LANDASAN DAN KONSEP PENDIDIKAN INKLUSI: Program Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Inklusi
Book · August 2021
CITATIONS
0
READS
723 4 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Formative AssessmentView project
Science learning for students with autismView project Ediyanto Ediyanto
State University of Malang 48PUBLICATIONS 94CITATIONS
SEE PROFILE
Asep Sunandar State University of Malang 34PUBLICATIONS 8CITATIONS
SEE PROFILE
Wiwik Dwi Hastuti State University of Malang 20PUBLICATIONS 38CITATIONS
SEE PROFILE
Dana PNBP UM Tahun 2021
MODUL
LANDASAN DAN KONSEP PENDIDIKAN INKLUSI
Program Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Inklusi
Ediyanto Asep Sunandar Wiwik Dwi Hastuti Risa Safira Ramadhani
YAYASAN PUSAT PENDIDIKAN ANGSTROM
Dana PNBP UM Tahun 2021
Korespondensi Penulis
Ediyanto
Doctor of Philosophy in Education Hiroshima University
Telp.: +62 817532635
Email: [email protected]
Asep Sunandar
Doktor Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang Telp.: +6281-2212-7371
Email: [email protected]
Wiwik Dwi Hastuti
Magister Bimbingan Anak berkebutuhan Khusus IKIP Bandung
Telp.: +6285-790-957-465 Email: [email protected]
Risa Safira Ramadhani
Sarjana Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Malang Tel.: +62858-1247-1545
Email: [email protected] Korespondensi Institusi
Universitas Negeri Malang
Alamat Jalan Jl. Semarang No.5, Sumbersari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145. Telp: (0341) 551312
Website: https://um.ac.id/
MODUL PROGRAM PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH INKLUSI INI DIDANAI OLEH PNBP UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Dana PNBP UM Tahun 2021
MODUL
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Program Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Inklusi
Ediyanto;
Asep Sunandar;
Wiwik Dwi Hastuti;
Risa Safira Ramadhani.
@2021 Published by:
YAYASAN PUSAT PENDIDIKAN ANGSTROM
SK. MENHUMHAM No: AHU-0017392.AH.01.04.Tahun 2018 Alamat Jalan Golf Kavling No. 4 RT.004 RW. 001 Tasikmadu, Lowokwaru Kota Malang , Jawa Timur 65142. Telp: +62 (0) 819 9120 7990.
Website : www.educationcenter.id, Email : [email protected].
Cetakan Pertama, Agustus 2021
Layout & Cover Design:
Tim Penulis
ISBN : 978-623-91137-2-8 e-ISBN : 978-623-91137-3-5
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau keseluruhan isi buku ke dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk fotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Hak Cipta, Bab XII Ketentuan Pidana, Pasal 72, Ayat (1), (2), dan (6).
Dana PNBP UM Tahun 2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT karena buku yang berjudul “Modul Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi, Program Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Inklusi” ini dapat terselesaikan. Buku ini dibuat untuk pelatihan guru dan kepala sekolah pendidikan inklusi dalam landasan dan konsep pendidikan inklusi di Indonesia yang didanai oleh PNBP Universitas Negeri Malang tahun 2021.
Buku ini berisikan panduan yang mampu menganalisis landasan dan konsep pendidikan inklusi sehingga dapat diimplementasikan dengan baik dalam lingkungan sekolah, sehingga peserta program mampu menganalisis teori pendidikan inklusi untuk mengembangkan wawasan pendidikan untuk semua.
Pada buku ini, kita juga dapat belajar menyusun rencana pengembangan sekolah inklusi berdasarkan studi kasus yang mereka buat pada satu satuan pendidikan di jenjang pendidikan informal, dasar, menengah atau tinggi.
Buku ini jauh dari kata sempurna, sehingga perlu kiranya untuk selalu diperbaiki melalui kritik dan saran pembaca. Akhirnya, ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya buku ini. Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat bagi semua. Amin.
Malang, Agustus 2021
Penulis
Dana PNBP UM Tahun 2021
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Korespondensi Penulis ii
Halaman Pengesahan iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Peta Kedudukan Modul 1
Bab 1 Pendahuluan 4
Bab 2 Isi Modul 9
Bab 3 Evaluasi 46
Kunci Jawaban 52
Daftar Pustaka 53
Dana PNBP UM Tahun 2021
MODUL LANDASAN DAN KONSEP PENDIDIKAN INKLUSI
Peta Kedudukan Modul
Setiap guru memiliki gaya dan karakteristik tersendiri dalam pembelajaran di kelas, sehingga sekolah menakomodirnya dengan suatu ketentuan pembelajaran bagi para guru di sekolah itu. Belum semua sekolah dapat menerapkan pembelajaran dengan setting inklusi, karena diperlukan kapasitas dan keterampilan khusus untuk dapat memiliki kemampuan tersebut. Oleh karena itu dalam program capacity building ini akan diupayakan adanya pendampingan secara massif bagi para guru agar memiliki kemampuan pembelajaran kelas dalam setting inklusi.
Guru menjadi faktor penting dalam optimalisasi pendidikan inklusi di sekolah. Selain guru kelas juga dibutuhkan guru khusus yang memiliki keluasan wawasan dan keterampilan dalam penerapan pembelajaran inklusi di kelas. Selain itu, Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak adalah faktor pendorong dan penentu dalam pengembangan pendidikan inklusif di seluruh dunia. Mulai dari pengambilan keputusan mengenai penempatan sekolah, hingga kolaborasi antara pihak sekolah dan orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
Terdapat sikap orang tua dan guru terhadap implementasi pendidikan inklusi yang menunjukkan bahwa sebagian besar (73.3%), menyatakan ketidaksetujuan jika siswa ABK berada dalam satu kelas dengan siswa non ABK. Sikap negatif orangtua dan guru tersebut konsisten dengan penilaian yang menyatakan berbagai kekurangan jika siswa ABK belajar bersama siswa non ABK (sebanyak 63.33%), dan pendapat bahwa siswa ABK seharusnya bersekolah di sekolah khusus/
sekolah luar biasa (sebanyak 86.67%). Orang tua dan guru menunjukkan sikap yang negatif terhadap penerapan pendidikan inklusi. Hal ini
Dana PNBP UM Tahun 2021
ditunjukkan melalui pernyataan tidak setuju jika siswa ABK berada dalam satu kelas dengan siswa non ABK. Orang tua masih mengkhawatirkan masih banyak kekurangan pada pendidikan inklusi jika siswa ABK belajar bersama siswa non ABK. Mereka berpendapat bahwa siswa ABK seharusnya bersekolah di sekolah khusus/sekolah luar biasa. Keterampilan guru dalam memberikan layanan pendidikan inklusi perlu terus ditingkatkan. Peningkatan keterampilan itu melalui pendidikan dan pelatihan, atau studi lanjut ke program studi PLB. Diperlukan kolaborasi guru reguler dengan guru PLB dalam memberikan layanan pendidikan inklusi di sekolah.
Gambar 1. Konsep Capacity Building dalam Setting Pendidikan Inklusi (Pembelajaran Kolaborasi)
Dana PNBP UM Tahun 2021
Pokok bahasan materi pelatihan bagi guru di sekolah inklusi sebagai berikut: 1) Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi, 2) Manajemen Pendidikan Inklusi, 3) Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus, 4) Pengembangan Kurikulum, Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Program Individual, dan 5) Pengembangan Sarana, Prasarana, dan Media Pembelajaran. Sedangkan pada modul ini dibahas tentang Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi.
Dana PNBP UM Tahun 2021
BAB I PENDAHULUAN
A. Standar Kompetensi dan Indikator Utama Standar Kompetensi:
1. Peserta program mampu menganalisis teori pendidikan inklusi untuk mengembangkan wawasan pendidikan untuk semua (Education for All) yang berlandaskan kepada keadilan sosial, equality dan equity.
