METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR
Oleh:
Desy Aryanti, ST, M.A.
Program Studi Teknik Arsitektur
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS BUNG HATTA
2019
TINJAUAN MATA KULIAH
Dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan perkuliahan di institusi pendidikan tinggi bidang arsitektur pada umumnya, dan di Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta Padang pada khususnya, serta sesuai dengan tuntutan penyelenggaraan kurikulum bidang ilmu arsitektur, perlu disusun buku-buku dan bahan ajar yang berkaitan dengan materi perkuliahan, antara lain tentang Metode Perancangan Arsitektur.
Metode Perancangan Arsitektur merupakan salah satu mata kuliah utama yang diperlukan untuk para calon arsitek menjadi desainer yang tidak hanya mempu menciptakan ruang arsitektur yang baik, tetapi juga memahami prosedur dan ketrampilan mendesain yang baik dan benar. Oleh sebab itu, mata kuliah ini merupakan mata kuliah pokok dan prasyarat bagi mata kuliah lanjutan Studio Perancangan Arsitektur.
1. Deskripsi Singkat Mata Kuliah
Mata kuliah ini merupakan pengantar bidang bahasan Metode Perancangan Arsitektur yang membahas berbagai pengertian/konsep dasar serta prinsip merancang bangunan, sehingga mahasiswa mampu menjelaskan dasar pemikiran, dan dapat menerapkan salah satu cara atau metode merancang secara akademik dan profesional dalam bentuk tulisan dan sketsa (verbal dan visual). Mata kuliah ini berusaha semaksimal mungkin untuk menghubungkan pokok bahasan dengan realitas di lapangan.
2. Manfaat Mata Kuliah
Perancangan dalam konteks arsitektur adalah semata-mata usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik. Perancangan dapat dianggap sebagai suatu proses tiga bagian yang terdiri dari keadaan mula, sesuatu metode atau proses transformasi, dan
salah satu bagian dari suatu perancangan, maka bagian ini sangat penting untuk dipelajari.
Mata kuliah metode perancangan arsitektur termasuk kedalam kelompok mata kuliah pokok dan merupakan mata kuliah pra syarat bagi mata kuliah lanjutan Studio Perancangan Arsitektur di Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, Padang. Oleh sebab itu, mata kuliah ini ditawarkan untuk membantu mahasiswa memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang proses perancangan suatu bangunan yang akan dapat digunakan dalam masa studi maupun dalam pekerjaan nantinya.
3. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari materi bahan ajar ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan perancangan arsitektur, tujuan perancangan arsitektur, dan pendekatan-pendekatan umum dalam perancangan arsitektur, seperti mengenal dan mengetahui pendekatan dalam merancang yaitu black box dan glass box serta prinsip metode perancangan arsitektur.
4. Susunan Bahan Ajar
Bahan ajar ini disusun berdasarkan tujuan yang telah diuraikan diatas yaitu sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang menjelaskan tentang rancangan dan proses perancangan yang berisi tentang pengertian dan tujuan perancangan arsitektur, perancangan dalam bidang
pendidikan, variabel perancangan arsitektur, pendekatan perancangan arsitektur, teori proses perancangan arsitektur, proses perancangan arsitektur.
BAB II : Metode Perancangan Arsitektur yang berisi tentang ragam model proses perancangan arsitektur, tahapan perancangan arsitektur.
BAB III : Pemograman Arsitektur yang berisi tentang memulai suatu program, mengembangkan program, pendekatan pada penelitian program, mempersiapkan program, menyajikan program.
BAB IV : Konsep-Konsep Dalam Arsitektur yang berisi tentang konsep dan rancangan arsitektur, hirarki konsep, lima jenis konsep.
BAB V : Perencanaan dan Perancangan Tapak yang berisi tentang proses perencanaan tapak, lingkungan prilaku dan
infrastruktur umum, lingkungan ruang, lingkungan persepsi.
BAB VI : Pendekatan Perancangan Arsitektur yang berisi tentang pendekatan site plan atau rencana tapak, denah bangunan, tampak bangunan, potongan bangunan.
BAB VII : Preseden Perancangan Arsitektur yang berisi tentang preseden karya arsitek luar negeri dan dalam negeri.
BAB VIII : Pengembangan Konsep Perancangan Arsitektur yang berisi tentang konsep perancangan bangunan dan tapak.
BAB IX : Tugas besar yang berisi petunjuk tentang pengerjaan tugas besar beserta topik-topik yang disarankan.
Setiap bab terdiri dari:
a) Pendahuluan, berisikan deskripsi singkat, relevansi dan tujuan instruksional khusus dari materi yang disajikan.
b) Penyajian, berisikan uraian materi, latihan, dan tugas.
c) Penutup, berisikan rangkuman, tes formatif, dan umpan balik/tindak lanjut.
d) Daftar pustaka
5. Petunjuk Bagi Mahasiswa
Bahan ajar ini dapat dipelajari mahasiswa, karena telah disusun
secara sistematis. Pelajarilah semua materi yang ada pada bahan ajar ini
Pada akhir kegiatan, mahasiswa diminta untuk mengerjakan tes formatif dan latihan-latihan konsep-konsep. Mahasiswa dapat mengetahui hasil tes yang telah disedikan. Untuk mengetahui tingkat penguasaan mahasiswa terhadap materi yang diberikan, dapat menggunakan sistem penilaian yang telah disediakan. Apabila tingkat penguasaan mahasiswa berada diatas rata-rata, maka mahasiswa harus mempelajari materi berikutnya. Tetapi, apabila tingkat penguasaan mahasiswa berada dibawah rata-rata, maka harus mempelajari atau mengulangi kembali materi yang telah diberikan.
A. PENDAHULUAN 1. Deskripsi singkat
Rancangan dalam konteks arsitektur adalah semata-mata usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik. Perancangan dapat dianggap sebagai suatu proses tiga bagian yang terdiri dari keadaan mula, suatu metode atau transformasi, dan suatu keadaan masa depan yang dibayangkan.
Proses perancangan bertujuan untuk menafsirkan dan menjawab kebutuhan manusia, melalui penciptaan fasilitas pelayanan dan bentuk- bentuk arsitektur yang sesuai dengan tuntutan fungsi serta nilai-nilai budaya yang ada. Sebuah karya arsitektur hendaknya merupakan konfigurasi ruang dan lingkungan yang mampu berfungsi sebagai tempat manusia hidup tenang dan bahagia.
Pada kenyataannya, para arsitek dihadapkan pada tantangan untuk menemukan pemecahan bagi setiap permasalahan arsitektural dengan cara membuat desain-desain bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dan atau tuntutan pemberi tugas. Bangunan yang dirancang pada suatu tempat, waktu, serta kebutuhan tertentu selalu bersifat unik. Karena latar belakang, tingkat sosial ekonomi, dan budaya pemberi
memiliki persepsi yang kuat agar dapat menyelami keinginan dan kebutuhan si pemberi tugas, serta menyesuaikan orientasinya sehingga terjalin kesepahaman antara kedua belah pihak.
Ketidakpahaman tentang metode atau proses perancangan sering membingungkan dan membuat frustrasi si arsitek. Logika komputerisasi dan teknologi informasi dapat mengarah pada keyakinan yang salah bahwa semua problem dapat diselesaikan bila si arsitek telah mendapatkan informasi yang banyak dari si pemberi tugas dan dari asumsi ini lantas percaya bahwa jawaban persoalan akan muncul dengan sendirinya.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mempraktekkan perancangan arsitektur sesuai dengan metode perancangan arsitektur, terutama pada tugas-tugas Mata Kuliah Studio Perancangan Arsitektur; memahami bagaimana proses perancangan arsitektur berlangsung dengan menggunakan pendekatan black box dan glass box dan mampu mengaplikasikan teknik tersebut dalam setiap tugas- tugas mata kuliah yang berkaitan dengan perancangan. Selain itu diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan metode perancangan arsitektur yang sistematis dalam tahap selanjutnya.
B. PENYAJIAN
1. Pengertian dan Tujuan Perancangan Arsitektur
Sebelum kita masuk ke pembahasan pengertian dan tujuan perancangan, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui pengertian dari metode.
Apakah metode itu ?
Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Secara etimologis, metode berasal dari kata
“met” dan “hodes” yang berarti melalui. Sedangkan pengertian metode menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara teratur yang digunakan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.
Sehingga dua hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : a. Cara melakukan sesuatu
b. Rencana dalam pelaksanaan
Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Keberadaan karya arsitektur harus dapat membawa makna manifestasi kehidupan dalam bentuk atau ekspresi. Maka dari itu sebuah karya arsitektur harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. Keindahan b. Kekuatan c. Keteduhan d. Keharmonisan e. Keamanan
Suatu karya arsitektur dikatakan berhasil jika terjadi KOMUNIKASI arsitektur dengan pengguna atau pengamat. Pengamat sesuai FUNGSI.
