Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kolaboratif adalah model pembelajaran yang melatih siswa untuk kerja kelompok, kerja bersama, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau melakukan tugas yang telah ditetapkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan manfaat bagi siswa kelas bawah dan atas yang bekerja sama untuk menyelesaikan tugas akademik. Efek penting lain dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang luas dari siswa yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan atau kecacatan.
Tujuan penting akhir dari pembelajaran kolaboratif adalah untuk mengajar siswa tentang keterampilan kolaboratif dan. Rasa tanggung jawab pribadi memotivasi siswa untuk membantu temannya, karena tujuan pembelajaran kooperatif adalah agar setiap anggota kelompok memiliki kepribadian yang kuat. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok merupakan tujuan terpenting yang ingin dicapai melalui pembelajaran kooperatif.
Pengertian model pembelajaran Number Head Together (NHT) merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) merupakan model pembelajaran yang dirancang khusus untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan bertujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik dan juga mengutamakan kegiatan penelitian, pengolahan dan pelaporan informasi siswa dari sumber belajar yang berbeda, yang nantinya akan disajikan kepada kamu di depan kelas (Ibrahim dalam Fada, B.T dkk, 2014:17). Model pembelajaran kooperatif Counted Head (NHT) merupakan model pembelajaran yang sederhana, namun juga cukup menarik untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dasar.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model yang melatih siswa untuk belajar bertanggung jawab terhadap tugasnya.
Minat Belajar a. Minat
Safari, (dalam Retnowati dan Afandi, 2016:23) mengemukakan “Pengertian konsep minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan aktivitas dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi keinginannya untuk belajar”. Priansa dan Karwati menyimpulkan “minat belajar adalah suatu keinginan akan kemauan yang disertai dengan perhatian dan kegiatan yang bertujuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa puas dalam mengubah tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap maupun keterampilan”. Sedangkan minat belajar menurut Uno (dalam Hadi) dapat diwujudkan melalui dimensi ekspresi dengan indikator yang meliputi perhatian, kedisiplinan kelas, partisipasi dan perasaan puas.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa minat belajar sangat penting untuk ditumbuhkan dalam diri siswa. Suhartini (dalam Karwati dan Priansa mengkategorikan minat mahasiswa ke dalam tiga dimensi utama. a) Personal Interest. Minat pribadi identik dengan minat intrinsik siswa yang mengarah pada minat khusus pada ilmu-ilmu sosial, olahraga, sains, musik, sastra, komputer, dan sebagainya.
Selain itu minat pribadi siswa juga dapat diartikan dengan minat siswa terhadap pilihan mata pelajaran. Minat situasional menyebabkan minat siswa menjadi tidak stabil dan relatif berfluktuasi tergantung faktor rangsangan di luar dirinya. Jika siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang mata pelajaran, dan dia memiliki kesempatan yang cukup untuk mengeksplorasinya dalam kegiatan terstruktur (kelas) atau pribadi (di luar kelas), dan memiliki penilaian yang tinggi terhadap mata pelajaran, maka dapat dikatakan bahwa psikolog siswa memiliki minat pada subjek. 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar.
Dengan menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan, maka secara otomatis akan tercipta rasa senang, yang pada akhirnya akan menimbulkan minat belajar siswa. Dengan demikian, disrupsi berbagai model, metode, dan media yang dapat digunakan siswa diharapkan dapat dioptimalkan untuk meningkatkan minat belajar siswa. Dalam proses pembelajaran, guru memiliki peran, pengaruh dan fungsi yang sangat besar terhadap perkembangan dan pertumbuhan minat belajar siswa.
Oleh karena itu, keterlibatan guru dapat mengembangkan berbagai model pengajaran yang tepat untuk merangsang minat. Oleh karena itu, orang tua dan anggota keluarga diharapkan mampu memberikan pengaruh positif dengan menanamkan sikap positif pada diri siswa, mengambil peran sebagai faktor utama dalam memberikan perhatian, dukungan dan bimbingan kepada siswa dalam proses pembelajaran di rumah, sehingga minat belajar dapat meningkat dan berkembang, serta berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Menurut Kompri, “Indikator minat adalah alat pemantau yang dapat menyediakan data minat belajar”.
Kompri juga mengungkapkan, “Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi, yang dapat dilihat dari proses pembelajaran di kelas maupun di rumah”. Seseorang yang tertarik untuk mempelajari suatu objek tertentu secara otomatis akan memperhatikan objek tersebut.
Permainan Tradisional “Ular Naga”
Namun, beberapa tahun belakangan ini, anak-anak jarang bermain permainan tradisional di beberapa daerah. Maraknya permainan modern seperti permainan dan gawai online mengurangi ketertarikan anak-anak untuk bermain permainan tradisional. Permainan pada jaman dahulu sebenarnya sangat baik untuk melatih anak-anak, mereka akan dirangsang kreativitas dan ketangkasannya melalui permainan tradisional.
