ANALISIS PERENCANAAN
VII.2. ANALISIS FISIK
1. Analisis Tapak
Analisis tapak digunakan untuk mengurai dan mendalami masalah yang terkait lahan dan lokasi dimana projek akan dilaksanakan. Ada beberapa point yang perlu dianalisis dalam analisis tapak, yakni :
Analisis dimensi
yang terdiri dari Dimensi dan bentuk ukuran tapak, garis kontur tanah, arah dan garis edar matahari, rencana dan jenis jalan
94
Gambar 7.1 Contoh analisis dimensi tapak
95
Analisis Peraturan Daerah, yakni analisis mengenai : Rencana Tata Ruang Kota (RTRK)
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), untuk mencari Luas Dasar Bangunan (LDB) maksimum yang diizinkan, dengan rumus LDB = KDB x luas tapak. Koefisien Luas Bangunan (KLB), merupakan faktor
perhitungan untuk mencari luas lantai bangunan dalam bentuk angka untuk memperoleh Luas Total Bangunan (LTB), rumusnya adalah LTB = KLB x luas tanah
Koefisien Daerah Hijau (KDH), bertujuan untuk penghijauan dan taman dengan besaran standar adalah 40% dari luas tapak.
Koefisien Tapak Basement (KTB), merupakan angka persentas perbandingan antara luas tapak dengan basement dari luas tanah perpetakan atau daerah perencanaan yang dikuasai owner. Tinggi Bangunan, dinyatakan dalam perda dalam
jumlah lantai.
Garis Sempadan Bangunan (GSB), merupakan garis batas dinding bangunan bagian depan rumah atau bangunan yang boleh didirikan. Jarak GSB dengan pagar jalan ditentukan setengah lebar jalan
96
Garis Sempadan Jalan (GSJ), merupakan batas jalan yang berhimpit dengan pagar pekarangan bagian depan
Garis Sempadan Sungai (GSS), merupakan jarak antar tepi bagunan dengan badan sungai, sebesar 1xlebar sungai hingga 50 meter dari bibir sungai untuk daerah luar kota.
Garis Sempadan Pantai (GSP), jarak antara garis pantai dengan batas bangunan biasanya sekitar 50-100 meter dari garis pantai.
Analisis Potensi
Merupakan tahap pembahasan mengenai penjabaran dan penguraian tentang fungsi-fungsi yang ada kaitan dengan fungsi yang dirancang. Potensi ini dapat berada di dalam tapak maupun diluar tapak. Secara sifatnya potensi tapak dibedakan menjadi dua jenis yakni (1)Potensi alam dan (2)Potensi buatan. Selain itu yang dianggap potensi adalah fungsi sejenis yang berbeda atau sejenis yang berada di sekitar tapak.
97
Gambar 7.3 Ilustrasi analisis potensi tapak
Analisis Klimatologi Iklim
Secara garis besar, Indonesia berada pada daerah beriklim tropis, sehingga kelembaban udara kadang begitu tinggi dan mempengaruhi kualitas material bangunan yang akan dipakai, begitupula dengan pengondisian udara dalam pengaturan suhu dan kelembababan udara ruangan. Selain itu curah hujan menjadi faktor krusial bagi perencanaan dan perancangan bentuk bangunan, baik fasad maupun atap
98
Gambar 7.3 Ilustrasi analisis iklim (curah hujan) Garis Edar Matahari
Pengaruh garis edar terkait dengan paparan sinar radiasi matahari. Intensitas sinar matahari yang diterima kulit bangunan, baik bidang padat dan kaca perlu diantisipasi. Dalam perancangan, garis edar matahari akan mempengaruhi penentuan as dan kulit penutup bangunan. Pada bangunan yang memiliki bentuk massa memanjang as bangunannya diusahakan sejajar dengan garis edar matahari
99
Gambar 7.4 Ilustrasi analisis garis edar matahari Angin
Angin terjadi disetiap lokasi dan tapak yang yang diakibatkan adanya perbedaan suhu udara. Pada bangunan pengaruh angin sangat dirasakan pada bidang-bidang lebar fasad dan atap bangunan. Pengaruh angin juga berdampak pada sudut kemiringan atap.
100
Gambar 7.5 Ilustrasi analisis pergerakan angin
Analisis Topografi
Merupakan penjabaran dan uraian tentang kondisi tanah dari tapak yang telah dipilih sebagai lokasi letak bangunan. Pada analisa tapak, hal yang dianalisis adalah
Jenis tanah / kondisi geologi
Bentuk permukaan tanah (datar, landai, tegak atau curam). Pada tahap ini melakukan kajian peta geografis yang dinyatakan dalam bentuk garis kontur. Garis kontur ini didapat dari pengukuran dengan alat theodolit maupun pencitraan udara. Kerapatan garis kontur menandakan kemiringan bentuk tanah, yaitu renggang berarti kemiringan landai, rapat berarti kemiringan rapat.
