• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Asesmen ABK 08

N/A
N/A
Kaka Satria Pratama

Academic year: 2024

Membagikan "Modul Asesmen ABK 08"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN BELAJAR

MATA KULIAH ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

Disusun Oleh:

Dr. Tjutju Sundari, M.Pd.

Drs. Maman Abdurahman S. M.Pd.

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

BAHAN BELAJAR MANDIRI 1

ASESMEN SEBAGAI DASAR PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Pendahuluan

Salah satu karakteristik dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) yaitu berorientasi kepada kebutuhan anak. Layanan pendidikan lebih ditekankan kepada layanan individual. Layanan pendidikan seperti ini, sebetulnya merupakan bentuk penghargaan dari heterogenitas yang dialami anak berkebutuhan khusus.

Dalam upaya memahami kebutuhan ABK, seorang guru selalu membutuhkan data yang akurat berkenaan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi setiap anak didiknya. Untuk dapat menggali data dan informasi tentang kebutuhan dan masalah yang dihadapi ABK, guru dapat melakukannya melalui kegiatan yang disebut dengan asesmen.

Asesmen dapat dipandang sebagai upaya yang sistematis untuk mengetahui kemampuan, kesulitan, dan kebutuhan ABK pada bidang tertentu. Data hasil asesmen dapat dijadikan bahan dalam penyusunan program pembelajaran secara individual. Sehubungan dengan itu, asesmen harus menjadi kompetensi bagi seluruh guru khususnya dalam menangani ABK.

Berkenaan dengan asesmen merupakan kompetensi bagi guru pada di sekolah terutama yang menangani ABK, maka pada bahan belajar mandiri 1 ini akan dibahas tentang 1) konsep dasar dan ruang lingkup asesmen, 2) prosedur pengembangan instrumen asesmen, 3) prosedur pelaksanaan asesmen.

Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi bahan belajar mandiri ini meliputi:

1. Konsep Dasar Asesmen dan Ruang Lingkup Asesmen bagi Anak Berkebutuhan Khusus 2. Prosedur Pengembangan Instrumen Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus

3. Prosedur Pelaksanaan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus

Petunjuk Belajar

Agar Anda dapat memahami isi bahan belajar mandiri ini dengan baik, perhatikan1ah petunjuk mempelajari bahan belajar mandiri ini sebagai berikut:

1. Bacalah keseluruhan materi dalam bahan belajar mandiri ini secara cepat dan tepat, berusaha mengerti secara keseluruhan materi bahan belajar mandiri ini

2. Sesudah itu mulailah membaca setiap kegiatan belajar secara lebih teliti dengan berusaha memahami, mencari dan menemukan setiap konsep yang diuraikan

3. Bila ada bagian yang tidak atau kurang Anda mengerti maka berilah tanda dan catat dalam buku catatan Anda untuk dapat Anda tanyakan pada waktu ada tatap muka

(3)

4. Setelah Anda pelajari dengan hati-hati setiap bagian dari bahan belajar mandiri ini, cobalah lakukan evaluasi sendiri hasil belajar Anda dengan cara membuat pertanyaan sendiri dan berusaha menjawab sendiri

5. Buatlah kesimpulan dalam kata-kata Anda sendiri dari keseluruhan bahan yang Anda baca dalam bahan belajar mandiri ini

6. Akhirnya kerjakanlah latihan dan tes formatif yang tersedia

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

Konsep Dasar dan Ruang Lingkup Asesmen bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Melalui kegiatan pembelajaran 1 ini mahasiswa diperkenalkan dengan konsep dasar dan ruang lingkup asesmen bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Pembahasan difokuskan pada pentingnya asesmen dalam pendidikan bagi ABK, fungsi dan tujuan pelaksanaan asesmen.

A. TUJUAN

Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar dan ruang lingkup asesmen anak berkebutuhan khusus.

Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan pengertian asesmen ABK

2. Menjelaskan tujuan pelaksanaan asesmen dalam pendidikan ABK.

3. Menjelaskan ruang lingkup asesmen ABK.

B. POKOK BAHASAN

1 Pengertian asesmen ABK

2 Tujuan pelaksanaan asesmen dalam pendidikan ABK 3 Ruang lingkup asesmen ABK

C. INTISARI BACAAN

1. Pengertian Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus

Asesmen berasal dari bahasa Inggris to assess (kk: menaksir); Assessment (kb:

taksiran). Istilah menaksir mengandung makna deskriptif atau menggambarkan sesuatu, sehingga sifat atau cara kerja asesmen sangat komprehensif. Artinya utuh dan menyeluruh.

Banyak para ahli pendidikan yang mengemukakan tentang definisi asesmen diantaranya:

Wallace & Longlin (1979) mengemukakan bahwa asesmen merupakan suatu proses sistematis dengan menggunakan instrumen yang sesuai untuk mengetahui perilaku belajar, penempatan, dan pembelajaran. Rosenberg (1982) mengemukakan bahwa asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran anak.

(4)

Asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan anak, yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk menentukan layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.

Ahli pendidikan lainnya McLoughlin & Lewis (1986) mengemukakan bahwa Asesmen adalah proses yang sistematis dalam mengumpulkan data seorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut, guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan kenyataan yang obyektif.

Menurut Fallen & Umansky (1988) asesmen adalah proses pengumpulan data untuk tujuan pembuatan keputusan dan menerapkan seluruh proses pembuatan keputusan tersebut, mulai diagnosa paling awal terhadap problem perkembangan sampai penentuan akhir terhadap program anak. Sedangkan menurut Fried Mangungsong 1(995) asesmen adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi, data-data yang berkaitan dalam membantu seseorang mengambil keputusan yang berkaitan dengan masalah pendidikan.

Adapun menurut Lidz (2003) asesmen merupakan proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak, yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami, kelebihan dan kelemahannya, serta peran pendukung yang dibutuhkan anak.

Lerner, (1988:54) mendefinisikan bahwa asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang siswa yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan pembelajaran siswa tersebut. Selanjutnya dikemukakan bahwa:

Asesmen merupakan kegiatan/proses mengidentifikasi atau mengumpulkan fakta/data/evidence kemudian membandingkan fakta tersebut dengan suatu parameter atau ukuran tertentu dengan tujuan tertentu. Untuk mendapatkan fakta/data/evidence tersebut dibutuhkan suatu alat ukur/metode, dan kegiatan tersebut dilakukan oleh satu atau sekumpulan pengukur. http://www.ab-cons.com/articles.htm1 2004

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa asesmen adalah:

a. Proses sistematis yang bersifat komprehensip,

b. Berupa informasi (data/fakta/evidence) untuk mengetahui gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami, serta kelemahan dan kekuatan anak,

c. Adanya pembanding informasi tersebut dengan suatu parameter/ukuran dengan menggunakan instrumen,

d. Adanya pelaku asesor(melibatkan tim) yang mengumpulkan informasi,

e. Digunakan untuk menyusun suatu program pembelajaran yang dibutuhkan anak yang bersifat realistis, sesuai dengan kenyataan secara objektif.

(5)

Dalam konteks pendidikan asesmen berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan dalam pembelajarannya. Dengan perkataan lain, asesmen digunakan untuk menemukan dan menetapkan di mana letak masalah yang dihadapi serta apa yang menjadi kebutuhan belajar seorang anak. Berdasarkan informasi itulah seorang guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis dan obyektif atau sesuai dengan kenyataan tentang anak tersebut.

Moh. Amin (1995) mengemukakan tentang perlunya asesmen dalam pendidikan bagi ABK didasari oleh beberapa pertimbangan sebagai berikut.

Pertama, pada dasarnya tindakan asesmen merupakan tindak lanjut dari kegiatan deteksi. Pada kegiatan deteksi semata-mata hanya berusaha menemukan atau menelusuri keadaan perkembangan anak yang sehingga akhirnya dapat diduga bahwa anak tersebut diklasifikasikan sebagai anak berkebutuhan khusus. Dengan demikian dalam kegiatan deteksi tidak dibicarakan mengenai tindak lanjut atau bagaimana pelaksanaan pembelajarannya.

