METODE
PERANCANGAN
ARSITEKTUR
Edisi 1
Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com
METODE
PERANCANGAN
ARSITEKTUR
Edisi 1
MUHAMAD RATODI ST
Cover
Emha Juna
Diterbitkan melalu
www.nulisbuku.com
“..Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang
paling bermanfaat bagi manusia”
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-NYA lah Buku ini dapat berada di tangan anda sekalian. Semua ini semata-mata karena pertolongan-NYA, sehingga semua hambatan dan kendala dalam peyusunan buku ini dapat dilewati dengan baik.
Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membimbing kita semua ke jalan yang benar dan penuh ridho NYA.
Tidak seperti buku-buku sejenis, buku ini mencoba menyisipkan nilai islam dalam khasanah arsitektur, sehingga diharapkan tidak hanya mampu memberikan wawasan secara keilmuan namun mampu turut serta mengasah ketajaman religius bagi para calon arsitek. Ucapan terimakasih penyusun haturkan sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Moch. Sholeh M.Pd atas segala inspirasi dan dukungannya untuk merintis peradaban melalui integrasi sains dan islam.
Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada Ibunda Syarofah, atas doa dan kasih sayang yang sampai saat ini belum mampu terbalaskan. Kepada istri penyusun yang sangat luar biasa, Tien Zubaidah,
ii
anakku, Muhammad Hanif Arrasyid dan Muhammad Ali Junaid, terimakasih…kalian lah matahari sekaligus api semangatku…Dan kepada semua pihak yang telah membantu mewujudkan penulisan buku ini.
Tak ada gading yang tak retak, penulis sadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna dan pastinya akan terus mengalami perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang, sehingga saran dan masukannya sangat penulis harapkan
Akhir kata, Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
Surabaya, 2015 Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI Iii
BAB I PENGANTAR METODE PERANCANGAN
I.1. PENGERTIAN 1
I.2. KLASIFIKASI PERENCANAAN 5
I.3. EVOLUSI PERANCANGAN 7
I.4. HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN PERANCANGAN
11
BAB II BENTUK, RUANG, SKALA DAN FUNGSI
II.1. PENGERTIAN BENTUK 13
II.2. RUANG 14
II.3. SKALA DALAM ARSITEKTUR 15
II.4. FUNGSI RUANG DAN FUNGSI BANGUNAN
18
II.5. BENTUK, RUANG, SKALA DAN
FUNGSI DALAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
19
BAB III HUBUNGAN UNSUR YANG TERLIBAT DALAM PEMBANGUNAN
III.1. UNSUR PELAKSANA PEMBANGUNAN & TUGASNYA
31
III.2. LINGKUP TUGAS ARSITEK MUSLIM DALAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
35
III.3. PEMPROSESAN DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN DALAM PERENCANAAN
37
iv
BAB IV FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERENCANAAN DAN KAITANNYA DENGAN PERANCANGAN
IV.1. FAKTOR PENGGUNA / MANUSIA 38
IV.2. FAKTOR FISIK 43
IV.3. FAKTOR EKSTERNAL 52
BAB V PENGUMPULAN DATA & TEKNIK PENGUMPULAN DATA ARSITEKTUR
V.1. PENELITIAN AWAL 57
V.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 59
BAB VI IDENTIFIKASI DALAM PERENCANAAN
VI.1 IDENTIFIKASI FUNGSI 72
V.2. IDENTIFIKASI LOKASI 82
BAB VII ANALISIS PERENCANAAN
VII.1. ANALISIS NON FISIK 86
VII.2. ANALISIS FISIK 95
VII.3. ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH 111 BAB VIII SINTESIS PERENCANAAN
VIII.1. SINTESIS NON FISIK 112
VIII.2. SINTESIS FISIK 120
BAB IX PERENCANAAN BERDASAR ANALISIS PERILAKU
IX.1. BATASAN LINGKUP PENGERTIAN 125
IX.2. POLA AKTIFITAS 127
IX.3. HUBUNGAN ARSITEKTUR DENGAN PERILAKU 128 BAB X KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR
X.1. TOPIK DAN TEMA 131
X.2. KONSEP PERUNTUKAN (ZONEPLAN) 138
X.3. KONSEP TATA RUANG LUAR 140
X.4 KONSEP SIRKULASI 141
X.5. KONSEP ORIENTASI BANGUNAN 144
v
X.7. KONSEP AS BANGUNAN DAN KAWASAN 147
X.8. KONSEP DIMENSI BANGUNAN 147
X.9 KONSEP BENTUK MASSA BANGUNAN 149
X.10. KONSEP STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN
150
X.11. KONSEP UTILITAS BANGUNAN 152
1
Sesungguhnya Allah mencintai orang yang jika melakukan
suatu pekerjaan dilakukan dengan tepat, terarah dan tuntas
HR.Al-Thabrani, Mu'jam al-Ausath, juz 2
BAB I
PENGANTAR METODE PERANCANGAN
ada bab ini akan dibahas mengenai konsep-konsep dasar dari metode, perencanaan dan perancangan, termasuk didalamnya memahami tentang pengertian-pengertian, klasifikasi perencanaan, perkembangan evolusinya hingga hubungan antara perencanaan dengan perancangan.I.1. PENGERTIAN
1. METODE
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
2
Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Terdapat banyak pengertian dan definisi dari metode menurut para ahli diantaranya sebagai berikut:
Cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi (Rothwell & Kazanas) Rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola
untuk menegaskan bidang keilmuan (B Titus) Suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang
berkenaan dengan rencana tertentu (C. Macquarie) Seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis atau urutannya logis (Wiradi)
Cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai (Hardjana, A.M)
Cara teratur yg digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan” (KBBI)
3
2. PERENCANAAN
Perencanaan sebagai padanan kata asing “planning”, dapat diartikan sebagai suatu sarana untuk mentransformasikan persepsi-persepsi mengenai kondisi-kondisi lingkungan ke dalam rencana yang berarti dan dapat dilaksanakan dengan teratur (William A. Shrode, 1974).
Sedangkan Davidoff (1962) menyatakan bahwa perencanaan adalah sebuah proses untuk menetapkan tindakan yang tepat di masa depan melalui berbagai pilihan yang sistematik dan terstruktur.
Perencanaan sendiri merupakan suatu proses menyusun konsepsi dasar suatu rencana yang meliputi kegiatan-kegiatan:
a) Mengidentifikasi. Menentukan komponen yang menunjang terhadap objek, yang merupakan kompleksitas, fakta yang memiliki kontribusi terhadap kesatuan pembangunan.
b) Mengadakan studi. Mencari hubungan dari berbagai faktor terkait, yang memiliki pengaruh spesifik.
c) Mendeterminasi. Menentukan setepat mungkin faktor yang dominan dengan memperhatikan kekhususan dari unit perubahan yang spesifik yang memberikan perubahan terhadap faktor lain. d) Memprediksi. Mengadakan ramalan bagaimana
suatu faktor akan berubah sehingga mencapai keadaan lebih baik di masa depan.
4
e) Melakukan tindakan. Berdasarkan prediksi di atas, melakukan tindakan terstruktur untuk mencapai tujuan pembangunan.
3. PERANCANGAN
Terdapat begitu banyak pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut :
“Perancangan merupakan proses penarikan keputusan dari ketidakpastian yang tampak, dengan tindakan-tindakan yang tegas bagi kekeliruan yang terjadi” (M.Asimow, 1982).
“Perancangan merupakan upaya untuk menemukan komponen fisik yang tepat dari sebuah struktur fisik” (Christopher Alexander, 1983).
“Perancangan merupakan proses simulasi dari apa yang ingin dibuat sebelum kita membuatnya, berkali-kali sehingga memungkinkan kita merasa puas dengan hasil akhirnya” (P.J. Booker, 1984).
“Perancangan merupakan sasaran yang dikendalikan dari aktifitas pemecahan masalah” (L. Bruce Archer, 1985)
“Perancangan merupakan aktifitas kreatif, melibatkan proses untuk membawa kepada sesuatu yang baru dan bermanfaat yang sebelumnya tidak ada” (JB.Reswick, 1965).
“Perancangan mempunyai makna memulai perubahan dalam benda-benda buatan manusia” (J.C. Jones, 1990).
