• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Pencegahan Stunting - EBOOK

N/A
N/A
deak 29

Academic year: 2023

Membagikan "Modul Pencegahan Stunting - EBOOK"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

Alhamdulillahirobbil'alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan modul pencegahan hambatan. Tujuan penyusunan modul ini adalah untuk memberikan panduan kepada ibu-ibu yang memiliki anak kecil dalam memahami stunting dan cara pencegahannya. Modul ini terdiri dari materi pokok terkait stunting, upaya pencegahan stunting dan pemanfaatan daun kelor untuk mencegah stunting, disertai resep pembuatan masakan daun kelor.

Jika anda mempunyai kendala dalam memahami materi modul ini, silahkan berkonsultasi dengan penulis melalui grup WA yang telah disediakan. Modul ini disusun dan dipersiapkan sebagai sumber informasi mengenai pencegahan obstruksi pada ibu balita. Terjadinya balita pendek atau biasa dikenal dengan stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang dialami balita di dunia saat ini (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Dari angka tersebut terlihat bahwa prevalensi balita tertunda di DIY lebih rendah dibandingkan Riskesdas Dinas Kesehatan DIY, 2019). Upaya percepatan pengurangan hambatan yang dilaksanakan adalah intervensi Program Tertentu yang dilakukan Kementerian Kesehatan melalui Puskesmas dan Posyandu dengan Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan, Program Makanan Tambahan (FFP) untuk balita dan ibu hamil yang disalurkan dalam Kegiatan Posyandu (Tnp2K 2017). Permasalahan kesehatan stunting tidak lepas dari peran utama orang tua dalam keluarga, baik dari segi pengetahuan, kesadaran dan kemampuan pemenuhan gizi anak (Maulid, Supridadi, Dewi, 2019).

Kurangnya kebutuhan gizi anak usia di bawah lima tahun dapat disebabkan oleh pola pengasuhan yang tidak efektif, terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan di daerah, dan terbatasnya informasi mengenai pola konsumsi makanan bergizi.

Stunting dan Metode Pengukurannya

BAB II

  • Definisi Stunting
  • Pengukuran Status Stunting
  • Ciri – Ciri Stunting
  • Faktor Resiko Stunting
    • Tinggi Badan Ibu
    • Berat Badan Lahir (BBLR)
    • Faktor Ekonomi
    • Pemberian ASI
    • Status Gizi Ibu
    • Defisiensi Gizi
    • Infeksi
  • Dampak Stunting
    • Jangka Panjang

Pada usia 8-10 tahun, anak menjadi lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang di sekitarnya. Apabila ibu mempunyai tingkat pendidikan yang rendah maka kejadian stunting pada balita cenderung lebih banyak terjadi. Tinggi badan pendek seseorang dapat disebabkan oleh faktor keturunan akibat kondisi patologis akibat kekurangan hormonal.

Kondisi badan pendek juga bisa disebabkan oleh faktor kesehatan ibu karena kekurangan nutrisi atau penyakit. Berat badan lahir rendah atau sering disebut dengan BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram. Anak-anak dari keluarga dengan status ekonomi rendah mengonsumsi lebih sedikit makanan dibandingkan anak-anak dari keluarga dengan status ekonomi lebih baik.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga kurang mampu memiliki berat badan dan tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan anak-anak dari kondisi ekonomi yang lebih baik. Menurut WHO, ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja kepada bayi hingga usia 6 bulan tanpa tambahan cairan atau makanan lain. Asupan gizi yang tidak mencukupi dan seringnya terpapar penyakit menular pada awal kehidupan mengakibatkan anak memiliki panjang badan lahir pendek dan berat badan lahir rendah.

Pola asuh ibu yang buruk seperti tidak memberikan ASI eksklusif pada usia 0–6 bulan dan tidak memberikan MP-ASI tepat waktu akan menyebabkan anak berisiko mengalami stunting di kemudian hari (Sukmawati et al., 2018). Asupan gizi yang menjadi faktor risiko terjadinya stunting dapat dibedakan menjadi 2, yaitu asupan zat gizi makro atau makronutrien dan asupan zat gizi mikro atau mikronutrien. Berdasarkan hasil penelitian, asupan zat gizi makro yang paling besar pengaruhnya terhadap kejadian penghambatan adalah asupan protein, sedangkan asupan zat gizi mikro yang paling besar pengaruhnya terhadap kejadian penghambatan adalah asupan kalsium, zinc, dan zat besi (Aryu Candra, 2020).

Anak-anak yang mengalami gizi buruk, yang daya tahannya terhadap penyakit rendah, akan jatuh sakit dan semakin menderita kekurangan gizi sehingga menurunkan kemampuannya dalam melawan penyakit (Atikah, 2018).