Kedua, perbedaan individual. Anak berkebutuhan khusus memiliki perbedaan- perbedaan individual, baik perbedaan yang bersifat inter individual maupun perbedaan yang bersifat intra individual. Perbedaan inter individual, yaitu perbedaan kemampuan ABK dengan teman-temannya yang ABK. Misalnya: diberikan pelajaran berhitung dengan materi yang sama kepada dua orang anak tunagrahita yang berada pada tingkat ketunagrahitaan yang sama. Ternyata dalam penyelesaian tugasnya, kedua anak tersebut berbeda kecepatannya, yang mengakibatkan adanya perbedaan materi berhitung bagi masing-masing anak tersebut. Adapun perbedaan intra individual, yaitu perbedaan kemampuan pada diri ABK itu sendiri. Dia memiliki kemampuan dalam satu bidang tertentu, akan tetapi ia mengalami kesulitan yang tergolong berat dalam bidang yang lainnya. Untuk mengetahui kemampuan dan kesulitan tersebut diperlukan tindakan atau kegiatan asesmen.

Di lapangan, asesmen (penilaian) dan evaluasi sering menjadi samar dan digunakan secara tidak tepat. Evaluasi dan asesmen merupakan dua hal yang memiliki kemiripan, namun keduanya sangat berbeda.

Perbandingan Asesmen dan Evaluasi

Komponen Asesmen Evaluasi

Pelaksanaan

Konten (instrumen)

 Sebelum, saat, akhir

pembelajaran, dan terus bergulir tanpa henti (dynamics assessment)

 Didasarkan kepada masalah dan kemampuan yang dimilki anak

 Saat dan akhir pembelajaran

 Didasarkan pada materi yang telah diberikan

(6)

2. Tujuan Pelaksanaan Asesmen dalam pendidikan ABK

Pada dasarnya tujuan utama dilakukannya asesmen adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran bagi anak yang bersangkutan. Moh.Amin (1995) mengemukakan bahwa tujuan dilakukannya asesmen berkaitan erat dengan waktu mengadakannya. Kegiatan asesmen yang dilakukan setelah ditemukan bahwa seseorang itu ABK atau setelah kegiatan deteksi, maka asesmen diperlukan untuk:

a. Menyaring kemampuan ABK; hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan anak dalam setiap aspek. Misalnya: bagaimana kemampuan bahasanya, kemampuan kognitifnya, kemampuan geraknya, atau kemampuan penyesuaian dirinya..

b. Untuk keperluan pengklasifikasian, penempatan, dan penemuan program pendidikan ABK

c. Untuk menentukan arah atau tujuan pendidikan serta kebutuhan ABK. Tujuan pendidikan ABK pada dasarnya sama dengan tujuan pendidikan pada umumnya. Mengingat kemampuan dan kebutuhan mereka berbeda-beda dan perbedaan tersebut sedemikian rupa, sehingga perlu dirumuskan tujuan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan tersebut.

d. Untuk mengembangkan program pendidikan yang diindividualisasikan yang dikenal dengan IEP (Individualized Educational Program). Dengan data yang diperoleh sebagai hasil asesmen dapatlah diketahui kemampuan dan ketidakmampuan ABK. Kemampuan dan ketidakmampuan menjadi dasar untuk mengembangkan kemampuan berikutnya.

Dengan demikian program yang dikembangkan akan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap anak..

e. Untuk menentukan strategi, lingkungan belajar, dan evaluasi pengajaran.

McLoughlin & Lewis (1986) mengemukakan bahwa sekurang-kurangnya ada lima keperluan mengapa kita melakukan asesmen, yaitu untuk: screening (penyaringan), referal (pengalihtanganan), perencanaan pembelajaran, memonitor kemajuan siswa, dan evaluasi program. Sedangkan menurut Robb, Benardoni, dan Johnson (1972) dalam Robert M. Smith, ada beberapa tujuan mengapa seseorang melakukan asesmen, yaitu:

a. Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak

b. Untuk membuat keputusan tentang penempatan anak c. Untuk merancang program individualisasi pendidikan d. Untuk memonitor kemajuan anak secara individual e. Untuk mengevaluasi keefektifan program

Selanjutnya Sunardi & Sunaryo (2006) mengemukakan bahwa secara umum asesmen bermaksud untuk:

a Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat, dan komprehensif tentang kondisi anak saat ini.

(7)

b Mengetahui profil anak secara utuh, terutama permasalahan dan hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak

c Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya dan memonitor kemajuannya

Adapun menurut Bomstein dan Kazdin (1985), asesmen bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi b. Memilih dan mendesain program treatmen

c. Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus d. Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi

3. Ruang Lingkup Asesmen Pendidikan ABK

Pada dasarnya asesmen pendidikan terutama difokuskan pada berbagai bidang pelajaran di sekolah, baik faktor yang mempengaruhi prestasi di sekolah seperti bidang akademik, bahasa, dan keterampilan sosial maupun faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat dipertimbangkan bersama dengan analisis strategi belajar dan perilaku belajar siswa yang dapat diamati dan dapat diukur. Sebagaimana dikemukakan oleh McLoughlin & Lewis (1986:3) bahwa:

Educational assessment focuses mainly on the many areas of learning in school, as well as any other factor affecting school achievement. Academic, language, and social skills are examined. Environmental factors may also be considered, along with analyzing the student’s observable and measurable learning behavior and learning strategies.

Dalam penyelenggaraan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus, secara garis besar asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua (Yusuf, M.2005), yaitu: asesmen akademik, dan asesmen perkembangan. Asesmen akademik menekankan pada upaya mengukur pencapaian prestasi belajar siswa. Pada asesmen akademik aspek yang diases adalah bidang-bidang kemampuan dan keterampilan akademik seperti keterampilan membaca, menulis, dan berhitung atau matematika. Sedangkan asesmen perkembangan mengutamakan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan keterampilan prasyarat yang diperlukan untuk keberhasilan bidang akademik. Adapun aspek-aspek yang diases dapat berupa perkembangan kognitif, yang meliputi: aspek bahasa dan komunikasi, persepsi, konsentrasi, dan memori; perkembangan motorik, perkembangan social, dan perkembangan emosi.. Sedangkan Harwell, (1982) mengemukakan bahwa aspek-aspek perkembangan yang perlu diases khususnya bagi anak berkesulitan belajar, mencakup: a) Gangguan motorik, b).

Gangguan persepsi, c). Gangguan perhatian/atensi, d). Gangguan memori, e). Hambatan dalam orientasi ruang/arah, f). Hambatan dalam perkembangan bahasa, g). Hambatan dalam pembentukan konsep, dan h). Mengalami masalah dalam perilaku.

(8)

D. LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini.

1. Rumuskan pengertian asesmen menurut Anda ! 2. Jelaskan ruang lingkup asesmen !

E. RANGKUMAN

1. Asesmen adalah proses pengumpulan informasi tentang anak yang akan dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan program yang sesuai dengan kebutuhani anak tersebut.

2. Dengan adanya perbedaan yang mencolok antara ABK menuntut guru anak berkebutuhan khusus untuk berkarya nyata dan lebih kreatif dalam mengembangkan kurikulum.

3. Di lapangan, asesmen dan evaluasi (penilaian) sering menjadi samar dan digunakan secara tidak tepat. Evaluasi dan asesmen merupakan dua hal yang memiliki kemiripan, namun keduanya sangat berbeda.

4. Ruang lingkup asesmen pendidikan meliputi aspek perkembangan dan aspek akademik.

F. TES FORMATIF

Petunjuk: Pilihlah salah satu option yang dianggap paling benar!

