• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Bacaan - Critical Thinking

N/A
N/A
053@ MUHAMAD FIKRI MAULANA

Academic year: 2025

Membagikan "Modul Bacaan - Critical Thinking"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Critical

Thnking

Penyelenggara: Pemimpin.id

(2)

Era di mana teknologi sudah masuk ke segala aspek kehidupan manusia. Arti hyperconnectivity adalah penggunaan banyak perangkat dan sistem sehingga kalian selalu terkoneksi ke media sosial dan sumber informasi lainnya. Kondisi hyperconnected ini buat orang-orang jadi gampang banget nge-share informasi apapun, baik informasi pribadi maupun yang lainnya. Kalian pasti ngerasa relate banget kan sama fenomena kayak gini?. Iyalah, jelas kalian kan Generasi Z yang biasa dijulukkin sebagai digital native. Misal kalian nemu berita yang menarik, pasti bakal langsung kalian share di media sosial atau group chatting kalian. Di era semua serba terkoneksi ini, kita terus-terusan dibombardir sama arus informasi dan berita. Sayangnya, banjirnya informasi di media sosial menjadikan banyak orang susah membedakan benar atau hoax.

Post-Truth Era

Berita bohong atau hoax, berkembang pesat di zaman media sosial ini. Makanya, pada tahun 2016 lalu The Oxford Dictionaries memilih “Post-truth” sebagai Word of Year mereka. Nggak salah lagi, memang zaman media sosial ini melahirkan post-truth era. Oxford mendefinisikan post truth era sebagai keadaan di mana fakta objektif kurang berpengaruh dalam membentuk opini publik daripada menarik emosi dan keyakinan pribadi. Yap, sesuai banget sama fenomena yang terjadi saat ini ya guys. Fakta sudah tidak lagi dianggap penting, tapi asal informasi tersebut viral di media sosial, orang-rang bakal langsung percaya bahwa informasinya benar. Sebenernya, orang yang terjebak hoax, gak melulu generasi terdahulu kok guys, nah ini yang kalian harus waspadai!.

Baru-baru ini, The Conversation Indonesia menerbitkan sebuah artikel hasil penelitian berjudul

“Digital ‘native’ atau ‘naïve’?. Hasilnya, Generasi Z di Indonesia cenderung percaya info dari pemerintah, tapi masih kesulitan mendeteksi hoaks di media sosial. Sebanyak 647 partisipan gen Z diminta mendeteksi hoaks terkait COVID-19 dalam 30 berita campuran informasi benar dan hoaks. Data statistik menunjukkan bahwa 83% dari mereka cenderung menganggap informasi yang diberikan itu benar walaupun sebenarnya hoax.

Welcome to

Hyperconnectivity Era!

1

(3)

Masalahnya apa nih teman-teman? Gen Z nih udah tau mana sumber yang terpercaya, tapi kok masih gak bisa bedain mana hoax mana asli di medsos?. Yap! Tenyata, Gen Z cenderung cuman mau baca judul artikel beritanya aja baik asli maupun hoax. Mereka juga gak mau baca artikel secara penuh dan memverifikasi kebenarannya, makanya mereka bisa terjebak dalam pusaran berita hoax. Ternyata, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Critical Thinking Generasi Z masih kurang sehingga tak hanya mereka mempercayai hoax, bahkan mereka juga turut sebagai penyebar hoax.

Makanya, buat kalian nih pemimpin muda kalo ngak terlatih berpikir kritis, kalian bakal asal menyerap informasi apapun tanpa merumuskan ulang dan mempertanyakannya sehingga cepat percaya semua yang mereka baca atau dengar. Oh iya, berpikir kritis ketika menentukan apakah sebuah informasi hoax atau bukan tuh termasuk self-leadership loh!.

Artikel World Economic Forum (2016) menyatakan bahwa mulai tahun 2020, Critical Thinking Skills termasuk top 10 dari skills lain yang harus dimiliki oleh pekerja, termasuk juga pemimpin. Leadership tidak terlepas dari upaya pengambilan keputusan. Makanya, di tengah post truth era ini, critical thinking skills menjadi salah satu yang harus dimiliki dalam upaya mengambil keputusan. Coba deh, kalau di post-truth era seperti ini pemimpin tidak kritis terhadap informasi. Tidak hanya merugikan pemimpin itu sendiri, tetapi juga bisa menyesatkan orang lain.

Sayangnya, kegagalan critical thinking menjadi kendala bagi mahasiswa saat ini dalam mempersiapkan diri menjadi pemimpin masa depan. Tantangan bagi mahasiswa adalah bahwa proses berpikir kritis jarang diajarkan atau dihargai di tingkat universitas. Banyakan mahasiswa cuman fokus aja ke pencapaian akademis, tapi lupa ngembangin soft skill yang namanya critical thinking.

Nah, pemimpin muda pasti ini yang kalian tunggu-tunggu. Setelah kalian membaca betapa pentingnya critical thinking skills bagi pemimpin di hyperconnectivity dan post-truth era, yuk kita akan lanjut untuk membahas pengertian dari Critical Thinking ya!.

Leader harus memiliki Critical thinking skills!

