KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2015 S A M B U T A N
Dalam rangka pembinaan karir dan pengembangan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil dalam menjalankan tugas khususnya di bidang kesehatan, sampai saat ini telah ditetapkan 28 jenis jabatan fungsional kesehatan. Salah satunya adalah Jabatan Fungsional Nutrisionis yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 23/KEP/M.PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya.
Nutrisionis adalah Pegawai Negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional pelayanan gizi, makanan dan dietetic baik di bidang masyarakat maupun rumah sakit, pada perangkat pemerintah propinsi, kabupaten, kota dan unit pelaksana kesehatan lainnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi seorang Nutrisionis adalah melalui pelatihan. Pelatihan yang terstandar adalah pelatihan yang sesuai dengan ketentuan akreditasi pelatihan yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 725 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan.
Pelatihan Jabatan Fungsional Nutrisionis dilaksanakan dengan menggunakan standar kurikulum dan modul pelatihan yang disusun oleh Kementerian Kesehatan RI, dalam hal ini Pusdiklat Aparatur Badan PPSDM Kesehatan.
Modul Pelatihan Jabatan Fungsional Nutrisionis ini akan menjadi acuan bagi penyelenggara pelatihan Jabatan Fungsional Nutrisionis baik di Pusat maupun di Daerah.
Jakarta, 2015
Kepala Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Drg.Usman Sumantri, M.Sc NIP. 195908121986111001
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
26
STANDAR PROFESI GIZI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Profesi Gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat.
Pendidikan gizi dapat ditempuh melalui jalur akademik strata I dan diploma. Setelah itu dilanjutkan dengan jalur profesi. Jalur akademik diawali dengan pendidikan Strata I , Strata II, dan terakhir Strata III, sedangkan jalur diploma diawali dengan pendidikan Diploma III, dan dilanjutkan pada program pendidikan Diploma IV.
Profesi Gizi mengabdikan diri dalam upaya kesejahteraan dan kecerdasan bangsa, upaya perbaikan gizi, memajukan dan mengembangkan ilmu dan teknologi gizi serta ilmu - ilmu yang berkaitan dan meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat. Sebagai tenaga gizi profesional, seorang ahli gizi dan ahli madya gizi harus melakukan tugas-tugasnya
Standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenis ahli gizi yang ada saat ini yaitu ahli gizi dan ahli madya gizi. Keduanya mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang berbeda. Standar kompetensi disusun sebagai landasan pengembangan profesi Ahli Gizi di Indonesia sehingga dapat mencegah tumpang tindih kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi, dan sebagai acuan bagi kurikulum pendidikan gizi di Indonesia dalam rangka menjaga mutu Ahli Gizi, menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan gizi yang profesional baik untuk individu maupun kelompok dan mencegah timbulnya mal-praktek gizi.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami tentang standar profesi gizi.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan standar profesi gizi.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
27
gizi
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1. Standar Profesi Gizi Sub Pokok Bahasan:
a. Pengertian
b. Standar kompetensi c. Etika profesi gizi
Pokok Bahasan 2. Peraturan dan Perundangan yang Terkait dengan Profesi Gizi
IV. METODE
• CTJ
• Curah Pendapat
V. MEDIA DAN ALAT BANTU
Bahan tayang (Slide power point) Laptop
LCD
Flipchart White board Spidol (ATK)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
28
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajarn materi ini dan pokok bahasan yang akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 2. Penyampaian Materi
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab, kemudian curah pendapat.
Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.
VII. URAIAN MATERI
Pokok Bahasan 1.
STANDAR PROFESI GIZI a. Pengertian
Standar Profesi Nutrisionis adalah suatu pekerjaan dibidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan berjenjang, memiliki kode etik, dan bersifat melayani masyarakat.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
29
mengerti tata aturan sosial yang menentukan dan membatasi tingkah laku manusia, dan kata profesi yang berarti bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan) tertentu.
[lihat Kepmenkes RI No.374/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi)
b. Standar kompetensi
Kompetensi dari lulusan pendidikan profesi terdiri dari 3 (tiga) bidang materi, yaitu:
1). Bidang dietetik (clinical nutrition).
2). Bidang penyelenggaraan makanan (food service and food production).
3). Bidang gizi masyarakat (community nutrition).
c. Etika profesi gizi
Pengertian Kode Etik, Profesi, Profesional Dan Ahli Gizi
Profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan bangsa melalui upaya perbaikan gizi, memajukan dan mengembangkan ilmu dan teknologi gizi serta ilmu-ilmu yang berkaitan dan meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat.
