Model Model
dan Desain dan Desain
Pembelajaran Pembelajaran
KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
M. HADI NASIR, NAFILAH, SITI ROHMAH
M. Hadi Nasir
Nafilah Hamasah Muslimat
Siti Rohmah Sumayah
Anggota Kelompok
Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan memberikan konsep- konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak melalui pengalaman nyata. Hanya pengalaman nyatalah yang memungkinkan anak untuk menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu (curiosity) secara optimal dengan menempatkan posisi pendidik sebagai pendamping, pembimbing serta fasilitator bagi anak. Melalui proses pendidikan seperti ini diharapkan dapat menghindari bentuk pembelajaran yang hanya berorientasi pada kehendak guru yang menempatkan anak secara pasif dan guru menjadi dominan.
Proses pendidikan mempunyai peranan penting dalam upaya pengembangan individu secara khusus dan pengembangan bangsa secara umum. Proses pendidikan memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mengembangkan seluruh kemampuan dan keterampilan secara optimal. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya diberikan sedini mungkin agar upaya pngembangan kemampuan dan keterampilan individu dapat berlangsung optimal. Pada rentang usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age) yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitive untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual.
Kurikulum yang dikembangkan tersebut mengacu kepada model pembelajaran yang sudah ada di negara tertentu yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun. Beberapa model pendidikan yang dimaksud antara lain model pembelajaran aktif, model pembelajaran proyek, model pembelajaran berbasis masyarakat dan model pembelajaran keterampilan hidup.
PENDAHULUAN
Apa pengertian model pembelajaran menurut para ahli?
Bagaimana model-model desain pembelajaran anak usia dini?
Tujuan Penulisan
Mahasiswa mengetahui pengertian model pembelajaran menurut para ahli.
Mahasiswa mengetahui model-model desain pembelajaran anak usia dini.
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
Tujuan Penulisan
1.
2.
Rumusan Masalah dan Tujuan Penulisan
KAJIAN TEORI
Menurut Toeti Soekamto & Winataputra (1995:78), mereka mendefinisikan model pembelajaran itu sebagai kerangka konseptual yang dapat menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran serta berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran &
para pengajar dalam merencanakan Serta melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran Montessori meyakini bahwa pendidikan sudah dimulai ketika anak lahir. Model pembelajaran Montessori mempunyai landasan pemikiran bahwa bahwa dalam tahun-tahun awal seorang anak mempunyai “sensitive periods” (masa peka). Masa peka dapat digambarkan sebagai sebuah pembawaan atau potensi yang akan berkembang sangat pesat pada waktu-waktu tertentu. Potensi ini akan mati dan tidak akan muncul lagi apabila tidak diberikan kesempatan untuk berkembang, tepat pada waktunya.
Model pembelajaran bermain kreatif mulai dikembangkan pada tahun 1985 di University of Tennessee, Knoxville yang dilandasi oleh teori Piaget dengan pendekatan konstruktivis. Model pembelajaran bermain kreatif dengan pendekatan pembelajaran konstruktivis merupakan sebuah konsep pembelajaran dengan dasar teori perkembangan anak dimana anak akan membangun pengetahuannya sendiri. Pendekatan konstruktivis memberikan pendidikan yang menyeluruh pada anak usia dini. Konsep model pembelajaran bermain kreatif tersebut terdiri dari praktek pembelajaran untuk anak, konten area untuk anak, seperangkat asesmen untuk mengukur tingkah laku dan kemajuan anak, dan model pelatihan untuk membantu orang dewasa dalam mendukung perkembangan anak.
Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model yang dapat dipergunakan dalam mengelola pembelajaran, yakni antara lian: pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, diskusi, serta learning strategi.
PEMBAHASAN
Model Pembelajaran
Model interaksi sosial
Model pengolahan informasi Model personal-humanistik
Model modifikasi tingkah laku.
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar agar dapat mencapai tujuan belajar. Juga dapat diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran ini sendiri memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi ataupun metode pembelajaran. Saat ini telah ada banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, mulai dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks serta rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.
Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model yang dapat dipergunakan dalam mengelola pembelajaran, yakni antara lian: pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, diskusi, serta learning strategi.
Menurut Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, mereka mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yakni:
Menurut Joyce dan Weil (1986: 14-15), mereka mengemukakan bahwa setiap dari model belajar mengajar atau model pembelajaran tersebut harus mempunyai empat unsur yaitu sebagai berikut:
Sintak (syntax) atau merupakan fase-fase (phasing) dari model yang menjelaskan model tersebut serta dalam pelaksanaannya secara nyata. Dan sebagai contohnya, bagaimana kegiatan pendahuluan pada proses pembelajaran itu dilakukan? Apa yang akan terjadi berikutnya?
Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran & hubungan guru serta siswa selama proses pembelajaran. Kepemimpinan seorang guru sangatlah bervariasi pada satu model dengan model yang lainnya. Pada satu model, seorang guru berperan sebagai fasilitator akan tetapi pada model yang lain nya seorang guru berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Prinsip reaksi (principles of reaction) yang menunjukkan bagaimana seorang guru memperlakukan siswanya serta bagaimana pula ia merespon terhadap apa yang dilakukan oleh siswanya. Pada satu model, seorang guru memberi ganjaran atas sesuatu yang sudah dilakukan oleh siswa dengan baik, akan tetapi pada model yang lainnya seorang guru bersikap tidak memberikan penilaian terhadap siswanya, terutama untuk hal-hal yang berkait dengan kreativitas.
Sistem pendukung (support system) yang menunjukkan segala sarana, bahan, & alat yang dapat dipergunakan dalam mendukung model tersebut.
1.
2.
3.
4.
Menurut Toeti Soekamto & Winataputra (1995:78), mereka mendefinisikan model pembelajaran itu sebagai kerangka konseptual yang dapat menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran serta berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran & para pengajar dalam merencanakan Serta melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Model Pembelajaran Anak Usia Dini
Model Pembelajaran High/Scope
Kurikulum High/scope akan membantu anak-anak prasekolah menjadi
lebih independen, bertanggung jawab dan menjadi pembelajar yang
percaya diri. Selain itu dalam pembelajaran di High/Scope anak-anak
akan dilibatkan pada pembelajaran melalui keterlibatan yang aktif
terhadap alat alat permainan yang ada. Orang orang yang terlibat dalam
pembelajaran dan gagasan gagasan yang muncul, anak-anak pra sekolah
akan belajar juga membuat perencanaan sendiri dan berlatih
menerapkannya untuk mencapai pengetahuan dan kemampuan yang
dibutuhkan oleh mereka untuk membangun landasan yang kuat bagi
pembelajaran mereka selanjutnya.
Model Pembelajaran High/Scope
Belajar Aktif
Anak anak terlibat secara langsung dalam pembelajaran, pengalaman bersentuhan langsung dengan orang orang, benda benda gagasan gagasan dan peristiwa.
Pengalaman pembelajaran aktif akan membantu anak anak membengun pengetahuan mereka, seperti: belajar konsep, membentuk gagasan, menciptakan simbol dan abstraksi mereka sendiri.
Sebagai fasilitator, yang akan mengobservasi dalam berpartisipasi dalam kegiatan anak anak, guru akan dipandu oleh beberapa kunci pengalaman bahwa seluruh anak perlu untuk memiliki bagian dari kecerdasan motorik, fisik sosial dan perkembangan emosi. Terdapat 10 kunci kategori, antara lain: representasi kreatif, bahasa dan keaksaraan, hubungn sosial dan inisiatif, gerak, musik, klasifikasi, serasi, angka, ruang, dan waktu. Kunci pengalaman ini akan sangat berperan dalam pemerolehan sosial saat ini dan yang akan datang serta kemampuan akademik yang dibutuhkan agar sukses di sekolah.
Interaksi Anak dengan Orang Dewasa
Orang dewasa mengamati dan berinteraksi dengan anak anak pada level mereka untuk menemukan bagaimana setiap anak berpikir dan mencari alasan. Orang dewasa mengizinkan anak untuk mengambil kontrol dalam pembelajaran individual mereka. Mereka juga mendukung motivasi dari dalam diri anak dalam pembelajaran dengan cara mengatur jadual dan lingkungan, memperhatikan klim sosial yang kondusif, mendukung penyelesaian konflik yang konstruktif, menginterpretasi tindakan anak anak dalam bagian kunci pengalaman,
merencanakan pendalaman
pembelajaran aktif yang berdasarkan pada minat dan kemampuan anak.
Lingkungan Pembelajaran
Sekolah harus menyediakan lingkungan fisik pembelajaran yang kondusif untuk belajar dan merefleksikan tahapan yang berbeda dalam perkembangan masing masing anak.
Sekolah harus menyediakan ruang yang layak untuk melakukan seluruh program kegiatan.
Pusat ruang harus disusun dalam area yang fungsional yang dapat dikenali oleh anak dan mengizinkan terjadinya interaksi sosial dan aktivitas individual.
1.
2.
3.