2

(4)

A. Esensi Critical Thinking

Pengertian Critical Thinking

2. Perbedaan Critical dan Criticsm

Istilah kritis berasal dari kata Yunani kritikos yang berarti “mampu menilai atau membedakan”. Critical Thinking adalah adalah teknik mengevaluasi informasi secara jernih dan rasional untuk memutuskan apa yang harus diterima dan dipercaya. Critical Thinking melibatkan refleksi pada validitas dari apa yang telah kalian baca mengingat pengetahuan dan pemahaman kita sebelumnya tentang dunia. Critical thinking akan berperan ketika memutuskan apakah makna yang dipilih memang benar, dan apakah kalian, sebagai pembaca, harus mendukung itu atau tidak. Intinya, critical thinking menuntut kalian menggunakan kemampuan bernalar. Dengan itu kalian dapat menjadi pembelajar yang aktif daripada penerima informasi yang pasif alias orang yang terima sepenuhnya sebuah informasi tanpa melibatkan proses penalaran.

Mungkin, ada beberapa orang yang masih menganggap bahwa kritis dan kritik adalah hal yang sama, padahal keduanya itu memiliki pengertian dan tujuan yang berbeda loh.

Kritik adalah tentang menemukan kesalahan pada sesuatu. Sementara, berpikir kritis adalah tentang penilaian, yang dapat mencakup menemukan kesalahan dan kekurangan, tetapi lebih menekankan pada pertanyaan dan analisis. Berpikir kritis berarti menganalisis masalah berdasarkan bukti kuat yang berlawanan dengan pendapat pribadi, bias, dll.

Kritik sering ditujukan kepada seseorang. Pahal kalau berpikir kritis harus selalu diarahkan pada argumen atau ide (atau menghasilkan karya, atau konsep), bukan fokus kepada orangnya.

Kritik dilakukan atas dorongan emosi. Misalnya, suka atau tidak suka dan rasa marah.

Dalam berpikir kritis sebenarnya juga gak luput dari emosi kok. Cuman bedanya, berpikir kritis menganalisis emosi sebagai bagian dari keseluruhan proses, bukan menjadikan emosi sebagai alasannya.

Pemikiran kritis bukanlah tentang terus-menerus bersikap negatif atau kritis terhadap segalanya. Ini tentang objektivitas dan memiliki pikiran yang terbuka dan ingin tahu.

Dengan kata lain, berpikir kritis berarti sampai pada kesimpulan kalian sendiri yang dipertimbangkan dengan hati-hati alih-alih menerima informasi begitu saja.

3

(5)

4 3. Kriteria Critical Thinkers

Jika sebelumnya kalian sudah mengetahui kriteria critical thinking, di bagian ini kita akan membahas sifat-sifat yang merupakan indikator apakah seseorang dapat dikatakan critical thinkers atau pemikir kritis menurut Rosalinda Alfaro-LeFevre:

Nah, kalian sudah paham ya apa saja ciri-ciri critical thinkers. Kalau begitu, kalian juga perlu mengetahui 6 tipe berpikir kritis. Untuk penjelasan selengkapnya akan kita bahas di bagian selanjutnya ya!.

Self-aware: Dapat mengakui bahwa pemikiran tidak akan lepas dari pengaruh emosi dan kepentingan pribadi. Selain itu, critical thinkers juga menyadari kalau kelebihan dan kekurangan dapat memengaruhi pemikiran seseorang.

Genuine: Menunjukkan diri yang otentik (asli) dan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan value dan belief yang dimiliki.

Jujur: Berani mengakui kesalahan atas pemikirannya karena prinsup dari critical thinkers adalah mencari kebenaran.

Rasa keingintahuan tinggi: Selalu mencari informasi baru untuk memperluas pemahaman dengan mencari alasan, penjelasan, dan makna dari suatu hal.

Analitis dan berwawasan luas: Mengidentifikasi hubungan sebab akibat dengan mencari informasi terbaru untuk memperdalam pemahaman.

Logis dan intuitif: Menarik kesimpulan yang dengan alasan yang masuk akal (jika memang demikian, maka itu berarti...karena...). Alasan yang digunakan dilandaskan oleh data/fakta. Intuisi juga dapat digunakan sebagai panduan untuk mencari bukti. Tetapi, bertindak berdasarkan intuisi hanya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki.

Percaya diri dan tangguh: Kepercayaan pada penalaran sendiri dan pada kemampuan seseorang untuk membimbing orang lain membuat keputusan yang beralasan.

Kreatif: Menawarkan solusi dan pendekatan alternatif yang muncul dari ide-ide dan pola pikir yang berbeda dari biasanya.

Empati: Mendengarkan dengan baik dan mampu untuk membayangkan perasaan dan kesulitan orang lain.

a.

c.

b.

d.

e.

f.

g.

h.

i.

(6)

Komponen critical thinking berisikan kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk menunjang aktivitas berpikir kritis kalian. Lalu, apa saja 6 komponen critical thinking yang perlu kalian ketahui?

Interpretasi adalah kemampuan memaknai masalah yang diberikan, mengubah informasi dari masalah dalam bentuk cara lain seperti bentuk tabel, diagram, simbol, dan gambar, serta menyimpulkan hasil dari masalah yang diberikan. Salah satu contoh dari interpretasi adalah mengenali masalah dan menggambarkannya tanpa bias.