Sebagai tenaga Ahli Gizi profesional, seorang Ahli Gizi harus melakukan tugas-tugasnya atas dasar:
1) Kesadaran dan rasa tanggungjawab penuh akan kewajiban terhadap bangsa dan negara.
2) Keyakinan penuh bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu unsur dalam mencapai kesejahteraan rakyat.
3) Tekad bulat untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi tercapainya masyarakat adil dan makmur.
Untuk itu seorang Ahli Gizi dalam melakukan tugasnya perlu senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesi, baik dalam hubungan dengan pemerintah bangsa, negara, masyarakat, profesi, maupun dengan diri sendiri.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
30
Penyusun Naskah Kode Etik Profesi Gizi Persagi serta disempurnakan dan disahkan pada Kongres Persatuan Ahli Gizi Indonesia yang ditetapkan dalam bentuk Surat Keputusan Ketua DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia No. 03/DPP/SK/01/1990 tanggal 5 Januari 1990. Sejak tanggal tersebut, para ahli gizi harus memperhatikan Kode Etika Profesi gizi dalam melaksakan tugas pokok fungsi dan kegiatannya
Agar Kode Etik Persagi dapat lebih dipahami dan diamalkan, maka setiap ahli gizi harus memahami pengertian-pengertian:
Kode Etik : Prinsip-prinsip tentang tingkah laku baik dan tidak baik, khusus menyangkut profesi tertentu.
Profesi : Pekerjaan yang membutuhkan pendidikan tinggi di bidang tertentu.
Profesional : Melakukan sesuatu dengan profesi.
Ahli Gizi : Seorang professional yang mempunyai kualifikasi untuk memikul tanggung jawab terhadap upaya peningkatan status gizi secara perorangan atau kelompok masyarakat.
Upaya peningkatan status gizi meliputi pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta penyelenggaraan makanan pada pelayanan gizi.
Tanggung Jawab Dan Kewajiban Ahli Gizi Terhadap Pemerintah, Bangsa Dan Negara:
1) Ahli Gizi dalam membantu pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi harus senantiasa berpedoman pada kebijakan-kebijakan yang telah digariskan.
Setiap Ahli Gizi mempunyai tanggung jawab dan kewajiban membantu Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi. Dalam melaksanakan upaya perbaikan gizi, Ahli Gizi berpedoman pada Undang-Undang Negara, ketentuan hukum dan kebijakan-kebijakan Pemerintah serta bekerjasama dengan instansi terkait.
Misal:
a) Bila Ahli Gizi ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat di bidang gizi, maka kegiatan ini disalurkan melalui kegiatan yang sudah terorganisasi, seperti PKK, Pos Penimbangan Posyandu, atau Puskesmas.
b) Bila Ahli Gizi ingin menyelenggarakan usaha konsultasi gizi di wilayahnya, perlu melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
31
setempat.
c) Bila Ahli Gizi ingin mengumpulkan informasi atau data gizi yang terkait langsung dari masyarakat, perlu minta izin kepada penguasa daerah setempat.
d) Bila Ahli Gizi ingin mengembangkan usaha jasa boga, maka ia perlu menerapkan kaidah gizi dan kesehatan serta mematuhi peraturan pemerintah yang ada.
2) Ahli Gizi harus senantiasa berperanserta menyumbangkan pikiran dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan dan pembinaan kesehatan masyarakat khususnya di bidang gizi.
Dengan pengetahuan keterampilan di bidang gizi yang dimiliki, Ahli Gizi wajib berperanserta dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui upaya pelayanan dan pembinaan kesehatan masyarakat di bidang gizi untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Misal:
a) Ahli Gizi dapat menyumbangkan hasil pemikirannya di bidang gizi melalui media massa.
b) Ahli Gizi dapat berperan aktif di bidang gizi melalui organisasi masyarakat.
c) Ahli Gizi dapat menyalurkan ilmu dan pengetahuannya melalui dakwah atau kegiatan keagamaan lain
Tanggung Jawab Dan Kewajiban Ahli Gizi Terhadap Profesi:
1) Ahli Gizi wajib menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukan sikap, perilaku dan budi luhur serta tidak mementingkan kepentingan pribadi.
a) Ahli Gizi tidak dibenarkan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan etika profesi gizi seperti:
• Meminta imbalan yang berlebihan untuk jasa yang diberikan.