Dalam fisik bangunan harus ada keterpaduan antara; fungsi, tata ruang, struktur, kenyamanan, interior, mekanikal dan elektrikal, utilitas, dan bentuk.
Komunikasi arsitektur terjadi bila mencakup dua hal yaitu :
a. Bagaimana karya suatu arsitektur dapat mengekspresikan fungsi dan misi yang dikandungnya.
b. Bagaimana pengamat menyadari, memahami, dan menerima apa yang dikomunikasikan oleh karya arsitektur, kemudian membuat respon terhadap ekspresi karya arsitektur.
Sedangkan tingkat persepsi dan penafsiran karya arsitektur yang dilakukan pengamat atau pengguna tergantung dari :
a. Tingkat pengalaman b. Kemampuan pribadi c. Faktor emosional
d. Sosio kultural pengamat
Untuk memproduksi karya arsitektur yang bermakna perlu ada metode perancangan arsitektur, yaitu teori atau cara tentang bagaimana seorang harus melakukan perancangan, yang diarahkan pada jaminan bahwa bangunan akan memberi tujuan tertentu. Konsep adalah suatu gagasan yang memadukan berbagai unsur ke dalam keseluruhan. Dalam arsitektur konsep mengungkapkan syarat-syarat suatu rencana kontekstual, dan keyakinan/
keputusan yang dipadukan/disintesakan.
Ada beberapa definisi proses perancangan yang dirangkum dari berbagai sumber. Pertama, proses perancangan dapat diartikan sebagai serangkaian tindakan untuk mentransformasikan inputmenjadi output sesuai dengan tuntutan kriteria perancangan. Kedua, proses perancangan dapat juga berarti aktifitas pemecahan masalah, atau sebuah aktifitas kreatif yang menuntun ke suatu arah baru dan berguna yang sebelumnya tidak ada.
Ketiga, perancangan juga merupakan rangkaian tindakan dan pengalaman dari suatu aktifitas yang kreatif dalam menciptakan sesuatu yang baru dan bermanfaat.
Lalu, bagaimana dengan pengertian proses perancangan yang sistematis? Coba kita lihat beberapa pengertian barikut ini tentang sistem.
Sistem adalah suatu keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi, suatu perakitan atau penggabungan unsur/bagian yang membentuk suatu kesatuan yang kompleks. Sistem merupakan serangkaian prosedur yang terkait dan terintegrasi sehingga menjadi satu kesatuan. Sistem juga merupakan sesuatu yang menyeluruh dan dapat dilihat dengan jelas peranan dan kaitan tiap-tiap bagiannya.
Jadi, proses perancangan yang sistematis adalah suatu cara bertindak dalam mengumpulkan, memilih, mengolah (analisis), menyusun (sintesis) serta mengambil keputusan yang tersusun sebagai dalam suatu rangkaian aktifitas terorganisasi dan terintegrasi, sehingga menjadi suatu kesatuan serta dapat dilihat dengan jelas peran dan kaitan antara tiap-tiap bagian.
Suatu proses perancangan harus memiliki tujuan. Gambar 1.1.
menggambarkan apa yang terjadi pada suatu proses perancangan. Skema ini menjelaskan, bahwa tujuan proses perancangan adalah menafsirkan dan menjawab kebutuhan manusia sesuai dengan fungsinya, yaitu fungsi hunian, hiburan, kerja, dan ibadah. Hasil yang diharapkan dari fungsi-fungsi yang dimaksud adalah bentuk-bentuk fungsi wisma, suka, karya, dan ibadah.
Untuk mewujudkan perancangan yang sesuai dengan fungsi-fungsi tersebut harus memanfaatkan sumber-sumber atau beberapa potensi yang tersedia dan nilai-nilai budaya/sosial.
Tujuan Menghasilkan Dalam Rangka
Menghuni wisma Berbeda sesuai:
Hiburan suka tempat (daerah)
Kerja karya dan iklim
Beribadah ibadah
Gambar 1.1. Tujuan proses perancangan
Sumber: Konstruksi penulis berdasarkan data Nuraini, Cut, 2010
Gambar 1.1. diatas juga menjelaskan bahwa sumber-sumber dan nilai-nilai budaya/sosial yang ada dalam rangka mewujudkan tujuan proses perancangan tersebut akan berbeda sesuai dengan tempa (daerah) dan iklim. Oleh karena itu suatu perancangan tidak hanya sekedar menghasilkan suatu pelayanan, fasilitas atau bentuk arsitektur tertentu, tetapi juga harus mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia dan nilai-nilai budaya/sosial tertentu sesuai dengan tempat (daerah) serta iklim.
Contoh proses perancangan dalam arsitektur dapat dilihat pada gambar 1.2. Skema tersebut menjelaskan bahwa perancangan arsitektur
Menafsirkan dan menjawab kebutuhan manusia
Menafsirkan dan menjawab kebutuhan manusia
Menafsirkan dan menjawab kebutuhan manusia
dapat diawali dari adanya ide/gagasan untuk menciptakan/merancang wadah atau ruang untuk manusia beraktifitas. Untuk membuat konsep bagi perancangan yang dimaksud, sebelumnya ide atau gagasan tersebut harus melalui tahap penyusunan program dan analisis. Pada tahap penyusunan program, dilakukan pengumpulan dan pegolahan data-data yang dibutuhkan bagi wadah/ruang yang ingin dirancang. Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dapat meliputi dua aspek, yaitu aspek bangunan yang berkaitan dengan sifat kegiatan, organisasi dan standar-standar; dan aspek lingkungan yang berkaitan dengan tapak, topografi, bentuk dan lainnya. Setelah tahap ini selesai, dilanjutkan dengan tahap analisis data. Analisis dilakukan dalam rangka memenuhi program kebutuhan untuk menghasilkan ruang, fungsi/aktifitas, bentuk, pola/sistem, volume dan ekpresi. Tahap analisis akan melahirkan konsep ruang, konsep fungsi/aktifitas, konsep bentuk, komsep pola/sistem, konsep volume dan konsep ekspresi. Akhirnya, semua konsep tersebut akan diwujudkan dalam bentuk desain/rancangan.
PROSES
ANALISIS
Gambar 1.2.Contoh Proses Perancangan dalam Arsitektur Sumber: Konstruksi penulis berdasarkan data Nuraini, Cut, 2010 Ide/
gagasan
Penyusunan program
Tahap
penganalisaan DESAI
N KONSEP
Program Kebutuhan Kumpul data
Olah data
Meliputi aspek:
1) Bangunan
(sifat kegiatan, organisasi,dan standar) 2) Lingkungan
(tapak, topografi, bentuk, dll)
Dalam proses analisis menghasilkan:
- Fungsi/aktifitas - Bentuk - Pola/sistem - Volume - Ekspresi
1. Perancangan Dalam Bidang Pendidikan
Walaupun perancangan adalah suatu kegiatan yang luas dasarnya mengenai segala-galanya mulai dari seni visual sampai perekayasaan sampai manajemen bisnis dan pengkajian logika, kemungkinan untuk suatu pengantar kepada perancangan yang dipersatukan biasanya tidak terpenuhi.
Sebagian besar sekolah kesenian memiliki apa yang disebut kelas-kelas perancangan dasar yang diikuti oleh setiap orang termasuk pelukis, pengrajin keramik, dan pematung. Kelas-kelas dasar ini memperkenankan serangkaian pengalaman visual pokok dan pemecahan masalah. Dibeberapa sekolah para arsitek, arsitek pertamanan, perancang roduk dan industri, dan perancang interior mengikuti mata pelajaran-mata pelajaran pokok dalam program perancangan yang sama. Tetapi yang lebih khas, pelajaran- pelajaran rancangan dasar untuk para arsitek diajarkan dalam sekolah- sekolah arsitektur.
Sekolah arsitektur formal mula-mula berkembang di Eropa. Ada dua sekolah arsitek yang menjadi tonggak perkembangan pendidikan arsitektur di seluruh dunia.
a. Ecolle des Beaux Arts di Paris 1793
1. Sistem Beaux Arts menekankan pengajian historis sebagai pola untuk arsitektur masa depan.
2. Kiblat sekolah ini adalah bangunan-bangunan klasik Romawi.
3. Beaux Arts mengemukakan dan meningkatkan wibawa bentuk- bentuk yang secara historis telah terbukti.
4. Proyek-proyek mahasiswanya yang tipikal dirancang untuk dibangun dengan batu.
5. Pengaruh sekolah ini melintas jauh keluar Eropa dan menguasai pendidikan arsitektur sampai 1950-an. Pada tahun itu banyak sekali muncul penentang-penentang sekolah ini, terutama dari tokoh-tokoh pelopor arsitektur modern.
Gambar 1.3.Ecolle des Beaux Arts Paris
Sumber: http://www.google.co.id/search?q=gambar+untuk+ecole+des+beaux+arts
b. Bauhaus di Weimer Jerman 1919
1. Didirikan oleh Walter Gropius, seorang arsitek dari gerakan arsitektur modern yang kemudian pindah ke Amerika Serikat dan bergabung diDepartment of Architecture Harvard University.