1. Suatu kegiatan untuk menggali informasi tentang kemampuan anak dalam menguasai suatu materi pelajaran yang telah dipelajarinya, dimaknai sebagai kegiatan …

a. Asesmen b. Evaluasi c. Diagnostik d. Preskriptif

2. Secara konten (instrumen) kegiatan asesmen pada dasarnya adalah … a. Cenderung menghasilkan informasi yang mengarah pada pelabelan b. Dilaksanakan pada saat dan akhir pembelajaran

c. Didasarkan pada materi yang telah diberikan

d. Didasarkan kepada masalah dan kemampuan yang dimilki anak

3. Kegiatan asesmen berbeda dengan kegiatan diagnostik. Kegiatan diagnostik adalah … a Cenderung menghasilkan informasi yang mengarah pada pelabelan

b Dilaksanakan pada saat dan akhir pembelajaran c Didasarkan pada materi yang telah diberikan

d Untuk mengukur seberapa jauh materi dapat diserap/dikuasai anak

(9)

4. Kegiatan asesmen bertujuan untuk:

a Untuk menghasilkan informasi yang mengarah pada pelabelan b Untuk melihat kemampuan, kesulitan, maupun kebutuhan belajarnya.

c Didasarkan pada materi yang telah diberikan

d Untuk mengukur seberapa jauh materi dapat diserap/dikuasai anak 5. Berikut ini adalah karakteristik kegiatan asesmen perkembangan, kecuali …

a Menekankan pada upaya mengukur pencapaian prestasi belajar siswa b Mengases keterampilan pre-requisite bidang akademik

c Mengases keterampilan prasyarat bidang akademik d Mengases perilaku adaptif siswa

6. Berikut ini adalah karakteristik kegiatan asesmen akademik, kecuali … a Menekankan pada upaya mengukur pencapaian prestasi belajar siswa b Mengases bidang-bidang kemampuan akademik

c Mengases bidang keterampilan akademik, seperti calistung d Mengases perkembangan persepsi siswa

7. Evaluasi dan asesmen merupakan dua hal yang memiliki kemiripan, namun keduanya sangat berbeda. Perbedaan tersebut terletak terutama pada …

a Evaluasi cenderung menghasilkan informasi yang mengarah pada pelabelan b Asesmen dilaksanakan pada saat dan akhir pembelajaran

c Asesmen didasarkan pada materi yang telah diberikan

d Evaluasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh materi dapat dikuasai anak

8. Pelaksanaan asesmen dilakukan sebelum, saat, akhir pembelajaran, dan terus bergulir tanpa henti, dimaknai sebagai …

a Dynamics assessment b Academic assessment c Developmental assessment d Educational assessment

9. Anak berkebutuhan khusus memiliki perbedaan-perbedaan individual. Perbedaan kemampuan ABK dengan teman-temannya yang ABK, dimaknai sebagai istilah …

a Perbedaan intra individual b Perbedaan ekstra individual c Perbedaan inter individual d Perbedaan kontra individual

(10)

10. Adapun perbedaan kemampuan pada diri ABK itu sendiri, dimaknai sebagai ….

a Perbedaan intra individual b Perbedaan ekstra individual c Perbedaan inter individual d Perbedaan kontra individual Kunci Jawaban:

1. a 6. d

2. d 7. d

3. a 8. a

4. b 9. c

5. a 10.a

G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT

Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10 kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:

90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

Prosedur Pengembangan Instrumen Asesmen bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Melalui kegiatan pembelajaran 2 ini mahasiswa diperkenalkan dengan prosedur pengembangan instrumen asesmen bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Pembahasan difokuskan pada bagaimana langkah-langkah penyusunan instrumen asesmen bagi ABK.

A. TUJUAN

Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan mahasiswa dapat menyusun dan mengembangkan instrumen asesmen bagi anak berkebutuhan khusus. Secara

(11)

1. Menjelaskan langkah-angkah penyusunan instrumen asesmen ABK.

2. Mengembangkan butir instrumen asesmen ABK.

B. POKOK BAHASAN

1. Langkah-langkah penyusunan instrumen asesmen.

2. Pengembangan instrumen asesmen

C. INTISARI BACAAN

1. Langkah-langkah penyusunan instrumen asesmen.

Untuk mendapatkan data yang akurat dari siswa yang akan diases diperlukan instrumen yang memadai. Rochyadi & Alimin (2005) mengemukakan bahwa ada beberapa langkah yang harus ditempuh guru dalam penyusunan instrumen asesmen. Langkah penyusunan instrumen yang dimaksud adalah: 1) menetapkan aspek dan ruang lingkup yang akan diases, 2) menetapkan ruang lingkup, yaitu memilih komponen mana dari bidang yang akan diakses, 3) Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen, dan 4) Mengembangkan butir soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Berikut penjelasan masing-masing langkah..

1) Memahami aspek dan ruang lingkup yang akan diases.

Merujuk kepada ruang lingkup asesmen dalam pendidikan bagi ABK, guru seyogyanya memiliki pemahaman yang komprehensif tentang bidang yang akan diaseskan. Asesmen hanya akan bermakna, jika guru/asesor mengetahui organisasi materi, jenis keterampilan yang akan dikembangkan, serta tahap-tahap perkembangan anak.

Untuk lebih memperjelas pembahasan mengenai ruang lingkup akan diambil contoh salah satu ruang lingkup asesmen perkembangan, yaitu: „keterampilan kognitif dasar‟. Untuk memahami aspek-aspek apa saja yang termasuk dalam keterampilan kognitif dasar, maka guru harus mengetahui konsep atau pengertian keterampilan kognitif dasar itu sendiri. Keterampilan kognitif dasar merupakan suatu keterampilan prasyarat untuk mempelajari bidang akademik, khususnya dalam aritmetika. Merujuk pada teori perkembangan kognitif dari Piaget (1965) yang mengemukakan bahwa seorang siswa dikatakan siap untuk belajar matematika khususnya aritmetika, apabila ia telah menguasai empat keterampilan kognitif dasar, yang meliputi: klasifikasi, ordering dan/atau seriasi, korespondensi, dan konservasi.

Berdasarkan teori tersebut, guru/asesor dapat mempelajari masing-masing dari keempat komponen keterampilan kognitif dasar tersebut. Selanjutnya dari tiap-tiap komponen dikembangkan menjadi sub-sub komponen. Dari setiap subkomponen tersebut dapat dijabarkan lagi ke dalam sub-sub komponen yang lebih kecil yang memuat indikator-indikator yang akan dijadikan landasan dalam pembuatan butir-butir soal dalam instrumen asesmen tersebut. Untuk memberikan gambaran yang komprehensif

(12)

bagan, tabel, atau daftar dapat membantu pemahaman guru/asesor dalam rangka menyusun instrumen asesmen yang dimaksud.

2) Menetapkan ruang lingkup, yaitu memilih komponen mana dari bidang yang akan diases

Setelah guru/asesor memahami ruang lingkup bidang yang akan diases, langkah selanjutnya adalah memilih komponen/subkomponen mana dari keseluruhan komponen bidang tersebut untuk ditetapkan sebagai komponen/subkomponen yang akan diaseskan.

Apakah guru memilih salah satu komponen dari bidang keterampilan kognitif dasar tersebut, misalnya komponen klasifikasi, atau memilih dua komponen, yaitu klasifikasi dan ordering, misalnya. Setelah guru/asesor menetapkan atau memilih komponen mana yang akan diases, langkah selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen asesmen tentang komponen yang dipilih/ditetapkan dari keseluruhan komponen bidang yang akan diases.

3) Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen

Untuk menentukan instrumen asesmen dari keterampilan/subketerampilan tertentu, guru/asesor seyogyanya membuat kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi ini bertujuan untuk mempermudah dalam membuat soal atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Yang paling penting dalam membuat kisi-kisi instrumen ini adalah pemahaman secara komprehensif tentang keterampilan/subketerampilan yang telah dipilih/ditetapkan untuk diaseskan, baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya. Tidak ada peraturan yang baku mengenai penyusunan kisi-kisi ini, namun berdasarkan pengalaman penulis, untuk memudahkan dan memberikan gambaran yang menyeluruh sebaiknya disusun dalam

sebuah table atau daftar. Tabel kisi-kisi ini yang berisi kolom-kolom: 1) keterampilan, 2) subketerampilan, dan 3) indikator .

4) Mengembangkan butir soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat

Setelah menyusun kisi-kisi instrumen, langkah selanjutnya adalah mengembangkan butir-butir soal tentang keterampilan/subketerampilan dari kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. Sama halnya dengan penyusunan kisi-kisi, pengembangan butir soal dapat dibuat dalam bentuk daftar atau tabel. Butir-butir soal dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dari subkomponen/

subketerampilan yang telah dipahami baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya.

2. Pengembangan Instrumen Asesmen.

Untuk dapat mengembangkan instrumen asesmen ada beberapa prosedur atau strategi yang dapat dipilih, yaitu asesmen formal dan asesmen informal. Asesmen formal dilakukan dengan menggunakan tes baku yang dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan tes, kunci jawaban, cara menafsirkan hasilnya, dan alternatif penanganan anak yang bersangkutan.