2. Peserta program mampu menyusun rencana pengembangan sekolah inklusi berdasarkan studi kasus yang mereka buat pada satu satuan pendidikan di jenjang pendidikan informal, dasar, menengah atau tinggi.
3. Peserta program memiliki, membiasakan, dan menunjukkan sikap yang positif terhadap pendidikan inklusi.
Indikator Utama:
Mampu menganalisis landasan dan konsep pendidikan inklusi sehingga dapat diimplementasikan dengan baik dalam lingkungan sekolah.
B. Deskripsi
Modul ini terdiri dari tiga indikator pencapaian yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Masing-masing indikator pencapaian terintegrasi di dalam materi-materi yang dipaparkan. Peserta program mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan. Pemahaman setiap materi pada modul Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi ini diperlukan untuk memahami landasan dan konsep pendidikan inklusi secara lengkap. Setiap kegiatan belajar disertai dengan latihan atau
Dana PNBP UM Tahun 2021
evaluasi yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta program setelah mempelajari materi dalam modul ini.
Indikator Pencapaian dalam modul ini yaitu:
a. Pengetahuan
1. Peserta Program mampu menjelaskan konsep pendidikan inklusi dengan tepat.
2. Peserta Program mampu menjelaskan sejarah pendidikan inklusi dengan tepat.
3. Peserta Program mampu menjelaskan landasan filosofis pendidikan inklusi dengan benar.
4. Peserta Program mampu menjelaskan landasan yuridis pendidikan inklusi dengan benar.
5. Peserta Program mampu menjelaskan landasan empiris pendidikan inklusi dengan benar.
6. Peserta Program mampu menjelaskan landasan pedagogis pendidikan inklusi dengan benar.
7. Peserta Program mampu menganalisis prinsip-prinsip pendidikan inklusi dengan tepat.
8. Peserta Program mampu menjelaskan tujuan pendidikan inklusi dengan benar.
9. Peserta Program mampu menjelaskan karakteristik pendidikan inklusi dengan benar.
10. Peserta Program mampu menjelaskan penekanan tentang konsep Inklusi dengan tepat.
b. Keterampilan
1. Peserta Program mampu menganalisis konsep pendidikan inklusi yang ada di sekolah dengan tepat.
Dana PNBP UM Tahun 2021
c. Sikap
1. Peserta Program mengikuti konsep pendidikan inklusi dengan baik.
2. Peserta Program meyakini sejarah pendidikan inklusi dengan baik.
3. Peserta Program menganut landasan filosofis dalam pendidikan inklusi dengan baik.
4. Peserta Program menganut landasan yuridis dalam pendidikan inklusi dengan baik.
5. Peserta Program menganut landasan empiris dalam pendidikan inklusi dengan baik
6. Peserta Program menganut landasan pedagogis dalam pendidikan inklusi dengan baik
7. Peserta Program mampu mengikuti prinsip-prinsip pendidikan inklusi dengan baik
8. Peserta Program mampu mengikuti tujuan pendidikan inklusi dengan benar
9. Peserta Program mampu mengikuti karakteristik pendidikan inklusi dengan benar
10. Peserta Program mampu mengikuti Penekanan tentang Konsep Inklusi dengan tepat
Isi materi yang terdapat dalam modul ini berupa:
1. Konsep Pendidikan Inklusi 2. Sejarah pendidikan inklusi 3. Landasan pendidikan Inklusi
a. Landasan Filosofis b. Landasan Yuridis c. Landasan Empiris
Dana PNBP UM Tahun 2021
4. Prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusi 5. Tujuan pendidikan inklusi
6. Karakteristik pendidikan inklusi 7. Penekanan tentang Konsep Inklusi
C. Waktu
Tatap Muka : 4 jam Kerja Mandiri : 16 jam
Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menguasai kompetensi yang menjadi target program
D. Prasyarat
Guru atau kepala sekolah di sekolah inklusi.
E. Petunjuk Penggunaan Modul
Ada beberapa cara yang dalam mempelajari modul ini secara efektif, antara lain.
1. Bacalah setiap petunjuk yang terdapat dalam modul ini dengan baik, agar tidak terjadi kesalahan persepsi terhadap isi modul.
2. Pahamilah setiap indikator keberhasilan yang ingin dicapai sebelum membaca isi materi.
3. Bacalah isi setiap materi modul dengan teliti.
4. Pahamilah isi setiap materi pokok dengan baik.
5. Baca dan pahamilah setiap rangkuman yang diberikan pada akhir materi pokok.
6. Kerjakan soal-soal evaluasi di akhir materi pokok dengan memilih jawaban yang tepat.
7. Kerjakan soal-soal evaluasi tersebut dengan cermat dan teliti.
Dana PNBP UM Tahun 2021
8. Lakukan kegiatan kerja mandiri untuk peningkatan kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif.
9. Ulangilah membaca jika masih ada kesulitan dalam menjawab dan mengerjakan soal evaluasi.
Dana PNBP UM Tahun 2021
BAB II MATERI MODUL
A. Tujuan
1. Peserta Program mampu menjelaskan konsep pendidikan inklusi dengan tepat.
2. Peserta Program mampu menjelaskan sejarah pendidikan inklusi dengan tepat.
3. Peserta Program mampu menjelaskan landasan-landasan pendidikan inklusi dengan benar.
4. Peserta Program mampu menganalisis prinsip-prinsip pendidikan inklusi dengan tepat.
5. Peserta Program mampu menjelaskan tujuan pendidikan inklusi dengan benar.
6. Peserta Program mampu menjelaskan karakteristik pendidikan inklusi dengan benar.
7. Peserta Program mampu menjelaskan Penekanan tentang Konsep Inklusi dengan tepat.
B. Uraian Materi
1. Konsep Pendidikan Inklusi a. Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan Inklusif adalah suatu filosofi pendidikan dan sosial.
Dalam pendidikan inklusif, semua orang adalah bagian yang berharga dalam kebersamaan, apapun perbedaan mereka. Pendidikan inklusif berarti bahwa semua anak, terlepas dari kemampuan maupun ketidakmampuan mereka, jenis kelamin, status sosial-ekonomi, suku, latar belakang budaya atau bahasa dan agama menyatu dalam
Dana PNBP UM Tahun 2021
komunitas sekolah yang sama. Pendidikan inklusif merupakan pendekatan yang memperhatikan cara mentransformasikan sistem pendidikan, sehingga dapat merespon keanekaragaman peserta didik yang memungkinkan guru dan peserta didik merasa nyaman dengan keanekaragaman tersebut, serta melihatnya lebih sebagai suatu tantangan dan pengayaan dalam lingkungan belajar dari pada melihatnya sebagai suatu problem.
Selanjutnya, Staub dan Peck (1995) mengemukakan bahwa pendidikan inklusif adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang sesuai bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya Sementara itu, Sapon-Shevin (dalam 0'Neil, 1995) menyatakan bahwa pendidikan inklusif sebagai sistem layanan pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkebutuhan khusus dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya restrukturisasi sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap peserta didik. Artinya, dalam pendidikan inklusif tersedia sumber belajar yang kaya dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu: peserta didik, guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya. Melalui pendidikan inklusif, peserta didik berkebutuhan khusus dididik bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya (Freiberg, 1995). Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas.
Dana PNBP UM Tahun 2021
Pendidikan inklusif dalam Permendiknas No. 70 tahun 2009 didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik berkelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Dalam pelaksanaannya, pendidikan inklusif bertujuan untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik berkebutuhan khusus dan mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Sekolah inklusif menurut Stainback dan Stainback (1990) adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama.
Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap peserta didik.
Lebih dari itu, sekolah inklusif juga merupakan tempat setiap peserta didik berterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.
Sekolah inklusif adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan bagi semua peserta didik pada sekolah yang sama tanpa diskriminasi, ramah dan humanis untuk mengoptimalkan pengembangan potensi semua peserta didik agar menjadi insan yang berdayaguna dan bermartabat. Suatu penyelenggaraan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan
Dana PNBP UM Tahun 2021
khusus semua peserta didik, untuk itu sekolah perlu melakukan berbagai modifikasi dan/atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran, serta sistem penilaiannya.
b. Pendidikan Segregasi, Pendidikan Terpadu, dan Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif hanya merupakan salah satu model penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Model yang lain diantaranya adalah sekolah segregasi dan pendidikan terpadu. Perbedaan ketiga model tersebut dapat diringkas sebagai berikut.
1) Sekolah segregasi adalah sekolah yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari sistem persekolahan reguler. Di Indonesia bentuk sekolah segregasi ini berupa satuan pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa sesuai dengan jenis kelainan peserta didik. Seperti SLB/ A untuk anak Tunanetra, SLB/B untuk anak tunarungu, SLB/C untuk anak tunagrahita dan lain-lain. Sistem pendidikan yang digunakan terpisah sama sekali dari sistem pendidikan di sekolah reguler, baik kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana, sampai pada sistem pembelajaran dan evaluasinya. Kelemahan dari sekolah segregasi ini antara lain aspek perkembangan emosi dan sosial anak kurang luas karena lingkungan pergaulan yang terbatas
2) Sekolah terpadu atau integrasi adalah sekolah yang memberikan kesempatan kepada peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengikuti pendidikan di sekolah reguler tanpa adanya perlakuan
Dana PNBP UM Tahun 2021
Sekolah tetap menggunakan kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, serta sistem pembelajaran reguler untuk semua peserta didik. Jika ada peserta didik tertentu mengalami kesulitan dalam mengikuti pendidikan, maka konsekuensinya peserta didik itu sendiri yang harus menyesuaikan dengan sistem yang dituntut di sekolah reguler.
Dengan kata lain pendidikan terpadu menuntut anak yang harus menyesuaikan dengan sistem yang dipersyaratkan sekolah reguler. Kelemahan dari pendidikan melalui sekolah terpadu ini antara lain, anak berkebutuhan khusus tidak mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan individu anak. Sedangkan keuntungannya adalah anak berkebutuhan khusus dapat bergaul di lingkungan sosial yang luas dan wajar.
3) Sekolah inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu. Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan/atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya. Dengan kata lain pendidikan inklusif mensyaratkan pihak sekolah yang harus menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan individu peserta didik, bukan peserta didik yang menyesuaikan dengan sistem persekolahan. Keuntungan dari pendidikan inklusif anak berkebutuhan khusus maupun anak biasa dapat saling berinteraksi secara wajar sesuai dengan tuntutan kehidupan sehari-hari di masyarakat, dan kebutuhan pendidikannya dapat terpenuhi sesuai potensinya masing- masing. Konsekuensi penyelenggaraan pendidikan inklusif
Dana PNBP UM Tahun 2021
adalah pihak sekolah dituntut melakukan berbagai perubahan, mulai cara pandang, sikap, sampai pada proses pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan individual tanpa diskriminasi.
2. Sejarah Pendidikan Inklusi
Sejarah perkembangan inklusif di dunia pada mulanya diprakarsai dan diawali dari negara-negara Skandinavia (Denmark, Norwegia, Swedia). Di Amerika Serikat pada tahun 1960-an oleh Presiden Kennedy mengirimkan pakar-pakar Pendidikan Luar biasa ke Scandinavia untuk mempelajari mainstreaming dan Least restrictive environment, yang ternyata cocok untuk diterapkan di Amerika Serikat. Selanjutnya di Inggris dalam Ed.Act. 1991 mulai memperkenalkan adanya konsep pendidikan inklusif dengan ditandai adanya pergeseran model pendidikan untuk anak kebutuhan khusus dari segregatif ke integratif. Tuntutan penyelenggaraan pendidikan inklusif di dunia semakin nyata terutama sejak diadakannya konvensi dunia tentang hak anak pada tahun 1989 dan konferensi dunia tentang pendidikan tahun 1991 di Bangkok yang menghasilkan deklarasi „Education for All.‟ Implikasi dari statement ini mengikat bagi semua anggota konferensi agar semua anak tanpa kecuali (termasuk anak berkebutuhan khusus) mendapatkan layanan pendidikan secara memadai.
Sebagai tindak lanjut deklarasi Bangkok, pada tahun 1994 diselenggarakan konvensi pendidikan di Salamanca Spanyol yang mencetuskan perlunya pendidikan inklusif yang selanjutnya dikenal dengan “the Salamanca statement on inclusive education.” Berdasarkan perkembangan sejarah pendidikan inklusif dunia tersebut, maka Pemerintah Republik Indonesia sejak awal tahun 2000 mengembangkan
Dana PNBP UM Tahun 2021
pendidikan terpadu yang sesungguhnya pernah diluncurkan di Indonesia pada tahun 1980-an, tetapi kemudian kurang berkembang, dan baru mulai tahun 2000 dimunculkan kembali dengan mengikuti kecenderungan dunia, menggunakan konsep pendidikan inklusif.
Sejalan dengan kecenderungan tuntutan perkembangan dunia tentang pendidikan inklusif, Indonesia pada tahun 2004 menyelenggarakan konvensi nasional dengan menghasilkan Deklarasi Bandung dengan komitmen Indonesia menuju pendidikan inklusif. Untuk memperjuangkan hak-hak anak dengan hambatan belajar, pada tahun 2005 diadakan simposium internasional di Bukittinggi dengan menghasilkan Rekomendasi Bukittinggi yang isinya antara lain menekankan perlunya terus dikembangkan program pendidikan inklusif sebagai salah satu cara menjamin bahwa semua anak benar-benar memperoleh pendidikan dan pemeliharaan yang berkualitas dan layak.
3. Landasan Pendidikan Inklusi a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis penerapan pendidikan inklusif di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita–cita yang didirikan atas fondasi yang lebih mendasar lagi, yang disebut Bhineka Tunggal Ika (Abdulrahman, 2003). Filsafat ini sebagai wujud pengakuan kebhinekaan manusia, baik kebhinekaan vertikal maupun horizontal, yang mengemban misi tunggal sebagai umat Tuhan di muka bumi. Kebhinekaan vertikal ditandai dengan perbedaan kecerdasan, kekuatan fisik, kemampuan finansial, kepangkatan, kemampuan pengendalian diri, dsb. Sedangkan kebhinekaan horizontal diwarnai dengan perbedaan suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, tempat tinggal, daerah afiliasi politik, dsb. Walaupun
Dana PNBP UM Tahun 2021
beragam namun dengan kesamaan misi yang diemban di bumi ini, menjadi kewajiban untuk membangun kebersamaan dan interaksi dilandasi dengan saling membutuhkan.
Bertolak dari filosofi Bhineka Tunggal Ika, kelainan (kecacatan) dan keberbakatan merupakan salah satu bentuk kebhinekaan, seperti halnya perbedaan suku, ras, bahasa, budaya, atau agama. Di dalam diri individu berkelainan pastilah dapat ditemukan keunggulan–
keunggulan tertentu, sebaliknya di dalam diri individu berbakat pasti terdapat juga kecacatan tertentu karena tidak hanya makhluk di bumi ini yang diciptakan sempurna. Kecacatan dan keunggulan tidak memisahkan peserta didik yang satu dengan yang lainnya, seperti halnya perbedaan suku, bahasa, budaya, atau agama, tetap dalam kesatuan. Hal ini terus diwujudkan dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan harus memungkinkan terjadinya pergaulan dan interaksi antar peserta didik yang beragam, sehingga mendorong sikap silih asah, silih asih, dan silih asuh dengan semangat toleransi yang nampak atau dicita–citakan dalam kehidupan sehari–hari.
b. Landasan Yuridis
Landasan yuridis penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah sebagai berikut:
1) UUD 1945 (Amandemen) Pasal 31: (1) berbunyi setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
2) UU no 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Ps 48 Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar
Dana PNBP UM Tahun 2021
Pemerintah, Keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan.