Bahkan, banyak permainan tradisional yang tidak memerlukan peralatan sama sekali untuk memainkannya, seperti petak umpet atau jamur. Dalam permainan tradisional yang membutuhkan alat, anak tidak bermain dengan peralatan yang sudah jadi atau mainan yang bisa dibeli di toko. Karena dimainkan bersama, permainan tradisional menjadi media pembelajaran bagi anak untuk bersosialisasi, berinteraksi, bekerja sama, saling mendukung, saling percaya dan membantu, serta membangun rasa percaya diri.
Permainan tradisional umumnya dimainkan secara kolektif di luar rumah, di pekarangan, lapangan atau di pendopo di bawah bulan purnama. Ciri permainan anak tradisional seperti ini membuat anak memiliki kedekatan dengan alam dan semangat untuk menjaga lingkungan. Permainan tradisional yang sebagian besar menuntut tubuh untuk bergerak secara intens juga sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan fisik anak, begitu pula dengan manfaat kegiatan olahraga.
Sejumlah permainan tradisional anak bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak, seperti melatih konsentrasi dan kemampuan berhitung dalam permainan kongklak. Suara hiruk pikuk, canda tawa dan sorak kegirangan selalu terdengar saat anak-anak bermain permainan tradisional bersama. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional merupakan permainan lama yang sudah ada sejak zaman nenek moyang kita.
Permainan tradisional bukan sekedar permainan biasa, tetapi juga mengandung banyak manfaat dan nilai. Dengan demikian, selain sebagai hiburan bagi anak-anak, permainan tradisional juga dapat menjadi pelajaran melatih kerjasama, melatih keterampilan baik mental, fisik maupun psikis, melatih kejujuran dan masih banyak manfaat lain yang dikandung permainan tradisional. Anak-anak yang memainkan permainan ini biasanya adalah anak-anak kecil dan remaja, baik laki-laki maupun perempuan.
Permainan ular naga (Jhang Koranjhang) merupakan permainan tradisional yang dapat dimainkan oleh anak-anak usia TK hingga SD. Dahulu permainan ini sering dimainkan oleh anak-anak di Desa Ellak Laok Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.
Hubungan Antara Permainan Tradisional Ular Naga dan Minat Belajar Siswa
Misalnya, perjalanan sukses yang digunakan individu dalam suatu aktivitas tertentu dapat membangkitkan perasaan senang dan meningkatkan semangat atau minat yang kuat terhadap aktivitas tersebut. Maka peneliti melakukan eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) kemudian menggabungkannya dengan permainan tradisional Ular Naga untuk melihat seberapa besar pengaruhnya terhadap minat belajar siswa. Permainan tradisional Ular Naga merupakan salah satu permainan dengan kegiatan gerak diiringi lagu, agar nantinya siswa merasa senang, sehingga dapat mengurangi kebosanan pada saat kegiatan pembelajaran.
Dengan bermain Ular Naga peneliti berharap siswa dapat merasa senang dan gembira sehingga dapat menanamkan minat belajar yang tinggi pada siswa. Karena dalam penelitian ini peneliti tidak hanya mengajak siswa untuk bermain, tetapi juga memasukkan pembelajaran ke dalam permainan dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa yang tertangkap mengenai materi yang dipelajari. Jadi sebelum permainan dimulai peneliti/guru terlebih dahulu menginformasikan kepada siswa bahwa permainan akan dilakukan di tengah proses pembelajaran.
Peneliti/guru juga memberikan waktu kepada siswa untuk mempelajari materi, agar nantinya siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Hal ini dapat membangkitkan minat siswa untuk giat belajar sehingga nantinya dapat menjawab soal-soal yang akan diberikan. Hubungan antara permainan tradisional ular naga dengan minat belajar siswa, dengan penerapan permainan ular naga dapat menjadi pendorong untuk menumbuhkan atau meningkatkan minat belajar siswa.
Penelitian Yang Relevan
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada materi instrumen pengukuran di SMK Piri Sleman. Terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa dengan pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas X SMK Piri Sleman Yogyakarta. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, peneliti melakukan penelitian eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) untuk mengukur minat siswa melalui permainan tradisional “Ular Naga” di kelas IV SDN Lenteng Timur I Lenteng Sumenep.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif peningkatan kualitas pembelajaran khususnya pembelajaran di sekolah dasar untuk menarik minat siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih antusias dan aktif selama proses pembelajaran. Peneliti juga berharap dengan adanya penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi guru sekolah dasar untuk menerapkan berbagai model pembelajaran yang dapat menarik minat belajar siswa.
Kerangka Berpikir
Hipotesis