Penyusunan asesmen formal memerlukan keahlian tinggi, waktu yang lama, dan biaya yang besar, karena harus didasarkan atas validitas tertentu, memerlukan perhitungan reliabilitas , dan tiap butir soal perlu dikalibrasi untuk mengetahui daya pembeda dan derajat

(13)

kesulitannya. Karena penyusunan instrumen asesmen formal tidak mudah, maka tidak mudah pula untuk menemukan instrumen asesmen formal tersebut. Oleh karena itu para ahli di bidang pendidikan bagi ABK umumnya mempercayai bahwa asesmen informal merupakan cara yang terbaik untuk memperoleh informasi tentang penguasaan anak Berbagai observasi tentang perilaku anak sehari-hari dalam menyelesaikan tugasnya atau hasil tes bidang tertentu yang dibuat oleh guru berdasarkan kurikulum dapat menyajikan informasi yang sangat berharga sebagai landasan pelayanan pengajaran bagi ABK. Yusuf, M (2005) mengemukakan beberapa jenis asesmen informal yang dapat digunakan guru, seperti:

observasi, analisis sampel kerja, inventori informal, daftar cek, skala penilaian, wawancara, dan kuesioner.

Observasi, adalah suatu strategi pengukuran dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap perilaku siswa, misalnya keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan kebiasaan belajar. Adapun teknik yang dapat digunakan berupa: event recording (catatan berdasarkan frekuensi kejadian), duration recording (mencatat perilaku berdasarkan lamanya kejadian), interval time sample recording (mencatat hasil amatan berdasarkan interval waktu kejadian). Agar pelaksanaan observasi ini efisien dan akurat, perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1) tentukan perilaku yang akan diamati, 2) perilaku harus dapat diamati dan diukur, 3) tentukan waktu dan tempat, 4) sediakan form catatan, dan 5) cara pengukuran

Analisis sampel kerja, merupakan jenis pengukuran informal dengan menggunakan sample pekerjaan siswa, misalnya hasil tes, karangan, karya seni, respon lisan. Ada beberapa tipe analisis sample kerja, yaitu: analisis kesalahan dari suatu tugas dan analisis respon, baik respon yang benar maupun yang salah

Analisa Tugas, lebih banyak digunakan untuk pengukuran maupun perencanakan pengajaran. Analisa tugas merupakan proses pemisahan, pengurutan, dan penguraian sebuah komponen penting dari semua tugas. Analisa tugas umumnya digunakan dalam bidang menolong diri sendiri. Misalnya tugas menyetrika baju/dari tahapan-tahapan yang dilakukan anak

Infentori Informal, biasanya digunakan untuk melihat prestasi siswa dalam bidang akademik. Meskipun demikian dapat pula digunakan untuk mengukur aspek-aspek non akademik, seperti kebiasaan dan perilaku social. Inventory informal memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya lebih umum, seperti sejauh mana kemampuan membaca siswa? Dari pertanyaan umum ini dijabarkan ke dalam beberapa bagian yang dapat diuji, seperti dalam pengenalan atau pemahaman bacaan.

Daftar Cek, biasanya digunakan untuk meneliti perilaku siswa di dalam kelas, atau patokan-patokan perkembangan. Daftar cek dapat juga untuk mengetahui apa yang sudah dicapai pada masa lalu, kinerja siswa di luar sekolah, kurikulum yang sudah dicapai dan sebagainya.

(14)

Skala penilaian, memungkinkan diperolehnya informasi tentang opini dan penilaian, bukan laporan perilaku yang dapat diamati. Misalnya sikap terhadap suatu obyek, persepsi anak mengenai pengasuhan orang tua, konsep diri anak dan sebagainya.

Kuisioner, biasanya berupa instrumen tertulis, sedangkan wawancara dilakukan secara lisan. Keduanya dapat disusun secara sistematis atau secara terbuka. Wawancara dan kuisioner merupakan salah satu teknik asesmen yang cukup tepat untuk menghimpun informasi seseorang termasuk informasi masa lalu, seperti pengalaman masa kecil, kebiasaan di rumah, sejarah perkembangan anak dan sebagainya.

Berdasarkan beberapa strategi/teknik dalam melakukan asesmen seperti tersebut di atas, dapat disusun suatu skala pengukuran terhadap aspek tertentu. Selanjutnya Yusuf M.(2005) mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan skala pengukuran:

1. Aspek apa yang akan diukur

2. Rumuskan definisi konsep dan operasional 3. Sebutkan indiktor dari aspek yang diukur 4. Susun daftar pertanyaan

5. Pilih tehnik/strategi yang akan digunakan.

D. LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini.

1. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah penyusunan instrumen asesmen ! 2. Buatlah contoh instrumen asesmen untuk salah satu aspek akademik ! E. RANGKUMAN

1. Membuat instrumen merupakan pekerjaan rutin guru dalam keseluruhan rangkaian proses pembelajaran yang dilakukan setiap guru.

2. Langkah-langkah penyusunan insnstrumen asesmen adalah : a. Memahami aspek dan ruang lingkup yang akan diasesmen b. Menetapkan ruang lingkup asesmen

c. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen

d. Menyusun instrumen asesmen berdasarkan kisi-kisi.

F. TES FORMATIF

Petunjuk: Pilihlah option berikut yang Anda anggap paling benar!

1 Berikut ini adalah prosedur asesmen informal, kecuali … a. Analisis sampel kerja

b. Observasi c. Wawancara d. Tes baku

(15)

2 Para guru/asesor khususnya di Indonesia jarang menggunakan instrumen asesmen formal, karena instrumen tersebut …

a Instrumen asesmen formal sulit digunakan b Instrumen asesmen formal sulit diperoleh

c Instrumen asesmen formal tidak ada di Indonesia d Instrumen asesmen formal tidak dapat dibuat oleh guru

3 Strategi pengukuran dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap perilaku siswa, adalah strategi pengukuran melalui ….

a Observasi

b Analisis sampel kerja c Inventori informal d Daftar cek

4 Untuk memperoleh informasi tentang masa lalu anak atau sejarah perkembangan anak, instrumen asesmen yang tepat digunakan adalah ...

a Kuesioner b Observasi c Wawancara d Angket

5 Untuk mengukur karangan siswa atau karya seni, akan lebih tepat jika menggunakan instrumen …

a Analisis sample kerja b Kuesioner

c Angket d Wawancara

6 Interview adalah jenis instrumen yang biasa digunakan melalui…

a Lisan b Tertulis c Perbuatan d Praktek

7 Teknik observasi berupa catatan berdasarkan frekuensi kejadian, merupakan teknik jenis

a. event recording b. duration recording

(16)

8 Berikut kriteria yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan skala pengukuran, kecuali ...

a. Merumuskan definisi konsep b. Merumuskan definisi operasional

c. Menjabarkan indiktor dari aspek yang diukur d. Menyusun kunci jawaban

9 Teknik observasi berupa catatan perilaku berdasarkan lamanya kejadian, merupakan teknik observasi jenis …

a. event recording b. duration recording

c. interval time sample recording d. interval recording

10 Teknik observasi berupa catatan hasil amatan berdasarkan interval waktu kejadian, adalah teknik observasi jenis …

a. event recording b. duration recording

c. interval time sample recording d. interval recording

Kunci Jawaban:

1. d 6. a 2. b 7. a 3. a 8. d 4. c 9. b 5. a 10. C

G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT

Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10 kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:

90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang

(17)

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai

KEGIATAN PEMBELAJARAN 3

Prosedur Pelaksanaan Asesmen bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Melalui kegiatan pembelajaran 3 ini mahasiswa diperkenalkan dengan prosedur pelaksanaan asesmen bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Pembahasan difokuskan pada kapan, dimana, dan bagaimana asesmen dilakukan.

A. TUJUAN

Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 3 ini diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan asesmen bagi anak berkebutuhan khusus. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan metode dan teknik asesmen.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan prosedur pelaksanaan asesmen.

B. POKOK BAHASAN

1 Metode dan teknik asesmen 2 Prosedur pelaksanaan asesmen.

C. INTISARI BACAAN

1. Metode dan Teknik Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus

Seperti telah diuraikan di atas bahwa metode atau cara yang dapat digunakan dalam melaksanakan asesmen antara lain:

a Observasi, pengamatan yang dilakukan terhadap cara belajar siswa, tingkah laku yang muncul pada saat siswa belajar, dan sebagainya

b Tes atau evaluasi hasil belajar, diperoleh dengan cara memberikan tes pada setiap bidang pengajaran.

c Wawancara, dilakukan terhadap orang tua, atau keluarga, dan siswa.