3) UU no 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional.
Ps 5 ayat (1) setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bermutu. Ayat (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan /atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Ayat (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. Ayat (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Pasal 11 ayat (1) dan (2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun. Pasal 12 ayat (1) setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya (1b) Setiap peserta didik berhak pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara (1e) Pasal 32 ayat (1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
Dana PNBP UM Tahun 2021
sosial, dan /atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Ayat (2) Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat terpencil, dan /atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi. Dalam penjelasan pasal 15 alinea terakhir dijelaskan bahwa pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Pasal 45 ayat (1) Setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.
4) Peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 tentang standar Nasional pendidikan Pasal 2 ayat (1) Lingkungan Standar Nasional Pendidikan meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Dalam PP No 19/2005 tersebut juga dijelaskan bahwa satuan pendidikan khusus terdiri atas SDLB, SMPLB, SMALB.
5) Surat edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 380/C.C6/MNB/2003 tanggal 20 Januari 2003 perihal pendidikan inklusif menyelenggarakan dan mengembangkan
Dana PNBP UM Tahun 2021
di setiap kabupaten /kota sekurang-kurangnya 4 sekolah yang terdiri dari: SD, SMP, SMA, dan SMK.
6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
c. Landasan Empiris
1) Deklarasi Hak Asasi Manusia, 1948 2) Konvensi Hak Anak, 1989
3) Konferensi dunia tentang Pendidikan untuk semua, 1990 4) Resolusi PBB nomor 48/49 tahun 1993 tentang persamaan
kesempatan bagi orang berkelainan.
5) Pernyataan Salamanca tentang pendidikan inklusi, 1994 6) Komitmen Dakar mengenai Pendidikan untuk semua, 2000 7) Deklarasi Bandung (2004) dengan komitmen “Indonesia
menuju pendidikan inklusif,”
8) Rekomendasi Bukittinggi (2005), bahwa pendidikan yang inklusif dan ramah terhadap anak seyogyanya dipandang sebagai:
a) sebuah pendekatan terhadap peningkatan kualitas sekolah secara menyeluruh yang akan menjamin bahwa strategi nasional untuk semua adalah benar-benar untuk semua b) sebuah cara untuk menjamin bahwa semua anak
memperoleh pendidikan dan pemeliharaan yang berkualitas di dalam komunitas tempat tinggalnya sebagai bagian dari program- program untuk perkembangan usia dini anak, pra sekolah dasar dan menengah, terutama
Dana PNBP UM Tahun 2021
mereka yang pada saat ini masih belum diberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan di sekolah umum atau masih rentan terhadap marginalisasi dan eksklusi
c) sebuah kontribusi terhadap pengembangan masyarakat yang menghargai dan menghormati perbedaan individu semua warga negara.
Disamping itu juga menyepakati rekomendasi berikut ini untuk lebih meningkatkan kualitas sistem pendidikan di Asia dan benua-benua lainnya:
1) inklusi seyogyanya dipandang sebagai sebuah prinsip fundamental yang mendasari semua kebijakan nasional 2) konsep kualitas seharusnya difokuskan pada perkembangan
nasional, emosional dan fisik, maupun pencapaian akademik lainnya
3) sistem asesmen dan evaluasi nasional perlu direvisi agar sesuai dengan prinsip-prinsip non diskriminasi dan inklusi serta konsep kualitas sebagaimana telah disebutkan di atas 4) orang dewasa seharusnya menghargai dan menghormati
semua anak, tanpa memandang perbedaan karakteristik maupun keadaan individu, serta seharusnya pula memperhatikan pandangan mereka
5) semua kementrian seharusnya berkoordinasi untuk mengembangkan strategi bersama menuju inklusi
6) Demi menjamin pendidikan untuk semua melalui kerangka sekolah yang ramah terhadap anak, maka masalah non diskriminasi dan inklusi harus diatasi dari semua dimensi,
Dana PNBP UM Tahun 2021
lembaga pemerintah dan non pemerintah, donor, masyarakat, berbagai kelompok local, orang tua, anak maupun sektor swasta
7) semua pemerintah dan organisasi internasional serta organisasi non pemerintah, seharusnya berkolaborasi dan berkoordinasi dalam setiap upaya mencapai keberlangsungan pengembangan masyarakat inklusif dan lingkungan yang ramah terhadap pembelajaran bagi semua anak.
8) Pemerintah seharusnya mempertimbangkan implikasi sosial maupun ekonomi bila tidak mendidik semua anak, dan oleh karena itu dalam manajemen sistem informasi sekolah harus mencangkup semua anak usia sekolah
9) Program pendidikan pra- jabatan maupun pendidikan dalam jabatan guru seharusnya direvisi guna mendukung pengembangan praktek inklusi sejak pada tingkat usia pra sekolah hingga usia-usia di atasnya dengan menekankan pada pemahaman secara holistik tentang perkembangan dan belajar anak termasuk pada intervensi dini
10) Pemerintah (pusat, propinsi, dan local) dan sekolah seharusnya membangun dan memelihara dialog dengan masyarakat, termasuk orang tua, tentang nilai-nilai sistem pendidikan yang non-diskriminatif dan inklusi
d. Landasan Pedagogis
Landasan Pedagogis tercermin pada pasal 3 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Dana PNBP UM Tahun 2021
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Jadi melalui pendidikan, peserta didik berkebutuhan khusus dibentuk menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, yaitu individu yang mampu menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam masyarakat. Tujuan ini mustahil tercapai jika sejak awal anak berkebutuhan khusus diisolasikan dari teman sebayanya di sekolah- sekolah khusus. Mereka harus diberi kesempatan bersama teman sebayanya.
4. Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi
Penyelenggaraan pendidikan inklusif didasarkan pada beberapa prinsip
sebagai berikut.
a. Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu
Pendidikan inklusif merupakan filosofi dan strategi dalam upaya pemerataan kesempatan memperoleh layanan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan yang memungkinkan dapat memberikan akses pada semua anak dan menghargai perbedaan.
b. Prinsip keberagaman
Adanya perbedaan individual dari sisi kemampuan, bakat, minat, serta kebutuhan peserta didik, sehingga pendidikan hendaknya diupayakan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik individual peserta didik.
c. Prinsip kebermaknaan
Pendidikan inklusif harus menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang ramah, menerima, keragaman dan menghargai perbedaan,
Dana PNBP UM Tahun 2021
d. Prinsip keberlanjutan
Pendidikan inklusif diselenggarakan secara berkelanjutan pada semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan
e. Prinsip keterlibatan
Penyelenggaraan pendidikan inklusif harus melibatkan seluruh komponen pendidikan terkait.
5. Tujuan Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusif di Indonesia diselenggarakan dengan tujuan.
a. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya.
b. Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar c. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah
dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah.
d. Menciptakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 31 ayat 1 yang berbunyi „setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat 2 yang berbunyi setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
UU no 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya Pasal 5 ayat 1 yang berbunyi setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. „UU No 23/2002 tentang perlindungan Anak, khususnya pasal 51 yang berbunyi anak yang menyandang cacat fisik dan atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksessibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa.