2. Metode pendidikannya direncanakan dengan menghapuskan batas-batas yang memisahkan arsitektur, seni rupa, dan teknologi.
Seorang arsitek juga harus sekaligus menjadi seorang seniman pengrajin (craftman) yang memiliki ketrampilan dalam bekerja dengan bermacam bahan.
3. Bauhaus mengkaji prinsip-prinsip abstrak sebagai dasar untuk rancangan arsitektur.
4. Mengembangkan pencarian pemecahan-pemecahan dan bentuk- bentuk unik yang mencerminkan tipe bangunan yang dirancang maupun bahan dan metode konstruksi.
5. Proyek-proyek mahasiswa Bauhaus di rancang untuk dibangun dengan beton, baja, dan kaca.
6. Bauhaus merupakan reaksi dari pendekatan tradisional pendidikan arsitektur Beaux Arts Perancis.
7. Kedua sekolah ini mempengaruhi arsitektur di Amerika Serikat, tetapi metode yang diterapkan Bauhaus jelas lebih dominan.
Gambar 1.4. Bauhaus Weimer Jerman
Sumber: http://www.google.co.id/search?q=gambar+untuk+bau+haus+weimar
Beberapa perubahan tambahan yang telah mempengaruhi pendidikan arsitektur adalah:
1. Pendidikan arsitektur sebagaimana profesinya sendiri telah meluas meliputi dasar pengetahuan yang lebih luas serta spesialisasi-spesialisasi seperti perencanaan dan perancangan kota, interior, pertamanan, manajemen konstruksi, pemasaran, dan lain-lain. Semua mahasiswa harus tidak lagi menjadi perancang arsitektur. Terjadi pengurangan penekanan pada struktur, teknologi, rancangan bangunan, sebagai satu-satunya inti pendidikan arsitektur.
2. Timbulnya pengkajian prilaku manusia sebagai dasar untuk memulai pendidikan arsitektur. Pelajaran-pelajaran dasar dalam psikologi, sosiologi, antropologi, dan pelajaran-pelajaran terapan telaah prilaku lingkungan. Kini merupakan bagian integral dari kurikulum arsitektur.
3. Penyerapan keseluruhan dalam suatu masalah rancangan bangunan sebagai kontak awal mahasiswa dengan arsitektur.
Mahasiswa pertama-tama mendapatkan pengalaman terpadu untuk mempersiapkan rangkaian pelajaran berikutnya, dimana prinsip-prinsipnya akan diajarkan.
4. Kecenderungan memasukkan pelajaran dalam proses sebagai suatu pengalaman abstrak. Penekanannya adalah pada pemecahan masalah yang kreatif seperti dalam pelajaran- pelajaran logika, yang sering disebut perancangan sistem-sistem.
3. Variabel Perancangan Arsitektur
Dalam perancangan arsitektur, arsitek perlu memperhatikan tiga variabel penting sebagai berikut:
1. Performance Variables adalah variabel-variabel yang berkaitan dengan manusia sebagai pengguna, meliputi aktifitas-aktifitas (Activities), tujuan-tujuan tertentu (Objectives), organisasi (Organization), interaksi (Interactions) dan ketentuan-ketentuan berupa prasyarat lainnya(Preferences).
2. Design Variablesadalah variabel-variabel yang berkaitan dengan Physical Factors yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi perancangan secara fisik, meliputi kondisi tapak (Site condotions), bangunan dan fasilitasnya (Building/facility), sistem-sistem (Systems), ruang (Space), fungsi (Functions), sirkulasi (Circulation), lingkungan sekitar (Internal environtment) dan penggunaan energi.
3. Context Variables adalah variabel-variabel yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal yaitu faktor-faktor di luar perancangan tetapi berpengaruh pada proses perancangan yang meliputiLegal restrictions, waktu(Time)dan biaya(Costs).
Masalah-masalah dalam perancangan arsitektur terkadang tidak selalu tampak jelas. Padahal kita harus mengetahui apa masalahnya, jika ingin menciptakan sebuah wadah/ruang untuk sebuah fungsi/aktifitas. Jika masalahnya sudah diketahui, maka suatu perancangan akan memiliki tujuan yang jelas. Jika tujuan perancangan sudah ditetapkan, maka tahap selanjutnya adalah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan yang
berkaitan dengan tujuan perancangan. Selanjutnya, data-data tersebut di analisis untuk menghasilkan konsep-konsep yang akan digunakan untuk membuat desain bagi wadah/ruang yang dimaksud. Beberapa variabel di atas dapat menjadi sumber masalah perancangan, sehingga keberadaannya dapat mempengaruhi perancangan arsitektur. Perhatikan contoh kasus sederhana di bawah ini.
Dalam proses perancangan diperlukan masalah yang bersifat terpadu.
Sebagai contoh, sebuah jendela sekaligus harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu memasukkan cahaya terang hari, memberikan pemandangan, menjaga privacy, dan memberi kemungkinan untuk peredaran udara. Sebagai sebuah lubang pada dinding luar, sebuah jendela dapat menimbulkan masalah struktural, sumber panas, transmisi suara dan dalam sistem keterkaitan yang kompleks. Ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan untuk menangani masalah jendela dengan menerapkan dalil- dalil fisika, psikofisika dan psikologi. Metode-metode ilmu pengetahuan umumnya banyak membantu perancang, karena masalah-masalah perancang bersifat multidimensional dan interaktif. Memperbesar jendela dapat memasukkan cahaya terang hari lebih banyak dan memberikan pemandangan yang lebih baik, akan tetapi juga dapat menambah panas masuk dan mengurangiprivacy.
Faktor-faktor manusia, fisik dan eksternal yang telah disebutkan diatas, semuanya akan mempengaruhi perancangan arsitektur. Manusia sebagai salah satu faktor penentu dalam perancangan arsitektur juga berperan sebagai aktor utamanya. Aktor-aktor utama ini terdiri atas beberapa kelompok yaitu arsitek, pemberi tugas, stakeholders (pemangku kepentingan) dan pemakai. Sebagai aktor, mereka memiliki batasan-batasan atau pemahaman sendiri tentang perancangan arsitektur, sehingga pengetahuan personal dari masing-masing aktor tersebut dapat menjadi sumber masalah perancangan.
Pemberi tugas sangat mengharapkan ruang-ruang, bentuk dan gaya
perancangan sendiri dan khawatir jika si arsitek sebagai perancang memiliki gagasan yang berbeda dengannya. Sementara itu, arsitek berharap diberi kebebasan dalam merumuskan masalah perancangan dan membandingkannya dengan masalah yang pernah dihadapinya. Sang arsitek sadar, bahwa reputasinya ditentukan oleh karya yang pernah ia ciptakan, sehingga ia merasa perlu membuat pengembangan yang dapat diterima masyarakat. Di sisi lain, stakeholders sebagai pemangku kepentingan memiliki sejumlah standar, ketentuan, aturan dan syarat-syarat tertentu sebagai acuan perancangan yang dituangkan dalam bentuk peraturan-peraturan perancangan. Demikian juga halnya dengan pemakai bangunan. Mereka cenderung kurang dekat dengan arsitek, sehingga butuh mediator untuk mengetahui kebutuhan mereka akan wadah/ruang/arsitektur yang sebenarnya. Jika ingin mewujudkan hasil karya arsitektur yang sesuai dengan keinginan para aktor tersebut, maka setiap aktor harus dapat duduk bersama untuk menyamakan persepsi mereka tentang sebuah ruang/wadah/arsitektur yang dibutuhkan. Perhatikan gambar skema 1.5.
dibawah ini.
Gambar 1.5. Aktor-aktor yang terlibat dalam perancangan arsitektur Sumber: Konstruksi penulis berdasarkan data Nuraini, Cut, 2010
Hasil karya ARSITEKTUR
Pemberi Tugas
1) Mengharap ruang-ruang, bentuk dan gaya yang cocok
2) Tidak dapat melakukan perancangan sendiri, tetapi tahu apa yang diinginkannya dan takut arsitek punya gagasan yang berbeda
Pemakai Bangunan
Kurang dekat dengan arsitek, sehingga butuh mediator (psikolog dan sosiolog) untuk mengetahui kebutuhan mereka akan wadah/arsitektur yang sebenarnya
Stakeholders
1) Standar-standar, seperti syarat-syarat keamanan, utilitas dan wujud.
2) Kode-kode praktek yang ditentukan oleh dinas pemadam kebakaran, pengawas bangunan dan penata kota.
3) Garis-garis penuntun dan rekomendasi tentang keselamatan kerja, kesehatan, peraturan listrik, air, pos, dll.