Sedangkan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diharapkan melalui metode di atas adalah:

a. Ceklis, yaitu memberikan tanda pada bagian-bagian yang telah ditentukan pada pedoman sesuai dengan kemampuan anak.

b. Skala nilai, yaitu bentuk penilaian yang mengarah pada kemampuan atau prestasi belajar siswa.

(18)

Adapun bentuk laporan hasil pelaksanaan asesmen dapat berupa:

a. grafik, yaitu untuk menggambarkan posisi setiap siswa dalam tiap-tiap bidang pengajaran b. Data kualitatif, yaitu deskripsi singkat tentang kemampuan siswa dalam belajar untuk

setiap bidang studi

c. Data kuantitatif, yaitu data berupa angka. Supaya tidak menyesatkan, data kuantitatif ini hendaknya selalu diiringi dengan data kualitatif.

Ada beberapa persyaratan dalam menentukan metode asesmen, yaitu : a Autentik, perilaku nyata dalam setting nyata

b Konvergen, sumber informasi yang beragam

c Kolaborasi, dilakukan bersama, terutama sekali dengan pengasuh d Equity, mampu mengakomodasi kebutuhan khusus anak

e Sensivitas, dapat memasukan materi yang cukup untuk perencanaan keputusan

f Kongruen, ada kesamaan prosedur yang diterapkan, baik dalam pengembangan maupun evaluasinya.

Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan di dalam melakukan asesmen sebagaimana Mary, A.Falvey, (1986) mengemukakan tentang kapan, dimana, dan bagaimana asesmen itu dilakukan.

Untuk menentukan program pembelajaran yang relevan dan fungsional bagi anak, asesmen seyogyanya dilakukan secara terus menerus (kontinyu). Dengan cara ini asesmen dapat memfasilitasi belajar anak dan keterampilan yang diperoleh dari hasil belajar akan menjadi fungsional

Untuk melihat bagaimana perilaku anak, asesmen hendaknya dilakukan dalam situasi alamiah (seperti di rumah, di dalam kelas, di kantin, di asrama, dsb. di mana anak tinggal).

Proses asesmen pada situasi alamiah ini penting untuk melihat perilaku nyata anak dalam berbagai ragam situasi/lingkungan.

Metode dan teknik harus menjadi pertimbangan di dalam melakukan asesmen.

Beberapa teknik dapat digunakan dalam melakukan asesmen, di antaranya: observasi, wawancara, tes, dan inventori. Namun demikian, observasi dan wawancara yang mendalam banyak membantu menggali kemampuan, masalah, dan kebutuhan anak. Observasi sangat berguna untuk melihat kemampuan dan keterampilan anak dalam situasi/lingkungan yang alamiah. Perilaku itu muncul tanpa ada intervensi dan manipulasi dari guru. Melalui lembar observasi guru hanya menandai atau menceklis setiap perilaku yang muncul (mis.: tidak pernah, kadang-kadang, sering, atau sering sekali), sehingga akan tampak perilaku yang menjadi masalah pada anak tersebut. Data yang dikumpulkan dari kegiatan observasi mungkin berkaitan erat dengan manusia, material, atau benda, dan berbagai situasi yang berhubungan dengan anak. Berdasarkan hasil observasi, guru dapat mengembangkan program pengembangngan perilaku yang bersifat negatif ke arah perilaku yang bersifat positif.

(19)

2. Prosedur Pelaksanaan Asesmen :

Sebagaimana telah dijelaskan mengenai ruang lingkup materi keterampilan yang akan diases, asesmen juga pada akhirnya akan menentukan apa yang akan diajarkan kepada siswa secara individu. Dan bagaimana cara guru mengajar siswa sehingga memperoleh kemajuan yang optimal.

Pada hakikatnya guru mempunyai tugas untuk membantu individu agar dapat belajar secara baik dan memperoleh hasil yang optimal (sesuai dengan kemampuannya). Oleh karena itu, dalam merencanakan program pengajaran, guru hendaknya memperhatikan perbedaan- perbedaan yang dimiliki oleh siswa baik yang bersifat inter individual maupun yang bersifat intra individual. Hal ini sangat penting bagi ABK yang perbedaan individualnya sangat nampak. Perbedaan-perbedaan itu dapat diketahui melalui kegiatan asesmen.

Untuk menentukan apa yang harus diajarkan kepada siswa secara individu, ada beberapa langkah/urutan yang harus diperhatikan. Mercer & Mercer (1989:38) menyarankan sebagai berikut:

1) Determine scope and sequence of skills to be taught, 2) decide what behavior to asses, 3) select an evaluation activity, 4) administer the evaluation device, 5) record the student’s performance, 6) determine the specific short- and long range instructional objectives.

Pernyataan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut, Pertama, menentukan skop atau bidang dan urutan keterampilan yang akan diajarkan. Untuk dapat melaksanakan hal ini dengan efektif, maka guru harus memahami tingkatan kemampuan siswa dalam bidang- bidang pengajaran tertentu. Hal ini perlu dilakukan mengingat kemampuan antara siswa yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Guru umumnya dapat mengetahui dengan jelas keterampilan-keterampilan yang telah dikuasai oleh siswa dan keterampilan yang perlu dikuasainya. Melalui analisis tugas biasanya guru dapat mengidentifikasi keterampilan siswa sampai kepada bagian-bagian yang terkecil.

Kedua, Memilih tingkah laku yang akan dinilai. Penilaian tingkah laku dimulai dari tingkat yang paling global sampai pada tingkat yang paling spesifik. Tingkah laku global yaitu penggradasian materi kurikulum yang melibatkan tingkah laku siswa dalam rentang keterampilan yang luas. Misalnya dalam bidang membaca meliputi: keterampilan mengenal huruf dan kata, pemahaman kata, dan mungkin pemahaman wacana. Sedangkan tingkah laku yang spesifik mengacu pada penentuan secara langsung tujuan pengajaran, misalnya: siswa perlu belajar bunyi vokal pendek.

Ketiga, memilih kegiatan evaluasi. Dalam hal ini guru perlu mempertimbangkan apakah kegiatan itu untuk menilai rentang keteampilan umum atau untuk menilai keterampilan khusus. Apabila penilaian tentang rentang keterampilan dibutuhkan maka hal itu umumnya dilakukan tidak secara kontinyu. Misalnya dua kali dalam setahun. Akan tetapi penilaian keterampilan khusus sebaiknya bersifat kontinyu yang hasilnya dapat digunakan

(20)

Keempat, pengadministrasian alat evaluasi. Pengadministrasian alat evaluasi biasanya diperlukan untuk penilaian awal. Kegiatan ini meliputi identifikasi bidang masalah, pencatatan pola kesalahan, penilaian keterampilan tertentu. Setelah penilaian awal dilaksanakan dan tujuan-tujuan pengajaran ditentukan, maka selanjutnya guru juga perlu menentukan prosedur untuk memonitoring kemajuan.

Kelima, pencatatan penampilan siswa. Ada dua jenis penampilan siswa yang harus dicatat oleh guru, yaitu penampilan pekerjaan pada sehari-hari yang biasanya dicatat dengan aktivitas buatan guru; dan penguasaan keterampilan secara keseluruhan yang biasanya dicatat dalam bagan-bagan atau format kemajuan setiap individu yang telah disediakan untuk keperluan tersebut.

Keenam, penentuan tujuan pengajaran khusus jangka pendek dan jangka panjang.

Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat mengamati tingkah laku yang terjadi dan menggambarkan kriteria penilaian yang berhasil. Contoh: tujuan jangka pendek memberi materi berupa huruf-huruf konsonan seperti: b, c, d, e, f, g dan seterusnya. Tujuan jangka panjang memberikan materi berupa rangkaiana huruf vokal dan konsonan, siswa dapat menyebutkan 90% fonem yang benar. Dalam hal ini yang penting adalah bahwa tujuan jangka pendek hendaknya langsung memberi kontribusi terhadap pencapaian tujuan jangka panjang.

D. LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini.

1 Kapan asesmen dilakukan ? 2 Dimana asesmen dilakukan?

3 Bagaimana asesmen dilakukan ?

E. RANGKUMAN

Metode atau cara yang dapat digunakan dalam melaksanakan asesmen antara lain:

Observasi, pengamatan yang dilakukan terhadap cara belajar siswa, tingkah laku yang muncul pada saat siswa belajar, dan sebagainya; tes atau evaluasi hasil belajar, diperoleh dengan cara memberikan tes pada setiap bidang pengajaran; dan wawancara, dilakukan terhadap orang tua, atau keluarga, dan siswa.