Dana PNBP UM Tahun 2021
Tujuan praktis yang ingin dicapai dalam pendidikan inklusi meliputi tujuan langsung oleh anak, oleh guru, oleh orang tua dan oleh masyarakat.
a. Tujuan yang ingin dicapai oleh anak dalam mengikuti kegiatan belajar dalam inklusi antara lain adalah:
1) berkembangnya kepercayaan pada diri anak, merasa bangga pada diri sendiri atas prestasi yang diperolehnya.
2) anak dapat belajar secara mandiri, dengan mencoba memahami dan menerapkan pelajaran yang diperolehnya di sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari.
3) anak mampu berinteraksi secara aktif bersama teman-temannya, guru, sekolah dan masyarakat.
4) anak dapat belajar untuk menerima adanya perbedaan, dan mampu beradaptasi dalam mengatasi perbedaan tersebut.
b. Tujuan yang ingin dicapai oleh guru-guru dalam melaksanakan pendidikan inklusi antara lain adalah:
1) guru akan memperoleh kesempatan belajar dari cara mengajar dengan setting inklusi.
2) terampil dalam melakukan pembelajaran kepada peserta didik yang memiliki latar belakang beragam.
3) mampu mengatasi berbagai tantangan dalam memberikan layanan kepada semua anak.
4) bersikap positif terhadap orang tua, masyarakat, dan anak dalam situasi beragam.
5) mempunyai peluang untuk menggali dan mengembangkan serta mengaplikasikan berbagai gagasan baru melalui komunikasi dengan anak di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Dana PNBP UM Tahun 2021
c. Tujuan yang akan dicapai bagi orang tua antara lain adalah:
1) para orang tua dapat belajar lebih banyak tentang bagaimana cara mendidik dan membimbing anaknya lebih baik di rumah, dengan menggunakan teknik yang digunakan guru di sekolah.
2) mereka secara pribadi terlibat, dan akan merasakan keberadaanya menjadi lebih penting dalam membantu anak untuk belajar
3) orang tua akan merasa dihargai, merasa dirinya sebagai mitra sejajar dalam memberikan kesempatan belajar yang berkualitas kepada anaknya
4) orang tua mengetahui bahwa anaknya dan semua anak yang di sekolah, menerima pendidikan yang berkualitas sesuai dengan kemampuan masing-masing individu anak.
d. Tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan inklusif antara lain adalah:
1) masyarakat akan merasakan suatu kebanggaan karena lebih banyak anak mengikuti pendidikan di sekolah yang ada di lingkungannya.
2) semua anak yang ada di masyarakat akan terangkat dan menjadi sumber daya yang potensial, yang akan lebih penting adalah bahwa masyarakat akan lebih terlibat di sekolah dalam rangka menciptakan hubungan yang lebih baik antara sekolah dan masyarakat (Tarmansyah, 2007:112-113).
Selanjutnya tujuan pendidikan inklusi menurut Raschake dan Bronson (Lay Kekeh Marthan, 2007: 189-190), terbagi menjadi 3 yakni bagi anak berkebutuhan khusus, bagi pihak sekolah, bagi guru, dan bagi masyarakat, lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
Dana PNBP UM Tahun 2021
a. Bagi anak berkebutuhan khusus
1) anak akan merasa menjadi bagian dari masyarakat pada umumnya.
2) anak akan memperoleh bermacam-macam sumber untuk belajar dan bertumbuh.
3) meningkatkan harga diri anak
4) anak memperoleh kesempatan untuk belajar dan menjalin persahabatan bersama teman yang sebaya.
b. Bagi pihak sekolah
1) memperoleh pengalaman untuk mengelola berbagai perbedaan dalam satu kelas.
2) mengembangkan apresiasi bahwa setiap orang memiliki keunikan dan kemampuan yang berbeda satu dengan lainnya.
3) meningkatkan kepekaan terhadap keterbatasan orang lain dan rasa empati pada keterbatasan anak.
4) meningkatkan kemampuan untuk menolong dan mengajar semua anak dalam kelas
c. Bagi guru
1) membantu guru untuk menghargai perbedaan pada setiap anak dan mengakui bahwa anak berkebutuhan khusus juga memiliki kemampuan
2) menciptakan kepedulian bagi setiap guru terhadap pentingnya pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
3) guru akan merasa tertantang untuk menciptakan metode-metode baru dalam pembelajaran dan mengembangkan kerjasama dalam memecahkan masalah.
4) meredam kejenuhan guru dalam mengajar.
Dana PNBP UM Tahun 2021
1) meningkatkan kesetaraan sosial dan kedamaian dalam masyarakat.
2) mengajarkan kerjasama dalam masyarakat dan mengajarkan setiap anggota masyarakat tentang proses demokrasi.
3) membangun rasa saling mendukung dan saling membutuhkan antar anggota masyarakat.
6. Karakteristik Pendidikan Inklusi
Karakteristik utama pendidikan inklusi adalah (Thomazet, 2012):
a. Inklusi adalah untuk semua siswa, terlepas dari kesulitan mereka b. Kebutuhan semua siswa harus dipenuhi di dalam kelas reguler,
termasuk melalui kompensasi atau bahkan tindakan khusus
c. Inklusi didasarkan pada perbedaan dan membutuhkan pembentukan program pendidikan individu dan juga program pendidikan inklusif
d. Siswa berkebutuhan khusus ditempatkan di kelas yang sesuai dengan usianya dan di sekolah yang terdekat dengan tempat tinggalnya
e. Sistem pendidikan harus beradaptasi dengan kebutuhan khusus para siswa, bukan sebaliknya
f. Inklusi bertujuan untuk mempromosikan partisipasi anak berkebutuhan khusus dalam kehidupan sosial dan budaya dalam masyarakat
Selain itu karakteristik pendidikan inklusi terdapat dalam beberapa hal seperti Penyediaan Informasi, Fitur Fisik, Kebijakan Sekolah Inklusi, Program Pembelajaran Individual (PPI), Interaksi Siswa, Kepegawaian
Dana PNBP UM Tahun 2021
Atau Personalia, Hubungan Eksternal, Penilaian Prestasi, Kurikulum, Strategi Pengajaran (Winter & O‟Raw, 2010).
Gambar 2. Sepuluh tema utama yang terkait dengan pendidikan inklusif Sumber: Winter, E., & O‟Raw, P. (2010).
1) Penyediaan Informasi
Komunikasi yang terbuka dan teratur sangat penting untuk kolaborasi yang efektif antara sekolah, orang tua, dan masyarakat dapat membantu menumbuhkan tujuan rasa kebersamaan di antara semua yang terlibat (Russell, 2005). Memberi tahu orang tua dan pemangku kepentingan lainnya juga dapat membantu menghindari kesalahpahaman, terutama ketika ada ketidaksesuaian antara nilai dan tujuan keluarga dan sekolah (Norris dan Closs, 2003). Informasi memungkinkan orang untuk membuat pilihan yang tepat dan untuk mengembangkan strategi koping untuk mengatasi masalah, dan karena itu merupakan alat penting dalam bekerja secara positif dengan orang tua dan masyarakat luas. Metode
Dana PNBP UM Tahun 2021
dalam berbagai bentuk, termasuk materi cetak, iklan di surat kabar dan televisi, tatap muka, dan internet. Pada bagian ini kita melihat penyediaan informasi kepada orang tua, pemangku kepentingan, dan masyarakat luas mengenai layanan, sumber daya, dan praktik yang mendukung inklusi di lingkungan seluruh sekolah.