Arsitek berharap diberi kebebasan dalam merumuskan masalah perancangan dan membandingkan dengan masalah yang pernah dihadapinya ARSITEK
Sadar bahwa reputasinya ditentukan oleh karya yang pernah ia buat, sehingga ia merasa perlu membuat pengembangan yang dapat diterima masyarakat
4. Pendekatan Perancangan Arsitektur
Dalam proses merancang, arsitek selalu menggunakan data-data dan informasi-informasi yang berkenaan dengan obyek yang akan dirancangnya.
Data-data atau informasi yang akan digunakan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kompleksitas permasalahan perancangannya. Sumber data dan informasi tersebut dapat berupa teori dan konsep yang sudah ada, literatur, studi perbandingan, hasil penelitian ataupun informasi yang berasal dari klien itu sendiri. Tingkat kesulitan perancangan juga akan menuntut si arsitek untuk melakukan penelitian baru jika data dan informasi yang didapatnya tidak memadai untuk merancang sesuatu yang diinginkan oleh kliennya. Arsitek sebagai perancang yang harus memenuhi keinginan klien dalam mewujudkan wadah bagi aktifitas manusia sebagai penggunanya harus mempertimbangkan banyak hal, agas hasil rancangannya sesuai dengan kebutuhan.
Namun demikian, tidak semua arsitek atau perancang menggunakan data-data dan informasi faktual dalam menuangkan ide rancangannya. Ada arsitek atau perancang yang tidak diketahui proses perancangannya, termasuk data dan informasi yang didapatnya tentang obyek yang akan dirancang tersebut. Untuk hal seperti ini, bagaimana kita seharusnya menyikapi? Apakah hasil rancangan yang dilakukan tanpa proses yang jelas tersebut dapat dikatakan sebagai hasil sebuah perancangan? Padahal kita tahu bahwa proses perancangan memiliki langkah-langkah skematis tertentu yang harus dilalui, sehingga dapat dikatakan bahwa perancangan tersebut merupakan sebuah proses. Proses sejak timbulnya ide sampai terbentuknya rancangan berlangsung melalui barbagai tahapan, seperti pengumpulan data, analisis, pembuatan konsep, rancangan awal dan rancangan akhir.
Informasi dan data dalam proses perancangan memiliki dua tempat yang berbeda dalam pemikiran arsitek, sehingga terbentuk proses perancangan yang berbeda pula. Disatu sisi, ada anggapan bahwa informasi dan data dalam melakukan proses perancangan harus dapat diungkapkan
orang-orang lain sebagai pengamat atau penggunanya. Artinya, hasil karya tersebut harus memiliki konsep yang jelas. Di sisi lain, ada juga arsitek yang beranggapan bahwa perancangan yang dilakukannya tidak harus diungkapkan secara eksplisit, karena ide atau gagasan tersebut memang tidak dapat dijelaskan dengan teori atau konsep-konsep. Hal seperti ini menimbulkan perbedaan pandangan dalam proses perancangan, sehingga lahirlah apa yang dikatakan sebagai BLACK-BOX dan GLASS-BOX.
a. METODE TRADISIONAL (BLACK BOX)
Black box merupakan metode perancangan yang hanya menggunakan informasi yang ada di kepala arsitek (tetapi tidak di ketahui proses yang terjadi di dalam pemikiran si arsitek) untuk menghasilkan desain. Suatu yang misterius dalam akal pikiran arsitek atau perancang, tiba- tiba saja muncul tanpa konsep yang jelas dalam bentuk berbagai kreasi, baik yang biasa maupun yang luar biasa. Dalam metode black-box, informasi dan data tidak dapat di identifikasi sumbernya, sehingga desain yang dihasilkan lebih menampilkan subyektifitas si arsitek.
Metode black-box sering juga digunakan oleh para arsitek terkenal yang telah memiliki pengalaman panjang dalam merancang. Salah satunya adalah arsitek Silaban dalam mendesain gedung Universitas Nommensen di Medan. Desain-desain kolomnya yang lebar dan tidak lazim merupakan ciri black-box dari Silaban, karena didesain tanpa patokan dan standar yang jelas, diluar dari tatacara penentuan lebar dan luas kolom pada umumnya secara struktural.
CIRI METODE TRADISIONAL/BLACK-BOX
a. Hasil perancangan dikendalikan oleh masukan yang diterima terdahulu dan lebih dominan berdasarkan pengalaman.
b. Hasil perancangan dapat dipercepat tetapi akan mengakibatkan keputusan acak untuk suatu periode tertentu.
c. Kapasitas produksi perancang sangat relevan dengan ketersediaan waktu karena lebih banyak menggunakan imajinasi. sering merupakan lompatan pemahaman yang sulit ditransformasikan.
d. Kontrol intelegensi mengenai struktur masalah dapat mengakibatkan kesempatan memperoleh hasil yang lebih relevan dengan masalah perancangan.
Kesimpulan
• Menciptakan perancang sebagai empu pencipta bangunan, ahli sulap, atau manusia setengah dewa, yang sebuah benda atau sebuah bangunan hasil ciptaannya hanya untuk dipuji atau dicela dan tidak untuk didiskusikan.
• Tidak dapat dibicarakan bagaimana proses terjadi atau proses kreatifnya.
b. METODE BARU/RASIONAL (GLASS-BOX)
Glass-box merupakan metode perancangan yang memanfaatkan infomasi-informasi (program-program) eksplisit untuk menghasilkan desain, prosesnya terdefinisi, dengan menggunakan data dan informasi faktual serta didukung oleh analisis dan konsep yang jelas. Informasi, data atau program- program dapat di identifikasi dengan jelas, karena sumbernya merupakan teori-teori dan konsep-konsep yang sudah ada sebelumnya maupun pengembangan dari itu, sehingga metode merancang dengan pendekatan ini dianggap lebih obyektif.
Seringkali kita mengagumi karya-karya arsitek yang bereputasi nasional ataupun internasional. Kebanyakan dari karya arsitek tersebut memiliki benang merah satu dengan lainnya. Sebagai contoh, Frank Lloyd Wright memiliki garis rancangan yang tetap dari satu karya ke karya lainnya, dimana unsur permainan garis horizontal dan vertikal tampil sangat dominan.
Karya Frank O Gehry dengan tegas menonjolkan komposisi kubus dalam tiap karyanya. Konsistensi mereka dalam tiap desain menimbulkan pertanyaan dalam diri kita. Bagaimanakah hal tersebut bisa terjadi?
Kesimpulan
• Merupakan metode perancangan rasional
• Disebut sebagai kotak transparan (glass-box)
• Merupakan kebalikan dari metode tradisional
• Hasil ciptaan dapat ditelusuri bagaimana proses terjadi maupun proses kreatifitas
CIRI METODE RASIONAL/GLASS-BOX
a. Tujuan, Variable dan Kriteria ditentukan dengan matang b. Analisis lengkap
c. Evaluasi bermakna dan logis
d. Strategi ditentukan dengan matang.
5. Teori Proses Perancangan Arsitektur
Walaupun sejumlah mata pelajaran, seperti perancangan sistem, logistik, perencanaan, dan perekayasaan telah mempengaruhi profesi arsitek. Proses perancangan sebagai suatu bidang studi yang berbeda, baru mendapat perhatian penuh pada tahun 1950-an. Kremudian, Design Methods (1972) oleh John Christopher Jones mengidentifikasi pengkajian proses perancangan sebagai suatu penyelidikan untuk metode-metode yang akan memperbaiki mutu rancangan. Sebagian besar dari dari urutan-urutan kegiatan dalam bidang metode perancangan ini telah dilakukan di Inggris, Skotlandia, Australia, Cekoslowakia, Polandia, dan Amerika Serikat. Metode- metode dan strategi-strategi rasional di Amerika Serikat dapat dinyatakan berasal dari Christopher Alexander.1
Perkembangan teori perancangan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Teori Christopher Alexander
Kata-kata kunci dalam pandangan Alexander tentang proses perancangan adalah atomistik dan pantas. Sama seperti semua benda di dalam alam semesta yang terbentuk dari blok-blok (atom-atom) bangunan dasar. Arsitekturpun terdiri dari komponen-komponen dasar yang dapat
1Alexander, Christopher,“Notes on the Synthesis of Form”, Cambridge, Mass.Harvard University Press, 1964, halaman 15-45
diuraikan menjadi komponen-komponen yang paling sederhana.
Penyelesaian arsitektur dapat dibangun dari kombinasi yang tepat dari unsur-unsur terkecil. Masalah-masalah arsitektur dapat disederhanakan menjadi daftar pecahan informasi yang sangat kecil. Proses pencarian pasangan untuk mengelompokkan masalah atau persyaratan tersebut, disebut “Konstelasi”. Tujuannya adalah mengembangkan suatu hirarki yang baik dari pasangan-pasangan antara persyaratan dan pemecahan fisik. Teori konstelasi berkembang menjadi suatu “Bahasa Pola” yang dapat diartikan pertalian dengan berbagai situasi dari bagian-bagian suatu tipe bangunan tertentu. Bahasa pola menyarankan pemecahan formal bagi fungsi-fungsi tertentu.