5
“Perancangan adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui tiga proses: mengidentifikasi masalah masalah, mengidentifikasi metoda untuk pemecahan masalah, dan pelaksanaan pemecahan masalah. Dengan kata lain adalah perencanaan, penyusunan rancangan, dan pelaksanaan rancangan” (John Wade, 1977)
“Suatu kreasi untuk mendapatkan suatu hasil akhir dengan mengambil suatu tindakan yang jelas, atau suatu kreasi atas sesuatu yang mempunyai kenyataan fisik” (Zainun, 1999)
I.2. KLASIFIKASI PERENCANAAN
Untuk dapat mengklasifikasikan sebuah perencanaan, maka perlu dipahami terlebih dahulu mengenai teori perencanaan. Dalam Teori perencanaan (planning
theory), teori dapat ditinjau dari 3 (tiga) sisi
pemahaman, yakni:
a) Theory in Planning (teori dalam proses perencanaan);, adalah pendekatan yang dipakai dalam perencanaan, dimana dalam eksistensi perencanaan berkaitan erat dengan substansi atau objeknya.
b) Theory for Planning (teori untuk perencanaan); adalah pendekatan diajukan mencakup berbagai teori sosial yang menjelaskan bagaimana
6
seharusnya masyarakat dan perencanaan di masa depan (tujuan)
c) Theory of Planning (teori perencanaan); adalah pendekatan yang kemudian mendukung berbagai kebijakan perencanaan baik dalam proses atau prosedur dan cara melaksanakannya maupun substansi perencanaannya.
Dalam mengkaji perencanaan, dapat ditinjau dari beberepa aspek, diantaranya:
1. Berdasarkan titik pusat perencanaan, maka perencanaan dapat diklasifikasi menjadi 3 titik pusat / fokus perencanaan (Faludi, 1982), yakni: a. Objek (object centered), perencanaan
berdasarkan orientasi sasaran perencanaan, b. Pemegang kekuasaan (control centered),
perencanaan dominan dipengaruhi oleh pemegah modal
c. Pengambilan keputusan (decision centered), perencanaan ditempuh melaluli jalan diskusi atau keputusan bersama.
2. Berdasarkan orientasi perencanaan , maka perencanaan diklasifikasikan menjadi dua jenis, yakni:
a. Planner Oriented (perencanaan tradisional), dimana perencana sebagai pihak yang dominan
7
dalam hal perencanaan, user menyerahkan segalanya ke perencana.
b. User oriented (perencanaan rasional), pemakai menjadi unsur utama dalam orientasi perencanaan
3. Berdasarkan dimensi waktu perencanaan maka perencanaan juga dapat di klasifikasi menjadi tiga jenis yakni :
a. Perencanaan jangka pendek (short–range
planning). Jangka waktunya sampai 1 atau 2
tahun.
b. perencanaan jangka menengah (intermediate
planning).Jangka waktunya 2 - > 10 tahun.
c. Perencanaan jangka panjang (long-range
planning). Jangka waktunya ≥ 10 tahun.
4. Berdasarkan arah alur , perencanaan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yakni
a. Top Down Planning. Disusun secara menyeluruh kemudian dirinci kepada tingkat yang lebih rendah.
b. Bottom Up Planning. Disusun mulai dari bawah kemudian dirangkum dalam tingkat tertentu.
I.3. EVOLUSI PERANCANGAN
Menurut Jones .J.C (1970) terdapat 3 fase evolusi dalam desain, yang meliputi fase 1) Craftmanship, 2)
8
digunakan). Ketiga fase tersebut secara garis besar, berturut turut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Fase Craftmanship atau Craft Evolution
Dimana suatu perencanaan dilakukan dengan mengandalkan kreativitas atau kerajinan (seni) semata oleh sang perancang. Ciri-ciri perencanaannya adalah:
- Kreativitas tersebut akan menghasilan suatu bentuk karya seni yang bagus dan indah.
- Pelaku perencanaan merupakan perancang dengan skill atau kemampuan yang terlatih - Hasil akhir sebagai penyempurnaan atas
kesalahan perancangan yang dibuat sebelumnya.
Contoh bangunan atau karya arsitektur dari craft
evolution ini adalah bangunan arsitektur tradisional
yang penuh dengan ornamen-ornamen.
Gambar 1.1 Bangunan candi sebagai contoh fase Craftmanship
9
2) Fase Draughtmanship
Atau fase perencanaan berdasarkan gambar, merupakan perencanaan yang dilakukan dengan menghitung ukuran atau dimensi dengan suatu ukuran tertentu, mempunyai bentuk yang jelas, dan dapat dibuat dengan jumlah yang banyak atau dibuat kembali. Ciri-ciri perencanaan tersebut adalah:
- Memisahkan produksi menjadikan beberapa bagian.
- Ada kemungkinan merubah bagian-bagian produksi.
- Waktu yang digunakan untuk merealisasikan rancangannya lebih efisien.
- Melibatkan banyak pelaksana untuk
merealisasikannya.
- Melaksanakan rencana-rencana yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Gambar 1.2 Bangunan Rumah tinggal yang dibuat berdasarkan gambar kerja
10
3) Fase Design Method
Pada fase ini terbagi kembali menjadi dua tipe metode perancangan, yakni tipe Tradisional dan Rasional. Metode Perancangan Blackbox (Tradisional)
Metode perancangan blackbox ini, dilakukan secara spontanitas oleh si perancang suatu karya tersebut. Ide datang bisa dari mana saja dan kapan saja untuk membuat suatu karya. Beberapa ciri-ciri metode
blackbox menurut Jones (1970) adalah:
Ide kreatifitas rancangan tidak jelas datang dari mana konsepnya, bisa datang dari mimpi, suatu ilham, mungkin bahkan wangsit, atau ujicoba lainnya.
Sukar untuk menjelaskan konsep yang didapat, mengingat ide datang secara spontanitas atau dominan karena pengalaman terdahulu
Proses kreatif satu rancangan tidak dapat terlihat jelas.
Hasil suatu karya tidak dapat di-kritik.
Kapasitas produksi yang bergantung kepada ketersediaan waktu, mood, dan imajinasi si perancang.
Metode Perancangan Glassbox (Rasional)
Metode perancangan glassbox ini, dilakukan secara rasional dan logis oleh sang perancang terhadap karya yang dibuatnya.Konsep perancangan yang dibuat tidak datang secara spontan namun melalui beberapa
tahap-11
tahap yang dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal tertentu. Beberapa ciri-ciri metode glassbox (Jones,1970) adalah:
Analisa dalam merancang dilakukan dengan lengkap, bahkan bisa saja melalui suatu proses pengujian.
Bukan rancangan yang dilakukan dengan coba-coba, namun rancangannya penuh dengan makna dan logis.
Beberapa strategi ditentukan dengan sangat matang.
Dalam metode perancangan rasional, sang perencana tidak selalu melakukan pembangunan terhadap karya mereka. Karya yang mereka bikin, bisa dibangun oleh orang lain. Berbeda dengan metode perancangan dengan metode tradisional bahwasanya perencana adalah pelaku pembangunannya.
I.4. HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN
PERANCANGAN
Dalam kaitan perencanaan dilihat sebagai bagian dari proses perancangan, maka terdapat 3 (tiga) alternatif hubungan meliputi :
(1). Hubungan terpadu (integrated), dimana proses perencanaan berjalan bersamaan dengen proses perancangan
12
(2). Hubungan terpisah (segregated), proses
perancangan baru bisa dilaksanakan dan selesai bila proses perencanaan sudah dilakukan.
(3). Hubungan interaktif (interactive), sebuah proses berkelanjutan, proses perencanaan dan perancangan dilihat sebagai suatu siklus satu kesatuan yang selalu memberika feedback satu dengan yang lain.
Gambaran skematiknya sebagai berikut :
Hubungan terpadu (integrated), Hubungan terpisah (segregated) Hubungan interaktif (interactive)
Skema 1.1 Skema jenis hubungan perencanaan dengan perancangan Perencanaan - Perancangan Perencanaan Perancangan Perencanaan Perancangan Perencanaan dst Perancangan
13
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang
dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh.
