Nama : Rizal Endrya Armanda NIM : 21302244005
Kelas : Pendidikan Fisika C / 2021
Model Nichols adalah salah satu model pengembangan kurikulum yang digunakan untuk merencanakan, mengembangkan, dan mengevaluasi program pendidikan. Model ini menekankan pada pemahaman siswa dan penggunaan teknologi sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan mata pelajaran fisika berbasis teknologi, pengembangan model Nichols dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Situation Analysis:
identifikasi kebutuhan fisika terkini dan mendatang, terutama yang berkaitan dengan perkembangan teknologi. Tinjau tren riset fisika dan aplikasi teknologi terkini. Tingkat pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan siswa dalam fisika juga perlu diperhatikan . Perhatikan tingkat kesiapan mereka dalam menggunakan teknologi dan pengalaman teknologi yang mereka miliki.
Konsultasi dengan perusahaan dan ilmuwan fisika di industri teknologi tinggi untuk memahami kebutuhan praktis dan teknologi dalam konteks pekerjaan fisika masa depan.
2. Selection of Objectives:
Tentukan tujuan pembelajaran yang menggambarkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang ingin dicapai oleh siswa dalam fisika, dengan penekanan pada penggunaan teknologi. Sisipkan tujuan khusus yang berkaitan dengan pengembangan keterampilan teknologi seperti pemahaman perangkat keras dan perangkat lunak, pengolahan data digital, dan penerapan teknologi dalam eksperimen fisika.
3. Selection & Organization of Content:
Pilih konten fisika yang mencakup konsep-konsep dasar hingga tingkat lanjut, termasuk aplikasi teknologi dalam ilmu fisika seperti dalam bidang robotika, kecerdasan buatan, atau fisika nuklir. Susun materi pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi, misalnya dengan memasukkan pelajaran tentang sensor, simulasi fisika komputer, dan eksperimen berbasis sensor.
Studi kasus atau proyek-proyek yang melibatkan teknologi terkini dalam fisika, seperti eksperimen menggunakan peralatan teknologi tinggi di laboratorium.
4. Selection & Organization of Methods:
Metode pengajaran kolaboratif yang melibatkan penggunaan perangkat lunak kolaboratif, diskusi daring, dan proyek bersama yang memanfaatkan teknologi.Menerapkan pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan penggunaan teknologi dalam merancang dan melaksanakan eksperimen fisika yang kompleks. Memanfaatkan teknologi untuk demonstrasi visual dan simulasi yang membantu siswa memahami konsep fisika yang sulit.
5. Evaluation:
Penilaian Formatif: Gunakan penilaian formatif yang melibatkan umpan balik terus-menerus dari guru dan rekan sekelas, serta evaluasi hasil tugas dan proyek yang melibatkan teknologi.
Penilaian Sumatif: Gunakan penilaian sumatif berbasis kriteria yang mencakup ujian tulis, proyek penelitian, dan presentasi yang menilai pemahaman siswa tentang fisika dan kemampuan mereka dalam mengaplikasikannya dengan teknologi.
Evaluasi Keterampilan Teknologi: Tentukan evaluasi khusus untuk mengukur kemampuan siswa dalam menggunakan dan memahami teknologi fisika, termasuk penanganan perangkat keras, analisis data digital, dan pemrograman.
A. Desain Kurikulum 1. Tujuan
a. Meningkatkan Keterampilan Abad ke – 21
b. Meningkatkan pengajaran keterampilan teknologi c. Meningkatkan keterampilan kewirausahaan d. Mendorong sikap belajar siswa sepanjang hayat
e. Membentuk karakter siswa yang mandiri, kritis, dan memiliki kepekaan sosial yang baik
f. Memfokuskan pada kesejahteraan emosional siswa g. Memperkuat hubungan dengan kolaborasi industri 2. Analisis Situasi
a. Pengumpulan Informasi
Dunia kerja berubah cepat karena pengaruh teknologi informasi, kebutuhan tenaga kerja beserta kharakteristik yang dikehendaki tidak mudah diprediksi membuat Indonesia harus memiliki suatu system pendidikan yang mengakomodasikan kebutuhan dunia kerja. Akibat pengaruh teknologi yang berkembang, kebutuhan dunia kerja juga berkembang. Untuk itu sebaik system pendidikan sudah mulai dikaitkan dan orientasikan terhadap teknologi.