Gambar 1.6. Konstelasi: penstrukturan masalah
Sumber : Snyder, James C. and Anthony J. Catanese, (1989).Pengantar Arsitektur.
Terjemahan, Jakarta: Erlangga.
b. Teori Arsitektur Fungsional
Dalam teori ini orang menganggap bahwa terdapat suatu konfigurasi suatu rancangan didasarkan atas kegiatan-kegiatan yang harus disesuaikan dan hubungan antara kegiatyan-kegiatan itu. Suatu rancangan yang berhasil mengemasi unsur-unsur ini tercantum atau disimpulkan dari program dan
c. Teori“State Architecture”
Teori ini berpendapat bahwa aspek-aspek fungsional suatu
rancangan relatif mudah di benahi dan seharusnya diletakkan dibawah soal- soal yang lebih sulit. Sifat-sifat khas atau atribut-atribut yang kiranya membuat suatu usul rancangan “arsitektur” berbeda dari sekolah ke sekolah.
Dua tema khas tradisi ini adalah “bangunan sebagai lambang” dan
“kepuasan pemakai”. Bangunan dapat dianggap sebagai artifak penting yang memuaskan para pemakainya karena melambangkan suatu yang bernilai bagi para pemakai. Monumen-monumen seperti Lincoln Memorial di Washington dihargai bukan karena mereka berfungsi baik, tetapi karena mereka melambangkan nilai-nilai umum yang penting. Bangunan-bangunan lain dapat juga menjadi lambang, dapat mempunyai makna simbolis, dan dapat dirancang sedemikian rupa, sehingga untuk menyajikan citra yang layak dan menyampaikan makna yang khusus kepada masyarakat. Demikian pula, rancangan bangunan dapat berfokus pada bentuk-bentuk yang cocok menampung kebutuhan-kebutuhan langsung para pemakai. Sayangnya, banyak bangunan gagal melaksanakan ini, dan kegagalan dari banyak bangunan yang dibiayai masyarakat mulai dari perumahan sampai penjara.
Sebagian dapat ditelusuri pada ketidakcocokan penampilan mereka dan apa yang dilambangkan penampilan itu, maupun kesanggupan mereka untuk memuaskan prilaku dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang menempatinya.
6. Proses Perancangan
Lukisan tentang proses perancangan yang berlangsung dari suatu keadaan awal sampai suatu keadaan masa depan yang dibayangkan tidak sepenuhnya menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam antara itu.
Kegiatan-kegiatan ini dilukiskan dalam bagian-bagian berikut: pertama-tama sebagai proses lima langkah, lalu sebagai pengaturan berdasarkan kontrak, dan akhirnya sebagai suatu daftar pertanyaan untuk para mahasiswa.
Gambar 1.7. Beberapa Proses Perancangan
Sumber : Snyder, James C. and Anthony J. Catanese, (1989).Pengantar Arsitektur.
Terjemahan, Jakarta: Erlangga.
A. Proses perancangan lima langkah:
Gambar 1.8. Proses Perancangan Lima Langkah:
permulaan, persiapan, pengajuan usul, evaluasi, tindakan
Sumber : Snyder, James C. and Anthony J. Catanese, (1989).Pengantar Arsitektur.
1. Permulaan/ketidakseimbangan
Permulaan meliputi pengenalan dan pembatasan masalah yang akan dipecahkan. Walaupun para arsitek sering diharapkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah dan kesempatan-kesempatan, namun biasanya klienlah yang menyampaikan masalah kepada arsitek. Namun demikian, para arsitek sering langsung terlibat dalam tahap-tahap dini identifikasi masalah. Aspek lain dari langkah permulaan meliputi peranan imajinasi dan aspirasi. Yaitu, para arsitek berusaha meningkatkan aspirasi masyarakat dari segi mutu lingkungan buatan. Mereka mengidentifikasi masalah-masalah umum, mendidik masyarakat, dan mengusulkan pemecahan-pemecahan alternatif.
Mereka menyediakan imajinasi kritis dalam bidang keahlian yang mendorong aspirasi klien. Lebih dari seorang arsitek yang membayangkan bahwa “klien yang baik menghasilkan bangunan yang baik”.
2. Persiapan
Langkah kedua dalam proses perancangan yaitu persiapan, meliputi pengumpulan dan analisis informasi mengenai masalah yang akan dipecahkan . Dalam arti luas, pendidikan profesional itu sendiri merupakan persiapan untuk memberikan jasa-jasa perancangan. Para arsitek profesional terus menerus mempersiapkan diri untuk memberi jasa-jasa secara informal dengan belajar dari tiap penugasan yang berturut-turut, dan secara formal dengan melanjutkan pendidikan. Secara lebih spesifik, persiapan meliputi pengumpulan secara sistematis dan analisis informasi tentang suatu proyek tertentu. Kegiatan ini disebut pemograman. Kegiatan- kegiatan persiapan lain meliputi pengumpulan peta-peta dasar, tapak dan data areal (tentang lingkungan alam dan buatan, lalu lintas, utilitas, dll) atau informasi tentang kendala-kendala legal dan ekonomi, dan data keuangan.
Produk lain tahap persiapan adalah suatu daftar kriteria yang melukiskan sifat-sifat khas yang diharapkan dari suatu pemecahan arsitektur.
Pemecahan-pemecahan diukur menurut kriteria ini, sedangkan daur proyek melalui tahap-tahap pengajuan usul dan evaluasi.
3. Pengajuan Usul
Seorang arsitek yang serba tahu siap untuk membuat gagasan- gagasan dan mengajukan usul-usul bangunan. Gagasan-gagasan yang sahih dapat datang setiap waktu dalam proses perancangan, dari pertemuan pertama sampai akhir dengan seorang klien. Banyak perdebatan berlangsung di kalangan fakultas dan praktisi tentang berapa banyak persiapan sebenarnya yang layak sebelum pengajuan usul dimulai. Proses mengajukan usul-usul rancangan yang sesungguhnya sering disebut
“SINTESIS”. Yaitu, usul-usul rancangan harus menghimpun berbagai pertimbangan dari konteks sosial, ekonomi, fisik, program, tapak, klien, teknologi yang berlaku, estetika, dan nilai-nilai perancangan.
Secara khas, mahasiswa perancangan yang baru mulai tidak diharapkan untuk menyulap dan memecahkan seluruh persoalan yang harus dihadapi oleh arsitek yang berpengalaman. Kerangka-kerangka waktu pendidikan formal dan praktek berbeda-beda; mahasiswa harus menghadapi sejumlah besar masalah perancangan dalam suatu jangka waktu empat sampai enam tahun, sedangkan suatu proyek besar tunggal mungkin tetap dalam suatu perusahaan arsitektur selama beberapa tahun. Para guru perancangan memecahkan dilema ini dengan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan khusus, yang menentukan bagi perancang pada umumnya atau bagi kebutuhan pendidian para mahasiswa pada berbagai tahap.
4. Evaluasi
Evaluasi dalam perancangan arsitektur terjadi pada beberapa skala dan meliputi bermacam-macam peserta. Pembahasan ini berpusat pada evaluasi usul-usul alternatif yang diajukan perancang. Evaluasi atas usul yang dilakukan oleh arsitek meliputi pembandingan pemecahan perancangan yang diusulkan dengan tujuan dan kriteria yang dikembangkan dalam tahap pemograman. Kita dapat membayangkan daur persiapan
penetapan tujuan dan kriteria untuk rancangan, pembuatan rancangan potensial, dan pengukuran pemecahan yang diusulkan terhadap kriteria program.
5. Tindakan
Tahap tindakan dari proses perancangan meliputi kegiatan-kegiatan yang dipertautkan dengan mempersiapkan dan melaksanakan suatu proyek seperti menyiapkan dokumen-dokumen konstruksi dan bertindak sebagai perantara antara pemilik dan kontraktor. Dokumen-dokumen konstruksi termasuk gambaran-gambaran kerja spesifikasi-spesifikasi tertulis untuk bangunan.
Walaupun tiap perancang mengembangkan gaya kerjanya sendiri dalam proses perancangan lima langkah, beberapa prosedur tampaknya tipikal. Pertama, proses adalah berdaur. Yaitu, seorang perancang mungkin cepat melalui urutan ketika datang suatu proyek untuk membuat sejumlah usul pendahuluan atau terbatas. Kata umpan balik (feed back) juga menggambarkan sifat daur proses perancangan. Informasi baru menyebabkan perancang mempertimbangkan lagi informasi yang ada sementara usul rancang maju. Kedua, proses adalah berulang. Perancang bekerja melalui banyak daur; tiap daur memasukkan lebih banyak pokok persoalan dan sintesisnya menjadi lebih canggih. Pengulangan berturut-turut bertemu pada suatu pemecahan yang memuaskan. Akhirnya, proses adalah sangat grafis.