Analisis Ini termasuk dalam kemampuan untuk membantu Anda mengenali, mengumpulkan, dan mengolah informasi terkait masalah yang perlu ditemukan solusinya. Contoh orang yang analitis di tempat kerja, mereka berfokus pada memahami fakta dan angka dan menggunakan berpikir logis untuk menemukan solusi dari masalah.

Evaluasi merupakan kemampuan untuk memberikan penilaian apakah data yang disajikan mendukung pernyataan. Kalian dapat membandingkan sudut pandang dan argumen yang berbeda, dan menunjukkan kekuatan dan kelemahan mereka. Misalnya, kalian sedang berdebat dengan seseorang bahwa kepemimpinan itu memang bakat dan susah digapaiu. Nah kamu merasa bahwa argumen mereka tidak tepat sehingga kamu memberikan data bahwa kepemimpinan bisa dipelajari.

Kemampuan untuk membuat kesimpulan adalah salah satu kunci dalam proses critical thinking. Untuk menarik kesimpulan yang masuk akal, kalian perlu mempertimbangkan informasi yang relevan, seperti pengetahuan yang kalian miliki, data atau fakta yang relevan yang dipilih.

Eksplanasi adalah kemampuan untuk menyatakan dan membenarkan serangkaian fakta yang memperjelas penyebab, konteks, dan konsekuensi dari fakta tersebut.

B. Komponen Critical Thinking

Interpretasi

2. Analisis

3. Evaluasi

4. Kesimpulan

5. Eksplanasi

5

(7)

Interpretasi adalah kemampuan memaknai masalah yang diberikan, mengubah informasi dari masalah dalam bentuk cara lain seperti bentuk tabel, diagram, simbol, dan gambar, serta menyimKemampuan regulasi diri artinya adalah kesadaran diri untuk memantau kegiatan kognitif atau berpikir, unsur-unsur yang digunakan dan hasil yang disimpulkan.

Dua sub-keterampilan di bawah regulasi diri adalah pemeriksaan diri dan koreksi diripulkan hasil dari masalah yang diberikan. Salah satu contoh dari interpretasi adalah mengenali masalah dan menggambarkannya tanpa bias.

Sejauh ini, kalian sudah paham kan mengenai kemampuan apa aja yang harus dimiliki oleh critical thinker. Mungkin kalian berfikir, duh aku udah punya yang mana aja ya. Nah, solusinya agar kalian gak bingung lagi, kalian bisa tau sudah sampai mana perkembangan critical thinking kalian melalui enam tahap perkembangan critical thinking.

6. Self-Regulation

C. The Six Stages of Critical Thinking

kritis mulai dari yang lebih rendah dalam kemampuan dan upaya hingga master pikiran tingkat lanjut, yang selalu selangkah lebih maju. Berikut merupakan penjelasan dari keenam tahap perkembangan critical thinking:

6

(8)

Ini menandakan individu yang membuat keputusan berdasarkan bias, prasangka, dan opini.

Mereka tidak merenungkan akibat dari tindakannya dan seringkali tidak memiliki keterampilan untuk menguraikan proses pengambilan keputusan. Sebagian besar dari kita mayoritas adalah pemikir yang tidak reflektif.

Orang ini mempertimbangkan pemikiran mereka dan pengaruhnya terhadap perilaku pribadi. Mereka menyadari bahwa kurangnya pemikiran kritis dapat berkembang menjadi masalah besar. Orang ini juga berasumsi bahwa mereka tidak mengetahui semua yang salah dengan diri mereka. Padahal untuk meningkatkan ke tahap yang lebih tinggi, pertama-tama seseorang harus mengenali kelemahan mereka. Orang-orang pada tahap ini menganggap pemikiran mereka lebih baik daripada yang sebenarnya, padahal kenyataannya mereka hanya menyadari kurangnya pengetahuan diri mereka. Ini melibatkan individu pertama-tama mengenali bahwa ada beberapa kekurangan dalam pemikiran mereka.

Tahap ini menandakan Individu telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi kesenjangan dalam pengetahuan. Mereka juga sudah lebih menghargai alasan dan logika daripada emosi dan ego untuk membuat keputusan yang sesuai. Nah di tahap ini juga Individu bakal lebih menanggapi kritik dan masukan untuk memperbaiki pemikirannya.

Tahap ini melibatkan penggunaan pemikiran kritis secara aktif untuk meningkatkan keterampilan. Pemikir yang berlatih akan mengembangkan dan mengisi kesenjangan dengan menggunakan teknik berpikir kritis.

Pemikir tingkat lanjut telah menetapkan serangkaian kebiasaan yang berulang kali melibatkan mereka dalam latihan berpikir reflektif. Pemikir tingkat lanjut berpikiran adil, mempertimbangkan semua sudut pandang.

Tahap 1: The Unreflective Thinker

2. Tahap 2: The Challenged Thinker

3. Tahap 3: The Beginning Thinker

4. Tahap 4: The Practicing Thinker

5. Tahap 5: The Advanced Thinker

7

(9)

Pemikir ulung secara konsisten mengendalikan pengaruh pikiran mereka terhadap perilaku mereka. Meskipun seorang master tidak dapat mengubah pikiran mereka, mereka dapat membiarkan pikiran mereka berlalu dan mempertahankan kendali atas perilaku. Beberapa orang mengatakan bahwa tidak seorang pun pernah menjadi pemikir ulung atau sepenuhnya mengendalikan perilaku mereka, tetapi tidak ada salahnya untuk mencapai cita-cita ini. Pemikir ulung secara teratur mengevaluasi diri, mempertimbangkan perspektif lain, dan mengubah proses mereka untuk menentukan apakah mereka salah atau tidak.