(QS 61:4)BAB II
BENTUK, RUANG, SKALA DAN FUNGSI
ab ini akan membahas tentang konsep dasar mengenai bentuk, ruang, skala dan fungsi serta kaitannya serta aplikasi ke empat elemen tersebut ke dalam proses perencanaan dan perancangan arsitektur.II.1 PENGERTIAN BENTUK
Sebagai karya visual, bentuk memiliki peran yang menetukan dalam perencanaan dan perancangan arsitektur, diman bentuk berkait erat dengan aspek yang mendasari keputusan dalam proses perancangan, yakni citra. Bentuk merupakan sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa pengertian. Bentuk dapat dihubungkan pada penampilanluar yang dapat dikenali seperti sebuah kursi atau seseorang yang mendudukinya.
Bentuk sendiri diartikan sebagai alat pokok bagi perancang, dimana dibutuhkan kepekaan untuk memilih, menguji dan memanipulasi unsur-unsur berbagai bentuk dasar juga organisasi ruang dan perubahan-perubahan yang terjadi sehingga berkait satu sama lain, bermakna,
14
ditunjang dengan pengorganisasian ruang, struktur dan kesatuan yang tepat (Ching, 1996)
Sedangkan Hugo Haring mendefinisikan bentuk sebagai suatu perwujudan dari organisasi ruang yang merupakan hasil dari suatu proses pemikiran. Proses ini didasarkan atas pertimbangan fungsi dan usaha pernyataan diri/ekspresi.
Eppi dkk (1986) mendefinisikan bentuk sebagai unsur yang memiliki garis, lapisan, volume, tekstur dan warna, dimana
kombinasi kesemuanya akan menghasilkan
pengekspresian bangunan
II.2. RUANG
Ruang adalah daerah tiga dimensi dimana obyek dan peristiwa berada. Ruang memiliki posisi serta arah yang relatif, terutama bila suatu bagian dari daerah tersebut dirancang sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Ruang merupakan wadah dari aktifitas-aktifitas manusia, baik aktifitas untuk kebutuhan fisik maupun emosi manusia. Ruang digunakan untuk mewadahi satu aktifitas manusia atau lebih. Ruang terkait dengan volume dan volume mempunyai tiga aspek dimensi, yaitu panjang, lebar dan tinggi.
Ruang yang digunakan lebih dari satu fungsi dan aktifitas disebut ruang multifungsi. Ruang yang bisa digunakan untuk mewadahi aktifitas yang berlainan bahkan untuk aktifitas yang sangat bertentangan (seperti aktifitas sakral dan profan) disebut ruang yang relatif.
15
Gambar 2.1 Ruang sebagai bentuk 3 dimensi
II.3. SKALA DALAM ARSITEKTUR
Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan suatu elemen tertentu dengan ukuran manusia.
Skala terdiri dari dua macam, yakni :
1) Skala manusia, perbandingan ukuran elemen bangunan atau ruang dengan dimensi tubuh manusia 2) Skala Generik, perbandingan ukuran elemen
bangunan atau ruang terhadap elemen lain yang berhubungan dengannya atau disekitarnya
16
Pada lingkungan perkotaan, terdapat beberapa macam skala, yakni diantaranya :
1) Skala Intim
Merupakan skala ruang kecil sehingga memberikan rasa terlindung bagi manusia yang berada didalamnya. Contoh taman kecil yang dikelilingi bangunan rumah
Gambar 2.3 Taman kecil yang mencerminkan skala intim
2) Skala Perkotaan
Merupakan skala ruang yang dikaitkan dengan kota serta lingkungan manusianya sehingga manusia merasa memiliki atau kerasan pada lingkungan itu.
Gambar 2.4 Ilustrasi skala kota
17
3) Skala Monumental
Didefiniskan sebagai skala ruang yang besar dengan suatu obyek yang mempunyai nilai tertentu sehingga manusia akan merasakan keagungan akan ruangan itu sendiri. Seperti pada ilustrasi gambar 1, peran ukuran objek monumen (1) dan ruang terbuka yang besar (2) bersama-sama menciptakan efek monumental terhadap keberadaan objek itu sendiri
Gambar 2.5 Ilustrasi skala monumental
4) Skala Menakutkan
Skala ini mempunyai perbandingan yang jauh sekali perbedaannya dari manusia sehingga menimbulkan rasa menakutkan bagi manusia yang berada dalam ruangan tersebut. Bangunan tinggi yang berdekatan jaraknya akan menciptakan skala ruang yang menakutkan pada orang yang berada diantaranya.
18
Gambar 2.6 Ilustrasi skala menakutkan
II.4 FUNGSI RUANG DAN FUNGSI BANGUNAN
“Fungsi “ diartikan sebagai berjalannya suatu tema kegiatan yang mencerminkan atau selaras dengan tema ruang. Informasi yang diperlukan dalam perencanaan rancangan fasilitasnya meliputi :
- Fungsi jamak (ruang yang dapat digunakan oleh berbagai fungsi baik secara pararel, serial, maupun bertahap), ruangnya disebut ruang multifungsi - Fungsi tunggal (ruang yang hanya dapat digunakan
oleh satu fungsi saja), ruangnya disebut ruang tunggal fungsional.
Peran ruang dalam rancangan fasilitas sangat dominan. Ruang merupakan unsur pembentuk rancangan arsitektur disamping 2 (dua) unsur yang lain ialah “bentuk” dan “susunan “.
Yang mempengaruhi perencanaannya meliputi: Tipe-tipe ruang (kaitannya dengan fungsi ruang)
19
Dimensi ruang (kaitannya dengan ukuran, luasan dan volume ruang)
Hubungan antara ruang (kaitannya dengan zoning dan organisasi ruang)
II.5. BENTUK, RUANG, SKALA DAN FUNGSI DALAM
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Konsep bentuk, penataan ruang, konsep skala dan fungsi dari lingkungan binaan yang akan dibuat akan menjadi elemen penting dalam proses perencanaan dan perancangan. Le Corbusier pernah menyatakan bahwa sebuah bentuk dari bangunan arsitektur itu mengikuti fungsinya (form follow function), walaupun sesuai perkembangan waktu muncul pendapat lain bahwa fungsi dapat menyesuaikan dengan bentuk rancangan (function follow form). Contoh nyata bagaimana ke empat elemen ini berperan dalam perencanaan tercermin dalam penentuan pola sirkulasi antar ruang maupun antar bangunan. Berikut adalah beberapa tipe hubungan dan bentuk sirkulasi akibat pengaruh bentuk, ruang, skala dan fungsi
1. Hubungan Jalan dengan Ruang
Jalan yang melalui ruang-ruang Jalan-jalan yang melewati ruang-ruang dihadapnya, yang dapat menjadi sirkulasi bagi ruang.
a) Melalui ruang-ruang
Sirkulasi melewati ruang adalah suatu pergerakkan atau ruang lingkup gerak yang berfungsi sebagai
20
penghubung ruang satu dengan lainnya. Jalan ini tetap mempertahankan kesatuan dari ruangan-ruangan yang ada dan konfigurasi jalannya fleksibel. Contoh dari sirkulasi yang melewati ruang adalah : Ruang tamu1-melewati ruang Ruang keluarga - melewati ruang
Gambar 2.7 Sirkulasi melalui ruangan
b) Menembus ruang yaitu, sirkulasi dengan sistem menembus ruang, udara dapat menembus tiap-tiap ruangan. Maksud menembus ruang disini adalah suatu pergerakkan atau ruang lingkup gerak yang berfungsi sebagai penghubung ruang satu dengan lainnya melalui atau menembus ruang yang lain. Sirkulasi dapat menembus sebuah ruang menerus sumbunya, miring, atau sepanjang sisinya. Dalam memotong sebuah ruang, sirkulasi membentuk wilayah-wilayah tertentu untuk aktifitas dan gerak
21
dalam ruang tersebut. Pada bagian ini sebuah ruangan dibagi menurut sumbunya dan tercipta jalan di tengahnya da secara tidak langsung tercipta pola-pola akibatnya pada ruangan tersebut.
Gambar 2.8 Sirkulasi dibuat membelah ruangan
22
c) Berakhir dalam ruang, yakni sirkulasi dengan sistem udara memasuki ruang dan udara hanya berputar pada ruang tersebut.