Daur, Umpan Balik, Pengulangan. Walaupun tiap perancang mengembangkan gaya kerjanya sendiri dalam proses perancangan lima langkah, beberapa prosedur tampaknya tipikal. Pertama, proses adalah berdaur. Yaitu, seorang perancang mungkin cepat melalui urutan ketika datang suatu proyek untuk membuat sejumlah usul pendahuluan atau terbatas. Sebaliknya hal ini mungkin membantu untuk memfokuskan kegiatan-kegiatan pemograman seperti mengidentifikasi kebutuhan- kebutuhan informasi yang layak atau reaksi-reaksi klien. Kata umpan balik
(feedback) juga menggambarkan sifat daur proses perancangan. Informasi baru menyebabkan perancang mempertimbangkan lagi informasi yang ada sementara usul rancangan maju. Kedua, proses adalah berulang. Perancang bekerja melalui banyak daur, tiap daur memasukkan lebih banyak pokok persoalan dan sintesisnya menjadi lebih canggih. Pengulangan berturut-turut bertemu pada suatu pemecahan yang memuaskan. Akhirnya, proses adalah sangat grafis.
Secara khas, para mahasiswa dan arsitek menggunakan kertas kalkir murah sebagai lapisan, mengkalkir gambar dasar atau ciri-ciri dari pengulangan terdahulu dan melanjutkan penjelajahan. Gambar-gambar lanjutan tidak dibuang, malahan merupakan dokumentasi penting bagi rancangan.
Gambar 1.9. Proses perancangan berdaur, umpan balik dan pengulangan Sumber : Snyder, James C. and Anthony J. Catanese, (1989).Pengantar Arsitektur.
Terjemahan, Jakarta: Erlangga.
B. Proses perancangan dalam praktek standar Jasa-jasa Utama Arsitektur
American Institute of Architects (AIA) adalah organisasi profesi utama dari para arsitek yang berpraktek di Amerika Serikat. AIA memberikan aneka ragam jasa bagi para anggotanya termasuk formulir-formulir standar untuk berbagai kontrak. Salah satu formulir menguraikan jasa-jasa yang diharapkan diberikan oleh arsitek kepada seorang klien.
Profesi mengemukakan bahwa jasa-jasa utama yang diberikan arsitek dapat dibagi dalam lima urutan tahap yaitu:
1. Rancangan skematis 2. Pengembangan rancangan 3. Penyiapan dokumen konstruksi 4. Penawaran atau perundingan 5. Tata laksana kontrak konstruksi
Gambar 1.10. Tahap proyek arsitektur dan jasa arsitek Sumber: Konstruksi penulis, berdasarkan Snyder & Catanese, 1989
Para arsitek dapat memberi jasa-jasa tambahan dan perubahan penting dalam citra diri arsitek yang tercermin dalam keanekaragaman jasa pra rancangan, pasca rancangan, dan pelengkap yang kini tercantum.
Kemajuan melalui kelima langkah tersebut tergantung pada persetujuan tentang tiap tahap oleh klien. Ini melindungi klien maupun arsitek, karena pekerjaan baru dapat berjalan bila semua pihak menyetujui produk-produk untuk hal itu. Umpamanya, perubahan-perubahan dalam suatu program bangunan selama tahap dokumen konstruksi mungkin menghendaki banyak pengerjaan kembali pada tahap-tahap pengembangan rancangan skematis.
Arsitek dapat mengharuskan kompensasi tambahan bila perubahan- perubahan jelas menyimpang dari hal-hal yang disetujui pada tahap- tahap
Rancangan Skematis
Pengembangan Rancangan
Dokumen Konstruksi
Penawara n
Tata Laksana Kontrak Konstruksi
sebelumnya. Jadi, jasa profesi dirancang untuk berfungsi sebagai unsur- unsur suatu kontrak hukum maupun sebagai suatu proses perancangan.
1. Rancangan Skematis(Schematic Design)
Tujuan rancangan skematis adalah menetapkan karakteristik- karakteristik umum rancangan bangunan, seperti skala yang dikehendaki untuk memenuhi persyaratan-persyaratan program dasar, pengaturan pada tapak, dan perkiraan biaya. Seringkali rancangan skematis disajikan sebagai alternatif bagi klien, termasuk citra umum bangunan maupun ukuran dan pengaturan ruang, sirkulasi, dan penapakan. Tujuan semua ini adalah untuk mengidentifikasi pokok persoalan yang penting dan membuat keputusan awal yang digunakan sebagai dasar bagi tahap-tahap berikutnya. Ini merupakan kesempatan bagi arsitek untuk meningkatkan aspirasi-aspirasi atau mempesonakan klien. Ini juga merupakan tahap dimana arsitek mengidentifikasi konsep untuk bangunan. Rancangan skematis dapat disajikan sebagai serangkaian sketsa informal, yaitu suatu laporan sederhana atau sebagai presentasi yang teliti dan visual dramatis, tergantung pada tipe klien dan hubungan kerja antara klien dan arsitek.
Gambar 1.11. Contoh rancangan skematis
Sumber: Konstruksi penulis, berdasarkan Snyder & Catanese, 1989
2. Pengembangan Rancangan(Development Design)
Seorang arsitek memulai kerja rancangan tambahan sesudah disetujuinya rancangan skematis. Tujuan tahap pengembangan rancangan adalah untuk menguraikan sifat terinci dan maksud keseluruhan proyek.
Dokumen-dokumen yang dihasilkan termasuk suatu denah tapak, denah lantai, tampak, dan potongan-potongan, dengan catatan yang menguraikan bahan-bahan penting. Gambar-gambar dan catatan-catatan juga memperlihatkan atau mengikhtisarkan syarat-syarat mekanis dan listrik dari bangunan dan mencakup suatu rincian yang teliti tentang biaya-biaya yang mungkin. Dalam menentukan cakupan dan sifat proyek yang spesifik, klien sering terlibat dalam serangkaian pembahasan dan keputusan. Ini meliputi biaya yang mungkin, perwajahan, mutu, dan penampilan. Alternatif-alternatif diidentifikasi, dan keputusan-keputusan harus dibuat tentang unsur-unsur dasar struktural, mekanis, dan teknis lainnya, terutama karena dampak yang dimiliki oleh keputusan-keputusan ini terhadap perlengkapan interior, fleksibilitas, dan biaya akhir bangunan. Sebagian klien lebih menyukai arsitek, sebagai seorang ahli, membuat sebagian besar keputusan ini, sedangkan yang lainnya minta agar mereka dilibatkan.
Para arsitek menganggap tahap ini sebagai inti dari proses perancangan. Ini menghendaki koordinasi informasi teknik dan pekerjaan sejumlah besar orang, terutama dalam suatu proyek yang kompleks.
Dilaksanakannya interaksi-interaksi yang lancar serta koordinasi informasi dan tokoh-tokoh adalah perlu bila tahap-tahap yang tersisa harus dilanjutkan dengan segala efisiensi. Gambar-gambar skala besar yang dibuat pada tahap ini dibutuhkan untuk mempelajari pilihan-pilihan dan untuk merinci bahan-bahan dan metode-metode konstruksi. Taksiran-taksiran kemungkinan biaya yang dilakukan dalam tahap ini dapat diteliti dan didasarkan atas penggunaan bahan-bahan dan spesifikasi-spesifikasi tertentu. Presentasi kepada klien tentang pekerjaan yang dilakukan pada tahap ini biasanya diselaraskan dengan berbagai keputusan terinci yang akan dibuat.
Gambar 1.12.Contoh pengembangan rancangan
Sumber: Konstruksi penulis, berdasarkan Snyder & Catanese, 1989
3. Dokumen Konstruksi(Construction Document)
Ungkapan “dokumen konstruksi” mencerminkan kenyataan bahwa konstruksi didasarkan atas gabungan gambar yang disebut “gambar kerja”
dan syarat-syarat tertulis yang disebut “spesifikasi”. Pada umumnya, gambar-gambar memperlihatkan lokasi dan kuantitas, dan spesifikasi- spesifikasi mengidentifikasi mutu dan prosedur yang dianjurkan. Variasi- variasi mungkin ada, dan dibeberapa kantor, gamabr-gambar rincian baku muncul dalam spesifikasi. Pada proyek-proyek kecil (seperti rumah tinggal),
adalah untuk memperlihatkan dengan jelas dan ringkas informasi yang perlu diketahui oleh kontraktor agar dapat menawarkan dan membangun proyek yang bersangkutan. Sekalipun terdapat tambahan-tambahan (petunjuk- petunjuk untuk mengubah gambar-gambar asli) dan gambar-gambar pelengkap lainnya, seperti gambar bengkel yang dilakukan oleh masing- masing produsen bahan, proyek tersebut harus bisa dibangun dari seperangkat dokumen konstruksi. Lebih spesifik lagi, gambar kerja memperlihatkan apa yang dibutuhkan, dimana segala sesuatu ditempatkan, dan bagaimana dimensi-dimensi fisiknya, sedangkan spesifikasi menyampaikan apa-apa bahannya, bagaimana bahan-bahan tersebut diharapkan berfungsi dan dimana bahan-bahan itu dapat diperoleh.