Terdapat beberapa langkah/prosedur pelaksanaan asesmen, yaitu menentukan bidang skop dan urutan keterampilan yang akan diajarkan, memilih tingkah laku yang akan dinilai, memilih kegiatan evaluasi, pengadministrasian alat evaluasi, pencatatan penampilan siswa, dan penentuan tujuan pengajaran jangka panjang dan jangka pendek.

F. TES FORMATIF

Petunjuk: Pilihlah option berikut yang dianggap paling benar!

(21)

1. Berdasarkan hasil asesmen, guru menentukan apa yang harus diajarkan kepada siswa secara individu. Langkah pertama yang dilakukan adalah ...

a. Determine scope and sequence of skills to be taught b. Decide what behavior to asses

c. Select an evaluation activity d. Administer the evaluation device

2. Dalam prosedur pelaksanaan asesmen, penilaian tingkah laku dimulai dari tingkat yang paling global sampai pada tingkat yang paling spesifik. Tingkah laku global, adalah ...

a Penggradasian materi kurikulum yang melibatkan tingkah laku siswa dalam rentang keterampilan yang luas

b Mengacu pada penentuan tujuan pengajaran jangka pendek c Mengacu pada penentuan tujuan pengajaran jangka panjang d Pengadministrasian alat evaluasi

3. Pengadministrasian alat evaluasi dalam prosedur pelaksanaan asesmen biasanya diperlukan untuk penilaian awal. Kegiatan ini meliputi berikut ini, kecuali ...

a. Identifikasi bidang masalah b. Pencatatan pola kesalahan c. Penilaian keterampilan tertentu d. Memonitoring kemajuan siswa

4. Determine scope and sequence of skills to be taught, dalam urutan/langkah-langkah menentukan apa yang akan diajarkan kepada siswa, artinya adalah ...

a Memilih tingkah laku yang akan dinilai b Memilih kegiatan evaluasi

c Menentukan tujuan pembelajatan

d Menentukan bidang dan urutan keterampilan yang akan diajarkan

5. Dalam urutan/langkah-langkah menentukan apa yang akan diajarkan kepada siswa, langkah memilih tingkah laku yang akan dinilai, merupakan urutan ...

a. Determine scope and sequence of skills to be taught b. Decide what behavior to asses

c. Select an evaluation activity d. Administer the evaluation device

6. Pernyataan tujuan pembelajaran jangka panjang yang tepat adalah … a Siswa dapat menyebutkan 90% fonem yang benar

(22)

c Siswa dapat menyusun lima uang logam berdasarkan urutan nilai terkecil ke nilai yang paling besar

d Siswa dapat menggerakkan sikat gigi ke arah kiri dan kanan tepat pada permukaan gigi

7. Record the student’s performance, dalam prosedur pelaksanaan asesmen, artinya guru/

asesor melakukan kegiatan ...

a Memilih tingkah laku yang akan dinilai b Memilih kegiatan evaluasi

c Mencatat penampilan siswa

d Menentukan bidang dan urutan keterampilan yang akan diajarkan

8. Determine the specific short instructional objectives dalam prosedur pelaksanaan asesmen, artinya guru/asesor melakukan kegiatan ...

a Memilih tingkah laku yang akan dinilai b Memilih kegiatan evaluasi

c Menentukan tujuan pembelajatan jangka pendek d Menentukan tujuan pembelajaran jangka panjang

9. Seorang guru melakukan observasi melalui daftar cek. Dalam prosedur pelaksanaan asesmen, guru tersebut sedang melakukan kegiatan …

a. Determine scope and sequence of skills to be taught b. Record the student’s performance

c. Select an evaluation activity d. Administer the evaluation device

10. Penentuan tujuan pembelajaran dilakukan guru setelah kegiatan … a. Decide what behavior to asse

b. Select an evaluation activity c. Administer the evaluation device d. Record the student’s performance Kunci Jawaban:

1. a 6. a 2. a 7. c 3. d 8. c 4. d 9. b 5. b 10. d

(23)

G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT

Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10 kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:

90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai

(24)

BAHAN BELAJAR MANDIRI 2

ASESMEN PERKEMBANGAN Pendahuluan

Dilihat dari aspek-aspek perkembangannya, setiap anak memiliki ragam yang berbeda- beda antara satu dengan yang lain. Meskipun demikian secara umum para ahli sepakat bahwa ada pola-pola perkembangan yang cenderung sama dan berlaku bagi sebagian besar manusia.

Jika ada aspek perkembangan anak yang berjalan di luar pola umum tersebut, mereka dapat dikategorikan mengalami perbedaan atau kelainan perkembangan. Perbedaan itu ada yang sifatnya lebih lamban atau lebih cepat dari kebanyakan anak-anak lain yang sebaya.

Untuk kepentingan pendidikan bagi ABK, ada beberapa aspek perkembangan yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus terutama bagi para guru PLB. Ketidak pahaman atas aspek-aspek perkembanganini,menyebabkan kesulitan dalam pelayanan pendidikan yang tepat bagi mereka. Gangguan pada aspek-aspek perkembangan anak, akan berimplikasi pada kelancaran perkembangan akademik anak, seperti keterampilan membaca, menulis, maupun berhitung.

Menurut Harwell (1982) ada beberapa aspek perkembangan anak yang perlu diases jika mereka dijumpai mengalami kesulitan belajar termasuk ABK, yaitu: gangguan motorik, gangguan persepsi, gangguan atensi/perhatian, gangguan memori, hambatan dalam orientasi ruang, arah/spatial, hambatan dalam perkembangan bahasa, hambatan dalam pembentukan konsep, dan mengalami masalah dalam perilaku. Pendapat tersebut mengacu pada teori psikologi pendidikan yang mengatakan bahwa ada tiga tingkatan dalam belajar, yaitu: (1) tingkatan motorik (doing level), (2) tingkatan persepsi (matching level), dan (3) tingkatan konseptual (categorization level).

Sejalan dengan Harwell, Abdurahman (2001) menjelaskan tentang pentingnya pemahaman atas adanya anak dengan kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan. Kesulitan belajar perkembangan ini mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan bahasa dan komunikasi, dan kesulitan dalam penyesuaian sosial.

Mengacu kepada beberapa batasan dan pendapat para ahli tersebut, maka dapat diberi batasan bahwa asesmen perkembangan adalah proses penghimpunan informasi secara sistematis dan professional terhadap aspek-aspek perkembangan anak yang diduga secara signifikan berpengaruh terhadap prestasi akademik. Aspek-aspek perkembangan tersebut dapat berupa perkembangan kogninif/kecerdasan, motorik, persepsi, atensi, memori, spatial, bahasa dan komunikasi, perilaku adaptif, dan lain-lain.

Informasi asesmen tersebut digunakan sebagai suatu alat pengambilan keputusan berkaitan dengan program pembelajaran yang akan diberikan kepada anak yang bersangkutan, sehingga dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Mary A. Malfey (1986) mengemukakan bahwa asesmen perkembangan digunakan untuk melihat urutan dan tahap perkembangan anak yang dapat membantu guru dalam memahami tingkat dan kemampuan belajar anak.

(25)

Untuk mengetahui aspek-aspek apa saja yang diperlukan dalam asesmen perkembangan bagi ABK, maka pada bahan belajar mandiri 2 ini akan dibahas mengenai asesmen perkembangan kognitif dasar, perkembangan bahasa dan komunikasi, asesmen perkembangan motorik, dan asesmen perkembangan persepsi.

Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi bahan belajar mandiri ini meliputi:

1. Asesmen Perkembangan Kognitif

2. Asesmen Perkembangan Bahasa dan Komunikasi 3. Asesmen Perkembangan Motorik

4. Asesmen Perkembangan Persepsi

Petunjuk Belajar

Agar anda dapat memahami isi bahan belajar mandiri ini dengan baik, perhatikan1ah petunjuk mempelajari bahan belajar mandiri ini sebagai berikut:

1. Bacalah keseluruhan materi dalam bahan belajar mandiri ini secara cepat dan tepat, berusaha mengerti secara keseluruhan materi bahan belajar mandiri ini

2. Sesudah itu mulailah membaca setiap kegiatan belajar secara lebih teliti dengan berusaha memahami, mencari dan menemukan setiap konsep yang diuraikan

3. Bila ada bagian yang tidak atau kurang Anda mengerti maka berilah tanda dan catat dalam buku catatan Anda untuk dapat Anda tanyakan pada waktu ada tatap muka

4. Setelah Anda pelajari dengan hati-hati setiap bagian dari bahan belajar mandiri ini, cobalah lakukan evaluasi sendiri hasil belajar Anda dengan cara membuat pertanyaan sendiri dan berusaha menjawab sendiri

5. Buatlah kesimpulan dalam kata-kata Anda sendiri dari keseluruhan bahan yang And abaca dalam bahan belajar mandiri ini

6. Akhimya kerjakanlah latihan dan tes formatifyang tersedia

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 Asesmen Perkembangan Kognitif

Melalui kegiatan pembelajaran 1 ini mahasiswa diperkenalkan dengan pembuatan kisi- kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar . Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup keterampilan kognitif dasar, menyusun kisi-kisi instrumen, mengembangkan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, serta bagaimana menganalisis hasil asesmen keterampilan kognitif dasar.

(26)

A. TUJUAN

Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan mahasiswa mampu membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu:

1. Menetapkan ruang lingkup asesmen keterampilan kognitif dasar 2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar

3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat

4. Menganalisis hasil asesmen keterampilan kognitif dasar B. POKOK BAHASAN

1. Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan kognitif dasar 2. Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar 3. Pengembangan butir-butir instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar 4. Menganalisis hasil asesmen keterampilan kognitif dasar

C. INTISARI BACAAN

1. Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan kognitif dasar

Paling tidak pada masa lalu untuk mengajarkan suatu konsep bidang akademik seperti membaca, menulis, dan matematika, hampir tidak pernah dilakukan pengecekan apakah siswa yang akan mempelajari konsep tersebut sudah siap atau belum. Padahal mengajarkan sesuatu kepada siswa yang sudah siap, hasilnya akan lebih baik daripada kepada mereka yang belum siap. Dalam hal-hal tertentu siswa yang terpaksa harus belajar sesuatu, padahal ia sendiri belum siap untuk memahaminya, bisa merusak perkembangan mental anak. Ibarat seorang bayi yang belum siap berjalan dipaksa untuk bisa berjalan.

Asesmen keterampilan kognitif dasar merupakan salah satu jenis asesmen yang digunakan untuk menggali informasi tentang keterampilan kognitif dasar yang harus dikuasai siswa sebelum siswa yang bersangkutan mempelajari bidang akademik secara formal, misalnya membaca, menulis, dan matematika. Adapun tujuan asesmen keterampilan kognitif dasar dalam bahasan ini adalah untuk untuk menghimpun data atau informasi tentang aspek- aspek perkembangan keterampilan kognitif dasar yang meliputi keterampilan mengklasifikasikan, keterampilan mengurutkan obyek satu persatu dan atau menyusun obyek dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya, keterampilan dalam korespondensi, dan keterampilan dalam konservasi. Dengan mengetahui keterampilan kognitif dasar anak baik yang telah dikuasai maupun yang belum dikuasai anak, dapat membantu guru dalam memahami perkembangan anak, khususnya dalam keterampilan kognitif dasar.

Piaget (1965) dalam Mercer & Mercer (1989:188) mengemukakan bahwa seorang siswa dikatakan siap untuk belajar akademik khususnya aritmetika, apabila ia telah menguasai empat keterampilan kognitif dasar, yang meliputi: klasifikasi, ordering dan/atau

(27)

seriasi, korespondensi, dan konservasi. Berikut uraian dari masing-masing keterampilan kognitif dasar.

Mengklasifikasikan, adalah suatu kemampuan mengelompokkan obyek berdasarkan karakteristik yang dimiliki obyek tersebut, misalnya: warna, bentuk, atau ukuran. Klasifikasi merupakan salah satu kegiatan intelektual dasar untuk memahami lambing-lambang bilangan yang meliputi persamaan dan perbedaan. Klasifikasi dilakukan dengan cara mengkategorikan obyek-obyek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Dengan demikian karakteristik obyek seperti warna, bentuk dan ukuran harus diketahui siswa sebelum mereka mengelompokkannya. Seorang anak yang belum mampu mengkategorikan obyek berdasarkan ciri-cirinya maka ia akan sulit untuk mempelajari bilangan.

Mengurutkan (Ordering) adalah suatu kemampuan yang dikuasai anak dalam menyusun dan menghitung setiap obyek hanya satu kali secara berurutan, sehingga terdapat proses keteraturan. Kemampuan ordering mengantarkan siswa dalam menguasai keterampilan membilang. Sedangkan menyeri (Seriation) merupakan kemampuan mengurutkan susunan obyek-obyek berdasarkan karakteristik ukurannya, atau merangkaikan obyek secara berturut-turut berdasarkan ukurannya, misalnya dari yang terkecil sampai yang terbesar, dari yang terpendek sampai yang terpanjang atau sebaliknya. Seriation merupakan kemampuan dasar untuk mampu membandingkan, memahami lambang sama dengan, tidak sama dengan, lebih kecil, dan lebih besar. Kemampuan seriation menghantarkan pada pemahaman sifat transitif urutan (jika a = b; b = c; maka a = c; jika a < b; b < c; maka a < c)

Korespondensi; adalah kemampuan yang menunjuk pada adanya suatu konsep bahwa jumlah atau nilai sesuatu obyek akan sama sekalipun memiliki karakteristik yang berbeda.

Artinya siswa memiliki persepsi bahwa suatu obyek akan memiliki nilai yang sama sekalipun karakteristik obyek tersebut berbeda, misalnya: satu baju dan satu celana. Kedua karakteristik obyek tersebut berbeda, namun kedua obyek memiliki nilai atau jumlah yang sama. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menjodohkan atau memasang-masangkan benda.

Konservasi bilangan, menunjuk pada adanya persepsi bahwa jumlah anggota suatu kelompok obyek akan tetap sekalipun terjadi perubahan posisi atau tempat.

Keempat komponen keterampilan kognitif dasar di atas merupakan prasyarat (prerequisite) untuk dapat belajar matematika khususnya bidang aritmetika. Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki keempat komponen kognitif dasar tersebut atau belum maka guru/asesor perlu melakukan tes yang meliputi keempat unsur keterampilan kognitif dasar tersebut. Dalam hal ini guru/asesor memerlukan instrumen tes yang tepat sehingga dapat memperoleh data yang akurat.

2. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Asesmen Keterampilan kognitif dasar

Untuk menentukan instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar, guru/asesor seyogyanya membuat kisi-kisi instrumen secara menyeluruh baik dalam salah satu komponen

(28)

Setelah guru/asesor memahami secara komprehensif tentang keterampilan kognitif dasar baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya, maka dengan mudah guru/asesor membuat tabel kisi-kisi yang berisi kolom-kolom: 1) keterampilan, 2) subketerampilan, dan 3) indikator . Untuk lebih jelasnya, berikut contoh tabel kisi-kisi instrumen keterampilan keterampilan kognitif dasar .

Contoh Tabel Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Keterampilan Kognitif Dasar

Keteram pilan

Subketeram pilan

Indikator

Keterampi lan kognitif dasar

1. Klasifikasi  Mengelompokkan obyek berdasarkan warna

 Mengelompokkan obyek berdasarkan bentuk

 Mengelompokkan obyek berdasarkan ukuran

2. Ordering &

Seriation

 Mengurutkan obyek berdasarkan pola ukuran bentuk

 Mengurutkan obyek berdasarkan pola ukuran warna

 Menghitung setiap obyek satu kali secara berurutan

 Menyusun obyek berdasarkan ukuran panjang-pendek

 Menyusun obyek berdasarkan ukuran besar-kecil 3. Korespon

densi

 Memasangkan/menjodohkan dua kelompok obyek

dengan jumlah yang sama tetapi memiliki karakteristik yang berbeda

 Memasangkan/menjodohkan tiga kelompok obyek

dengan jumlah yang sama tetapi memiliki karakteristik yang berbeda

4. Konservasi  Menentukan jumlah anggota dalam kelompok obyek tertentu setelah terjadi perubahan posisi/tempat

 Menentukan panjang suatu obyek tertentu setelah terjadi perubahan posisi/tempat

 Menentukan berat suatu obyek tertentu setelah terjadi perubahan posisi/tempat

3. Pengembangan Butir-butir Instrumen Asesmen Keterampilan Kognitif dasar

Setelah menyusun kisi-kisi instrumen keterampilan kognitif dasar (seperti contoh di atas), langkah selanjutnya adalah mengembangkan butir-butir instrumen keterampilan kognitif dasar dari kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. Sama halnya dengan penyusunan kisi-kisi, pengembangan butir soal dapat dibuat dalam bentuk daftar atau tabel. Butir-butir soal dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dari subkomponen keterampilan kognitif dasar yang telah dipahami baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut ini.