• Mencantumkan namanya sebagai penanggungjawab, penulis, atau konsultan suatu kegiatan yang ia sendiri sama sekali tidak terlibat.
• Mencantumkan namanya sebagai Ahli Gizi dalam iklan yang isinya menyesatkan.
• Menggunakan nama organisasi profesi untuk kepentingan pribadi yang merugikan organisasi. Misalnya, menggunakan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
32
usaha pribadi.
b) Ahli Gizi dapat memberikan pelayanan gizi hendaknya menerapkan standar praktek setinggi-tingginya atas dasar kemanusiaan tanpa membedakan asal, suku bangsa, agama dan tingkat sosial ekonomi.
c) Ahli Gizi dituntut bersikap disiplin, jujur, ramah, sopan, menghargai orang lain dan tidak menyombongkan diri.
2) Ahli Gizi wajib menghargai profesi lain dan menjalin hubungan kerjasama yang baik.
Ahli Gizi dalam melaksanakan upaya perbaikan gizi, berkaitan dan tidak lepas dengan profesi lain. Ahli Gizi hendaknya menjalin hubungan kerjasama yang serasi dengan profesi dan organisasi lain untuk peningkatan status gizi masyarakat.
Dalam menjalin kerjasama ini seorang Ahli Gizi hendaknya menghargai wewenang dan pendapat profesi lain sebagai masukan bagi upaya perbaikan gizi.
3) Ahli Gizi hendaknya senantiasa meningkatkan kemampuan professionalnya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama guna perkembangan profesi gizi.
Untuk meningkatkan citra profesi, seorang Ahli Gizi dituntut meningkatkan ilmu dan kemampuannya di bidang gizi ataupun bidang lain yang berkaitan.
Hal ini dilakukan melalui belajar mandiri, pelatihan, kursus, pendidikan lanjutan, dan lain-lain.
4) Ahli Gizi wajib membina serta memelihara nama baik dan korps Ahli Gizi.
a) Ahli Gizi hendaknya mendukung atau berperan serta dalam kegiatan organisasi profesi gizi untuk mencapai tujuan organisasi.
Misalnya, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan ilmiah yang diselenggarakan oleh organisasi profesi gizi.
b) Ahli Gizi tidak dibenarkan menggunakan hasil karya orang lain tanpa menyebutkan sumbernya. Menjiplak karangan atau hasil karya orang lain tanpa menyebutkan sumbernya merupakan plagiat dan tidak terpuji.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
33
1) Ahli Gizi hendaknya memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan baik.
Seorang Ahli Gizi hendaknya sehat fisik dan mental serta berada dalam keadaan gizi baik, agar dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik menjadi contoh bagi masyarakat. Untuk itu ia hendaknya menerapkan pola hidup sehat dan penampilan yang baik.
2) Ahli Gizi hendaknya senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peka terhadap lingkungan.
Seorang Ahli Gizi hendaknya selalu berupaya memperkaya pengetahuannya dengan ilmu dan teknologi mutakhir di bidang gizi, agar ia senantiasa dapat menunjukan kemampuan professional tinggi.
Disamping itu ia harus peka terhadap keadaan lingkungan.
Misalnya, bila dilingkungannya terjadi musibah yang menyebabkan masyarakat memperoleh kesukaran untuk mendapat makanan, maka seorang Ahli Gizi hendaknya berperan serta dalam menanggulanginya.
3) Ahli Gizi hendaknya senantiasa selalu mengembangkan kemampuan dan meningkatkan kepercayaan diri.
Seorang Ahli Gizi hendaknya selalu berupaya mengembangkan kemampuan dan meningkatkan kepercayaan dirinya melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang yang ia tekuni.
Kemampuan tinggi akan meningkatkan kepercayaan diri, sedangkan kepercayaan diri tinggi akan menyebabkan seorang tidak mudah berputus asa dan memberi kesan penampilan kerja yang baik.
Misalnya, seorang Ahli Gizi yang bekerja di masyarakat hendaknya berupaya mengembangkan kemampuannya dan menunjukan percaya diri. Dengan demikian ia akan mendapat kepercayaan dari masyarakat lingkungannya yang akan membantu keberhasilannya.
4) Ahli Gizi harus senantiasa menjaga nama baik dirinya sebagai korps Ahli Gizi.
5) Ahli Gizi hendaknya memberi kesan baik serta tiak melakukan hal- hal yang merugikan pemerintah, masyarakat, profesi dan perorangan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
34
melalui kerja yang cermat, tuntas, efisien dan efektif. Ahli Gizi hendaknya menunjukan moral, pengabdian dan integritas tinggi, jujur dan menghindari semua kegiatan yang merugikan pemerintah, masyarakat, profesi dan perorangan.
