PENGUMPULAN DATA & TEKNIK PENGUMPULAN DATA ARSITEKTUR
V.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
2. Teknik Observasi (pengamatan)
Dalam perencanaan, teknik observasi bertujuan untuk (1)mengamati dan mempelajari cara organisasi menggunakan ruang, (2)melihat pengaruh lingkungan terhadap perilaku serta (3)melihat dan mengamati interaksi antar pelaku/orang maupun antara orang dengan lingkungan. Berdasarkan macam / jenisnya, teknik observasi dibedakan menjadi lima macam , yakni :
1) Observasi langsung
Merupakan kegiatan pengamatan langsung dilapangan dimana perencana atau “observator” berperan seperti reporter surat kabar. Pengamatan terhadap aktifitas yang terjadi pada area amatan meliputi : jenis, frekuensi, durasi dan tahapan dari aktifitas. Contoh :
60
o Jenis aktifitas : bekerja, tidur, istirahat, makan,dsb.
o Frekuensi aktifitas : merupakan gambaran jenis aktifitas persatuan waktu (detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun). Misal: frekuensi pergerakan (flow of
traffic): 20 mobil pribadi/menit yang
melewati ruas jalan ini.
o Durasi aktivtas: lamanya jenis kegiatan persatuan waktu, misal: melakukan pekerjaan rutin setiap hari 6 jam dari jam 09.00 s/d 15.00
o Tahapan aktifitas : menggambarkan tahapan kegiatan perjenis kegiatan, misal: tahapan kegiatan belajar di rumah meliputi: persiapan, menulis/mencatat, menghafal dan evaluasi.
Pengamatan juga dilakukan terhadap setting area amatan yang dilakukan pada aspek fisik dan karakteristiknya misal: terdapat gardu ronda, ruang terbuka, dll. Selain itu pengamatan dilakukan pula terhadap interaksi yang terjadi antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara individu dengan setting lingkungannya diarea pengamatan. Produk yang dihasilkan dari kegiatan observasi langsung, meliputi :
61
Pola-pola perilaku pada setting
Pola-pola pengguna / pemanfaatan dari ruang
Hubungan diantara ruang yang terjadi karena adanya hubungan kegiatan.
Pengaruh lingkungan terhadap perilaku dan sebaliknya.
Jumlah ruang (berbagai jenis dan besaran / luasan ruang yang diperlukan untuk berbagai kegiatan).
Disfungsi (penggunaan yang kurang sesuai) pada lingkungan.
Karakteristik dari setting aktifitas
Pengelompokan pengguna ruang / pelaku kegiatan.
Penggunaan dari perabot dan perlengkapan ruang (baik ruang luar / eksterior maupun ruang dalam / interior)
Pengumpulan data (data collection) harus jelas, benar,gagasan jelas. Lingkup perilaku apa saja yang akan dilihat atau ingin diobservasi. Data yang terkumpul harus memenuhi prinsip “3R” ialah : Reliabel (keandalan), representative (layak untuk digunakan/sesuai/cocok) dan
62
2) Observasi partisipatori
Metoda observasi partisipasi merupakan pengamatan langsung di lapangan (pada setting) dimana pengamat melakukan kegiatan amatan dengan cara “menyatu” atau “larut” dengan obyek observasi dengan harapan agar obyek tidak tahu kalau sedang diamati.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran aktifitas / perlaku dan karakteristik dari setting lingkungan dan untuk mendapatkan pengetahuan khusus dengan prosedur khusus melalui pengalaman langsung di lapangan /setting amatan, motto yang digunakan oleh pengamatan adalah “Des living in des” peneliti / pengamat ikut larut ke dalam obyek observasi.
Sebagai produk dari kegiatan observasi partisipasi ini ialah :
Data aktifitas dan karakteristik dari setting lingkungan
Data perilaku dari pelaku aktifitas pada
setting yang disusun terstruktur agar lebih
mudah dipahami
Gambaran/latar belakang kegunaan/fungsi lingkungan yang difokuskan untuk dilihat dari aspek pengguna.
63
Data yang menggambarkan hubungan antar aktifitas yang terjadi pada setting amatan.
Pertama yang harus dilakukan oleh observer ialah melakukan riset awal untuk mendapatkan data obyek kajian (primer), data pendukung (sekunder), setting lingkungan dan teknik (yang digunakan):
o Menemukan beberapa penggunaan spesifik pada tempat-tempat spesifik yang ada diarea amatan.
o Menemukan dan mendokumentasikan pola-pola tingkah laku dari : individu atau group yang dijadikan obyek kajian.
Gambar 5.1 Contoh pola hasil observasi pada suatu area amatan
64
3) Tracking (penjejakan)
Pengetahuan penjejakan ini pada dasarnya sudah dicontohkan pada kehidupan binatang dan manusia dimana kehidupan masih sangat bergantung dengan alam.
Gambar 5.2 Penjejakan pada binatang dan manusia
Tracker merupakan pengamatan langsung
dilapangan dengan melihat dan sekaligus mengidentifikasi tanda-tanda (jejak) yang ditinggalkan oleh adanya aktifitas pelaku pada ruang kegatan. Tujuannya untuk mendapatkan gambaran pola perlaku pengguna ruang dan bagamana pelaku aktivtas menggunakan aspek aspek fisik pada setting.Tracker mengamati bekas / tanda fisik peninggalan aktifitas manusia pada lokasi setting tertentu. Tanda-tanda
65
tersebut adalah sesuatu yang dapat dilihat ecara visual yang dtinggalkan secara sengaja atau tidak oleh pihak pelaku aktifitas. Tanda-tanda tersebut biasanya bersifat permanen / tetap, karena merupakan tanda / jejak yang ditinggalkan oleh pelaku aktifitas melalui kegiatan dengan karakteristik yang sama secara berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang relatif lama. Pada prinsipnya produk dari kegiatan observasi penjejakan ini adalah gambaran petunjuk pola perilaku. Gambaran tersebut memberikan informasi bagaimana manusia sebagai pelaku aktifitas menggunakan aspek-aspek fisik dalam setting.