Model Pembelajaran Bermain Kreatif
Model pembelajaran bermain kreatif mulai dikembangkan pada tahun 1985 di University of Tennessee, Knoxville yang dilandasi oleh teori Piaget dengan pendekatan konstruktivis. Model pembelajaran bermain kreatif dengan pendekatan pembelajaran konstruktivis merupakan sebuah konsep pembelajaran dengan dasar teori perkembangan anak dimana anak akan membangun pengetahuannya sendiri. Pendekatan konstruktivis memberikan pendidikan yang menyeluruh pada anak usia dini. Konsep model pembelajaran bermain kreatif tersebut terdiri dari praktek pembelajaran untuk anak, konten area untuk anak, seperangkat asesmen untuk mengukur tingkah laku dan kemajuan anak, dan model pelatihan untuk membantu orang dewasa dalam mendukung perkembangan anak.
Pembelajaran disusun berdasarkan kepercayaan bahwa anak belajar
dengan baik melalui pembelajaran yang aktif (active learning), pengalaman
langsung, interaksi dengan orang dewasa, kejadian dan ide-ide. Ruang-
ruang kelas ditata sedemikian rupa dengan sangat selektif, berhati-hati
agar pembelajaran aktif pada anak dapat terjadi.
AREA Pembelajaran Permainan
Area dibagi berdasarkan area minat anak yang diatur dalam
permainan yang spesifik, seperti area balok, area perpustakaan, area rumah tangga, area memasak, area pasir dan air, area seni.
Area Balok
Balok adalah peralatan yang standar untuk kelas anak-anak yang pertama dan itu penting untuk mengimplementasikan Kurikulum Kreatif. Balok-balok kosong cocok untuk anak-anak yang menyukai permainan dramatik.
Membangun balok penting untuk perkembangan kognitif (kemampuan untuk memandang sesuatu). Bermain dengan balok memberi mereka sebuah kesempatan untuk menciptakan kembali gambar-gambar ini dalam bentuk nyata. Kemampuan menciptakan ini yang mewakilkan pengalaman- pengalaman mereka adalah sesuatu kemampuan penting dimulai dari pikiran yang abstrak. Terlebih lagi, karena balok-balok didesain dalam unit matematika, anak-anak bermain dengan itu mendapat pengertian yang nyata dari konsep yang penting untuk berpikir logis. Mereka belajar tentang ukuran, bentuk, jumlah, jenis, area, panjang, dan berat sebagai apa yang mereka pilih, ciptakan, dan membersihkan balok-balok. Balok-balok permainan yang bernilai untuk perkembangan fisik. Anak-anak menggunakan otot-otot besar mereka untuk membawa balok-balok dari satu tempat yang satu ke tempat yang lain. Mereka menempatkan balok-balok bersama dengan cermat untuk membentuk sebuah jembatan atau desain yang rumit, mereka menyempurnakan otot-otot kecil di tangan mereka, yang penting untuk menulis.
A R E A
Kompetensi Untuk Perkembangan Sosial-Emosional
Mengekspresikan perasaan (memilih warna terang untuk lukisan agar sesuai mood)
Belajar menyalurkan frustasi dan amarah yang dapat diterima di lingkungan (memukul lilin) Melepas Individualitas (menggambar labu yang beda dengan warna dan desain orisinal)
Merasakan kebanggaan (membuat mobil yang digantung di kelas)
Berbagi dan bekerja sama dengan sesama (bekerja sama dalam membuat lukisan dinding) Kompetensi Untuk Perkembangan Kognitif
Mengembangkan kreativitas (memadukan materi dan tekstur)
Membentuk pemahaman tentang sebab-akibat (observasi apa yang terjadi saat cat biru + kuning) Melabel bentuk dan benda (melukis lingkaran kuning dan menamakannya matahari)
Memecahkan masalah
Membentuk kemampuan merencanakan (menentukan warna apa yang didahulukan) Kompetensi Untuk Perkembangan Fisik
Membentuk otot kecil (mewarnai dengan spidol)
Kompetensi pembelajaran dalam permainan seni adalah guru dapat memilih berbagai kompetensi untuk anak bekerja sambil menjelajah dan menggunakan materi-materi. Kompetensi pembelajaran dapat membantu guru merencanakan pengalaman seni yang sesuai. Dengan menentukan Kompetensi, guru dapat lebih mudah menentukan media seni dan kegiatan yang akan membantu anak memperluas dan meningkatkan kemampuan mereka.
1.
1.
1.