Gambar 2.10 Ilustrasi sirkulasi berakhir dalam ruangan
Gambar 2.11 Ruang Rapat, contoh sirkulasi yang berakhir dalam ruang
23
Sirkulasi yang berakhir dalam ruang adalah suatu pergerakkan atau ruang lingkup gerak yang berfungsi sebagai pemfokus akses penghubung ruang yang dianggap penting (mempunyai keunggulan dibandingkan yang ruang yang lain) dan berakhir pada satu ruang. Biasanya sirkulasi yang berakhir dalam ruang terdapat pada ruangan pertemuan.
2. Bentuk Ruang Sirkulasi a) Tertutup
Membentuk galeri umum atau koridor pribadi yang berkaitan dengan ruang-ruang yang dihubungan melalui pintu-pintu masuk pada bidang dinding.
Gambar 2.12 Contoh Sirkulasi tertutup
b) Terbuka pada salah satu sisinya
Membentuk balkon atau galeri yang memberikan kontinuitas visual dan kontinuitas ruang dengan ruang-ruang yang dihubungkannya.
24
Gambar 2.13 Contoh Sirkulasi terbuka pada satu sisi
c) Terbuka pada Kedua sisinya
Membentuk deretan kolom untuk jalan lintas yang menjadi sebuah perluasan fisik dari ruang yang ditembusnya.
Gambar 2.14 Contoh Sirkulasi terbuka pada kedua sisi
25
3. Konfigurasi Jalan a) Linier
yaitu urutan ruang yang berada dalam satu garis dan berulang. Organisasi linier pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-ruang ini dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah. Organisasi linier biasanya terdiri dan ruang-ruang yang berulang, serupa dalam ukuran, bentuk, dan fungsi. Ruang-ruang yang secara fungsional atau simbolis penting keberadaannya terhadap organisasi dapat berada di manapun sepanjang rangkaian linier.
Gambar 2.15 Ilustrasi konfigurasi linier
b) Radial
Organisasi ruang radial memadukan unsur-unsur organisasi terpusat dan linier.Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan di mana sejumlah organisasi linier berkembang menurut arah
jari-26
jarinya. Ruang pusat pada suatu organisasi radial pada umumnya berbentuk teratur. Lengan-lengan liniernya, mungkin mirip satu sama lain dalam hal bentuk dan panjang untuk mempertahankan keteraturan bentuk organisasi secara keseluruhan.Lengan-lengan radialnya juga dapat berbeda satu sama lain untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan akan fungsi dan konteksnya.
27
Gambar 2.15 Contoh konfigurasi radial
Gambar 2.16 Ilustrasi konfigurasi radial
c) Spiral (Berputar)
Membentuk sebuah jalan lulur yang bergerak mengelilingi pusat dan bertambah jauh dari pusatnya.
Gambar 2.17 Ilustrasi konfigurasi spiral
d) Grid
Pola ini terdiri dari beberapa jalan yang menghubungkan titik-titik terpadu dalam ruang,organisasi grid terdiri dan bentuk-bentuk dan ruang-ruang di mana posisinya dalam ruang dan hubungan antar ruang diatur oleh pola atau
28
bidang grid tiga dimensi. Sebuah grid diciptakan oleh dua pasang garis sejajar yang tegak lurus yang membentuk sebuah pola titik-titik teratur pada pertemuannya. Apabila diproyeksikan dalam dimensi-ketiga, maka pola grid berubah menjadi satu set unit ruang modular berulang.Suatu grid di dalam arsitektur paling sering dibangun oleh sistem struktur rangka dari kolom dan balok. Kekuatan mengorganisir suatu grid dihasilkan dari keteraturan dan kontinultas pola-polanya. Pola-pola ini membuat satu set atau daerah titik-titik dan garis-garis referensi yang stabiI dalam ruang-ruang organisasi grid.
Gambar 2.18 Ilustrasi konfigurasi Grid pada kawasan
29
Gambar 2.19 Contoh konfigurasi Grid
e) Jaringan
Suatu bangunan biasanya memiliki suatu kombinasi dari pola-pola diatas. Oleh karena itu maka dibentuk aturan urutan utama dalam sirkulasi tersebut agar tidak membingungkan.
30
31
Maka ingatlah akan anugrah Allah dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi membuat kerusakan”.
(QS 7 : 74)
BAB III
HUBUNGAN UNSUR YANG TERLIBAT
DALAM PEMBANGUNAN
ada bab ini akan mebahas mengenai unsur-unsur atau pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, perancangan hingga pelaksanaannya berikut ranah tugasnya masing. Bab ini juga akan memaparkan bagaimana hubungan antara unsur-unsur tersebut, ruang lingkup peranan seorang arsitek dalam perencanaan arsitektur serta pemrosesan data dan informasi yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan.
III.1. UNSUR PELAKSANA PEMBANGUNAN &
TUGASNYA
Secara garis besar Terdapat 3 (tiga) unsur yang terlibat dalam proses perencanaan sampai dengan pembangunan fasilitas, yakni:
1) Klien
Klien dapat diartikan sebagai pihak yang berkepentingan dengan berdirinya suatu bangunan arsitektural. Klien merupakan pemberi tugas serta
32
pemilik modal. Klien sendiri dapat besifat perorangan / individu, kelompok ataupun lembaga / organisasi. Peran dan fungsi klien secara garis besar terdiri dari dua hal, yakni :
Menginformasikan kepada arsitek dan tim berbagai gagasan yang berupa tujuan dan keinginan klien untuk mendapatkan suatu “wadah kegiatan” yang sesuai dengan tuntutan klien. Menginformasikan gambaran
hambatan-hambatan / kendala (handicap) dan juga keterbatasan-keterbatasan (constraint) yang ada kepada arsitek. Hambatan merupakan faktor yang harus dihindari seperti : kondisi alam yang tidak memungkinkan fasilitas tersebut dibangun (misal: daerah bahaya dekat dengan gunung api), atau daerah gempa daerah banjir, dan sebagainya. Sedangkan faktor pembatas (constraint) merupakan faktor yang harus dicari dan diketahui sebelum proyek dilaksanakan, agar persiapan & proses pencarian data bisa lebih efektif dan efisien. Contoh misalnya : ketersediaan dana yang terbatas, kesenjangan komunikasi, keterbatasan luasan tapak/ lahan, dan lain-lain.
2) Arsitek
Arsitek merupakan pihak yang diberi tugas oleh klien untuk mewujudkan keinginan atau tujuan mereka dan dapat bersifat individu ataupun tim. Arsitek
33
mempunyai tugas untuk menterjemahkan keinginan / gagasan klien melalui : pengetahuan perancangannya (design know how) dan pengalaman dalam menangani proyek perancangan. Informasi dari klien lebih berorientasi pada penggunaan “bahasa klien”, sehingga arsitek harus menterjemahkan ke dalam bahasa arsitektur agar bisa lebih dipahami oleh anggota tim yang lain dan sekaligus dipahami oleh klien. Terjemahan bahasa arsitektur diperlukan untuk memahami /menterjemahkan keinginan klien. Tingkat pengalaman sangat berpengaruh pada kualitas produk “fasilitas”. Tingkat pengalaman juga “memudahkan” arsitek berkomunikasi lebih lancar dengan klien. Melalui design know how dan pengalaman, arsitek dapat melaksanakan “design management” sebaik-baiknya, sehingga hasil bisa lebih optimum memenuhi tuntutan pengguna.
