PENDAHULUAN
Latar Belakang
Begitu pula barang dan jasa dari negara-negara anggota ASEAN lebih leluasa masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, di era MEA ini, modal sosial sangat dibutuhkan oleh para pengusaha UKM untuk menghadapi serbuan barang dan jasa dari negara-negara anggota ASEAN.
Rumusan Masalah
Metodologi
Narasumber dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Bappeda, Badan Pemberdayaan Masyarakat, para perajin industri kecil yang tergabung dalam sentra industri kecil batik dan garmen di Kabupaten Bojonegoro dan Tulungagung. Data primer diperoleh dari pengambilan sampel industri kecil batik dan garmen di Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tulungagung.
TINJAUAN PUSTAKA
Industri Kecil
Usaha dengan jumlah tenaga kerja kurang dari empat orang dan aset kurang dari 300 juta rupiah atau setara, dikategorikan sebagai usaha industri/mikro (usaha ekonomi mikro). Tambunan (2009) mengamati bahwa lambatnya pertumbuhan industri kecil di negara-negara berkembang disebabkan oleh ketidakmampuan pertanian dalam menyerap tenaga kerja pedesaan.
Modal Sosial
Pada tingkat mikro, modal sosial berbentuk jaringan horizontal individu dan keluarga serta nilai-nilai yang mendasari jaringan tersebut. Penelitian lain mengenai modal sosial yang patut dipertimbangkan adalah penelitian yang dilakukan oleh Seibert, Kraimer, et.
Masyarakat Ekonomi Asia (MEA)
Ketujuh sektor barang industri tersebut terdiri dari produk pertanian, elektronik, perikanan, produk berbahan dasar karet, tekstil, otomotif, dan produk berbahan dasar kayu. Pemerintah lebih memilih memperbaiki hal-hal yang mereka anggap buruk dan terus melakukan deregulasi dengan mengeluarkan paket kebijakan untuk meningkatkan daya saing.
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
Gambaran Umum Daerah Penelitian
- Kabupaten Bojonegoro: Mendulang dari
- Kabupaten Tulungagung: Dari lereng
Namun dari sektor formal (usaha) yang paling banyak terdapat pada industri pengolahan yaitu 110 perusahaan dengan jumlah pekerja 14.959 orang. Karena batik merupakan salah satu warisan budaya dunia, seperti daerah lainnya, industri kecil batik juga berkembang pesat. 4 Tenun Muminatin Desa Simorejo Kecamatan Kanor 5 Tenun Solichah Desa Sarangan Kecamatan Kanor 6 Batik Perangko Wening Desa Sobontoro Kecamatan Balen 7 Batik Perangko Sumiatun Desa Pejambon Kecamatan Balen 8 Perangko Batik Bambang Desa Tejo Kecamatan , Perangko Batik Arum Sari 9, Desa Mojodeso, Kecamatan Kapas, Desa Batik 10 Juwita Kesongo, Kecamatan.
Batik Desa Jono Kecamatan Temayang 25 Batik Mak Nie Desa Jono Kecamatan Temayang 26 Batik Parti Desa Jono Kecamatan Temayang 27 Batik Partini Desa Jono Kecamatan Temayang 28 Batik Ida Kasdan Jl. 29 Desa Batik Sriatun Jono Kecamatan Temayang 30 Desa Batik Sukartik Jono Kecamatan Temayang 31 Batik Rudi Jl. Perlu diketahui juga bahwa sejak tahun 2009 hingga tahun 2015, sektor industri kecil rumah tangga cenderung mengalami peningkatan jumlah usaha dan tenaga kerja yang terserap, dari 7.374 unit dengan jumlah orang 30.775 orang menjadi 8.492 unit dengan jumlah orang 40.369 orang.
Jika kita klasifikasikan berdasarkan potensi kerja menurut gender, maka terdapat 2 (dua) kelompok besar yang menawarkan peluang kerja. Sementara itu, sektor yang berbasis tenaga kerja “perempuan” adalah sektor tekstil (tidak termasuk barang-barang kulit dan alas kaki) dan sektor makanan, minuman (dan tembakau). Dari data pada tabel 3.7, terdapat 1.031 unit usaha konveksi atau sejenisnya yang didirikan di wilayah tersebut atau sekitar 62,41%.
Karakteristik Responden
- Jenis Kelamin, Usia dan Status Kawin
- Tingkat Pendidikan
- Jenis Pekerjaan
- Pendapatan Keluarga
Sedangkan usia responden sisanya tersebar pada beberapa kategori umur, termuda berusia 21 tahun dan tertua berusia di atas 71 tahun, tepatnya 81 tahun. Ini merupakan strategi untuk memenuhi kebutuhan pokok, khususnya di era pemerintahan Orde Baru. Dalam kondisi seperti ini, perempuan tidak bisa membantu suami memenuhi kebutuhan dasarnya.