Tabel 1. Kategori Status Gizi Balita
Tabel 1. Kategori Status Gizi Balita

Upaya

Pencegahan Stunting

BAB III

Peranan Gizi Ibu Hamil

Selain itu, pemberian ASI eksklusif penting dilakukan pada bayi baru lahir hingga usia 6 bulan untuk menjamin nutrisi yang optimal. Kemenkes R1 2018) Saat anak berusia 6 bulan, anak mulai diberikan makanan bergizi melalui Program Makanan Pendamping ASI (MPASI). Dalam memberikan MPASI, keluarga hendaknya memperhatikan kandungan gizi yang baik pada makanan anak untuk menunjang tumbuh kembang yang optimal.

Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan

Apabila gizi pada fase 1000 HPK tidak tercukupi, maka berbagai gangguan kesehatan dapat timbul mulai dari masa bayi hingga usia lanjut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2018). Selain pola asuh yang baik, diperlukan juga stimulasi psikososial, termasuk simulasi yang dilakukan orang tua terhadap bayi dan anak. Keluarga, khususnya orang tua, hendaknya memantau tumbuh kembang anaknya secara rutin di posyandu atau klinik khusus anak, terutama tinggi dan berat badan anak.

Kebersihan dan kebersihan yang baik juga menjadi faktor penting dalam menunjang tumbuh kembang anak yang optimal. Orang tua harus selalu menerapkan pola hidup bersih pada anaknya, misalnya mencuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah makan.

Peranan Keluarga

Pemanfaatan

Daun Kelor Dalam

BAB IV

Definisi Daun Kelor

Vitamin seperti betakaroten dari vitamin A, vitamin B seperti asam folat, vitamin C, vitamin D dan vitamin E juga terkandung dalam tanaman kelor.

Kandungan Nutrisi Daun Kelor

Beberapa jenis olahan makanan yang berbahan dasar daun kelor adalah sayur bening, nugget, bakwan, kelepon, puding, es krim, teh daun kelor.

Aneka Olahan Daun Kelor

  • Puding Lumut Daun Kelor
  • Nugget Ayam Daun Kelor
  • Es Krim Daun Kelor
  • Telur Dadar Daun Kelor

Masukkan ayam fillet bersama 1 butir telur, tepung terigu, tepung maizena, garam, bawang putih dan daun kelor ke dalam tudung (penggiling daging). Tambahkan maizena encer untuk mengentalkan adonan es krim (bisa pakai CMC), aduk rata, masak hingga mendidih. Untuk membuat tekstur es krim lebih lembut: keluarkan es krim dari freezer, blender hingga halus, masukkan kembali ke dalam freezer hingga beku).

Isi es krim ke dalam mangkuk saji, tambahkan topping sesuai selera.Es krim daun kelor siap dihidangkan. Setelah gula larut, masukkan daun kelor yang sudah dicampur, tambahkan tepung terigu, baking powder dan garam.

Gambar 5. Telur dadar daun kelor2 butir telur ayam
Gambar 5. Telur dadar daun kelor2 butir telur ayam

Penutup

BAB V

Daftar Pustaka

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DAN KEJADIAN GANGGUAN ANAK MUDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JELBUK KABUPATEN JEMBER. Status gizi ibu selama hamil, berat badan lahir bayi stunting pada bayi umur 06-36 bulan di Puskesmas Bontoa.

Gambar

Tabel 1. Kategori Status Gizi Balita
Tabel 2. Kandungan nutrisi daun kelor segar Kandungan nutrisi Daun Kelor Segar
Gambar 1. Perbandingan nutrisi daun kelor
Gambar 5. Telur dadar daun kelor2 butir telur ayam

Referensi

Dokumen terkait

Dalam aplikasi ini untuk mengetahui staus gizi balita dapat digunakan penilaian antropometri sesuai pedoman Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan standar baru antropometri 2006 terhadap peningkatan pengetahuan dan penilaian status gizi pada Tenaga Gizi Pelaksana

Penilaian status gizi pada balita stunting dilakukan secara langsung dengan menggunakan antropometri yang ditinjau dari sudut pandang gizi, antropometri gizi adalah berhubungan dengan

Hubungan pendek dengan kesehatan lingkungan Jika kondisi kesehatan lingkungan ini dikaitkan dengan status gizi, terutama prevalensi pendek pada anak balita dan juga anak usia 5-18

20 2.3 Cara Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks TB/U.... Pengukuran Antropometri untuk Stunting

Stunting Corner Penelitian oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2020 mencatat bahwa program Pojok Stunting telah berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat tentang

Tujuan dilakukan promosi kesehatan pada kelompok ibu balita, yaitu untuk mencegah atau memperbaiki status gizi balitanya terutama yang berpotensi stunting dengan mendemonstrasikan

Penilaian status gizi pada balita stunting dilakukan secara langsung dengan menggunakan antropometri yang ditinjau dari sudut pandang gizi, antropometri gizi adalah berhubungan dengan