3) Pengembang / Kontraktor / Pelaksana Pembangunan Pengembang atau kontraktor / pelaksana
pembangunan merupakan unsur yang
mengimplementasikan karya desain sebagai fasilitas yang siap untuk dioperasionalkan / dimanfaatkan oleh pengguna. Secara fungsional, teknis dan estetis fasilitas yang dibangun oleh kontraktor harus memenuhi kelayakan pakai. Kontraktor sebagai institusi pembangun yang mempunyai 3 (tiga) sumber daya berupa :
(1). Perangkat teknologi (2). Tenaga ahli dan (3). Tenaga kerja
34
Skema 3.1 Hubungan antara unsur yang terkait dengan perencanaan
Terkait fenomena maraknya praktek-praktek penyimpangan yang dilakukan oleh satu pihak dengan pihak yang lain untuk mengeruk keuntungan pribadi, Alloh SWT telah jelas memberikan petunjuk dalam Asurat Al Maidah ayat 100
“Katakanlah: tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang
35
berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."(QS 5:100)
Dan Rasulullah SAW juga pernah bersabda :
“Sungguh, seorang hamba memasukkan satu suap makanan haram ke perutnya, Allah SWT tidak menerima amalnya selama empat puluh hari, dan siapapun seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari sesuatu yang haram, maka neraka lebih baik baginya “ (HR Ath –Thabrani )
III.2. LINGKUP TUGAS ARSITEK MUSLIM DALAM
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Secara garis besar, ruang lingkup arsitek muslim ialah mencakup melaksanakan pendekatan untuk perencanaan dan perancangan dengan melihat metode apa yang paling tepat digunakan dalam kaitan :
a) Kebutuhan untuk desain
b) Kebutuhan untuk evaluasi desain
Untuk kedua hal tersebut diatas perlu dilakukan secara tepat terstruktur,dan terkoordinasi. Dalam hal perancangan, informasi perencanaan menjadi input yang berguna bagi penentuan langkah perancangan selanjutnya. Selain kemampuan yang bersifat teknis, ruang lingkup seorang arsitek muslim juga melingkupi kemampuannya untuk menerapkam etika yang baik atau
akhlaqul karimah dalam setiap langkah dan interaksinya
dengan pihak-pihak lain maupun dengan lingkungan. Setiap langkah dalam proses perencanaan dan
36
perancangan haruslah dilandaskan dengan semangat nilai ibadah, mencari ridho Alloh SWT dan keinginan besar untuk berlaku amanah dalam memakmurkan alam dan lingkungan, seperti yang telah Alloh SWT firmankan didalam QS Al Baqarah ayat 30 dan QS Hud ayat 61
ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS.2:30)
dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
37
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."(QS.11:61)
III.3. PEMPROSESAN DATA DAN INFORMASI YANG
DIPERLUKAN DALAM PERENCANAAN
Pemprosesan informasi merupakan tugas arsitek yang dalam proses pelaksanaannya harus selalu mendapat masukkan dari klien atau dapat juga sebagai hasil interaksi antara arsitek dengan klien. Pemprosesan informasi tersebut meliputi : Koleksi data, organisasi data, mengkomunikasikan data, analisis data dan mengevaluasi data. Secara detail ke lima tahap tersebut dapat dijelaskan pada tabel 3.1 berikut
Tabel 3.1 Tahapan pemprosesan data dalam perencanaan
Tahapan Meliputi
Koleksi data Menyusun pertanyaan, interview, melakukan survei, studi pustaka, observasi dan mencatat data yang masuk
Organisasi data Menyusun, mengurutkan, mengklasifikasikan, mengkatagorikan, mengelompokkan dalam group sesuai klasifikasinya
Mengkomunikasikan data Menuliskan, mengilustrasikan, menginteraksikan, menjelaskan,
mendokumentasikan, menterjemahkan, dan menginterpretasikan
Analisis data Melakukan sorting dan seleksi membandingkan membobot, melakukan tes validitas data dan komputasi (mengolah dengan komputer). Mengevaluasi data Melakukan review, melakukan verifikasi,
38 membuat alternatif
“Sesungguhnya Allah mewajibkan (kepada kita) untuk
berbuat yang optimal dalam segala sesuatu..”
Muslim al-Hajaj, Shahih Muslim, juz 10
BAB IV
FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
PERENCANAAN DAN KAITANNYA DENGAN
PERANCANGAN
alam bab ini akan dibahas secara rinci mengenai berbagai faktor yang berpengaruh terhadap proses perencanaan, diantaranya faktor pengguna, faktor fisik dan faktor eksternal serta kaitannya dengan perancangan. Sehingga diharapkan mahasiswa mampu memahami secara komprehensif mengenai faktor yang berpengaruh terhadap perencanaan sehingga mampu melakukan analisis perencanaan dengan baik.
IV.1. FAKTOR PENGGUNA / MANUSIA
Faktor manusia menjadi faktor penting terhadap proses perencanaan, mengingat manusia lah yang akan menjadi pengguna dari hasil perancangan seorang arsitek. Seorang arsitek tidak sekedar menghasilkan suatu karya yang mengandung nilai estetika, tapi harus dapat melihat
39
dari sudut pandang manusia sebagai penggunanya. Seorang arsitek harus mampu memanusiakan manusia dalam setiap karyanya, seperti yang tersirat dalam QS. Al Israa’ ayat 70
dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan(QS 17:70)
Berikut adalah beberapa apek yang termasuk ke dalam faktor pengguna
1. Aktifitas
Manusia sebagai pelaku kegiatan didalam ruang, baik “ruang luar” maupun “ruang dalam” akan menciptakan pola aktifitas. Pola aktifitas pada dasarnya merupakan gambaran karakteristik kegiatan yang harus dicari oleh perencana. Tujuannya agar dapat merekomendasikan kepada klien kebutuhan ruang yang paling sesuai bagi kegiatan tersebut. Bentuk-bentuk aktifitas manusia biasanya juga melibatkan unsur-unsur pembentuk ruang sebagai media bagi berlangsungnya kegiatan tersebut. Bentuk
40
kegiatan tertentu yang dilakukan sebagai “habit” (kebiasaan), biasanya akan meninggalkan “bekas” pada unsur ruang. “Bekas” tersebut dapat digunakan oleh perencana sebagai peneliti lapangan untuk mengidentifikasi pola kegiatan yang terjadi pada ruang tersebut.
2. Perilaku
Perilaku selalu berhubungan dengan lingkungan dimana ia berada. Sebagai contoh perilaku pelaku kegiatan pada “space “ (ruang) akan memberkan gambaran pola perilaku yang diterjemahkan melalui “peta perilaku” pada space tersebut Dengan peta perilaku ini akan sangat membantu perencana dalam menterjemahkan setting aktifitas pada ruang. Perencanaan rancangan fasilitas selalu terkait dengan ruang, sehingga perilaku merupakan unsur yang cukup besar mempengaruhi perencanaan tersebut.
3. Tujuan yang hendak dicapai
Klien sangat berperan didalam memberikan gambaran tujuan akhir yang ingin dicapai. Tujuan menggambarkan keinginan klien. Untuk fungsi atau tema bangunan yang sama, tetapi dari 2 (dua) klien yang memilik perbedaan persepsi, maka akan berpengaruh pada perencanaan dan hasil perencanaannya itu sendiri.
4. Organisasi
Organisasi ialah struktur pengguna kolektif yang nanti akan mempengaruhi fasilitas. Organisasi memberikan gambaran dari berbagai aspek meliputi hirarki,
41
kelompok, posisi pengguna, dan kepemimpinan. Sebagai contoh informasi yang berbeda pada image ruang/bangunan, misal perencanaan fasilitas Kementerian pertahanan akan berbeda dengan Kementerian Pariwisata. Jelas disini pengguna kolektif dengan karakteristik tertentu yang melekat pada label organisasi akan mempengaruhi perencanaan dan perancangan arsitekturnya.
5. Karakteristik Kependudukan
Karakteristik kependudukan disuatu wilayah akan memberikan gambaran tentang struktur penduduk berdasar : usia, pekerjaan, penghasilan, dan susunan / komposisi keluarga. Gambaran yang terkait dengan masalah spasial misalnya : tingkat kepadatan penduduk dan mobilitas penduduk akan memberikan dukungan informasi kepada perencana dalam kaitan penentuan karakteristik kegiatan dan perhitungan kapasitas bangunan.
6. Sikap
Sikap merupakan suatu tingkatan afek baik positif maupun negatif terhadap “obyek sikap”. Jika obyek sikap tersebut adalah “tujuan” yang dirumuskan oleh klien, atau merupakan “usulan-usulan gagasan” oleh arsitek dalam rangka menterjemahkan keinginan klien, maka sikap terhadap kedua hal tersebut sangat mempengaruhi seberapa jauh perencanaan dilakukan. Hal tersebut terjadi karena sikap mempunyai nilai yang gradatif atau berskala, mulai dari nilai positif
42
sampai dengan nilai negatif. Alat pengukur skala sikap dikenal dengan sebutan : Skala Likert.