Dalam kepemimpinan, kurangnya pemikiran seringkali berujung pada kekecewaan dan permasalahan akibat tujuan tidak tercapai. Kalian sudah paham ya, kalau pemimpin itu harus punya tujuan dan dapat mengahdapi semua tantangan yang dilaluinya selama perjalanan sampai ke tujuan. Makanya, penting bagi para pemimpin untuk mengubah cara berpikir mereka. Dalam Thinking for a Change, John C. Maxwell menyatakan, “Salah satu alasan orang tidak mencapai impian mereka adalah karena mereka ingin mengubah hasil mereka tanpa mengubah pemikiran mereka.” Nah, makanya agar tujuan pemimpin dapat tercapai, pemimpin perlu mengadopsi critical thinking skills.

Begini teman-teman, ketika kalian menggunakan keterampilan berpikir kritis, kalian bisa kok memulainya dengan menjadi versi terbaik dari diri kalian sendiri. Melakukan hal itu bukanlah prestasi kecil kok pemimpin muda. Tingkat pemikiran kritis kalian itu terkait dengan belief dan harapan purpose kalian. Proses berpikir kritis membutuhkan pertumbuhan dan introspeksi, maka dari itu kita akan membahas secara bersama pada bagian selanjutnya ya.

Teman-teman, kira-kira kalian masuk ke tahap yang mana nih?. Misalnya kalian masih menjadi pemikir di tahap awal, kalian tidak perlu khawatir. Tentu saja, berpikir kritis pasti membutuhkan usaha. Kalau kalian mau sampai ke tahap penguasaan yang lebih tinggi lagi, kalian juga akan membutuhkan komitmen dan waktu. Pada dasarnya, untuk menjadi critical thinker yang baik, tidak ada yang instan ya teman-teman, pasti butuh proses. Nah, ada kabar baik nih buat kalian pemimpin muda. Di bagian selanjutnya kita akan membahas bagaimana cara mengasah critical thinking, baik bagi pemimpin yang memimpin orang lain, atau yang memimpin dirinya sendiri.

6. Tahap 6: The Master Thinker

Pentingnya Critical Thinking Bagi Pemimpin

D. Critical Thinking Bagi Pemimpin

8

(10)

John C. Maxwell memberikan daftar yang bermanfaat dalam Thinking for a Change buat kalian pemimpin muda untuk melatih critical thinking skills. Keterampilan bermanfaat banget loh buat semua aspek kehidupan kalian saat mengembangkan innovative leadership. Untuk menjadi pemikir kritis yang terampil, kuasai keterampilan berpikir kritis dari buku Maxwell sebagai berikut:

Big picture thinking menekankan pada kemampuan untuk melihat haal-hal yang mungkin terjadi di masa depan dari ide-ide yang dimiliki. Seperti yang kalian tahu, leadership tidak lepas dari yang namanya tantangan. Nah, critical thinking ini dapat membantu pemimpin membuat rencana tentang cara menciptakan peluang dari tantangan. Harapannya, tercapai hasil yang mendorong organisasi ke suatu tempat lebih maju daripada saat ini. Bagaimana cara melatih big picture thinking?

Nah pastinya, pemimpin punya visi atau cita-cita yang tinggi, tapi pemimpin juga realistis dalam berpikir. Berfikir realistic yang dimaksud adalah pemimpin dapat menerima kebenaran dan tidak mengelak kebenaran. Memang, menerima kebenaran itu gak mudah, tapi sebagai pemimpin yang berfikir realistis harus belajar menerima kebenaran. Nah, caranya bagaimana untuk melatih realistic thinking?

2. Bagaimana Membangun Critical Thinking Skills bagi Pemimpin

a. Big Picture Thinking

b. Realistic Thinking

Petama, harus memiliki visi untuk masa depan.

Belajar untuk menghargai kebenaran.

Berpikirlah seperti pemimpin yang tahu arah tujuan, pergi bersama-sama menuju tujuan yang ingin dicapai, dan menunjukkan arah tujuan.

Mulai membiasakan diri untuk mengumpulkan fakta konkret.

Perhitungkan semua data yang mungkin kalian temui.

Perhatikan hambatan apa yang mungkin kalian temukan.

Gambarlah peta jalan ke mana tim kalian akan pergi.

Hubungkan masa lalu dengan masa depan untuk menunjukkan perjalanan yang bermakna.

9

(11)

Setiap solusi dan tujuan membutuhkan rencana. Tanpa rencana, pemimpin tidak bisa berharap untuk membuat banyak kemajuan dalam mencapai tujuan utamanya.

Saat ini, kita hidup di era banyaknya informasi yang berdedar. Meskipun kalian mungkin merasa tergoda untuk berpikir secara mendalam, kalian harus lebih selektif. Dengan kata lain, berlatihlah berpikir terfokus.