Pemahaman teknologi dapat dengan studi banding dengan dinas kependidikan atau bagian pemerintah terhadap negara negara yang sudah mengintegrasikan system pendidikan dengan teknologi. Selain itu perlu adanya survey lapangan terhadap implementasi system pendidikan tersebut.
Singapura adalah salah satu negara yang dikenal aktif dalam menerapkan teknologi dalam sistem pendidikan mereka. Contoh inisiatif teknologi pendidikan yang diadopsi oleh Singapura:
1. Program Pendidikan Teknologi:
Singapura memiliki program pendidikan khusus yang disebut "Applied Learning Program" (ALP), di mana siswa terlibat dalam proyek-proyek nyata yang menggunakan teknologi. Ini melibatkan kolaborasi dengan
perusahaan teknologi dan industri lokal untuk memberikan pengalaman belajar yang mendalam.
2. Pendidikan Digital di Sekolah:
Sekolah-sekolah di Singapura telah mengadopsi penggunaan perangkat digital, seperti tablet dan laptop, dalam proses pembelajaran sehari-hari.
Siswa dan guru menggunakan teknologi ini untuk mendukung pembelajaran, termasuk menggunakan aplikasi pembelajaran dan platform daring.
3. Pendidikan Kode dan Ilmu Komputer:
Singapura telah memasukkan pelajaran pemrograman dan ilmu komputer ke dalam kurikulum sekolah mereka. Mereka menggunakan berbagai sumber daya daring dan alat pembelajaran untuk mengajarkan keterampilan pemrograman kepada siswa, mempersiapkan mereka untuk dunia kerja yang semakin didorong oleh teknologi.
4. Sistem Pengelolaan Pendidikan Berbasis Data:
Singapura memiliki sistem pengelolaan pendidikan yang berbasis data untuk memantau kemajuan siswa dan membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individual siswa.
Beberapa program tersebut mungkin dapat diterapkan di Indonesia.
b. Identifikasi Kesenjangan
Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa inisiatif teknologi pendidikan yang sukses di Singapura tidak dapat dengan mudah diterapkan di Indonesia. Beberapa kesenjangan tersebut melibatkan perbedaan dalam infrastruktur pendidikan, kebijakan, budaya, dan faktor sosioekonomi.
Input : Singapura memiliki sistem pendidikan dasar yang kuat, dengan guru- guru yang berkualitas tinggi dan siswa yang memiliki dasar pendidikan yang baik. Di Indonesia, kualitas pendidikan dasar bervariasi, terutama di daerah pedesaan, yang mempengaruhi pemahaman teknologi siswa. Singapura memiliki anggaran pendidikan yang besar per siswa, memungkinkan investasi dalam teknologi pendidikan yang canggih.
Indonesia memiliki sumber daya finansial yang terbatas, terutama di sekolah-sekolah di daerah terpencil, yang membatasi akses terhadap teknologi pendidikan.
Proses: Kurikulum di Singapura dirancang untuk mendukung integrasi teknologi dalam pengajaran. Di Indonesia, kurikulum dan metode pengajaran mungkin tidak selalu mendukung penggunaan teknologi secara terpadu. Guru-guru di Singapura menerima pelatihan yang intensif dalam penggunaan teknologi dalam pengajaran. Di Indonesia, pelatihan guru dalam konteks teknologi pendidikan mungkin tidak konsisten dan merata di seluruh negara.
Output: Singapura memiliki infrastruktur teknologi yang sangat baik dan akses ke perangkat keras yang mutakhir. Di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, ketersediaan perangkat keras dan akses internet yang terbatas adalah masalah utama. Singapura memiliki konten digital yang berkualitas tinggi, sesuai dengan kurikulum mereka. Di Indonesia, kurangnya konten digital berkualitas tinggi dalam bahasa Indonesia dapat mempengaruhi pengalaman belajar siswa.
Outcomes : Di Singapura, penggunaan teknologi pendidikan telah terbukti meningkatkan keterampilan siswa dalam literasi digital dan pemecahan masalah. Di Indonesia, hasil serupa mungkin tidak dapat dicapai secara merata karena disparitas dalam akses dan pelatihan.
Penggunaan teknologi pendidikan di Singapura telah meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Di Indonesia, kesenjangan akses dan kurangnya pelatihan guru dapat menghambat pencapaian hasil serupa.
c. Performance Analysis
Dari analisis kesenjangan dapat ditinjau lebih lagi mengenai analisis performa.