Area Seni
AREA BELAJAR DENGAN PERMAINAN
Area Memasak
Kompetensi pembelajaran dalam permainan memasak adalah ketika berpikir
tentang memasak,
Kompetensi utama kita mungkin untuk
mengajarkan kepada anak- anak tentang pentingnya sebuah keterampilan
menolong diri sendiri atau untuk memasang sebuah pondasi untuk lingkungan dengan nutrisi yang baik.
Tetapi memasak
merupakan kegiatan yang menarik untuk membantu anak-anak tumbuh dalam semua aspek sosial-
emosional, kognitif, dan fisiknya.
Area Pasir dan Air
Anak-anak sebagaimana juga orang dewasa hampir secara naluri tertarik pada pasir dan air. Karena
kebanyakan anak-anak telah terbiasa dengan bahan-bahan ini, mereka suka sekali menelitinya.
Dengan air yang
menyegarkan pada kulit mereka atau rasa senang mengayak pasir dengan jari-jari mereka sulit untuk dicegah. Permainan anak- anak dengan pasir dan air ini tentu saja membantu dalam pembentukan
macam-macam
keterampilan mereka.
Area Rumah Tangga
Area rumah tangga (house corner) merupakan sebuah area pada ruang kelas yang diperuntukkan untuk
“bermain rumah-rumahan.”
Pekerjaan yang anak-anak lakukan di area rumah
tangga dinamakan
permainan aksi, permainan berpura pura, atau khayalan;
hal ini melibatkan
pengambilan peran dan terlibat dalam perilaku meniru. Permainan aksi- sosial, permainan dengan level yang lebih tinggi,
menggabungkan interaksi verbal dengan paling tidak seorang anak yang lain dalam sebuah episode permainan.
Area Perpustakaan
Sentra perpustakaan meliputi ruangan untuk melihat buku- buku, ruangan untuk
mendengarkan musik/rekaman dan ruangan untuk menulis. Ada yang menempatkan ketiga
kegiatan ini dalam satu ruangan yang sama; ada juga yang
menggabungkan kegiatan
menulis di dalam area seni dan mendengarkan rekaman atau kaset menjadi bagian dari area musik. Lepas dari penempatan tadi yang paling penting adalah bagaimana nanti guru menata ruangan dengan
perlengkapannya. Sebagaimana di area – area lain, penataan
area perpustakaan memainkan peranan besar dalam
memfasilitasi pembelajaran anak.
Model Pembelajaran Montessori
Model pembelajaran Montessori meyakini bahwa pendidikan sudah dimulai ketika anak lahir. Model pembelajaran Montessori mempunyai landasan pemikiran bahwa bahwa dalam tahun-tahun awal seorang anak mempunyai
“sensitive periods” (masa peka). Masa peka dapat digambarkan sebagai sebuah pembawaan atau potensi yang akan berkembang sangat pesat pada waktu-waktu tertentu. Potensi ini akan mati dan tidak akan muncul lagi apabila tidak diberikan kesempatan untuk berkembang, tepat pada waktunya.
Dasar pendidikan model pembelajaran Montessori menekankan pada tiga hal, yaitu:
Pendidikan Sendiri (Endosentris)
Menurut Montessori, anak-anak memiliki kemampuan alamiah untuk berkembang sendiri.
Anak-anak mempunyai hasrat alami untuk belajar dan bekerja, bersamaan dengan keinginan yang kuat untuk mendapatkan kesenangan. Selain itu, anak juga memiliki keinginan untuk mandiri. Keinginan untuk mandiri tersebut tidak muncul atas perintah dari orang dewasa melainkan muncul dari dalam diri anak sendiri. Dorongan-dorongan alamiah tersebut akan terpenuhi dengan memfasilitasi anak dengan aktivitas-aktivitas yang penuh kesibukan. Namun dalam kegiatan tersebut sebaiknya anak tidak dibantu melainkan harus berlatih sendiri.
Masa Peka
Masa peka merupakan masa yang sangat penting dalam perkembangan seorang anak. Ketika masa peka datang, maka anak harus segera difasilitasi dengan alat alat permainan yang mendorong aktualisasi potensi yang dimiliki. Guru memiliki kewajiban untuk mengobservasi munculnya masa peka dalam diri anak agak dapat memberikan tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi anak.
Kebebasan
Model pembelajaran Montessori memberikan kebebasan kepada anak untuk berpikir, berkarya dan menghasilkan sesuatu. Hal ini dikarenakan masa peka anak tidak dapat diketahui kapan kepastian kemunculannya.
Kebebasan ini bertujuan agar anak dapat mengaktualkan potensi anak sebebas-bebasnya.