Misal:
a) Seorang Ahli Gizi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus berlaku sopan dan bertindak benar tanpa membedakan kaitan kekeluargaan, status sosial ekonomi, agama dan politik.
b) Seorang Ahli Gizi hendaknya tidak menerapkan praktek-praktek yang mengarah pada korupsi dalam bentuk apapun, baik berupa uang, benda atau jasa, seperti menerima hadiah dari siapapun yang bertujuan memperoleh kemudahan atau keringanan dalam pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
c) Seorang Ahli Gizi dapat melakukan kegiatan komersil, kecuali bila hal itu bertentangan dengan statusnya sebagai pelayan masyarakat seperti: (1) Bertindak sebagai rekanan untuk tempat ia bekerja atau dimana ia terlibat dalam pengambilan keputusan penentuan rekanan; (2) terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam usaha jasa boga dengan menggunakan fasilitas tempat ia bekerja.
Pokok Bahasan 2.
PERATURAN DAN PERUNDANGAN YANG TERKAIT DENGAN PROFESI GIZI
1. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
23/KEP/M.PAN/4/2001 tanggal 4 April 2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya, Buku I, Depkes RI, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, tahun 2001.
2. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: 894/Menkes/SKB/VIII/2001 Nomor 35 Tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya, Buku II, Menkes RI dan Kepala BKN, tahun 2001.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1306 /Menkes/SK/XII/2001 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Nutrisionis, Buku III, Depkes RI, tahun 2002.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
35
1. Dasar-Dasar Keterampilan Abdi Negara Melayani Masyarakat, Dr. Bob Waworuntu, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997.
2. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
23/KEP/M.PAN/4/2001 tanggal 4 April 2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya, Buku I, Depkes RI, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, tahun 2001.
3. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: 894/Menkes/SKB/VIII/2001 Nomor 35 Tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya, Buku II, Menkes RI dan Kepala BKN, tahun 2001.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1306 /Menkes/SK/XII/2001 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Nutrisionis, Buku III, Depkes RI, tahun 2002.
5. Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan RI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
36
PERSIAPAN PERANGKAT LUNAK PELAYANAN GIZI, MAKANAN DAN DIETETIK
I. DESKRIPSI SINGKAT
Perangkat lunak adalah istilah umum untuk data yang diformat dan disimpan secara digital, termasuk program komputer, dokumentasinya, dan berbagai informasi yang bisa dibaca dan ditulis oleh komputer terkait pelayanan gizi, makanan dan dietetik.
Pengertian data menurut Webster New World Dictionary, Data adalah things known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap. Diketahui artinya yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti). Data dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan.
Data bisa juga didefenisikan sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu obyek, data dapat berupa angka dan dapat pula merupakan lambang atau sifat. Beberapa macam data antara lain ; data populasi dan data sampel, data observasi, data primer, dan data sekunder.
Pada dasarnya kegunaan data (setelah diolah dan dianalisis) ialah sebagai dasar yang objektif di dalam proses pembuatan keputusan–
keputusan/kebijaksanaan – kebijaksanaan dalam rangka untuk memecahkan persoalan oleh pengambil keputusan.
Keputusan yang baik hanya bisa diperoleh dari pengambil keputusan yang objektif, dan didasarkan atas data yang baik. Data yang baik adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu dan mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan gambaran tentang suatu masalah secara menyeluruh merupakan data relevan.
Riset akan menghasilkan data. Ada tiga peringkat data yaitu data mentah, hasil pengumpulan, data hasil pengolahan berupa jumlah, rata – rata, persentase, dan data hasil analisis berupa kesimpulan. Yang terakhir ini mempunyai peringkat tertinggi sebab langsung dapat dipergunakan untuk menyusun saran atau usul untuk dasar membuat keputusan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
37
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan persiapan perangkat lunak pelayanan gizi, makanan dan dietetik.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Mengumpulkan data untuk penyusunan rencana tahunan, triwulanan, bulanan, dan harian.
2. Mengumpulkan data dan literatur untuk penyusunan juklak/juknis.
3. Mengumpulkan data untuk pedoman gizi, makanan, dietetik.
4. Mengumpulkan data untuk penyusunan standar gizi, makanan, dietetik.
III. POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan 1. Pengumpulan data untuk penyusunan rencana tahunan, triwulan, bulanan dan harian.