7. Tata nilai atau kepercayaan
Tata nilai atau kepercayaan adalah merupakan unsur yang sangat mendasar dan merupakan pedoman untuk manusia bagaimana seharusnya berperilaku termasuk dalam konteks perencanaan rancangan fasilitas. Kedua hal tersebut (tata nilai dan kepercayaan) akan sangat berpengaruh khususnya dalam perencangan yang berkaitan aspek filosofis rancangan.
8. Persepsi
Persepsi pada dasarnya merupakan suatu hasil interaksi individu dengan “obyek”. Jika persepsi berada pada batas-batas optimal maka individu dkatakan dalam keadaan homeostatis yaitu suatu keadaan yang serba seimbang. Namun jika obyek dipersepsikan diluar batas-batas optimal, maka akan terjadi “tekanan” pada perseptor, sehingga individu akan melakukan penyesuaian terhadap lingkungan (coping). Dengan demikian jelas karena persepsi obyek sebagai rancangan fasilitas akan sangat berpengaruh terhadap perencanaannya. Contoh dua persepsi yang berbeda pada kasus yang sama, misal: ruang makan yang dipersiapkan sebagai ruang yang terbuka “welcome” bagi setiap orang yang dikenal dan atau sebagai ruang yang khusus / tertutup hanya bagi orang-orang tertentu saja. Substansi perencanaan
43
akan sangat berbeda satu dengan yang lain khususnya dengan tujuan penciptaan suasana / kualitas ruang yang berbeda.
9. Kecenderungan
Kecenderungan merupakan kondisi yang selalu berorientasi pada “arah‟ tertentu yang berdimensi waktu (masa lalu, saat sekarang atau masa yang akan datang). Nilai-nilai kualitatif atau kuantitatif menjadi ikon yang dapat memberikan gambaran kecenderungan tersebut. Contoh:
Kecenderungan pertambahan pengguna ruang, akan berpengaruh terhadap perencanaan rancangan fasilitas khususnya yang berkaitan dengan “penentuan kapasitas / daya tampung ruang”,
Kecenderungan perubahan suasana ruang terjadi karena adanya perubahan karakteristik kegiatan yang terjadi di dalam ruang. Hal tersebut akan berpengaruh pada perencanan rancangan fasilitas khususnya yang berkaitan dengan “citra ruang”.
IV.2. FAKTOR FISIK
Faktor fisik, seperti juga faktor pengguna memainkan pengaruh yang penting dalam proses perencanaan dan perancangan. Aspek lingkungan, lokasi, sumber daya dan teknologi merupakan beberapa kajian utama terkait
44
faktor fisik. Berikut adalah beberapa diantara kajian yang termasuk ke dalam faktor fisik
1. Kualitas Lokasi / Lingkungan
Faktor lokasi sebagai “tempat” rancangan fasilitas berada dapat dilihat dari berbagai aspek yang terkait di dalamnya, meliputi :
- Keterkaitannya dengan distrik/kawasan secara spasial
- Terdapatnya unsur-unsur spesifik, misal : nilai-nilai lokal / setempat yang memberikan gambaran identitas yang jelas dari lokasi tersebut
- Bentuk komunitas yang ada (misal : masyarakat petani, pedagang, masyarakat campuran, dll) - Kondisi area disekitarnya (misal : daerah
pegunungan, daerah perkampungan, perkotaan, dsb)
- Aspek lokasi tersebut secara substansial amat berpengaruh terhadap perencanaan rancangan fasilitasnya. Perbedaan aspek pada lokasi yang berbeda akan memberikan gambaran perencanaan yang berbeda pula.
2. Kondisi Site
Kondisi site bisa digambarkan meliputi berbagai aspek sebagai berikut :
- Topografi (gambaran countour dan relief
45
batuan), ekologi(gambaran ekosistem yang ada pada site), hidrologi (gambaran kondisi perilaku dan potensi sumber daya air), flora (kondisi tanaman yang ada), fauna (kondisi binatang yang ada) dan infrastruktur (bangunan jalan, jembatan, jaringan listrik, jaringan distribusi air bersih, dll) - Kompleksitas permasalah aspek fisik pada site
akan berpengaruh pada kompleksitas informasi yang digunakan / diperlukan pada perencanaan rancangan faslitasnya.
3. Bangunan / Fasilitas yang ada
Kondisi bangunan / fasilitas yang ada meliputi berbagai aspek informasi, meliputi: typology bangunan, bentuk bangunan, fungsi bangunan, kapasitas bangunan dan kelengkapan bangunan. Kompleksitas permasalah aspek fisik pada bangunan akan berpengaruh pada kompleksitas informasi yang digunakan / diperlukan pada perancangan rancangan fasilitasnya.
4. Pelingkup / cangkang bangunan
Pelingkup / cangkang bangunan merupakan aspek eksterior yang sangat berpengaruh terhadap citra visual bangunan atau penampilan visualnya. Aspek-aspek informasi fisik yang digunakan dalam perencanaan rancangan fasilitasnya dapat disebutkan sebagai berikut : Bentuk pelingkup, Dimensi pelingkup, komposisi bidang dan material pelingkup,
46
serta aspek-aspek estetika yang terkait. Kadang-kadang batas antara aspek fisik (kuantitatif) dan aspek kualitatif sangat tipis, seperti misalnya : aspek fisik yang menunjukkan “perulangan” pada pelingkup dengan dimensi, jarak dan susunan yang tertentu (kuantitatif) dikaitkan (dibaca) sebagai aspek kualitatif dalam bentuk “ rythme” (irama).
5. Struktur
Struktur pada bangunan atau fasilitas, maka informasi perencanaannya dapat disebutkan sebagai berikut :
- Tingkatan struktur (struktur konvensional) atau struktur yang canggih (advanced).
- Jenis struktur (struktur rangka, struktur ruang, dsb).
- Bahan struktur (beton, baja, kayu, dsb)
- Kemampuan struktur (menahan beban dan daya tahan terhadap kondisi alam).
6. Sistem Bangunan
Sistem bangunan merupakan bagian kelengkapan pendukung bangunan yang dipasang dengan tujuan agar bangunan dapat dioperasikan secara optimum. Informasi yang diperlukan dalam perencanaan rancangan fasilitasnya, meliputi :
47
- Sistem keteknikan/ teknologi yang digunakan (hitech atau medium tech, dst)
- Sistem komunikasi ( telepon, faxsimille, layar monitor, earphone, handphone, pengeras suara, morse / kode, dan sebagainya).
- Sistem lighting (pencahayaan buatan / lampu dan alami / matahari)
- Sistem keamanan (pencegahan terhadap bahaya kebakaran, sistem pencegahan terhadap bahaya gempa dan angin topan, sistem keamanan ruang terhadap bahaya pencurian, dsb).
7. Perlengkapan / Perabot
Perlengkapan atau perabot merupakan unsur pendukung yang tidak boleh diabaikan. Informasi yang diperlukan dari aspek fisik pada perencanaan rancangan fasilitasnya meliputi : perlengkapan yang bersifat fixed element dan non fixed element. Perlengkapan yang fixed merupakan pendukung bangunan yang bersifat unity / menyatu dengan bentuk, struktur dan ruang pada bangunan. Sedangkan perlengkapan yang non fixed merupakan perlengkapan yang bersifat “optional” dan “movable”, contoh:
- Perlengkapan yang fixed : built in & mesin / peralatan yang tertanam pada badan bangunan - Perlengkapan non fixed : meja,kursi,almari,dsb.
48
Bahan bangunan merupakan unsur fisik pembentuk dan pelapis bangunan. Sedangkan finishing diartikan sebagai pengolahan bahan bangunan yang bertujuan untuk meningkatkan keindahan, kekuatan dan keawetan rancangan fasilitasnya, meliputi :
- Bahan bangunan sebagai pembentuk struktur (baja, beton, kayu, batu kali,dsb)
- Bahan bangunan sebagai pelapis (keramik, klinker, kaca, marmer, granit, dsb)
- Finishing bahan bangunan untuk keindahan dan
keawetan bisa berupa: penggunaan cat (kayu, tembok, besi), politur, cat meni, lapisan
waterproofing, dsb.