Saat merujuk pada bottom-line thinking, John Maxwell mengartikannya terkait dengan menetapkan standar yang harus kalian penuhi jika ingin sukses.

Pahami bahwa tidak mungkin mengetahui segalanya dan semua orang. Jika kalian memfokuskan energi pada hal tertentu saha, kalian dapat berkonsentrasi pada hal terpenting yang ingin dipelajari. Pemimpin muda, gimana cara melatih berfikir fokus?

Dengan membuat perencanaan, berarti mengembangkan pemikiran strategis.

Bagian mana yang dapat Anda atasi sendiri, dan bagian mana yang dapat melibatkan pendelegasian kepada orang lain? Pemikiran strategis menunjukkan bahwa yang penting bukan hanya apa yang ingin kalian capai, melainkan bagaimana kalian melakukannya.

c. Strategic Thinking

d. Focused Thinking

e. Bottom-Line Thinking

Singkirkan semua hal-hal bukan prioritas yang dapat mengganggu kalian.

Pertimbangkan pro dan kontra dari setiap solusi.

Sisihkan waktu yang didedikasikan untuk pemikiran terfokus.

Tetapkan tujuan spesifik.

Pantau kemajuan menuju tujuan kalian.

Identifikasi kekuatan dan bidang keahlian kalian.

Bayangkan skenario terburuk dan tenamkan mindset agar siap menghadapinya.

Selaraskan pemikiran kalian dengan kebenaran untuk mempromosikan solusi yang tepat.

10

(12)

Bottom-line thinking melibatkan pemikiran tentang apa yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan terpenting dalam berbagai bidang kehidupan kalian.

Setelah kalian mengesampingkan emosi dan keinginan apa pun, kalian dapat menentukan pencapaian apa yang benar-benar penting bagi kalian.

Teman-teman sudah memahami ya, di post-truth era seperti ini penting banget untuk punya critical thinking skills, terutama buat kalian para pemimpin muda Indonesia. Sebagai pemimpin, kalian perlu punya critical thinking skills agar dapat mengambil keputusan yang bermanfaat tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi bagi semua lapisan masyarakat. Kalian harus tahu juga bahwa critical thinking itu bukan bawaan dari lahir, melainkan kemampuan yang dipelajari dan ditingkatkan melalui latihan dan penerapan. Lalu, bagaimana caranya melatih critical thinking skills?. Dilansir dari laman forbes, menurut Bernard Mar terdapat 13 cara untuk melatih critical thinking skills, yakni sebagai berikut:

E. Melatih Critical Thinking bagi Diri Sendiri

Keingintahuan adalah ciri utama pemikir kritis, ajukanlah banyak pertanyaan pola 5W1H (what, why, where, when, who, dan how). Mulai dari pertanyaan tersebut, kalian dapat mulai mengasah kemampuan critical thinking kalian.

Baik itu artikel yang dibagikan seseorang secara online atau data yang terkait dengan tugas kalian, periksalah informasi yang kalian dapatkan; "Apakah informasi ini lengkap dan terkini?" "Bukti apa yang disajikan untuk mendukung argumen?".

Apakah sumbernya dapat dipercaya? Apa motivasi mereka untuk menyajikan informasi ini?. Kedua pertanyaan tersebut harus kalian cari tahu jawabannya. Karena, kalau kalian mau mengambil informasi, penting untuk mengetahui asal sebuah informasi.

Makanya, kalian bisa memiilih sumber informasi yang memiliki reputasi baik. Contohnya, seperti situs berita terkemuka, NGO, dan lembaga pendidikan. Cobalah untuk menghindari sumber anonim.

Ajukan banyak pertanyaan terbuka.

2. Selalu periksa informasi baru dengan hati-hati.

3. Lihat dari mana informasi itu berasal.

11

(13)

Setiap orang memiliki pendapat dan motivasinya sendiri. Misal, kalian melihat orang cerdas membuat argumen yang kedengarannya sih masuk akal. Tapi tunggu dulu, siapapun itu, baik orang cerdas atau bukan tidak mungkin apabila tidak punya pendapat dan bias pribadi yang membentuk pemikiran mereka. Jadi, ketika seseorang memberi kalian informasi, pertimbangkan apakah ada sisi lain dari cerita tersebut.

Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan orang lain kepada kalian, dan cobalah untuk membangun gambaran yang jelas tentang perspektif mereka. Empati adalah keterampilan yang sangat berguna di sini karena menempatkan diri pada posisi orang lain dapat membantu kalian memahami dari mana mereka berasal dan apa yang mungkin mereka inginkan. Cobalah untuk mendengarkan tanpa menghakimi. Ingat, pemikiran kritis adalah tentang menjaga pikiran tetap terbuka.

Kalau kalian melihat sesuatu di media sosial yang menarik, periksa kebenaran ceritanya (melalui sumber informasi tepercaya, seperti di atas) sebelum kalian membagikannya.

Tidak selalu mudah menemukan konten yang salah atau menyesatkan, tetapi aturan praktis yang baik adalah melihat bahasa, emosi, dan nada dari karya tersebut. Apakah itu menggunakan bahasa yang bermuatan emosional, misalnya, dan mencoba membuat kalian merasakan hal tertentu?. Selain itu, lihat sumber fakta, angka, gambar, dan kutipan. Sebuah berita yang sah akan dengan jelas menyebutkan sumbernya.