(29)

Contoh Tabel Pengembangan Butir Instrumen Asesmen Klasifikasi (Keterampilan kognitif dasar)

Indikator Butir-butir Instrumen Keterangan

 Mengelompok kan obyek berdasarkan warna

 Anak diminta untuk

mengelompokkan obyek berdasarkan warna yang sama

 Anak diminta untuk

mengelompokkan dua warna dari obyek yang ditunjukkan

 Anak diminta untuk

mengelompokkan tiga warna dari obyek yang ditunjukkan

 Anak diminta untuk

mengelompokkan empat warna dari obyek yang ditunjukkan

Dikata kan berhasil jika masing- masing tugas dapat diselesai kan dengan tepat/

benar seba nyak 3X berturut- turut

 Mengelompok kan obyek berdasarkan Bentuk

 Anak diminta untuk

mengelompokkan obyek berdasarkan bentuk yang sama

 Anak diminta untuk

mengelompokkan bentuk lingkaran dari obyek yang ditunjukkan

 Anak diminta untuk

mengelompokkan bentuk segi empat dari obyek yang ditunjukkan

 Anak diminta untuk

mengelompokkan bentuk segi tiga dari obyek yang ditunjukkan

 Anak diminta untuk

mengelompokkan bentuk segi

panjang dari obyek yang ditunjukkan

 Mengelompok kan obyek berdasarkan Ukuran

 Anak diminta untuk

mengelompokkan obyek yang berukuran kecil dari obyek yang ditunjukkan

 Anak diminta untuk

mengelompokkan obyek berukuran sedang dari obyek yang ditunjukkan

 Anak diminta untuk

mengelompokkan obyek berukuran besar dari obyek yang ditunjukkan

(30)

dikerjakan oleh siswa yang akan diases. Dalam hal ini guru/asesor dituntut untuk terampil membuat pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang relevan dengan informasi-informasi yang akan digali dari siswa yang bersangkutan. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam membuat butir-butir soal ataupun LKS, diantaranya adalah pertanyaan atau tugas hendaknya diberikan dalam kalimat yang sederhana, jelas, tidak berbelit-belit sehingga tidak membingungkan siswa yang sedang diases. Faktor kejelasan ini sangat penting dan sangat mempengaruhi cara kerja siswa, dan dari kerja siswa itulah guru/asesor akan memperoleh informasi yang diharapkan. Jika terjadi ketidakjelasan dalam tugas, maka siswa tidak akan bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti informasi yang digalipun tidak relevan, yang pada gilirannya kekuatan dan kelemahan, serta kebutuhan siswapun tidak dapat diketahui. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut ini.

Contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) Keterampilan kognitif dasar Identitas Siswa

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Kelas :

Sekolah :

Alamat Rumah :

Butir Instrumen Hasil Keterang an

 Anak diminta untuk mengelompokkan obyek berdasarkan warna yang sama

 Kelompokkan masing-masing benda menurut warna yang sama dari benda-benda yang disediakan!

Dapat Tidak

(31)

4. Pelaksanaan dan Analisis Hasil Asesmen Keterampilan Kognitif Dasar

Pada umumnya dalam pelaksanaan asesmen keterampilan kognitif dasar, para guru/asesor menggunakan teknik tes dan observasi. Kegiatan asesmen ini dilakukan dengan jalan mengamati setiap tingkah laku anak sesuai dengan urutan yang tercantum dalam butir instrumen. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam melakukan asesmen keterampilan kognitif dasar, selain mempersiapkan alat/instrumen asesmen yang telah dibuat, guru/asesor mempersiapkan alat-alat peraga sesuai dengan apa yang dikehendaki dalam butir-butir instrumen asesmen yang akan digunakan. Semua jawaban dan perilaku siswa selama proses asesmen dicatat, untuk memperoleh hasil yang akurat. Seorang anak dikatakan memiliki kemampuan tertentu jika masing-masing tugas dapat diselesaikan dengan tepat/ benar sebanyak tiga kali berturut-turut. Teknik pencatatan dapat dilakukan melalui ceklis dan untuk mencatat perilaku anak yang dianggap berkaitan dengan materi asesmen dapat dilakukan melalui catatan yang bersifat deskriptif.

Setelah melakukan asesmen, proses selanjutnya adalah menganalisis hasil jawaban siswa. Menganalisis hasil asesmen keterampilan kognitif dasar artinya membuat deskripsi dari hasil jawaban siswa tentang keterampilan kognitif dasar, kemudian menginterpretasikannya, sehingga guru/asesor dapat membuat kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh berwujud suatu penemuan kemampuan keterampilan kognitif dasar yang telah dimiliki siswa, kelemahan atau kesulitan yang dialami siswa dalam kemampuan keterampilan kognitif dasar. Berdasarkan kekuatan dan kelemahan atau kesulitan siswa tentang keterampilan kognitif dasar tersebut, maka asesor dapat menemukan kebutuhan belajar siswa.

Apakah siswa tersebut sudah siap untuk mengikuti pelajaran akademik atau masih memerlukan program latihan keterampilan kognitif dasar. Berdasarkan kesimpulan yang dibuat, guru/asesor membuat rekomendasi. Rekomendasi dibuat dalam rangka penyusunan program pembelajaran bagi siswa yang bersangkutan. Oleh karena itu, rekomendasi ditujukan kepada guru kelas atau guru bidang studi dan kepada orang tua sebagai anggota tim Program Pembelajaran Individual (PPI) untuk menentukan tujuan pembelajaran keterampilan kognitif dasar atau bidang akademik bagi siswa yang bersangkutan.

D. LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini.

Berdasarkan Kisi-kisi instrumen assesmen keterampilan kognitif dasar yang dicontohkan:

 Pilih salah satu komponen Keterampilan kognitif dasar

 Buatlah butir-butir soal/instrumen dalam tabel

Gambar

ilustrasi  berikut  ini  akan  diberikan  contoh  instrumen  asesmen  perkembangan  bahasa  bagi  anak usia 2 tahun- 3 tahun,   sebagai berikut
Tabel  Contoh Pengembangan Butir Instrumen Asesmen   Perkembangan Persepsi Auditoris

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengajarkan keterampilan berpikir tingkat tinggi memang tidak mudah, contohnya kemampuan menarik kesimpulan, pertama-tama proses kognitif inferring harus dipecah ke

Jadi berdasarkan interpretasi data dari hasil asesmen membaca, menulis, dan berhitung, anak belum bisa dalam menyusun kata yang terdiri dari 3 suku kata, dalam

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan asesmen keterampilan matematika pada peserta didik di sekolah dasar. Subjek dari penelitian ini

Berdasarkan tabel 9, dapat dijelaskan bahwa secara keseluruhan asesmen keterampilan proses sains yang dimiliki mahasiswa baik, penilaian tertinggi dari keterampilan

Asesmen Keterampilan Motorik dan Tingkat Emosional Anak Usia Dini Pasca Pandemi Covid-19 di TK Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten Solok Masa usia dini merupakan masa keemasan golden

KISI – KISI ASESMEN LINGKUP MATERI MAPEL : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI NO TUJUAN PEMBELAJARAN KELAS MATERI LEVEL KOGNITIF INDIKATOR NOMOR SOAL BENTUK SOAL

Kisi-Kisi USBN SMA/MA Tahun 2018/2019 | 3 Level Kognitif Lingkup Materi Membaca Teks Nonsastra Membaca Teks Sastra Menulis Teks Nonsastra Menulis Teks Sastra Ciri dan

Alokas i Waktu Kelas / Semester Ruang Lingkup Materi Tujuan Pembelajaran Pemahaman Bermakna Rencana Asesmen Metode Pembelajaran 1 1×35 menit VIII/1 Persamaan Garis Lurus