9. Pendukung / service
Pendukung / service merupakan bagian bangunan berupa ruang, sistem atau alat yang bersifat pendukung operasionalisasi fasilitas. Informasi yang diperlukan dalam perencanaannya antara lain meliputi:
- Bersifat ruang (tempat parkir, lavatory (tempat penyimpanan / gudang) dan sebagainya)
- Bersifat alat (IPAL : Instalasi Pengolah Air Limbah, eskalator, lift, dll)
- Bersifat sistem (jaringan drainase, sanitasi, pembuangan limbah, jaringan listrik, jaringan jalan, dsb).
49
“Penggunaan” diartikan sebagai tingkat penggunaan dalam kaitan pemanfaatan fasilitas. Informasi yang diperlukan dalam perencanaannya meliputi :
- Penggunaan yang bersifat terus menerus (kontinyu).
- Penggunaan sesaat (temporer) - Karakteristik penggunaan, meliputi :
o Campuran (multi use) misal: ruang multifungsi
o Bagian per bagian (separatory use).
11. Setting aktifitas
Setting aktifitas adalah kondisi suatu tempat beraktifitas yang dapat menunjukkan perilaku beraktifitas pada tempat tersebut, melalui pola tertentu dan karakteristik tertentu. Perencanaan rancangan fasilitas yang bisa didapat dari setting aktifitas tersebut adalah:
- Identifikasi kegiatan persatuan waktu - Peta perilaku
- Kondisi area perilaku
Tanda atau jejak yang tampak pada tempat aktifitas akan memudahkan perencanaan di dalam melakukan identifikasi pola dan karakter kegiatan yang terjadi.
50
Sirkulasi merupakan gambaran pergerakan yang terjadi didalam ruang (interior) maupun diluar ruang oleh pengguna ruang, sirkulasi juga memberikan gambaran tentang proses kegiatan yang terjadi dan pola pencapaiannya. Informasi perencanaan rancangan fasilitas yang diperlukan dalam kaitan sirkulasi ini ialah :
- Jenis sirkulasi (orang, barang dan kendaraan) - Pola sirkulasi (linier, memusat, radial,dsb). - Volume sirkulasi (frekuensi sirkulasi). - Sifat sirkulasi (kontinyu, temporer).
13. Aspek Lingkungan
Merupakan gambaran situasi atau kondisi lingkungan dimana fasilitas tersebut berada, meliputi: kenyamanan lingkungan, visualisasi lingkungan dan akustik lingkungan. Informasi perencanaan rancangan fasilitasnya meliputi:
- Kenyamanan lingkungan (udara sejuk, sinar matahari yang terdistribusi secara optimum, temperatur yang ideal, dsb)
- Visualisasi lingkungan (orientasi lingkungan dalam kaitan view yang menarik, bisa berupa
view alami atau buatan)
- Akustik lingkungan (pola flora yang bersifat barier terhadap kebisingan, pola kontur dan relief permukaan lahan yang akustik, dll).
51
14. Pemanfaatan dan Konservasi Energi
Pemanfaatan dan konservasi energi merupakan paradigma ekologis yang banyak digunakan sebagai kriteria perancangan fasilitas, khususnya yang berkaitan dengan pendekatan eko-arsitektur, desain yang berkelanjutan (sustainable development), desain bioklimatik dan sebagainya. Informasi perencanaan dalam kaitan perancangan fasilitasnya meliputi:
- Gambaran sumber dan jenis energi yang dimanfaatkan
- Teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan energi tersebut.
- Kebijakan yang perlu diambil khususnya, yang berkaitan dengan faktor dalam mengkonservasi energi.
15. Daya tahan dan Fleksibilitas
Daya tahan (bangunan) selalu dikaitkan dengan kemampuan bertahan terhadap beban waktu usia dan faktor alam, sedangkan fleksibilitas (ruang) merupakan aspek fungsional yang menawarkan berbagai kemungkinan pemanfaatan solusi yang paling optimum. Informasi perencanaan yang diperlukan meliputi:
- Daya tahan (bangunan) o Jenis material o Sistem konstruksi
52
o Sistem pembebanan o Sistem pondasi
- Fleksibilitas (ruang)
o Kemampuan ruang untuk berubah o Fleksibilitas bentuk dan luasan ruang o Fleksibltas pembatas ruang
o Fleksibilitas fungsi
o Karakteristik kegiatan yang secara fungsional dilakukan di dalam ruang (meliputi : volume, intensitas, frekuensi, dan proses kegiatan)
IV.3. FAKTOR EKSTERNAL
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah setiap faktor yang berada diluar ranah lingkup arsitek namun memiliki pengaruh terhadap proses perencanaan dan perancangan. Diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Ketentuan Legal
Yang dimaksud dengan ketentuan legal ialah ketentuan yang sudah mempunyai kekuatan hukum atau diakui eksistensinya dalam perannya sebagai alat pengendali pembangunan rancangan fasilitas. Yang termasuk dalam ketentuan legal meliputi: a) Peraturan Pembangunan (ketinggian lantai,
53
coverage, floor area ratio, karakteristik penampilan / langgam bangunan )
b) Standar ( merupakan ketentuan –ketentuan secara kuantitatif sebagai hasil temuan / riset yang secara scientific diakui keberadaannya, contoh: standar luasan dan kapasitas ruang, standar bentuk, volume, dan kegiatan dalam ruang, standar perabot / furnitur yang digunakan, standar keamanan untuk penggunaan fasilitas tertentu
c) Peraturan – Peraturan berdasar kebijakan yang diambil disuatu wilayah tertentu, contoh :
Untuk pemilikan lahan kering dengan luas tertentu, harus segera dibangun SRAH ( sumur resapan air hujan )
Peraturan tentang Tata Ruang Hijau Perkotaan.
Peraturan Zoning dan Tata Guna lahan. Peraturan yang mengatur penggunaan atau
pelarangan penggunaan material tertentu untuk bangunan pada daerah yang bersifat khusus.
Peraturan yang mengatur ketinggian lantai bangunan berkaitan dengan lokasi yang berhubungan dengan keselamatan penerbangan.
54
Peraturan yang mengatur pemanfaatan dan sekaligus upaya konservasi energi.
Peraturan yang berkaitan aspek lingkungan misal : Konservasi DAS, konservasi SDA, dll
2. Topografi
Faktor topografi ( kontur dan relief permukaan lahan) mengkait dengan aspek tapak / site dimana fasilitas tersebut berada. Hal tersebut berpengaruh terhadap informasi perencanaan rancangan fasilitas khususnya berkaitan dengan bentuk bangunan, susunan ruang, struktur bangunan dan sistem fasilitas bangunannya.
3. Iklim
Faktor iklim makro ( regional ) dan iklim mikro ( kawasan ) berupa suhu, kelembaban, angin dan curah hujan, berpengaruh terhadap informasi perencanaan rancangan fasilitas khususnya yang berkaitan dengan sistem penghawaan pada bangunan, bidang bukaan, sistem ruang dan penggunaan material pada selubung bangunan ( facade ).
4. Ekologi
Ekologi yang merupakan gambaran ekosistem suatu wilayah, merupakan hal yang berpengaruh pada perencanaan rancangan fasilitas khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan SDA, konservasi sumber daya air, konservasi energi, pemanfaatan bangunan berdasarkan aspek berkelanjutan, dan sebagainya.
55
5. Ketersediaan Sumber Daya
Faktor ini merupakan kondisi dilapangan yang berkaitan dengan area tapak atau lingkungan sekitar tapak yang secara langsung terpengaruh oleh rancangan fasilitas yang dibuat. Substansi perencanaan rancangan fasilitasnya meliputi gambaran potensi sumber daya, gambaran sistem bangunan yang sesuai dengan potensi ketersediaan sumber daya tersebut, strategi pemanfaatan sumber daya dalam kaitan pemenuhan fungsi fasilitas yang dibangun.