Pokok Bahasan 2. Pengumpulan data dan literatur untuk penyusunan juklak / juknis.
Pokok Bahasan 3. Pengumpulan data untuk penyusunan pedoman gizi, makanan, dietetik.
Pokok Bahasan 4. Pengumpulan data untuk penyusunan standar gizi, makanan, dietetik.
IV. METODE
• CTJ
• Curah Pendapat
• Studi Kasus
• Latihan
V. MEDIA DAN ALAT BANTU
Bahan tayang (Slide power point) Laptop
LCD
Flipchart
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
38
Spidol (ATK) Lembar kasus Panduan latihan
Contoh-contoh formulir pelayanan gizi, makanan, dietetik.
VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 2. Penyampaian Materi
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab, kemudian curah pendapat.
3. Dilanjutkan dengan studi kasus.
Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
39
VIII. REFERENSI
IX. LAMPIRAN - Lembar kasus
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
39
PERSIAPAN PENANGGULANGAN MASALAH GIZI, MAKANAN DAN DIETETIK
I. DESKRIPSI SINGKAT
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih perlu ditanggulangi secara terpadu oleh berbagai sektor termasuk kesehatan.
Masalah gizi utama di Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Viatmin A (KVA), Anemia Gizi besi (AGB) dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
Masalah gizi timbul akibat beberapa faktor baik langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung adalah asupan gizi yang tidak seimbang dan ada tidaknya penyakit infeksi yang diderita. Faktor tak langsung adalah sosial ekonomi, tingkat pendidikan, pengetahuan-sikap dan perilaku hidup sehat, kesehatan lingkungan, dll. Akibat gizi kurang tersebut dapat menurunkan produktivitas kerja sehingga pendapatan menjadi rendah, miskin dan pangan tidak tersedia cukup serta menyebabkan daya tubuh terhadap penyakit menjadi rendah.
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan cara antropometri, penilaian biokimia, pemeriksaan klinis dan riwayat makan. Dari ketiga cara tersebut antropometri merupakan penilaian status gi yang paling mudah, non invasive, tidak memerlukan biaya mahal dan dapat diterapkan pada kelompok besar.
Kelompok dalam masyarakat yang rawan menderita gizi kurang adalah : bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lansia. Data data status gizi dan penyakit pada kelompok tersebut diperlukan untuk perencanaan program penanggulangan masalah gizi.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan persiapan penanggulangan masalah gizi, makanan dan dietetik.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Mengumpulkan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi kurang dan penyakit – penyakit
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
40
penilaian mutu gizi
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi kurang dan penyakit – penyakit pada:
Sub pokok bahasan:
a. bayi
b. anak balita c. bumil d. buteki e. lansia
Pokok bahasan 2. Pengumpulan data makanan kelompok sasaran setempat untuk penilaian mutu gizi.
IV. METODE
• CTJ
• Curah Pendapat
• Studi kasus
V. MEDIA DAN ALAT BANTU Bahan tayang (Slide power point) Laptop
LCD
Flipchart White board Lembar kasus Panduan diskusi
Contoh – contoh formulir
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
41
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Langkah 1. Pengkondisian Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 2. Penyampaian Materi Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab, kemudian curah pendapat.
3. Dilanjutkan dengan studi kasus.
Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.
VII. URAIAN MATERI Penilaian Status Gizi
Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, contoh Gondok endemic merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium.
Malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative naupun absolute satu atau lebih zat gizi.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
42
1. Undernutrition : Kekurangan konsumsi pangan secara relative atau absolute untuk periode tertentu
2. Specific deficiency : Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kurang Vit. A, Iodium, Fe, dll
3. Over Nutrition : Kelebihan konsumsi pangan untuk periode waktu tertentu.
4. Imbalance karena disproporsi zat gizi, misalnya kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL, HDL dan VLDL
Penilaian Status Gizi Secara Langsung A. Antropometri
1. Pengertian.
Secara umum artinya ukuran tubauh manusia, ditinjau dari sudut pandang gizi, antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
2. Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat kedakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah iar dalam tubuh.
Keunggulan antropometri:
• Sederhana dan aman
• Noninvasive
• Dapat diaplikasikan pada sampel besar
• Peralatan tidak mahal, portable dan dapat dibeli secara lokal
• Presisi dan akurasi tingggi
• Dapat untuk mengidentifikasi malnutrisi sedang dan buruk
• Metode dapat digunakan untuk mengevaluasi perubahan status gizi dari waktu ke waktu
• Dapat digunakan untuk melakukan skrining yaitu mengidentifikasi individu yang mempunyai resiko tinggi terhadap kurang gizi.