Performa Guru : Guru-guru di Singapura umumnya memiliki kualifikasi tinggi dan mendapatkan pelatihan yang terus-menerus. Guru-guru di Singapura terus menerus mendapatkan pelatihan profesional untuk meningkatkan keterampilan pengajaran mereka. Kinerja guru di Singapura dinilai secara ketat melalui berbagai mekanisme evaluasi.
Guru – guru di Indonesia mendapatkan pelatihan tidak konsisten dan kualifikasi guru masih beragam dikarenakan kekurangan sumber daya guru. Guru di Indonesia sering menghadapi beban kerja yang tinggi, termasuk jumlah siswa yang besar di kelas, kurangnya fasilitas dan sumber daya, serta tuntutan administratif yang berat.
Sarana dan Prasarana : Sarana dan Prasana di Singapura sangatlah modern dan menunjang kinerja pembelajaran. Sedangkan sarana dan prasarana di Indonesia masih bervariasi dan kurang sehingga menghambat kinerja pembelajaran.
Kebijakan sekolah : kebijakan sekolah di Singapura menyalurkan kurikulum kepada siswa dengan terstruktur. Sedangkan kebijakan sekolah di Indonesia setiap sekolah berbeda dengan sekolah akibatnya adanya perbedaan pemahaman materi yang signifikan dan kualitas pembelajaran.
Iklim sosial : Iklim sosial di singapura hamper sama dengan di Indonesia yang mempunyai ras multicultural dengan berbagai etnis,
dukungan masyarakat Singapura terhadap pendidikan sangatlah tinggi.
Untuk dukungan masyarakat Indonesia masih kurang terhadap pendidikan yang berpandang untuk bekerja.
Psikologis : Kesadaran terhadap pentingnya pendidikan di Singapura tinggi. Tuntutan akan pendidikan tinggi di Singapura lebih besar daripada di Indonesia.
d. Mengidentifikasi hambatan dan sumber
Tantangan dalam Hal Waktu: keterbatasan waktu dalam kurikulum sekolah yang membuat sulit untuk mencakup semua keterampilan baru yang mungkin dibutuhkan oleh siswa. Guru perlu waktu untuk pelatihan dan pengembangan profesional, namun tuntutan mengajar sehari-hari bisa membuat sulit untuk menemukan waktu untuk pelatihan ini.
Tantangan dalam Hal Fasilitas dan Bahan: Beberapa sekolah mungkin tidak memiliki infrastruktur teknologi yang memadai atau akses internet yang stabil, membatasi kemampuan siswa untuk menggunakan teknologi. Kurikulum dan materi ajar mungkin tidak cukup responsif terhadap perkembangan terkini dalam industri tertentu.
Tantangan dalam Personel dan Organisasi: Sulit untuk menemukan guru dengan keahlian dalam teknologi yang cepat berkembang, seperti kecerdasan buatan atau pengembangan aplikasi. Struktur organisasi sekolah dan distrik mungkin tidak fleksibel cukup untuk mengakomodasi perubahan cepat dalam kurikulum.
e. Identifikasi karakteristik siswa Kebutuhan siswa :
Siswa perlu memahami penggunaan teknologi, termasuk pemrograman, analisis data, dan keterampilan yang terkait dengan teknologi informasi.
Fokus pada keterampilan interpersonal seperti komunikasi, kerja tim, kepemimpinan, dan pemecahan masalah yang menjadi penting di dunia kerja yang terus berubah.
Mengembangkan kemampuan belajar sepanjang hayat, termasuk literasi informasi dan keterampilan penelitian.
Siswa harus dilatih untuk mengadaptasi diri dengan cepat terhadap perubahan teknologi dan tuntutan pekerjaan baru.
Mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan mengembangkan ide-ide inovatif untuk memecahkan masalah di dunia kerja yang kompleks.
Kebutuhan stakeholder :
Melibatkan orang tua dalam proses pendidikan dan membantu mereka memahami kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh siswa dalam dunia kerja yang terus berubah.
Guru perlu pelatihan terus-menerus untuk memahami teknologi terbaru dan mengajarkan siswa dengan metode yang relevan dengan perkembangan tersebut.