Dalam prakteknya orang tua dan pemangku kepentingan lainnya diberikan dokumen kebijakan sekolah. Disarankan agar orang tua menerima, atau memiliki akses terbuka ke, dokumen kebijakan sekolah tentang inklusi. Ini akan membantu menginformasikan tentang etos sekolah dalam kaitannya dengan inklusi, ruang lingkup penyediaan dan layanan dukungan pendidikan khusus, dan kebijakan penerimaan dan pengecualian sekolah. Informasi ini akan membantu meyakinkan orang tua bahwa fasilitas yang sesuai dan memadai tersedia untuk anak mereka dan bahwa mereka tidak akan rugi karena dimasukkan ke dalam kelas mainstream. Kebijakan sekolah idealnya harus dikembangkan melalui konsultasi dengan orang tua dan pemangku kepentingan lainnya. Ini harus diungkapkan dengan cara yang mudah dipahami oleh semua pihak yang berkepentingan. Ini sangat penting di sekolah-sekolah yang populasi muridnya termasuk mereka yang bahasa Inggrisnya adalah bahasa kedua.
Pemberian informasi disampaikan dengan syarat agar orang tua dan orang lain dapat memahami. Sama seperti sekolah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar anak yang beragam, demikian pula sekolah perlu mempertimbangkan orang tua dan latar belakang serta budaya yang berbeda agar peka terhadap kemungkinan hambatan komunikasi dan memastikan partisipasi penuh oleh orang tua (Nasen, 2000). Oleh karena itu penting bahwa semua informasi yang diberikan ditulis dalam bahasa yang bermakna dan informatif (Bahasa yang mudah dipahami oleh orang tua).
Dana PNBP UM Tahun 2021
Terlibat dengan orang tua melalui pertemuan tatap muka dapat menumbuhkan rasa hubungan dan keterlibatan yang lebih dalam dengan sekolah, dan membantu mengatasi masalah individu. Pendekatan ini dapat menempatkan tuntutan yang tinggi pada waktu dan sumber daya staf tetapi memberikan kesempatan yang berharga bagi orang tua untuk berbicara melalui isu-isu yang relevan dan dapat berfungsi untuk memperjelas pemikiran mereka serta memberikan pelepasan emosional yang diperlukan. Penting juga untuk menindaklanjuti setiap item yang memerlukan perhatian lebih lanjut dan berkonsultasi dengan staf spesialis jika diperlukan (Rose dan Howley, 2007).
Orang tua cenderung menginginkan informasi tentang sifat kebutuhan tambahan bagi anak mereka, layanan yang tersedia, kemajuan pendidikan dan masalah emosional dan perilaku. Orang tua juga dapat mencari nasihat tentang bagaimana menanggapi dan mendorong perkembangan kemampuan anak melalui permainan atau kegiatan lain di rumah. Pengembangan layanan kemitraan orang tua di sekolah memberi orang tua sumber daya khusus yang dapat mereka mintai bantuan, dukungan, dan informasi. Tujuan dari layanan ini adalah untuk memastikan bahwa orang tua dari anak-anak yang memiliki kebutuhan tambahan memiliki akses ke informasi, nasihat dan bimbingan sehubungan dengan kebutuhan pendidikan khusus anak-anak mereka sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat dan terinformasi (DfES, 2001).
2) Fitur Fisik
Menyediakan sekolah yang benar-benar inklusif, lingkungan fisik perlu aman dan dapat diakses oleh semua siswa, termasuk mereka yang
Dana PNBP UM Tahun 2021
untuk meminimalkan efek perbedaan belajar individu pada prestasi.
Banyak masalah yang berkaitan dengan desain dan tata letak lingkungan fisik hanya dapat ditangani pada tahap perencanaan untuk bangunan sekolah dan lebih menjadi perhatian otoritas pendidikan, pembangun dan perancang. Namun, bagian berikut menjelaskan beberapa akomodasi yang dapat dibuat untuk memastikan lingkungan fisik dioptimalkan untuk inklusi, yang memungkinkan semua pelajar memperoleh manfaat maksimal dari pengalaman pendidikan mereka.
Menyediakan akses fisik yang aman ke gedung sekolah, ruang kelas dan fasilitas lainnya sangat penting untuk memastikan semua siswa dapat secara fisik mendapatkan akses ke lingkungan pendidikan dan disertakan dalam semua kegiatan yang sesuai bersama rekan-rekan mereka. Hal ini sangat relevan bagi siswa penyandang disabilitas, akses yang memadai harus disediakan sesuai kebutuhan, termasuk penyediaan jalan landai dan lift, dan toilet yang disesuaikan. Perhatian juga harus diberikan untuk memastikan bahwa semua pintu cukup lebar untuk menampung kursi roda dan ada ruang yang cukup untuk kursi roda untuk bermanuver di dalam kelas. Siswa penyandang cacat fisik juga dapat memperoleh manfaat dari fitur seperti kursi yang disesuaikan, atau meja yang memiliki ketinggian yang tepat untuk kursi roda. Ukuran kelas dan kepadatan siswa juga dapat menimbulkan hambatan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif yang mendukung pembelajaran. Studi telah menunjukkan bahwa siswa di sekolah yang penuh sesak mendapat skor yang jauh lebih rendah dalam matematika dan pemahaman membaca daripada siswa serupa dalam kondisi yang kurang ramai (Rivera-Batiz and Marti, 1995). Oleh karena itu, penting untuk menentukan jumlah siswa yang optimal untuk ukuran ruangan tertentu. Ini harus mempertimbangkan mereka yang mungkin memerlukan peralatan tambahan untuk membantu mereka dalam
Dana PNBP UM Tahun 2021
pembelajaran mereka atau yang menggunakan kursi roda dan ruang untuk akses yang memadai yang mungkin diperlukan.
Pada tingkat umum jumlah pencahayaan di dalam kelas harus dipertimbangkan, memastikan bahwa semua area cukup terang.
Direkomendasikan juga bahwa penggunaan cahaya alami harus dimaksimalkan dan tersedia siang hari yang dilengkapi dengan penerangan listrik (Mitchell, 2008). Jumlah cahaya yang tersedia di ruang kelas penting karena memungkinkan siswa untuk melihat informasi yang disajikan di papan tulis dengan jelas dan untuk mengerjakan tugas berbasis meja. Perlu juga dicatat bahwa beberapa siswa mungkin lebih menyukai lampu yang lebih redup atau lampu yang lebih terang untuk belajar.
Beberapa anak dengan gangguan seperti ADHD, autisme dan mereka dengan epilepsi fotosensitif mungkin mengalami disorientasi oleh kedipan yang dipancarkan oleh lampu neon terang.
Menyediakan lingkungan yang terstruktur dan dapat diprediksi terbukti bermanfaat bagi siswa yang mengalami kesulitan dengan organisasi, terutama mereka yang memiliki kesulitan belajar dan ketidakmampuan perkembangan. Beberapa siswa, khususnya mereka dengan autisme atau sindrom Asperger, dapat bergantung pada isyarat lingkungan eksternal untuk menyusun dan mengatur pembelajaran mereka. Memiliki rutinitas rutin untuk tugas kelas dan tempat yang ditentukan untuk materi kelas dapat membantu mengurangi kecemasan yang mungkin mereka rasakan terkait masalah ini. Strategi praktis untuk mengakomodasi kebutuhan siswa ini dapat mencakup penyediaan isyarat visual seperti petunjuk gambar, kode warna, dan daftar tertulis, atau petunjuk nomor untuk membantu organisasi. Jadwal dan jadwal kelas dapat diberikan dalam bentuk gambar dan tulisan, dengan aturan kelas
Dana PNBP UM Tahun 2021
Pengaturan tempat duduk di ruang kelas dapat disusun untuk memungkinkan tidak hanya akses fisik yang lebih besar untuk semua siswa, dan akses ke titik belajar, tetapi juga sebagai sarana untuk mengendalikan perilaku yang tidak diinginkan bagi mereka yang memiliki kesulitan perilaku. Misalnya, furniture dan peralatan dapat diatur sedemikian rupa untuk mengurangi gerakan yang tidak diinginkan di sekitar kelas dan meminimalkan peluang bagi siswa untuk mengganggu siswa lain di ruang kerja mereka (CEC, 1997). Siswa dengan gangguan penglihatan atau pendengaran dapat duduk di dekat papan tulis atau guru, atau di sebelah jendela untuk memanfaatkan cahaya alami ekstra.