Singkat kata, dalam perjalanan hidup mereka mengembangkan usahanya tidak dalam kondisi mulus melainkan naik turun. Sedangkan menurut pengakuan mereka dalam FGD, faktor eksternal berasal dari situasi krisis moneter dan serangan produk dari Tiongkok. Jika memperhatikan Tabel 3.8, usaha ini sebenarnya dapat memenuhi kebutuhan keluarga jauh lebih memadai.
Tulungagung, sebuah keluarga hanya membutuhkan sekitar 3 hingga 4 juta rupiah untuk memenuhi kebutuhan hidup 4 (empat) orang.
Profil Usaha
- Jenis Usaha dan Lama Usaha
- Asal Modal dan Tenaga Kerja
- Pemasaran dan Omzet Penjualan
- Bantuan Permodalan hingga Pemasaran
Jika tidak dibatasi oleh waktu, penelitian ini akan lebih menarik untuk mengkaji secara langsung bagaimana modal sosial berperan dalam kelangsungan industri kecil. Intensitas hubungan sosial tersebut merupakan modal sosial yang mengikat atau mengikat antar anggota suatu komunitas. Oleh karena itu, sejumlah pakar ilmu sosial memasukkan rasa aman sebagai bagian dari modal sosial.
Dari analisa lebih lanjut, penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah modal sosial belum sepenuhnya mendukung bisnis. Dengan memperhatikan penjelasan tersebut maka solidaritas sosial diposisikan sebagai modal sosial yang bersifat mengikat. Hambatan pengembangan modal sosial pengusaha industri kecil antara lain adalah kurangnya modal sosial brid.
Model Pengembangan Modal Sosial Industri Kecil dalam Menghadapi Persaingan di Era MEA; Indeks Minat Baca Kota Probolinggo; Pengembangan model kemitraan UMKM dengan industri skala menengah dan besar di Jawa Timur.
MODAL SOSIAL PENGUSAHA INDUSTRI
Modal Sosial Industri Kecil
- Organisasi Kemasyarakatan Lokal
- Intensitas Hubungan Sosial
- Ikatan Sosial dan Reprositas
- Rasa Aman
- Partisipasi Politik
Contoh modal sosial adalah rasa percaya dan solidaritas sosial, bahkan norma atau nilai sosial. Peran ini dapat berkisar dari “menggunakan” modal sosial untuk mencari modal ekonomi hingga memasarkan produk. Meskipun secara internal modal sosial pengusaha industri kecil cukup baik, terbukti dengan kuatnya ikatan sosial (keterhubungan) antar perajin, namun masih menghadapi kendala.
Oleh karena itu, komponen modal sosial dapat dilihat pada tiga tingkatan, yaitu tingkat nilai, institusi, dan mekanisme. Modal sosial merupakan variabel gabungan (composite variabel) yaitu partisipasi politik, timbal balik dan solidaritas sosial. Langkah keempat adalah mentransformasikan modal sosial menjadi solidaritas sosial yang tidak hanya menjadi penghubung antar mereka, namun menjadi jembatan dan penghubung dalam konteks bisnis mereka.
Meskipun secara internal modal sosial yang dimiliki oleh pengusaha industri kecil cukup baik, terbukti dengan kuatnya ikatan sosial (koneksi) antar pengrajin, namun masih menghadapi kendala. Perkembangan modal sosial bagi industri kecil tidak lepas dari bentuk modal lainnya yaitu modal budaya dan modal ekonomi yang saling berkaitan. Kedua, modal sosial (bridging) harus dikembangkan melalui peningkatan hubungan dan akses antara pengusaha industri kecil dengan pemerintah dan perusahaan asing, nasional, dan dalam negeri.
HAMBATAN YANG DIHADAPI DALAM
MODEL KEBIJAKAN PEMERINTAH
Membangun Peta Jalan (Road Map)
Analisis data lain menunjukkan bahwa jumlah organisasi di bidang pekerjaan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap omzet yang diterima. Melalui analisis anova dan perbandingan mean, penelitian ini menunjukkan bahwa mereka yang memiliki keanggotaan di lebih dari satu organisasi di bidang pekerjaannya rata-rata memiliki turnover yang lebih banyak. Dengan analisis statistik tersebut, ada sejumlah tindakan yang dapat dilakukan untuk memperkuat modal sosial sekaligus menekankan peran pemerintah di dalamnya.