Seperti berita palsu, informasi yang bias mungkin lebih mengandalkan emosi kalian daripada logika dan/atau menyajikan pandangan terbatas tentang topik tersebut. Jadi tanyakan pada diri kalian, "Apakah topik ini lebih dari apa yang disajikan di sini?" Lakukan bacaan kalian sendiri di sekitar topik untuk membangun gambaran lengkapnya.

Kalian juga harus memeriksa kapan informasi itu diterbitkan. Sumber yang lebih lama mungkin secara gak langsung informasinya bisa nggak akurat karena situasi pasti udah berubah, ditambah lagi denngan menguatkan adanya sumber yang lebih baru.

4. Pertimbangkan lebih dari satu sudut pandang

5. Berlatihlah mendengarkan secara aktif.

6. Usahakan untuk tidak mendapatkan berita dari media sosial.

7. Belajar mengenali berita palsu.

8. Belajar mengenali informasi yang bias.

12

(14)

Setiap orang memiliki bias, dan tidak ada gunanya berpura-pura sebaliknya. Triknya adalah dengan berpikir secara objektif tentang suka dan tidak suka, preferensi, dan keyakinan kalian, dan pertimbangkan bagaimana ini dapat memengaruhi pemikiran kalian.

Ingat, berpikir kritis adalah tentang berpikir secara mandiri. Jadi, setelah Anda menilai semua informasi, buat kesimpulan Anda sendiri tentangnya.

System 1 dapat dikatakan sebagai thinking fast karena durasi berfikirnya yang cepat. Lalu apa saja kriteria dari thinking fast?

9. Pertanyakan juga bias kalian sendiri.

10. Bentuk opini kalian sendiri.

System 1

F. Thinking Fast and Slow (Daniel Kahneman)

Tentu saja, ketika melaklukan suatu pekerjaan, kalian tidak akan bisa lepas dari yang namanya decision-making. Pastinya, dalam decision-making terdapat proses-proses berpikir di dalamnya. Mungkin kalian berfikir kalau decision-making dibuat dengan cara yang sama. Tapi ternyata, dalam decision-making itu ada dua sistem berpikir atau thinking system yang sangat berbeda loh!

Nah, Daniel Kahneman mengembangkan teori Thinking Fast and Slow, yang dikenal sebagai System 1 Thinking dan System 2 Thinking. Memahami Thinking Fast and Slow, dapat membantu kita menemukan solusi yang lebih rasional untuk masalah yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. By the way, di bagian selanjutnya kita akan bahas System 1 dan 2 secara lebih lanjut ya!.

Thinking Fast

Unconscious Tidak sadar

Dilakukan secara otomatis

Dilakukan tanpa memerlukan usaha yang besar

Otak kita percaya bahwa informasi yang kita miliki adalah semua informasi yang relevan

Automatic Effortless

Tanpa Self-Awareness dan Kontrol

13

(15)

Jadi, system 1 ini akan secara tidak sadar dan otomatis, akan menghasilkan saran dan intuisi. System 1 juga dapat berfikir secara effortless alias tanpa banyak berusaha karena bawaan yang kalian miliki dari sejak lahir. Misalnya, seperti kesiapan untuk memahami dunia di sekitar kita, mengenali objek, mengarahkan perhatian, menghindari kehilangan, dan takut akan hewan buas.

Tapi karena System 1 ini beroperasi secara otomatis dan tidak dapat hentikan, bahayanya kalian akan mudah terjebak dalam bias. Makanya karena System 1 mendominasi pola berpikir kita, bias sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. For your information, ada beberapa bias yang sering terjadi dalam kehidupan, yaitu:

Bias ini mendukung informasi yang sesuai dengan keyakinan kalian saat ini dan mengabaikan informasi berupa fakta karena tidak sesuai dengan apa yang sudah kalian yakini.

a. Confirmation Bias

b. Bandwagon Bias

14

(16)

Bandwagon bias adalah salah satu bentuk group think. Ini adalah bias kognitif yang membuat kita mempercayai sesuatu karena orang lain mempercayainya. Itu bisa membuat kita berpikir sesuatu yang seharusnya dapat dicapai menjadi tidak mungkin tercapai karena orang lain telah mencoba dan gagal sebelum kita.

Bias ini membuat kita membentuk persepsi berdasarkan informasi pertama yang diterima atau penilaian awal seseorang dan tidak mengubahnya setelah ada informasi baru.

Bias ini merupakan jenis bias kognitif yang melibatkan kecenderungan untuk menemukan pola yang sebenarnya tidak ada dalam hal-hal yang tidak berhubungan atau random. Nah, bias ini bakal berpotensi memunculkan teori konspirasi.

Bias ini, merupakan jenis bias kognitif yang biasanya dilakukan oleh seseorang ketika melakukan penalaran dengan jalan pinta. Jalan pintas ini didasarkan pada informasi yang sering mereka dapat/ atau yang terakhir mereka dapat dan yang paling mudah dipikirkan untuk segera mengambil keputusan.

c. Anchoring Bias

d. Apophenia Bias

e. Availability Heuristic Bias

15

(17)

Bias ini merupakan perasaan tidak nyaman karena ide yang dimilikinya bertentangan dengan fakta. Biasanya, mereka mengurangi rasa tidak nyamannya dengan marah dan meminimalisir informasi yang berseberangan dengan idenya.