Demikian pula, siswa yang mungkin memerlukan pemantauan lebih sering atau mengalami kesulitan untuk tetap mengerjakan tugas juga harus dipertimbangkan untuk tempat duduk yang disukai (yaitu di dekat guru, atau di antara siswa yang fokus dengan baik, jauh dari gangguan). Bagi anak-anak yang tidak bisa diam, duduk berjam-jam atau bahkan lima menit bisa menjadi siksaan. Anak-anak yang cenderung banyak bergerak dapat diberikan dua kursi di dalam kelas, sehingga mereka memiliki tempat yang 'legal' untuk dikunjungi ketika mereka perlu bergerak.
3) Kebijakan Sekolah Inklusi
Kebijakan yang dikembangkan di dalam sekolah inklusi, melibatkan seluruh komunitas sekolah, dan dirancang dengan berkonsultasi dengan semua pemangku kepentingan utama, termasuk orang tua. Semua pernyataan kebijakan harus jelas dan transparan dan dibangun di atas visi inklusi yang diartikulasikan dengan jelas. Mereka harus terus ditinjau dan dievaluasi secara teratur. Kebijakan yang dibuat di sekolah inklusi mencerminkan seperangkat keyakinan dan hak yang akan mendukung dan memandu praktik sekolah inklusif untuk kebutuhan pendidikan khusus.
Dana PNBP UM Tahun 2021
Sebagai bentuk mewujudkannya harus diikuti dengan komitmen untuk melaksanakan praktik-praktik inklusif tersebut. Memberikan pernyataan inklusi menunjukkan komitmen sekolah terhadap inklusi dan membahas isu-isu kunci inklusi, kesetaraan dan aksesibilitas (Diadaptasi dari Westwood, 1997).
Komunikasi sangat penting untuk kolaborasi yang efektif dalam penentuan kebijakan. Kebijakan sekolah tentang inklusi harus menetapkan rencananya untuk penyediaan dan penyebaran informasi kepada orang tua, pemangku kepentingan dan masyarakat luas. Jika sekolah ingin benar- benar inklusif maka sangat penting bahwa mereka merencanakan untuk memenuhi kebutuhan semua siswa melalui identifikasi awal yang efektif, penilaian, dan perencanaan pendidikan individu (Westwood, 2007).
Penilaian menginformasikan pengajaran dan pembelajaran dan memungkinkan sekolah untuk memodifikasi dan mengadaptasi instruksi untuk mengembangkan kurikulum inklusif. Ini juga memainkan peran kunci dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar, memantau kemanjuran intervensi dan mengukur kemajuan.
4) Program Pembelajaran Individual (PPI)
Program Pembelajaran Individual (PPI)adalah rencana tertulis yang menggambarkan program dan layanan pendidikan khusus yang dibutuhkan oleh siswa tertentu dan didasarkan pada penilaian menyeluruh terhadap kekuatan dan kebutuhan siswa (Ontario Ministry of Education, 2004). Ini adalah mekanisme yang memastikan perencanaan dan akuntabilitas yang cermat dan menyediakan rencana terdokumentasi untuk pendidikan murid tertentu. Untuk menciptakan PPI yang efektif, orang tua, guru, dan siswa harus bersama-sama melihat secara dekat kebutuhan unik
Dana PNBP UM Tahun 2021
berhasil. Ini melibatkan penetapan tujuan yang tepat, dan pemantauan serta evaluasi kemajuan secara teratur. Tujuan utamanya adalah untuk menetapkan target yang realistis sehingga anak dapat mencapai kemampuan dan fungsinya sebaik mungkin secara mandiri.
Idealnya, Program Pembelajaran Individual (PPI) siswa paling baik dibuat melalui kolaborasi, dan harus melibatkan upaya gabungan dari siswa, orang tua, sekolah, dan profesional lainnya. Oleh karena itu, memaksimalkan kesempatan untuk keterlibatan orang tua dalam penyusunan PPI harus menjadi tujuan utama, dan penting untuk membuat pengalaman tersebut mendukung dan sepositif mungkin (NCSE, 2006).
Sementara PPI dan kemajuan murid harus terus dipantau dari waktu ke waktu. Dalam praktiknya, anak-anak yang lebih kecil dan mereka yang memiliki kebutuhan yang lebih kompleks atau signifikan biasanya akan membutuhkan tinjauan yang lebih sering (misalnya, satu semester).
Frekuensi pertemuan pemantauan dan tinjauan PPI harus selalu dipandu oleh kebutuhan individu setiap murid, dan orang tua serta murid harus menjadi peserta penuh dalam proses peninjauan. Ketika target tidak tercapai, guru perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang mungkin berkontribusi, termasuk faktor-faktor dalam konteks pembelajaran yang lebih luas yang dapat bertindak sebagai hambatan untuk belajar.
5) Interaksi Siswa
Manfaat utama dari memasukkan semua siswa ke dalam sistem pendidikan yang sama adalah cara meningkatkan dan memperluas pengalaman pendidikan bagi semua siswa. Manfaat dari keterlibatan dan hubungan siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus mengajarkan mereka tentang, memahami dan menjadi lebih menerima keragaman (Staub dan Peck, 1995). Bagi mereka yang berkebutuhan khusus,
Dana PNBP UM Tahun 2021
kompetensi sosial dan keterampilan komunikasi dapat meningkat (Guralnick et al., 1995).
6) Kepegawaian atau Personalia
Guru kelas, Guru Pendamping Khusus (GPK), dan staf pendukung merupakan pusat keberhasilan inklusi. Oleh karena itu, penting bahwa semua staf dan personil yang bekerja di lingkungan inklusif memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk menghadapi tantangan inklusi. Sama pentingnya bahwa staf bekerja sama secara efektif sebagai tim yang koheren, untuk memastikan semua siswa secara efektif dilibatkan dalam lingkungan pendidikan.
Salah satu faktor terpenting dalam menentukan keberhasilan inklusi adalah budaya inklusi di seluruh lingkungan sekolah. Dukungan kepala sekolah sangat penting untuk mewujudkan hal ini, karena mereka menempati peran kepemimpinan kritis di sekolah. Keyakinan dan sikap guru juga penting untuk keberhasilan inklusi (Fischer, Roach dan Frey, 2002), karena mereka menghadapi tantangan inklusi di kelas setiap hari.
Oleh karena itu, penting untuk secara aktif mempromosikan dan mengembangkan etos positif di antara guru dan anggota staf lainnya, dan mendorong komitmen bersama terhadap nilai-nilai inklusi (Kugelmass, 2001). Keyakinan dan harapan guru dapat memiliki pengaruh yang kuat pada pembelajaran murid. Studi oleh Ellins dan Porter (2005) dan Wilkins dan Nietfield (2004) telah menunjukkan bahwa sikap guru dapat mempengaruhi hasil belajar untuk siswa individu dengan kebutuhan pendidikan khusus. Tapi bukan hanya sikap individu yang berkontribusi dalam membentuk budaya sekolah; karakteristik sekolah itu sendiri sebagai sebuah organisasi juga relevan (Lindsay dan Muijis, 2006). Untuk
Dana PNBP UM Tahun 2021
alasan ini, sama pentingnya untuk mempromosikan inklusi di tingkat seluruh sekolah.
