Spesimen Beton Silinder, 2014).
2. Dasar Teori
Metode uji ini terdiri dari pemberian gaya tekan sepanjang diameter spesimen beton silinder pada kisaran laju yang ditentukan Sampai batas keruntuhan. Pembebanan ini menimbulkan tegangan tarik pada bidang datar yang diberi beban dan gaya tekan yang relatitf tinggi di daerah sekitar beban kerja. Keruntuhan tarik terjadi akibat keruntuhan tekan karena area beban dalam keadaan tekanan triaksial, sehingga memungkinkan untuk menahan tegangan tekan lebih tinggi dari yang ditunjukkan oleh hasil uji kekuatan tekan triaksial (SNI, Metode Uji Kekuatan Tarik Belah Spesimen Beton Silinder, 2014)
3. Alat yang digunakan
a. Universal Testing Machine b. Batang atau pelat tambahan
c. Alat penanda seperti tipe-x atau sejenisnya 4. Bahan yang digunakan
Silinder beton yang telah dibuat 5. Langkah Kerja
a. Menyediakan sampel silinder beton yang telah diketahui berat dan uku r setelah direndam selama I minggu (7 hari).
b. Buatlah garis yang melintang dari permukaan atas dan permukaan bawan pada sisi silinder beton menggunakan alat penanda.
c. Letakkan beton pada alat uji dan letakkan pelat pembebanan diatas silinder dengan memastikan as pelat dengan as silinder beton pada garis yang sama.
d. Lakukan pembebanan secara terus menerus dengan laju tegangan tarik belah konstan sampai spesimen hancur. Catat beban maksimum yang ditunjukkan oleh mesin uji. Catat jenis keruntuhan dan tampak penampang beton.
e. Ambil sampel silinder beton yang telah diuji kuat tarik belah.
f. Lakukan perhitungan kuat tarik belah beton.
Tahap 1 Persiapan Alat dan Bahan
Tahap 2 Pengujian Kuat Tarik
Tahap 3 Analisis Data
Ya
6. Alur Kerja
Gambar V.29 Langkah-langkah Kerja Kuat Tarik Beton Langkah kerja :
a. Menyediakan sampel silinder beton yang telah diketahui berat dan ukur s etelah direndam selama I minggu (7 hari).
b. Buatlah garis yang melintang dari permukaan atas dan permukaan bawan pada sisi silinder beton menggunakan alat penanda.
c. Letakkan beton pada alat uji dan letakkan pelat pembebanan diatas silind er dengan memastikan as pelat dengan as silinder beton pada garis yang sa ma.
d. Lakukan pembebanan secara terus menerus dengan laju tegangan tarik belah konstan sampai spesimen hancur. Catat beban maksimum yang ditunjukkan oleh mesin uji. Catat jenis keruntuhan dan tampak penampang beton.
Mengamati Hasil Percobaan
Analisis Data
Kesimpulan
Mempersiapkan Alat dan Bahan : a. Universal Testing Machine
b. Batang atau pelat tambahan
c. Alat penanda seperti tipe-x atau sejenisnya d. Silinder beton yang telah dibuat
Mulai
selesai
Tidak
11. Gambar alat dan bahan percobaan kuat tarik belah beton
Gambar V.30 Balok Sebelum ditarik
Gambar V.31 Balok setelah ditarik
G. Percobaan Kuat Lentur Beton ( SNI 4431:2011 ) 1. Tujuan
Untuk mengetahui kuat lentur beton agar tercapai mutu beton yang diinginkan.
2. Dasar Teori
Dalam SNI 03-6429-2000, kekuatan beton yang dicor ditempat memiliki karakteristik yang sama dengan beton struktural karena mengalami kondisi perawatan yang sama dimana benda uji mengalami perawatan yang sama dengan plat beton.
3. Alat yang digunakan
a. Universal Testing Machine b. Batang atau pelat tambahan
c. Alat penanda seperti tipe-x atau sejenisnya 4. Bahan yang dipakai
Balok beton yang telah dibuat.
5. Langkah Kerja
a. Menyediakan sampel balok beton yang telah diketahui berat dan ukurannya (panjang, lebar dan diameter) setelah direndam selama 5 hari.
b. Buatlah garis pada sisi kanan dan kiri yang melintang dari permukaan atas dan permukaan bawah pada sisi balok beton menggunakan alat penanda sejauh 75 mm. Kemudian buat garis ke arah tengah dari garis 75 mm tersebut sejauh 150 mm
c. Letakkan beton pada alat uji dan letakkan plat pembebanan di atas balok, memastikan as plat dengan as balok pada garis yang sama d. Melakukan uji lentur terhadap balok beton.
e. Mengamati dan mencatat perubahan balok beton sampai lentur maksimum.
f. Mengambil balok beton dari alat lentur, kemudian di gambar retakannya.
Tahap 1 Persiapan Alat dan Bahan
Tahap 2 Pengujian Kuat Lentur
Tahap 3 Analisis Data
Tidak
Ya
6. Alur Kerja
Gambar V.32. Langkah-langkah Kerja Kuat Lentur Beton Mempersiapkan Alat dan Bahan :
a. Balok beton yang telah dibuat b. Universal Testing Machine c. Batang atau pelat tambahan
d. Alat penanda seperti tipe-x atau sejenisnya
Langkah Kerja :
a. Menyediakan sampel balok beton yang telah diketahui berat dan ukurannya (panjang, lebar, dan tinggi) setelah direndam selama satu minggu (7 hari).
b. Memasukkan balok beton kedalam alat lentur.
c. Melakukan uji lentur terhadap balok beton.
d. Mengamati dan mencatat perubahan balok beton sampai lentur maksimum
e. Mengambil balok beton dari alat lentur, kemudian di gambar retakannya.
Mengamati Hasil Percobaan
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai Mulai
11. Gambar alat dan bahan percobaan kuat lentur beton
Gambar V.33 Universal Testing Machine
Gambar V.35 Balok Setelah Ditekan
Gambar V.34 Balok Sebelum Ditekan