6. Pasokan Energi dan Biaya yang dikeluarkan
Faktor ini berhubungan dengan sistem pemanfaatan energi pada fasilitas yang dirancang, dimana kaitan substansi perencanaannya meliputi:
a) Gambaran teknologi yang digunakan (konvensional atau advanced/canggih )
b) Pemanfaatan energi yang murah (misal energi matahari / didaerah tropis), energi angin, energi dari pemanfaatan sumber daya air, hingga energi alternatif lainnya.
7. Ekonomi , Keuangan dan Anggaran Biaya
Faktor ini merupakan faktor non-arsitektural yang sangat berpengaruh pada aspek arsitektur. Substansi perencanaan yang perlu diketahui kaitan dengan faktor ini ialah:
56
a) Kondisi moneter dimana fasilitas tersebut dirancang dan dibangun
b) Ekonomi bangunan dalam kaitan optimalisasi dan efisiensi penggunaan sumber dana pembangunan, khususnya terkait dengan biaya pembangunan (konstruksi dan material), biaya operasional dan biaya perawatan
c) Aspek arsitektur yang perlu dipertimbangkan yakni sistem struktur, teknologi bangunan, penggunaan material dan biaya pembangunan secara keseluruhan.
d) Nilai manfaat / kelayakan ekonomi pembangunan
8. Waktu
Faktor waktu menyangkut ketersediaan atau jumlah waktu yang diperlukan dalam kaitan; penggunaan program, perencanaan, perancangan, pembangunan dan operasionalisasi fasilitas. Substansi perencanaan rancangan fasilitasnya berkaitan dengan:
a) Penyusunan schedule / waktu b) Penentuan waktu akhir (deadline)
c) Waktu operasional kegiatan mulai perencanaan s/d operasionalisasi fasilitas.
57
“dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”
(QS 25:2)
BAB V
PENGUMPULAN DATA & TEKNIK
PENGUMPULAN DATA ARSITEKTUR
engumpulan data merupakan prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan. Pada bidang arsitektur data yang diperoleh cenderung menonjolkan faktor subjektif dari pengguna, arsitek ataupun pihak-pihak yang terkait dengan bangunan yang akan di disain.
V.1. PENELITIAN AWAL
Penelitian awal dapat dipandang sebagai langkah awal dalam mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai landasan dalam proses perencanaan dan perancangan ke depannya.
1. Tujuan
Mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi yang sudah tersedia (dari klien dan pustaka) dan
58
menganalisisnya untuk merumuskan kebutuhan data dan analisis selanjutnya.
2. Kegunaan
Terdapat empat kegunaan utama dari penelitian awal, yakni :
1) Merumuskan kebutuhan data dan rincian tugas perencanaan
2) Identifkasi sumber-sumber data
3) Pengenalan tujuan, filosofi, organisasi dan pengoperasian klien
4) Membuat database (basis data) untuk data yang diperlukan
3. Macam Informasi yang diperlukan
Berdasarkan sumber informasinya, maka informasi dibedakan menjadi dua jenis, yakni :
(1). Penjelasan dari klien, yang meliputi informasi tentang:
- Tujuan dan sasaran proyek yang akan dibangun
- Dasar filosofi dan sejarah (klien) - Organisasi dan kebijakan
- Fasilitas yang akan di rancang/dibangun - Keinginan rancangan dan penggunaannya - Teknologi yang ingin dipakai/diterapkan
/digunakan
59
(2). Sumber informasi lain , meliputi informasi tentang Peraturan dan pedoman yang kerkaitan dengan bangunan yang akan dirancang (kode, standar, ketentuan internal dari klien, ketentuan eksternal: instansi, masyarakat, lingkungan ,dll)
V.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Teknik Survey
Survey :pengumpulan data (arti umum)
Teknik survey : penelitian yang menggunakan teknik al: survey dengan sample,serta analisis (bisa dengan statistik)
2. Teknik Observasi (pengamatan)
Dalam perencanaan, teknik observasi bertujuan untuk (1)mengamati dan mempelajari cara organisasi menggunakan ruang, (2)melihat pengaruh lingkungan terhadap perilaku serta (3)melihat dan mengamati interaksi antar pelaku/orang maupun antara orang dengan lingkungan. Berdasarkan macam / jenisnya, teknik observasi dibedakan menjadi lima macam , yakni :
1) Observasi langsung
Merupakan kegiatan pengamatan langsung dilapangan dimana perencana atau “observator” berperan seperti reporter surat kabar. Pengamatan terhadap aktifitas yang terjadi pada area amatan meliputi : jenis, frekuensi, durasi dan tahapan dari aktifitas. Contoh :
60
o Jenis aktifitas : bekerja, tidur, istirahat, makan,dsb.
o Frekuensi aktifitas : merupakan gambaran jenis aktifitas persatuan waktu (detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun). Misal: frekuensi pergerakan (flow of
traffic): 20 mobil pribadi/menit yang
melewati ruas jalan ini.
o Durasi aktivtas: lamanya jenis kegiatan persatuan waktu, misal: melakukan pekerjaan rutin setiap hari 6 jam dari jam 09.00 s/d 15.00
o Tahapan aktifitas : menggambarkan tahapan kegiatan perjenis kegiatan, misal: tahapan kegiatan belajar di rumah meliputi: persiapan, menulis/mencatat, menghafal dan evaluasi.
Pengamatan juga dilakukan terhadap setting area amatan yang dilakukan pada aspek fisik dan karakteristiknya misal: terdapat gardu ronda, ruang terbuka, dll. Selain itu pengamatan dilakukan pula terhadap interaksi yang terjadi antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara individu dengan setting lingkungannya diarea pengamatan. Produk yang dihasilkan dari kegiatan observasi langsung, meliputi :
61
Pola-pola perilaku pada setting
Pola-pola pengguna / pemanfaatan dari ruang
Hubungan diantara ruang yang terjadi karena adanya hubungan kegiatan.
Pengaruh lingkungan terhadap perilaku dan sebaliknya.
Jumlah ruang (berbagai jenis dan besaran / luasan ruang yang diperlukan untuk berbagai kegiatan).
Disfungsi (penggunaan yang kurang sesuai) pada lingkungan.
Karakteristik dari setting aktifitas
Pengelompokan pengguna ruang / pelaku kegiatan.
Penggunaan dari perabot dan perlengkapan ruang (baik ruang luar / eksterior maupun ruang dalam / interior)
Pengumpulan data (data collection) harus jelas, benar,gagasan jelas. Lingkup perilaku apa saja yang akan dilihat atau ingin diobservasi. Data yang terkumpul harus memenuhi prinsip “3R” ialah : Reliabel (keandalan), representative (layak untuk digunakan/sesuai/cocok) dan
62
2) Observasi partisipatori
Metoda observasi partisipasi merupakan pengamatan langsung di lapangan (pada setting) dimana pengamat melakukan kegiatan amatan dengan cara “menyatu” atau “larut” dengan obyek observasi dengan harapan agar obyek tidak tahu kalau sedang diamati.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran aktifitas / perlaku dan karakteristik dari setting lingkungan dan untuk mendapatkan pengetahuan khusus dengan prosedur khusus melalui pengalaman langsung di lapangan /setting amatan, motto yang digunakan oleh pengamatan adalah “Des living in des” peneliti / pengamat ikut larut ke dalam obyek observasi.
Sebagai produk dari kegiatan observasi partisipasi ini ialah :
Data aktifitas dan karakteristik dari setting lingkungan
Data perilaku dari pelaku aktifitas pada
setting yang disusun terstruktur agar lebih
mudah dipahami
Gambaran/latar belakang kegunaan/fungsi lingkungan yang difokuskan untuk dilihat dari aspek pengguna.
63
Data yang menggambarkan hubungan antar aktifitas yang terjadi pada setting amatan.
Pertama yang harus dilakukan oleh observer ialah melakukan riset awal untuk mendapatkan data obyek kajian (primer), data pendukung (sekunder), setting lingkungan dan teknik (yang digunakan):
o Menemukan beberapa penggunaan spesifik pada tempat-tempat spesifik yang ada diarea amatan.
o Menemukan dan mendokumentasikan pola-pola tingkah laku dari : individu atau group yang dijadikan obyek kajian.
Gambar 5.1 Contoh pola hasil observasi pada suatu area amatan