Memperkuat kemitraan dengan industri untuk memahami tren dan mengintegrasikan kebutuhan dunia kerja dalam kurikulum, termasuk magang, kunjungan industri, dan pelatihan praktis f. Identifikasi prioritas dan tujuan
Meningkatkan Keterampilan Abad ke – 21
Meningkatkan pengajaran keterampilan teknologi
Meningkatkan keterampilan kewirausahaan
Mendorong sikap belajar siswa sepanjang hayat
Membentuk karakter siswa yang mandiri, kritis, dan memiliki kepekaan sosial yang baik
Memfokuskan pada kesejahteraan emosional siswa
Memperkuat hubungan dengan kolaborasi industri g. Perumusan masalah
Masalah yang menjadi kendala indonesia dalam menerapkan kurikulum yang berkaitan dengan teknologi berupa keterbatasan sumber daya, tidak merata akses pendidikan indonesia , penyaluran kurikulum yang tidak selaras, dan kebutuhan kualifikasi guru yang masih kurang.
3. Tujuan a. Aims
Meningkatkan Pemahaman dan Keterampilan Siswa dalam Fisika melalui Integrasi Teknologi.
b. Goals
Mengintegrasikan Teknologi dalam Pembelajaran
Memfasilitasi Eksperimen Virtual
Peningkatan Partisipasi Melalui Aplikasi Ponsel Pintar c. Objectives
Memperkenalkan siswa dengan perangkat lunak simulasi fisika dan mengajarkan mereka cara menggunakannya untuk memahami konsep-konsep fisika abstrak secara visual.
Melibatkan siswa dalam pengembangan eksperimen fisika virtual dengan menggunakan alat dan materi yang dapat disimulasikan di lingkungan virtual.
Mempersiapkan siswa untuk menggunakan aplikasi ponsel pintar yang dirancang khusus untuk meningkatkan pemahaman
konsep fisika melalui kuis interaktif, eksperimen daring, dan tantangan fisika berbasis
game.
4. Aktivitas Belajar
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan: SMA Negeri 4 Magelang
Mata Pelajaran : Fisika Kelas/semester : XI/2 (dua)
Materi Pokok : Pembiasan Cahaya pada Lensa Cembung Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 3.3 Memahami konsep
pembiasan cahaya pada lensa
4.3 Melakukan percobaan tentang pembiasan, berikut presentasi hasil dari makna fisisnya
3.3.1 Menjelaskan proses pembiasan cahaya oleh lensa cembung
3.3.2 Mengidentifikasi sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung
3.3.3 Mengaplikasikan hubungan titik fokus, jarak benda,
dan jarak bayangan untuk menyelesaikan permasalahan.
3.3.4 Menentukan perbesaran bayangan pada sebuah cermin cekung
4.3.1 Memaparkan kesimpulan yang diperoleh tentang konsep pemantulan cahaya pada cermin cekung
4.3.2 Mengoperasikan penggunaan kamera melalui prinsip pembiasaan lensa
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu menjelaskan proses pembiasan cahaya oleh lensa cembung secara tepat.
2. Peserta didik mampu mengidentifikasi sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung secara tepat.
3. Peserta didik mampu memformulasikan hubungan hubungan titik fokus, jarak benda, dan jarak bayangan secara tepat.
4. Peserta didik dapat menentukan perbesaran bayangan pada sebuah lensa cembung secara tepat.
5. Peserta didik mampu mengetahui pemanfaatan lensa cembung dengan tepat.
A. MATERI PEMBELAJARAN 1. Materi Pembelajaran Reguler
a. Gambaran dan Sifat Lensa Cembung.
b. Pembentukan Bayangan pada Lensa Cembung.
c. Hubungan Titik Fokus, Jarak Benda, Jarak Bayangan dan Perbesaran Bayangan pada Lensa Cembung.
d. Pemanfaatan Lensa Cembung di Kehidupan Sehari – hari berkaitan dengan perkembangan teknologi.