101
Gambar 7.6 Analisis garis kontur pada tapak Potong dan urug / cut and fill
Untuk kepentingan pelaksanaan proyek diperlukan daerah yang rata. Pada daerah dengan kontur yang memiliki kemiringan yang tinggi perlu dilakukan cut (pemotongan tanah) dan fill (pengurugan).Dengan demikian seorang arsitek harus mempunyai kemampuan untuk membaca peta kontur tapak.
102
Aliran air permukaan atau drainase
Aliran air permukaan haruslah direncanakan dan diarahkan sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi perletakan bangunan dan kegiatan-kegiatan didalamnya.
103
Analisis Pencapaian
Tahap ini diperlukan untuk mengetahui dan menguraikan arah terbesar pemakai serta pengguna bangunan datang ke tapak. Hasil analisis ini digunakan sebagai panduan penentuan letak pintu gerbang dan titik tangkap ke arah bangunan. Untuk itu diperlukan peta kota yang lebih besar disesuaikan dengan radius pelayanan fungsi yang bersangkutan. Hasil dari analisis pencapaian akan juga mempengaruhi as atau sumbu bangunan, letak pintu gerbang tapak dan titik tangkap massa bangunan.
Gambar 7.9 Analisis pencapaian ke tapak
Analisis Sirkulasi
Analisis ini dilakukan untuk mengambil gambaran lebih detail tentang hal-hal yang berkaitan dengan pergerakan dan sirkulasi oleh pengguna bangunan. Tahap ini sebagai kelanjutan dari tahap analisis pencapaian yang telah
104
menentukan arah terbesar pemakai datang dengan berbagai macam sarana dan cara.
Gambar 7.10 Analisis sirkulasi tapak
Dalam analisis sirkulasi ini juga di bahas mengenai jenis jalan , sarana dan fasilitas pejalan kaki, titik halte kendaraan umum (jika ada), titik lampu lalulintas (traffic
light) dan fasilitas penyeberangan jalan.
Analisis Arah Pandang
Kajian ini menyangkut arah pandang dari pengguna dan pemakai fungsi bangunan. Dengan mempertimbangkan
105
hasil analisis dimensi, potensi, pencapaian dan sirkulasi, maka arah pandang dapat dilakukan dari arah dalam ataupun luar tapak.
Gambar 7.11 Analisis arah pandang
Analisis Ruang Kota
Ruang kota adalah ruang terbuka tingkat kota. Bentuk fisiknya dapat berupa taman terbuka, plaza, lapangan upacara, atau tempat parker kendaraan tamu. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui peran dan pengaruh ruang
106
kota terhadap letak bangunan pada suatu kawasan dan tapak. Secara garis besar ruang kota terbagi dalam dua tipe, yakni Ruang Kota Horizontal, yakni ruang terbuka yang bersifat melebar ke samping maupun memanjang, serta Ruang Kota Vertikal, yakni berupa ruang yang muncul akibat perbedaan ketinggian bangunan pada suatu kawasan yang biasa disebut dengan skyline
Gambar 7.13 Ilustrasi Ruang Kota Vertikal (atas) dan Horisontal (bawah)
Analisis Vegetatif
Tahap ini merupakan kajian yang menyangkut keberadaan tanaman dan tumbuhan yang berada dalam tapak dan disekitar tapak. Tanaman dapat menjadi potensi geografis dan historis serta dapat berperan
107
dalam menjaga dan mengendalikan kelembaban dan temperatur dilingkungan tapak.
Dengan dipertahankannya vegetasi dalam suatu tapak maka perancangan harus mempertimbangkan dan mengikuti keberadaan, posisi dan perletakan dari vegetasi itu sendiri.
Gambar 7.14 Contoh analisis vegetasi tapak
Analisis Utilitas Kota
Analisis utilitas kota merupakan pengungkapan semua fasilitas penunjang kota yang harus disediakan oleh Pemda, yang meliputi jaringan-jaringan listrik, air bersih, riol kota, telepon, dan gas. Kelengkapan datanya akan mempengaruhi biaya yang harus dirancang agar tidak menimbulkan permasalahan anggaran biaya dikemudian hari.
108
Gambar 7.15 Illustrasi Analisis utilitas tapak
Analisis Kebisingan
Kebisingan adalah suara berisik yang melebihi standar normal yang mampu diterima telinga manusia. Analisis kebisingan bertujuan untuk mendapatkan gambaran terkait arah dan sumber kebisingan berasal dan pengaruhnya terhadap bangunan dan penghuninya.
109
Cara yang paling umum digunakan dalam meredam kebisingan yang masuk ke tapak adalah penggunaan vegetasi sebagai noise buffer.
Gambar 7.17 Vegetasi sebagai buffer noise pada tapak
2. Analisis Teknologi Bangunan