Guru kelas atau mata pelajaran memiliki tanggung jawab utama atas kemajuan semua siswa di kelasnya, termasuk mereka yang berkebutuhan pendidikan khusus. Mereka diharapkan menerapkan program pengajaran yang mengoptimalkan pembelajaran semua siswa dan memenuhi kebutuhan mereka yang memiliki perbedaan belajar. Guru mata pelajaran di sekolah tingkat dua dihadapkan pada masalah tambahan dari beberapa kelas, periode kelas yang singkat dan tekanan ujian. Dalam konteks ini, guru dapat merasa kewalahan dengan tanggung jawab mengadaptasi instruksi untuk mengakomodasi berbagai peserta didik (Giangreco et al, 1995). Oleh karena itu, penting untuk menciptakan lingkungan kolaboratif di dalam sekolah sehingga guru dapat mengambil dari pengalaman orang lain dan mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk membedakan secara efektif dan mengakomodasi peserta didik dengan sukses.
Peran guru pendamping khusus (GPK) di dalam kelas telah diidentifikasi sebagai penting untuk keberhasilan inklusi (Farrell, 2000).
Ketika guru dan staf pendukung dapat bekerja sama secara efektif, telah ditemukan bahwa masalah yang terkait dengan keparahan kesulitan belajar murid dapat dikurangi (Florian, 1998). Farrell (2000) menyatakan bahwa pelatihan dan keahlian guru pendamping khusus (GPK) menentukan kemampuan mereka untuk menerapkan metode yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan untuk bekerja sebagai bagian dari tim. Oleh karena itu, penting untuk menyediakan program terstruktur untuk pengembangan profesional berkelanjutan bagi staf pendukung yang bekerja di sekolah. Pelatihan keahlian kepada guru pendamping khusus (GPK) telah terbukti menghasilkan manfaat sosial yang terukur bagi siswa
Dana PNBP UM Tahun 2021
penyandang disabilitas berat, termasuk peningkatan tingkat interaksi mereka dengan teman sebaya (Causton-Theoharis dan Malmgren, 2005).
Berkolaborasi dengan spesialis dalam berbagai masalah memungkinkan pemberian saran dan bimbingan kepada guru kelas tentang intervensi dan program yang harus diikuti oleh mereka yang memiliki kebutuhan pendidikan tambahan. Mendasari gerakan dalam pendidikan menuju konsultasi kolaboratif adalah premis bahwa ada lebih banyak yang bisa diperoleh oleh guru kelas bekerja sama dengan profesional lain untuk memecahkan masalah, daripada dengan mengandalkan resep siap pakai untuk intervensi dari ahli luar (Westwood, 1997). Konsultan dalam proses ini dapat berupa guru pendamping khusus (GPK), koordinator kebutuhan pendidikan khusus sekolah, psikolog, terapis wicara dan bahasa atau profesional lainnya. Guru sering kali membutuhkan lebih dari sekadar nasihat dan gagasan; terkadang mereka membutuhkan bantuan fasilitatif praktis dan ini harus menjadi bagian dari peran konsultan juga (Rose dan Howley, 2007).
7) Hubungan Eksternal
Penyediaan dana, sumber daya, dan layanan dukungan yang memadai merupakan hal mendasar bagi keberhasilan pelaksanaan inklusi dan akan membutuhkan pembentukan hubungan dengan lembaga, layanan kesehatan, dan dukungan di luar sekolah. Ini tidak hanya akan melibatkan kolaborasi aktif dengan lembaga pemerintah dan layanan publik, tetapi juga kemitraan dengan para profesional dan orang tua.
Penekanan pada kemitraan dan kolaborasi dengan orang tua berasal dari dua prinsip: hak orang tua untuk terlibat dan keinginan mereka dihormati dalam hal pendidikan anak mereka, dan manfaat yang timbul
Dana PNBP UM Tahun 2021
mereka (Porter, 2002). Kunci keterlibatan orang tua adalah saluran komunikasi yang terbuka dan dapat diakses antara sekolah dan rumah.
Elemen penting dalam keberhasilan setiap program inklusi adalah penyediaan dukungan dan layanan yang memadai untuk memastikan bahwa semua siswa dapat berpartisipasi secara setara dalam kegiatan sekolah dan staf didukung dalam pekerjaan mereka. Mungkin ada saat-saat di mana sekolah tidak memiliki keahlian atau sumber daya yang diperlukan untuk memfasilitasi inklusi penuh, atau di mana ketentuan sekolah yang ada dapat mengambil manfaat dari masukan tambahan. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk memupuk dan memelihara hubungan dengan lembaga eksternal. Hal ini akan memungkinkannya untuk menawarkan jangkauan layanan yang lebih luas dan akan meningkatkan kemampuan mereka untuk mendukung inklusi.
Bekerjasama dengan layanan psikologi pendidikan dalam mengidentifikasi kebutuhan pendidikan dan menentukan cara memenuhi kebutuhan tersebut. Membangun hubungan langsung antara sekolah dan layanan pendidikan guru memberikan kesempatan kepada guru untuk membangun keterampilan dan pengetahuan mereka yang ada dan memperoleh keahlian tambahan untuk memungkinkan mereka memenuhi tantangan inklusi. Guru yang ada dapat memanfaatkan kursus dalam pengembangan profesional berkelanjutan, sehingga memperluas basis keterampilan mereka. Kursus dapat dikembangkan untuk guru peserta pelatihan untuk memasukkan praktik inklusif. Menjalin hubungan dengan organisasi sosial yang peduli dengan anak berkebutuhan khusus.
Hubungan dengan organisasi tersebut dapat membantu memperkuat hubungan antara sekolah dan komunitas yang lebih luas dan membantu menciptakan kesadaran dan penerimaan yang lebih luas terhadap keragaman. Hubungan dengan pelayanan Kesehatan juga diperlukan hal
Dana PNBP UM Tahun 2021
ini bertujuan untuk keperluan bagi siswa yang memiliki persyaratan kebutuhan khusus yang lebih mendalam, atau bagi mereka yang membutuhkan peralatan tambahan atau dukungan terkait kesehatan.
8) Penilaian Prestasi
Anak dengan kebutuhan pendidikan khusus mungkin memiliki masalah seputar motivasi dan harga diri, dan pengakuan formal atas pencapaian dan kemajuan mereka dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan citra diri mereka, mendorong mereka untuk terlibat dalam kegiatan kelas. Namun, apa yang merupakan kemajuan akan bervariasi tergantung pada anak. Untuk siswa dengan kesulitan atau ketidakmampuan belajar yang signifikan, penting untuk menyadari bahwa kemajuan dapat dicapai dengan berbagai cara selain dari peningkatan pengetahuan atau keterampilan akademik (Westwood, 2007).
Penilaian informal memberikan kesempatan untuk pengakuan prestasi siswa. Keduanya berguna dan praktis karena biasanya melibatkan kegiatan biasa dan bahan yang digunakan sehari-hari di kelas (Westwood, 2007). Berhasil menyelesaikan tugas kelas dan pekerjaan rumah, partisipasi siswa dalam kegiatan kelas dan kehadiran semua membawa potensi untuk memperkuat perilaku positif dan untuk mendorong partisipasi. Penilaian informal memiliki keuntungan bahwa mereka melibatkan tujuan yang dapat dicapai oleh semua siswa melihat dari kemampuan mereka masing-masing.
Dalam beberapa tahun terakhir, mempertahankan portofolio pekerjaan siswa telah menjadi cara populer bagi guru untuk melacak kemajuan siswa dan mengumpulkan bukti pembelajaran. Pendekatan ini melibatkan pengumpulan beberapa sampel pekerjaan siswa selama periode