B. PENDEKATAN, MODEL, DAN METODE PEMBELAJARAN Pertemua
n
Pendekatan Model Metode
1
Saintifik Langsung dan
Interaktif
Ceramah, Tanya jawab, diskusi, demonstrasi
C. MEDIA DAN BAHAN Pertemua
n
Media Pembelajaran Alat dan Bahan Pembelajaran
1 PPT, Video YouTube,
Video TikTok, Whatsapp Group
- Laptop
- Buku
- LCD
- Speaker - Papan tulis - Lensa Crmbung - Meja optik dan
perangkatnya - Kamera
D. SUMBER BELAJAR 1. Sumber untuk Guru
a. Buku Panduan Guru Fisika untuk SMA/MA Kelas XI
https://buku.kemdikbud.go.id/katalog/buku-panduan-guru-fisika-untuk- smama-kelas-xi
2. Sumber untuk Peserta Didik
a.Fisika untuk Sains dan Teknik, jilid 3, bab Interferens Gelombang Cahaya halaman 116, dan bab Pola Difraksi dan Polarisasi halaman 158, oleh Serway dan Jewett.
b.Fisika Mengungkap Fenomena Alam, bab Gelombang Bunyi halaman 25 dan bab Gelombang Cahaya halaman 57, oleh Hartanto.
c.PPT
d.Video YouTube
Pembiasan Cahaya Lensa Cembung
https://youtu.be/ErraQlPbyh4?si=XqPJYvZKJJOwRjJy
Percobaan Pembiasan Lensa Cembung
https://youtu.be/ymDFhlHY2F0?si=4HyXZtf7CZfPVUBo 3. Video TikTok
https://vt.tiktok.com/ZSLwjJTo9/
E. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pertemuan ke-1 (2x45 menit)
MATERI : Pembiasan Cahaya Lensa Cembung Praktikum Pembiasan Cahaya
Tahap Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu (menit) Guru
Peserta Didik
Pendahuluan
Guru menyapa peserta didik dengan melakukan salam pembuka, dan meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai.
Guru melakukan presensi secara langsung di dalam kelas.
Guru melakukan apersepsi sesuai dengan percobaan yang akan dilakukan, misalnya dengan menunjukkan slide.
Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan materi pembelajaran.
10 menit
Inti
Eksplorasi Merumuskan Pertanyaan
Guru dan peserta didik melakukan tanya jawab tentang lensa cembung.
Mengamat
Menjelaskan materi ajar melalui media power point.
Peserta didik mengamati penjelasan materi dan mengamati video dari guru dengan PPT.
Membimbing peserta didik untuk melakukan diskusi dan tanya jawab secara langsung tentang materi.
Elaborasi
Mengumpulkan data dan mencoba
Mendemonstrasikan eksperimen pembentukan bayangan pada lensa cembung.
Pengajar mengarahkan peserta didik untuk bekerja dengan mengikuti penjelasan materi yang sebelumnya telah diberikan.
Membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
menjelaskan sistem pengerjaan pengumpulannya.
Membimbing dan memfasilitasi peserta didik ketika melakukan eksperimen.
70 menit
Mengarahkan perwakilan kelompok guna mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
Menanggapi hasil diskusi peserta didik dengan memberikan kelompok lain menanggapi hasil kelompok
yang maju presentasi.
Pengajar memberikan penguatan tentang hasil eksperimen yang didapat oleh peserta didik.
Pengajar bersama peserta didik bertanya jawab tentang
penerapan lensa cembung dalam kehidupan sehari- hari.
Penutup
Mereview materi yang sudah dipelajari dengan melakukan tanya jawab
Menyimpulkan hasil pembelajaran
Menutup pelajaran dengan doa dan salam.
10 menit
F. TEKNIK PENILAIAN 1. Pengetahuan
No. Teknik Bentuk Instrumen
Waktu
Pelaksanaan
Contoh Butir Instrumen
Keteranga n
1. Lisan Pertanyaan
lisan
Selama KBM Lembar penilaian
G. PEMBELAJARAN REMEDIAL
Remidial dilaksanakan apabila nilai peserta didik kurang dari KKM yang ditetapkan. bagi peserta didik yang belum mencapai KKM sesuai hasil analisis penilaian kemudian diadakan penilaian ulang.
H. PEMBELAJARAN PENGAYAAN
Pengayaan dilaksanakan apabila nilai peserta didik sudah mencapai KKM.
Berdasarkan hasil analisis nilai, peserta didik yang telah mencapai KKM akan diberi pengayaan untuk mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya.
Kepala Sekolah SMA N 4 MAGELANG Pengajar Mata Pelajaran
___________________ Rizal Endrya A
NIP. NIM.