Langkah pertama, karena batik dan pakaian merupakan produk kreatif, maka pelatihan kreativitas menjadi kunci dalam industri ini. Pengusaha harus mempunyai kemampuan kreatif, sebaliknya pemerintah daerah harus mengembangkan jaringan yang dapat mendukung kreasi batik dan sandang seperti yang dilakukan Dekranasda dan pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Pengembangan jaringan dengan perbankan dan dukungan terhadap perusahaan non Batik dan non apparel dalam rangka CSR (Cooperative Social Responsibility) merupakan bentuk dukungan lainnya.
Langkah kelima, jika memandang timbal balik sebagai modal sosial yang menguntungkan atau meningkatkan omzet, maka pengusaha dapat memanfaatkannya dalam berbagai aspek produksi dan pemasaran.
PENUTUP
Kesimpulan
Perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut terhadap usaha yang sudah ada melalui peningkatan akses permodalan, perluasan jaringan pemasaran, perbaikan manajemen usaha dan peningkatan keterampilan teknis. Pertama, pemerintah daerah melalui OPD dan Lembaga Sosial Masyarakat serta industri kreatif nonlokal dapat bersinergi dalam menyelenggarakan pelatihan, lomba desain, dan peragaan busana untuk mengembangkan motif klasik dan desain tradisional berbasis kearifan lokal. Sedangkan pada organisasi pengusaha industri kecil (mengikat) harus meningkatkan intensitas hubungan sosial, solidaritas, reprodusibilitas dan kepercayaan dengan organisasi perusahaan itu sendiri, maupun dengan organisasi lokal dan kekerabatan.
Hal ini diperlukan karena adanya rasa aman, terhindar dari konflik dan persaingan sehingga meningkatkan produktivitas usaha. Peningkatan modal yang ada dapat dilakukan melalui bantuan permodalan dari pemerintah atau bantuan CSR. Jika modal ini dibarengi dengan pelatihan di bidang manajemen, serta keikutsertaan dalam pameran dagang dan promosi, maka akan terjadi peningkatan modal ekonomi.
Rekomendasi
Untuk mengetahui perkembangan usaha industri kecil, Dinas Perindustrian dan Perdagangan di Kabupaten Tulungagung dan Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja di Kabupaten Bojonegoro dapat melakukan pendataan/pengkinian terhadap seluruh industri kecil yang ada baik kecil formal maupun informal, serta kecil. yang. pusat-pusat industri. Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, 2002, Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Buku 1 Kebijakan Umum dan Strategi Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Halaman 45. Lahir di Tuban, 27 September 1961, beliau adalah peneliti Manajemen Sumber Daya Manusia pada Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur.
Penelitian yang dilakukan selama lima tahun terakhir meliputi: kualitas kompetensi pegawai guru perguruan tinggi negeri dan SMK negeri di kota Kediri; Studi kelayakan pemekaran wilayah kabupaten kota Kediri; Kompetensi Sumber Daya Manusia Berkualitas Guru Sekolah Menengah di Kota Kediri; Kompetensi Kualitas Sumber Daya Manusia Guru SMP Negeri dan SMK Negeri Kota Mojokerto; Kompetensi Kualitas Sumber Daya Manusia Guru Sekolah Menengah di Kota Probolinggo; Rencana Pengembangan Industri Kecil di Kota Probolinggo; Partisipasi lembaga swadaya masyarakat dalam pembangunan di kota Probolinggo; Partisipasi masyarakat dalam konservasi hutan mangrove di kota Probolinggo; Etos kerja masyarakat Pendalungan di Probolinggo; Efisiensi beban kerja institusi pasca penerapan PP 41 Tahun 2007 di Jawa Timur; Pengaruh kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha kecil dan menengah (studi kasus di Kota Probolinggo); Model pemberdayaan masyarakat berbasis Ling. Kajian efektivitas peran dan fungsi SKPD terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Malang; Kajian kebijakan pemerintah di bidang pertanian sebagai unsur pilihan dalam menunjang ketahanan pangan di Jawa Timur; Kajian kebijakan impor kedelai dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat di Jawa Timur;
Penguatan balai penelitian dan pengembangan daerah di Kabupaten Lamongan; Permasalahan pengangguran di Kota Malang dan upaya penyelesaiannya; Analisis perkembangan kemampuan keuangan daerah untuk mendukung otonomi daerah; kajian implementasi kebijakan transisi Askes ke BPJS terhadap kinerja institusi pelayanan kesehatan di Jawa Timur; Penerapan ISOO-9000 pada Perusahaan Industri di Jawa Timur; Pedoman Penanggulangan Bencana Bagi Masyarakat Jawa Timur yang Tinggal di Daerah Rawan Banjir; Pengaruh jaringan sosial, pendidikan dan efikasi diri terhadap kewirausahaan dan kesejahteraan subjektif: studi kasus pada industri bordir skala kecil di Probolinggo;.