Kunci sukses metoda tracking sangat tergantung dari kualitas tracker sebagai observer. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh
tracker agar observasi bisa sukses, antara lain tracker harus :
o Sabar/tidak terburu-buru dan diharapkan cukup teliti
o Mempunyai kemampuan mengungkap alasan secara komprehensif dan kuat/mantap
o Penyampaian hasil-hasil kesimpulan secara jelas dan konkrit
66
o Mempunyai pemahaman pengetahuan yang cukup sesuai tujuan observasi dengan metoda tracking tersebut.
o Disamping itu juga mempunyai pengetahuan yang memadai tentang aktifitas yang terjadi pada daerah investigasi, sehingga akan membantu atau memberi kemudahan dalam melakukan identifikasi.
o Identifkasi dilakukan dengan “penyempitan” atau “pemfokusan” aktifitas obyek sehingga hasilnya lebih detil, lebih effisien dan lebih terkonsentrasi dengan lebih baik.
4) Pemetaan perilaku
Pemetaan perilaku pada dasarnya merupakan kegiatan pengamatan langsung dilapangan oleh observer terhadap aktifitas pelaku (responden) pada sebuah setting tertentu. Tujuan dari pemetaan perilaku adalah untuk mendapatkan gambar peta perilaku melalui aktifitas responden pada sebuah setting tertentu.
Peneliti melihat perilaku dan aktifitas responden dalam sebuah “setting” juga termasuk frekuensinya dilihat dan direkam. Dari peta perilaku tersebut maka dapat diketahui:
67
Lokasi aktifitas (area amatan)
Frekuensi aktifitas yang terjadi pada lokasi amatan
Bentuk yang terjadi dari pergerakan obyek dengan setting (area amatan)
Pengaruh setting terhadap perilaku dari obyek/pelaku kegiatan
Perlaku yang digambarkan melalui aktiftas yang selalu berulang, gambaran tersebut berupa pola-pola perlaku (behavior
patterns)
Intensitas aktiftas
Perbedaan perilaku yang dibedakan melalui katagorisasi obyek berdasar perbedaan:
jenis kelamin (laki-laki / perempuan) Umur (tua-muda, anak-anak)
Pekerjaan (pedagang-PNS, petani, dll) Status sosial (Ketua RW, Kepala Rumah tangga, ibu rumah tangga,dll) Status hunian (penyewa-pemilik, dst)
Secara garis besar gambaran prosedur kegiatan pemetaan perilaku dapat dijelaskan sebagai berikut:
Variabel pada awalnya dipilih secara random/acak
68
Data-data rekaman data harus mudah diidentifikasi oleh pengamat
Menentukan jadwal operasi dengan contoh yang mewakili aktifitas (sampling activities yang representatif)
Menyediakan sketsa peta dari rencana lantai / ruang / area yang akan diobservasi (catatan: harus mencakup notasi / tanda yang jelas sehingga dapat menunjukkan keberadaan dari peralatan, perabot, partisi / pembatas, bidang bukaan,dll)
Posisi pengamat harus berada pada tempat kecil atau berada tempat khusus yang mudah untuk dapat mengamati dan mengakses setting sebaik-baiknya atau dapat juga pengamat berada pada tempat yang luas / besar dimana pada tempat tersebut peneliti dapat berjalan-jalan sambil mengamati obyek.
Waktu amatan misal ±15 menit serta diulang-ulang untuk menjamin kelengkapan dan kelayakan hasil observasi (jam perlu juga direkam atau agar hasil lebih valid dan akurat)
Masing-masing aktifitas diberi kode atau identifikasi sebagai persiapan sebelum
69
pemberian kode perlu ada kategorisasi aktifitas
Pemberian notasi/identifikasi pada tingkatan intensitas aktifitas yang ada dapat dilakukan dengan memberi tanda dengan alpabet, numeric / graphis, dll. Pengamat memberikan catatan pada setiap
data individu baru dalam setting, kemudian merekam aktifitasnya dilokasi tersebut. Hasil ditabulasikan untuk kemudian
dilakukan evaluasi, kemudian
dipresentasikan dalam bentuk master map (peta master).
Gambar 5.3 Contoh pemetaan perilaku pengguna pada area amatan
70
5) Pencatatan Spesimen Perilaku
Merupakan kegiatan yang berupa pengamatan langsung dilapangan melalui sampling responden berupa individu atau group yang diharapkan dapat mewakili karakteristik kelompok tertentu. Tujuannya adalah mendapatkan gambaran pola perilaku pada suatu lingkungan tertentu. Kegiatan ini dapat dianalogikan seperti pengambilan contoh darah untuk dianalisa dengan tujuan untuk melihat komponen yang ada dalam darah tersebut yang mana kemudian dapat digambarkan. Gambaran hasil dari kegiatan ini adalah pola lingkungan sebagai hasil analisis dari kegunaan dan spesimen perilaku, contohnya:
Bentuk komunikasi yang ada di lingkungan tersebut
Fungsi bangunan
Ruang-ruang dalam (interior) sebagai wadah kegiatan
Perabot dalam ruang sebagai unsur pendukung kegiatan dalam ruang.