Model pembelajaran Montessori memfokuskan pada pengembangan aspek motorik, sensorik dan bahasa. Penekanan utamanyaditempatkan melalui pengambangan alat-alat indera. Model pembelajaran Montessori membebaskan anak untuk bergerak, menyentuh, memanipulasi dan bereksplorasi secara bebas.
Model
Pembelajaran Reggio Emilia
Model ini membantu anak-anak untuk belajar dengan membangun konstruksi pembelajarn mereka sendiri, dimana anak-anak dapat belajar sesuai dengan tingkatan usianya yang semuanya dilakukan dengan cara berpikir yang ekspresif, komunikatif dan ilmiah. Model pembelajaran Reggio Emilia merupakan sebuah model pembelajaran yang mengarah kepada kepentingan dari anak itu sendiri secara seutuhnya.
Curriculum Emergent
Kurikulum dibangun berdasarkan minat anak-anak. Topik untuk pembelajaran diperoleh melalui pembicaraan dengan anak-anak, sampai kepada masyarakat atau peristiwa keluarga, seperti halnya minat atau kesukaan anak-anak.
Perencanaan kelompok merupakan suatu komponen penting dalam pembelajaran.
Proyek (Pekerjaan)
Suatu pembelajaran mengenal konsep secara lebih mendalam terhadap gagasan dan minat yang muncul dalam kelompok.Proyek dapat dilaksanakan selama satu minggu atau dapat berlanjut sepanjang tahun pelajaran. Sepanjang proyek, guru membantu anak-anak untuk
membuat keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran, seperti tata cara meneliti topik dalam pembelajaran dalam kelompok anak.
Kerjasama/Kolaborasi
Membantu pemahaman konsep pada anak. Anak-anak diarahkan untuk
melaksanakan diskusi, dialog, kritik,
membandingkan, membuat hipotesis dan memecahkan masalah. Model
pembelajaran Reggio Emilia
memfokuskan pada keseimbangan antara pengembangan kemampuan individu dan keanggotaan kelompok.
Lingkungan
Dalam model pembelajaran Reggio Emilia, lingkungan dipertimbangkan sebagai guru yang ketiga. Para guru sangat berhati hati dalam menata
ruangan untuk pembelajaran anak baik dalam kelompok kecil maupun
kelompok besar, sekaligus ruangan untuk penataan hasil karya anak.
Dokumentasi
Serupa dengan portofolio, dokumentasi merupakan perekaman semua bukti proses pembelajaran yang memberikan gambaran ketika anak-anak sedang terlibat dalam
pembelajaran atau ketika sedang melakukan sesuatu, penggunaan kata-kata yang mereka ucapkan, perasaan dan pemikiran anak-anak.
Dokumentasi digunakan sebagai asesmen dan pertimbangan bagi guru untuk melakukan
sesuatu.
Guru Sebagai Peneliti
Peran guru sangat kompleks. Selain aktif sebagai pendidik, peran guru yang pertama dan utama adalah sebagai pembelajar
bersama anak-anak. Selain itu, guru juga peneliti dan sebagai peneliti guru harus
dengan seksama menyimak/mendengarkan, mengamati, dan mendokumentasikan
pekerjaan anak-anak dan pertumbuhan komunitas agar dapat merangsang proses berpikir dan kerja sama anak-anak dengan sebayanya.
Kompetensi pembelajaran dalam
model pembelajaran Reggio Emilia
Mengkomunikasikan kekuatan ide-ide dan hak-hak anak, potensi, dan sumber sumber yang seringkali terabaikan
Mempromosikan studi, penelitian, eksperimen dalam pembelajaran dengan konteks pembelajaran yang aktif, konstruktif dan kreatif.
Meningkatkan profesionalisme guru, mendukung suatu kesadaran yang tinggi terhadap nilai-nilai kerjasama dan kebermaknaan hubungan antara anak dan keluarganya.
Menjadikan topik utama dari nilai-nilai penelitian, observasi, interpretasi dan dokumentasi dari pengetahuan yang dibangun dari proses berpikir anak.
Mengorganisasikan kunjungan terbimbing ke dalam program pendidikan, pameran
budaya, seminar, dan kursus-kursus dalam isu pendidikan dan budaya anak usia dini.
Kesimpulan
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar agar dapat mencapai tujuan belajar. Juga dapat diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran ini sendiri memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi ataupun metode pembelajaran. Saat ini telah ada banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, mulai dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks serta rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.
Saran
Penyusun menyadari presentasi ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kiranya pembaca dapat memberikan masukan supaya penyusun dapat menyempurnakan kembali hasil kerja kelompok kami ini.
PENUTUP
SEKIAN
TERIMA KASIH
Apakah ada pertanyaan?