Gambar 1.13. Contoh dokumen konstruksi
Sumber: Konstruksi penulis, berdasarkan Snyder & Catanese, 1989
4. Penawaran dan Perundingan
Dengan persetujuan pemilik, dokumen-dokumen konstruksi dikeluarkan untuk penawaran atau perundingan. Beberapa kontraktor umum
mungkin mengajukan tawaran atas kontrak atau pemilik lebih suka berunding dengan kontraktor tunggal. Arsitek berperan sebagai fasilitator yang memudahkan jalannya perundingan. Kontraktor konstruksi disusun antara kontraktor umum dan pemilik, bukan antara arsitek dan kontraktor.
5. Tata-laksana Kontrak Konstruksi
Tahap terakhir dari jasa-jasa pokok telah mengalami sejumlah perubahan dalam tahun-tahun belakangan ini. Secara tradisional, arsitek bertanggung jawab untuk mensupervisi semua aspek konstruksi, yang menjamin bahwa bangunan akan dibuat menurut gambar-gambar dan spesifikasi-spesifikasi. Masalah atau kegagalan dalam hubungan ini menjadi tanggung jawab arsitek. Standar ini telah berubah, dan kontraktor kini bertanggung jawab atas bangunan menurut dokumen-dokumen. Arsitek bertindak sebagai agen klien dan menafsirkan serta mensupervisi korespondensi antara pemilik dan pembangunan. Disamping itu, arsitek harus menafsirkan dokumen-dokumen dan membuat keputusan-keputusan yang tak terelakkan hari demi hari dan perubahan-perubahan yang diperlukan pada setiap proyek bangunan. Dalam merundingkan perbedaan pendapat antara klien dan kontraktor, sebaiknya arsitek tidak memihak salah satu, tetapi mengabdi kepada bangunan yang akan digunakan klien. Kata- kata kontrak mengenai kegiatan dan tanggung jawab dalam tahap ini adalah gamblang: “Arsitek bertanggung jawab atas tata laksana kontrak antara pemilik dan kontraktor”. Selanjutnya dikehendaki bahwa arsitek menjelaskan perubahan-perubahan, menetapkan standar-standar, dan menilai prestasi.
Jasa-jasa Tambahan
Peran arsitek dalam suatu proyek pembangunan yaitu:
1. Arsitek sebagai Koordinator Proyek Konstruksi yang memiliki integritas pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu, mampu menyelesaikan masalah, dapat berperan sebagai manajer sekaligus
2. Arsitek sebagaiPembuat Desain Bangunan.
3. Arsitek sebagai Teknisi Lingkungan yang tahu bagaimana menyediakan atau mewujudkan kondisi lingkungan yang sesuai dengan keinginan/kebutuhan manusia.
4. Arsitek sebagai seorang Spesialis untuk mendesain dan menghasilkan sistem komponen dan sistem struktur bangunan.
5. Arsitek sebagai seorang Artis yang mempresentasikan desain untuk menciptakan kesan-kesan khusus untuk tujuan komunikasi proyek dan pemasaran.
LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan black-box dan glass-box?
2. Bagaimana kedudukan dua metode tersebut dalam proses perancangan arsitektur?
3. Apa tujuan perancangan arsitektur? Jelaskan dengan ringkas!
4. Apa saja tugas arsitek dalam tiap tahap proses tersebut?
5. Bagaimana proses perancangan dalam proyek arsitektur? Gambarkan secara skematik!
TUGAS
1) Tuliskan ringkasan dari materi pada bab ini!
2) Carilah contoh rancangan arsitektur yang menggunakan dua jenis pendekatan, yaitu black-box dan glass-box! Analisa setiap rancangan tersebut, apakah murni menggunakan pendekatan tersebut, atau ada pendekatan lain dalam proses perancangannya! Bandingkan dengan teori yang telah kita bahas pada bab ini!
3) Cobalah mempelajari sebuah proyek sederhana. Gambarkan dan ilustrasikan tahapan/daurnya menurut pemahaman Anda, berdasarkan contoh yang telah disajikan. Lengkapi deskripsi Anda dengan ilustrasi/ sketsa gambar dan diagram atau skema-skema yang mendukung!
C. Penutup
1. Rangkuman
a. Metode perancangan arsitektur dapat diartikan sebagai suatu teori atau cara tentang bagaimana seseorang harus melakukan perancangan yang diarahkan pada jaminan bahwa bangunan akan memberi tujuan tertentu. Proses perancangan yang terjadi dalam rangka menciptakan suatu karya arsitektur akan sangat tergantung pada permasalahan perancangan yang dihadapi. Setiap kasus perancangan akan menuntut proses perancangan yang berbeda agar tujuan perancangan dapat dicapai.
b. Perancangan dalam konteks arsitektur adalah semata-mata usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik. Perancangan dapat dianggap sebagai suatu proses tiga bagian yang terdiri dari keadaan mula, suatu metode atau proses transformasi, dan suatu keadaan masa depan yang dibayangkan.
c. Menurut John Christopher Jones dalam bukunya Design Methods tahun 1972; proses perancangan sebagai suatu penyelidikan untuk metode-metode yang akan memperbaiki mutu rancangan.
d. Metode-metode dan strategi-strategi rasional dalam perancangan arsitektur dinyatakan pertama sekali oleh Christopher Alexander.
Kata-kata kunci dalam pandangan Alexander tentang proses perancangan adalah atomistik dan pantas.
e. Manfaat dari proses perancangan arsitektur yaitu mengenali permasalahan atau menyusun program, pemilihan metode sebagai pemecahan masalah kemudian di kembangkan dalam alternatif rancangan, kemudian pemilihan alternatif sebagai hasil akhir, menetapkan pemecahan-pemecahan tersebut.
f. Pada dasarnya langkah-langkah dalam proses perancangan yaitu permulaan, persiapan, pengajuan usul, evaluasi, tindakan yang
g. Sistem pendidikan arsitektur Beaux des Arts Paris menekankan pengkajian arsitektur historis sebagai pola untuk arsitektur masa depan, daripada pengkajian prinsip-prinsip abstrak sebagai dasar untuk rancangan arsitektur.
h. Sistem pendidikan arsitektur Bauhaus Weimer Jerman memperkembangkan pencaharian pemecahan-pemecahan dan bentuk-bentuk unik yang mencerminkan tipe bangunan yang dirancang maupun bahan-bahan dan metode.metode konstruksi.
i. Pendekatan black-box dan glass-box merupakan dua teknik pendekatan dalam perancangan arsitektur.
j. Black-box mengarah pada perancangan yang tidak jelas sumber informasi datanya dan cenderung subyektif, sehingga hasil rancangannya perlu dipertanyakan. Namun demikian, pendekatan black-box dapat saja menjadi lebih obyektif jika sumber data yang dijadikan dasar perancangan di kombinasikan dengan data teoritis yang lebih ilmiah sifatnya, sehingga orang lain dapat lebih menerimanya secara lebih rasional.
k. Pendekatan glass-box lebih rasional dan dapat diterima, karena prosesnya jelas dan terstruktur menggunakan data dan informasi akurat yang jelas sumbernya. Metode-metode perancangan yang telah dibahas pada umumnya termasuk ke dalam kategori glass- box, karena sumber datanya jelas dan urutan-urutan kerjanya dapat digambarkan dengan lengkap.
2. Test Formatif dan Kunci Jawaban
a) Istilah metode perancangan arsitektur merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam suatu proses perancangan arsitektur. Cobalah Anda rumuskan pengertian metode perancangan arsitektur dengan kalimat Anda sendiri!
b) Mengapa diperlukan suatu metode dalam perancangan arsitektur?
3. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
a) Dosen memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada mahasiswa setelah mengadakan penyajian, dan mencatat mahasiswa yang aktif. Penilaian dengan memberikan nilai plus kepada mahasiswa.
b) Membaca rangkuman, kemudian membuat pertanyaan tertulis jika ada bagian yang kurang dipahami.
c) Carilah dan bacalah buku-buku yang tertera di dalam daftar referensi untuk membantu memperluas wawasan.
DAFTAR PUSTAKA:
1. Jones, John Christopher; “Design Method”, John Wiley & Sons Ltd., London, 1970; 2nd edition, John Wiley & Sons Ltd., 1992
2. Laseau, Paul. Graphic Problem Solving for Architects and Builders, Profesor of Architecture, Ball State University.
3. Nuraini, Cut; “Metode Perancangan Arsitektur”. Bandung: Lubuk Agung
4. Pena, William M. And J.W. Focke. (1969). Problem Seeking: New Direction in Architectural Programming”, Houston: Caudill, Rolett and Scott. Terjemahan.