Bias ini merupakan bias kognitif yang menyebabkan orang terlalu mengandalkan sudut pandang mereka sendiri ketika melihat suatu hal. Jenis bias ini, membuat orang berpikir bahwa pengaruh dan kepentingan mereka lebih besar daripada yang sebenarnya. Orang dengan jenis bias ini akan berpikir bahwa mereka di atas rata-rata dalam tingkat kecerdasan, kemurahan hati, dan keterampilan dibanding orang lain.

f. Cognitive dissonance

g. Egocentric Bias

16

(18)

Nah teman-teman, tadi kan sudah dijelaskan ya, bias apa saja yang sering terjadi salam kehidupan sehari-hari. Dalam memproses informasi, terlebih di post truth era di mana berita hoaks tersebar di mana-mana, maka kalian perlu tahu bagaimana cara mengatasi bias agar dapat menghasilkan keputusan yang objektif. Lalu, bagaimana caranya?

Menyadari bias: kalian harus memahami dan mempertimbangkan bagaimana bias dapat memengaruhi pengambilan keputusan kalian

Mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi keputusan: coba kalian lihat lagi, apakah ada faktor-faktor seperti terlalu percaya diri atau mementingkan diri sendiri? Memikirkan pengaruh pada keputusan kalian dapat membantu membuat keputusan yang lebih baik.

Menantang bias kalian: Jika kalian melihat ada faktor yang memengaruhi decision making kalian, maka kalian harus fokus untuk menantang bias secara aktif dengan cara mengetahui:

Memikirkan hal-hal ini dan menantang bias dapat membuat kalian menjadi pemikir yang lebih kritis.

Pada System 2 ini, pikiran berada dalam mode yang lebih lambat daripada sistem 1. Berikut kriteria pada System 2:

Apa saja faktor yang kalian lewatkan?

Apakah kalian memberi terlalu banyak bobot pada faktor-faktor tertentu?

Apakah kalian mengabaikan informasi yang relevan karena tidak mendukung pandangan kalian?

2. System 2

17

(19)

Peran dari sistem 2 ini adalah mencari informasi baru atau mencari informasi yang hilang dan decision making. Ketika kalian melakukan kegiatan ini, pastinya harus dilakukan secara sadar, disengaja, terkontrol, rasional.

Terlebih, sistem 2 ini sangat berperan di era serba tidak pasti ini dengan sikap skeptis. Sikap skeptis adalah memandang bahwa segala sesuatu tidak pasti sehingga harus dicurigai dan dipertanyakan.

Makanya, kekuatan terbesar Sistem 2 adalah kemampuannya untuk memikirkan masalah secara step by step dengan kritis dan juga menyangkal kesimpulan tergesa-gesa yang mengandung bias dari Sistem 1.

18

(20)

Pemimpin muda, kita sudah selesai membahas critical thinking mulai dari esensi critical thinking, tipe-tipe critical thinking, tahap perkembangannya dan cara melatihnya. Lalu, kalian juga sudah paham ya, sebagai pemimpin harus punya critical thinking skills, terlebih di zaman post-truth seperti ini agar kepemimpinan dapat mencapai tujuannya.

Satu hal yang kalian harus ingat, dalam critical thinking kalian tidak akan lepas dari yang namanya memproses informasi dan problem solving. Oleh karena itu, kalian perlu memahami system thinking, yaitu thinking fast and slow. Kalau kalian paham sistem berpikir cepat dan lambat, kalian bisa menghasilkan keputusan yang baik dan meminimalisir bias.

Sekian, penjelasan dari kami mengenai modul critical thinking. Semoga pembelajaran yang ada di modul ini dapat bermanfaat buat kalian untuk berlatih menjadi pemimpin yang kritis kedepannya.

G. Penutup

Selamat belajar dan bertumbuh!

19

(21)

References

Alfaro-LeFevre, R. (2019). Critical thinking, clinical reasoning, and clinical judgment: A practical approach.

Arini, H. M. (2022, September 8). _Digital ’native’_ atau _’naive’_? Generasi Z di Indonesia cenderung percaya info dari pemerintah, tapi kesulitan mendeteksi hoaks. The Conversation. https://theconversation.com/digital-native-atau-naive-generasi-z-di- indonesia-cenderung-percaya-info-dari-pemerintah-tapi-kesulitan-mendeteksi-

hoaks-190062

Baker, C. (2022, December 12). 6 critical thinking skills that create great leaders.

Leaders.Com. https://leaders.com/articles/personal-growth/critical-thinking-skills/

Cherry, K. (2009, March 11). Cognitive dissonance and ways to resolve it. Verywell Mind.

https://www.verywellmind.com/what-is-cognitive-dissonance-2795012

Cherry, K. (2012, May 8). How the availability heuristic affects your decision making.

Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/availability-heuristic-2794824

Cherry, K. (2014, March 3). How cognitive biases influence how you think and act. Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/what-is-a-cognitive-bias-2794963

Chung, S. (Andy), Park, S., & Lee, S. (2017). The era of hyper-connected society and the changes in business activities: Focusing on information blocking and acquisition activities.