5. Evaluasi
a. Evaluasi Produk
Evaluasi produk berkaitan dengan penilaian hasil akhir dari suatu program atau kegiatan pembelajaran. Produk dapat merujuk kepada buku teks, modul pembelajaran, perangkat lunak, atau bahkan proyek ilmiah yang dikembangkan sebagai bagian dari kurikulum. Beberapa poin evaluasi produk berupa :
Relevansi Materi Fisika: Seberapa baik produk tersebut mengintegrasikan konsep fisika dengan teknologi terkini.
Kesesuaian dengan Standar Kurikulum: Sejauh mana produk tersebut memenuhi standar kurikulum fisika yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan.
Daya Tarik dan Keterlibatan Siswa: Sejauh mana produk tersebut menarik minat siswa dan melibatkan mereka dalam pembelajaran fisika melalui teknologi.
Kemudahan Penggunaan: Seberapa mudah produk tersebut digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Peningkatan Keterampilan Siswa: Sejauh mana produk tersebut membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep fisika dan keterampilan mereka dalam menggunakan teknologi.b. Evaluasi Proses
Evaluasi proses melibatkan penilaian terhadap langkah-langkah yang diambil dalam pengembangan, implementasi, dan pengelolaan kurikulum fisika berbasis teknologi.
Perencanaan Pembelajaran: dalam aspek perencanaan pembelajaran ditinjau apakah sudah mengintegrasikan teknologi dengan konsep fisika dan mempertimbangkan kebutuhan siswa.
Pelaksanaan Pembelajaran: Bagaimana guru
mengimplementasikan kurikulum tersebut dalam pembelajaran sehari-hari, termasuk penggunaan teknologi di dalam kelas.
Keterlibatan Siswa: dalam aspek ini ditinjau seberapa jauh siswa terlibat aktif dalam pembelajaran fisika melalui teknologi, serta sejauh mana penggunaan teknologi tersebut secara efektif.
Dukungan dan Sumber Daya: Evaluasi guru mendapatkan dukungan yang cukup dan memiliki sumber daya yang memadai untuk mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran fisika.
Evaluasi dan Pengembangan Berkelanjutan: Proses evaluasi berkelanjutan untuk menilai efektivitas kurikulum dan teknologi yang digunakan. Pembaruan dan pengembangan konten kurikulum berbasis hasil evaluasi ini.
Beberapa bentuk alat pengukuran yang umum digunakan dalam evaluasi pengembangan kurikulum:
Tes dan Ujian:
Tes Tertulis: Melibatkan pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda, esai, atau soal uraian yang dirancang untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Ujian Praktik: Melibatkan penerapan pengetahuan dalam situasi praktis, sering digunakan untuk mengukur keterampilan siswa.
Proyek atau Penugasan: Mengharuskan siswa membuat proyek atau menyelesaikan tugas tertentu yang relevan dengan materi pelajaran untuk menilai pemahaman dan keterampilan mereka.
Survei dan Kuesioner:
Survei Kepuasan Siswa: Mengukur tingkat kepuasan siswa terhadap kurikulum, metode pengajaran, dan lingkungan belajar.
Survei Kepuasan Guru: Mengukur kepuasan dan persepsi guru terhadap kurikulum, bahan ajar, dan dukungan yang mereka terima.
Kuesioner Orang Tua: Menilai pandangan orang tua terhadap pengalaman belajar anak-anak mereka, termasuk pemahaman mereka tentang kurikulum dan kontribusi orang tua dalam pembelajaran.
Observasi Kelas:
Observasi Guru: Penilaian langsung terhadap keterampilan mengajar guru, termasuk kemampuan mereka dalam menerapkan kurikulum dalam pengajaran sehari-hari.
Observasi Siswa: Memantau partisipasi siswa, tingkat pemahaman, dan keterlibatan mereka selama proses pembelajaran.
Wawancara:
Wawancara dengan Siswa: Mendapatkan pandangan siswa tentang kurikulum, metode pengajaran, dan pengalaman belajar mereka.
Wawancara dengan Guru: Memahami pandangan guru tentang efektivitas kurikulum, hambatan yang mereka hadapi, dan saran untuk perbaikan.
Portofolio Siswa:
Portofolio Karya Siswa: Kumpulan pekerjaan siswa yang mencakup proyek-proyek, tugas, dan penilaian lainnya dari berbagai bagian kurikulum. Ini memberikan gambaran menyeluruh tentang kemajuan siswa sepanjang waktu.