5. Snyder, James C, dan Anthony J. Catanese. 1985; “Pengantar Arsitektur”, terjemahan. Jakarta:Erlangga.
6. T. White, Edward, College of Architecture University of Arizona, Tucson, Arizona. (1986). Tata Atur, Pengantar Merancang Arsitektur.
Terjemahan, Bandung: ITB.
7. Website yang berhubungan dengan materi
A. PENDAHULUAN 1. Deskripsi singkat
Dalam metode perancangan arsitektur, jika arsitek hanya mengandalkan kemampuan merancang secaraglass-box saja, mungkin hasil desainnya akan cenderung monoton, karena ia tidak bebas dalam mengekspresikan gagasan-gagasan baru yang tidak dijumpai dalam khazanah teori atau konsep yang telah ada. Namun, orang awam sekalipun dapat mengerti maksud dan tujuan perancangan si arsitek, karena data dan informasi yang digunakan mudah dicerna, familiar dan disajikan dengan sederhana.
Meski arsitek yang bekerja secara black-box tidak mampu menjelaskan maksud perancangan secara logika, namun desainnya bisa tampil lebih spektakuler dan variatif. Dalam perancangan arsitektur, pendekatan glass-box dan black–box dapat dikombinasikan untuk menghasilkan perancangan yang lebih inovatif baik dari segi ide, konsep serta hasil akhir berupa bentuk rancangan. Secara umum ide dapat lahir dari pengamatan yang terus menerus terhadap suatu bentuk, atau biasa disebut bahasa pola. Namun adakalanya ide muncul tiba-tiba dalam benak si arsitek atau perancang. Kombinasi dari dua sumber ini (bahasa pola dan imajinasi)
dapat dipadukan dalam bentuk rancangan dengan bantuan teori atau konsep, sehingga ide yang pada awalnya sangat tidak mungkin dapat didukung oleh bahasa pola dan informasi lain yang didapat lewat penelitian atau studi pustaka. Metode perancangan seperti ini yang disebut sebagai metode perancangan arsitektur, karena mampu memasukkan semua ide, informasi, program dan imajinasi atau intuisi arsitek dan klien dalam satu bentuk hasil rancangan. Dengan demikian, tidak ada permasalahan berarti yang berkaitan dengan pendekatan black-box dan glass-box karena dalam pelaksanaannya kedua metode tersebut dapat dikombinasikan.
2) Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami metode perancangan arsitektur dan mempraktekkan beragam model proses perancangan serta tahapan perancangan arsitektur, terutama dalam tugas- tugas studio perancangan. Mahasiswa diharapkan juga dapat mengaplikasikan metode perancangan arsitektur secara sistematis dalam setiap tahapan rancangan arsitektur yang terdiri dari pemograman, analisis, konsep, dan sintesis.
B. PENYAJIAN URAIAN
1. Ragam Model Proses Perancangan
Ada dua model dasar tahapan proses perancangan, yaitu model sederhana dan model beralur. Model sederhana adalah model perancangan dari data ke desain. Model ini merupakan model yang sederhana dan paling lazim dipakai.
Gambar 2.1. menjelaskan tentang model pendekatan perancangan yang sederhana. Ciri perancangannya dimulai dari adanya data-data lengkap sebagai input, yang selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan output berupa desain atau rancangan. Dalam analisis terjadi proses pengolahan data
Proses Output
Data Rancanga
n
rancangan dapat dilakukan feed-back ke data melalui beberapa alternatif yang ada untuk menghasilkan rancangan yang paling sesuai dan memenuhi kebutuhan.
MODEL 1
Input
Analisis
Proses
Analisis/ Alternatif Rancangan Umpan Balik
Gambar 2.1. Model pendekatan perancangan yang sederhana Sumber: Ir. Rudi Surya,Diktat Kuliah PPPUntar, 1987: 6
Model beralur adalah model perancangan dari tujuan ke desain.
Gambar 2.2. menggambarkan model pendekatan yang beralur. Model ini adalah model perancangan yang lebih terarah karena mempunyai tujuan yang jelas dan lebih terfokus. Hal ini ditandai dengan adanya batasan- batasan yang dibuat untuk mempersempit masalah agar hasil rancangan sesuai dengan kebutuhan. Tujuan merupakan alat untuk mengarahkan proses perancangan dalam mencapai sasaran yang diinginkan, untuk siapa serta untuk apa proses itu dihasilkan. Dalam proses menuju desain akan terdapat kendala-kendala yang muncul karena adanya batasan masalah.
Namun demikian, kendala tersebut merupakan bagian dari proses perancangan dan harus dilalui untuk menghasilkan rancangan yang diiginkan.
MODEL 2
Mengarahkan proses
Mencapai sasaran kesulitan-kesulitan untuk
Yang diinginkan, untuk yang mungkin timbul mempersempit Siapa dan untuk apa dalam proses masalah agar
Proses itu dihasilkan atau hasil proses sesuai dengan kebutuhan
Tujuan Kendala Batasan
PROSES
RANCANGAN
Gambar 2.2.Model pendekatan yang beralur
Sumber: Ir. Rudi Surya,Diktat Kuliah PPPUntar, 1987: 6
Dalam sejarah perkembangan arsitektur, terdapat sebuah perancangan yang menjawab kebutuhan setiap manusia, yaitu metode perancangan yang sistematis. Dalam metode tersebut, setiap informasi diolah untuk menghasilkan perancangan yang ideal yang disebut dengan sistem informasi. Proses perancangan dapat disusun dari informasi pernyataan kebutuhan sebagai input menjadi pernyataan kemungkinan sebagai output dengan memperhatikan kriteria yang berlaku. Gambar 2.3.
dibawah ini terdiri dari tahapan-tahapan yang mempunyai pola input dan outputyang selanjutnya disebutSISTEM INFORMASI -1
Proses perencanaan mengubah/ memindahkan informasi dari tahap pertama ke tahap berikutnya sampai mendapatkan pernyataan dari kebutuhan fasilitas. Apabila seluruh proses perencanaan disusun dalam suatu skema yang berurutan, maka setiap tahapan informasi dapat dilihat sebagai bagian terpisah dari skema tersebut.
Setiap tahapan dapat dirumuskan dalam suatu pola yang selanjutnya disebutSISTEM INFORMASI-2sebagai berikut:
Gambar 2.4. Sistem Informasi-2 Sumber: Nur Irsyadi, dkk, 1985
Gambar 2.4. tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan sebagai in-put mengalami dua tahap pengolahan dengan mempertimbangkan kriteria yang ada sebelum akhirnya menjadi pernyataan kebutuhan sebagai out-put. Hal ini dapat terjadi, jika kemungkinan terdapat beberapa informasi yang berbeda. Selanjutnya bila pernyataan kemungkinan telah dinyatakan dalam hubungannya dengan pernyataan kebutuhan dalamtahapan dari skema tersebut, maka pernyataan kemungkinan tersebut menjadi pernyataankebutuhan untuk proses selanjutnya. Hal ini selanjutnya disebut system informasi-3 dan dapat dilihat pada skema 2.5 berikut:
Gambar 2.5. Sistem Informasi-3 Sumber: Nur Irsyadi, dkk, 1985
Dalam mencapai obyek rancangan, arsitek bekerja dengan data yang diperoleh daripemberi tugas dan dari pihak-pihak lain. Prinsip sederhananya, data sebagai in-put diproses untuk menghasilkan obyek sebagai out-put. Idealnya penilaian-penilaian dilakukan terhadap obyek yang telah dicapai.
Penilaian-penilaian yang dicapai disimpan dalam tempat penyimpanan data (bank data) sebagai in-put kembali untuk proses pencapaian obyek pada perencanaan berikutnya. Pemecahan yang terjadi dari keadaan yang demikian akan lebih teliti dan baik. Proses penilaian tersebut dapat dilihat pada skema 2.6 dibawah ini.
Gambar 2.6. Proses Penilaian
Sumber: Diskemakan ulang, berdasarkan Nur Irsyadi, dkk.,1985
Proses perencanaan keseluruhan (dari tidak ada sampai terciptanya suatu fasilitas) dimulai dari hal/ peristiwa-peristiwa sederhana, makin lama makin berkembang menjadi kompleks. Proses perencanaan sebagai suatu rangkaian/urutan pekerjaan panjang, terdiri dari bagian-bagian pekerjaan yang berhubungan dan berkaitan satu sama lain. Semua bagian tersebut tersusun sedemikian rupa, sehingga apabila terjadi perubahan pada satu bagian, maka bagian yang lain akan terpengaruh olehnya.
Kerangka kerja dasar dalam suatu proses perencanaan yang lengkap, dapat digambarkan dengan sederhana sebagai berikut:
Gambar 2.7. Kerangka Kerja Dasar
Sumber: Diskemakan ulang, berdasarkan Nur Irsyadi, dkk.,1985