International Journal of Management and Applied Science, 3(4), 16–21.

Cunff, A.-L. L. (2021, May 6). Egocentric bias: Why we feel like the main character in our own movie. Ness Labs. https://nesslabs.com/egocentric-bias

Facione, P. (2015, January 1). Critical thinking: What it is and why it counts. Insight Assessment.

Flores, K. L., Matkin, G. S., Burbach, M. E., Quinn, C. E., & Harding, H. (2012). Deficient Critical Thinking Skills among College Graduates: Implications for leadership. Educational Philosophy and Theory, 44(2), 212–230. https://doi.org/10.1111/

j.1469-5812.2010.00672.x

20

(22)

Georgiadou, E., Rahanu, H., Siakas, K. V., & Knezevic, R. (2018). Fake news and critical thinking in information evaluation.

Gray, A. (2016, January 19). The 10 skills you need to thrive in the Fourth Industrial Revolution. World Economic Forum. https://www.weforum.org/agenda/2016/01/the-10- skills-you-need-to-thrive-in-the-fourth-industrial-revolution/

Howat, A., Bruschke, J., & Ocampo, M. (2022). Critical thinking instruction for the post- truth era. Argumentation and Advocacy, 1–19. https://

doi.org/10.1080/10511431.2022.2125698

Kahneman, D. (2012, June 15). Of 2 minds: How fast and slow thinking shape perception and choice [excerpt]. Scientific American. https://www.scientificamerican.com/article/

kahneman-excerpt-thinking-fast-and-slow/

Leon, C. (2020, September 20). The 6 stages of critical thinking charles leon. Charles Leon.

https://www.charlesleon.uk/blog/the-6-stages-of-critical-thinking2092020

Manning, S. (2015, February 5). CRITICAL THINKING versus CRITICISM: Helping students

know the difference. Thinking about Ideas. https://

suzannemanningblog.wordpress.com/2015/02/05/critical-thinking-versus-criticism- helping-students-know-the-difference/

Marr, B. (2022, August 5). 13 easy steps to improve your critical thinking skills. Forbes.

https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2022/08/05/13-easy-steps-to-improve-your- critical-thinking-skills/

Penn, A. (2019, November 5). System 1 and system 2 thinking: Use both to make the best decisions. Shortform Books. https://www.shortform.com/blog/system-1-and-system-2- thinking/

Peterson, A. L. (2021, December 10). Home. Mental Health @ Home. https://

mentalhealthathome.org/2021/12/10/what-is-apophenia/

“Post-truth” is Oxford Dictionaries’ word of 2016. (2016, November 16). Deutsche Welle.

https://www.dw.com/en/post-truth-is-oxford-dictionaries-word-of-2016/a-36408645

Ratner, P. (2020, May 12). How to think effectively: Six stages of critical thinking. Big Think.

https://bigthink.com/neuropsych/how-to-think-effectively-6-stages-of-critical-thinking/

Ruhl, C. (n.d.). What is cognitive bias? Simply Psychology. Retrieved December 14, 2022, from https://www.simplypsychology.org/cognitive-bias.html

21

(23)

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito

System 1 and system 2 thinking. (n.d.). The Marketing Society. Retrieved December 14, 2022, from https://www.marketingsociety.com/think-piece/system-1-and-system-2- thinking

T, A. (2020, October 16). System 1 and system 2 thinking: How we make decisions — noteworthynonsense. NoteworthyNonsense. https://noteworthynonsense.com/

blog/10/2020/system1-system2-thinking-kahneman

What is Bandwagon Bias? (n.d.). The Interaction Design Foundation. Retrieved December 14, 2022, from https://www.interaction-design.org/literature/topics/bandwagon-bias

What is critical thinking? (n.d.). Learn HQ. Retrieved December 14, 2022, from https://

www.monash.edu/learnhq/enhance-your-thinking/critical-thinking/what-is-critical- thinking

22

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk diagram blok dari sebuah operasi pernguatan sinyal dapat diberikan pada gambar berikut ini.. Besarnya nilai konstanta sinyal amp >1, dan penguatan sinyal

Siswa dapat mengubah seluruh informasi dari data grafik, tabel, diagram, persamaan ke dalam bentuk yang lain seperti grafik, tabel, diagram, dan persamaan dengan

Deformasi merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada interpretasi karakter, dengan cara mengubah bentuk obyek dengan cara menggambarkan obyek tersebut dengan hanya

Siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang: penyajian data dalam bentuk tabel, diagram garis, diagram batang, dan diagram lingkaran, rata-rata, median,

Kemampuan representasi matematis siswa bentuk visual menggambarkan bahwa secara umum siswa sudah bisa menyajikan masalah ke dalam bentuk tabel, grafik, diagram

• Murid bersama kelompoknya menentukan bentuk penyajian data yang akan dipilih apakah dalam bentuk tabel, diagram garis, diagram batang atau diagram lingkaran dan memilih

Start: Menggambarkan Diagram Segaris Entri data pembangkit: Beberapa mesin pada tiap bus dinayatakan dalam sebuah simbol satu emf saja Mengubah diagram segaris kedalam bentuk

Diagram ladder merupakan bahasa pemrograman PLC yang paling umum dan dinyatakan dalam bentuk simbol atau