Indikator Status Gizi
Indikator status gizi mempunyai pengertian dan persyaratan sebagai berikut:
1. Tanda-tanda yang memberikan indikasi tentang keseimbangan antara intake dan kebutuhan zat gizi (nutriture).
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
43
perkembangan mental, motorik dan perilaku serta proses biologis)
3. Dapat diukur secara kuantitatif maupun kualitatif dengan metode pengukuran/observasi yang baku dan tersedia rujukannya.
4. Metode pengukuran yang digunakan ada yang mudah, murah dan secara luas namun ada pula yang memerlukan keahlian khusus dan mahal biayanya.
Beberapa contoh indikator status gizi:
1. Antropometri (gambaran pertumbuhan fisik) 2. Kadar hemoglobin darah
3. Pembesaran kelenjar gondok 4. Kadar vitamin A darah 5. Aktifitas (gambaran motorik)
6. Perkembangan mental dan perilaku (psikologis) Ukuran tubuh
(antropometri)
Indikator status gizi 1. Berat badan (BB) Berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Indeks massa tubuh (BB/ TB2)
*BB dalam kg dan TB dalam meter 2. Tinggi badan (TB) Tinggi badan menurut umur (TB/U) 3. Lingkar Lengan Atas
(LLA)
Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)
4. Lingkar kepala (LK) Lingkar kepala menurut umur (LK/U)
B. Penilaian status gizi secara klinis
Pengertian:
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.
C. Penilaian status gizi secara biokimia
Penilaian secara biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan objektif daripada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan yang lain. Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah teknik pengukuran kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah dan urine. Hasil pemeriksaan tersebut dibandingkan dengan standar
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
44
pemeriksaan feces, urine dan darah karena kurang gizi sangat berkaitan dengan prevalensi penyakit karena parasit.
Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung a. Survei konsumsi makanan.
b. Statistik vital c. Faktor ekologi
Pokok Bahasan 1.
PENGUMPULAN DATA SASARAN / KLIEN DENGAN STATUS GIZI KURANG / RESIKO GIZI KURANG DAN PENYAKIT – PENYAKIT
a. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi kurang dan penyakit – penyakit pada Bayi
Data yang diperlukan untuk penilaian status gizi pada bayi adalah : Umur, Berat Badan lahir, Berat badan, Panjang badan, Lingkar Lengan Atas, Lingkar kepala, Pola konsumsi ASI. Penyakit yang sering terjadi pada bayi : KEP, anemia, defisiensi Vit A, diare,ISPA, dll
b. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi kurang dan penyakit – penyakit pada anak balita
Data yang diperlukan untuk penilaian status gizi pada anak balita adalah : Berat badan, Panjang badan/Tinggi badan, Lingkar Lengan Atas, Lingkar kepala (sampai anak usia 3 tahun), Pola konsumsi pangan, Penyakit pada anak balita : penyakit infeksi, KEP, diare, anemia, dll.
c. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi kurang dan penyakit – penyakit pada bumil
Data yang diperlukan unutk penilaian status gizi pada bumil adalah : Umur, Berat badan, Tinggi badan, Usia kehamilan, Lingkar Lengan Atas, diuraikan cara pengukuran). Penyakt pada ibu hamil : anemia, resiko KEK, dll
d. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi kurang dan penyakit – penyakit pada buteki
Data yang diperlukan untuk penilaian status gizi pada buteki adalah : Berat badan, Tinggi badan, Lingkar Lengan Atas, riwayat menyusui. Masalah masalah pada buteki, mastitis, ASI tidak keluar, putting susu terbenam, dll
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
45
kurang dan penyakit – penyakit pada lansia
Data yang diperlukan unutk penilaian status gizi pada lansia adalah : Berat badan, Tinggi badan, Tinggi Lutut, Lingkar Lengan Atas, TD,. Penyakit penyakit pada lansia ISPA, Hipertensi, Diabetes Mellitus, hiperuricemi dll
Pokok bahasan 2.
PENGUMPULAN DATA MAKANAN KELOMPOK SASARAN SETEMPAT UNTUK PENILAIAN MUTU GIZI
Pengumpulan data makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi masyarakat / perorangan, penentuan status gizi tidak langsung.
Tujuan survey konsumsi makanan yaitu:
1) Memperkirakan secara tepat intake makanan pada kelompoik penduduk 2) Investigasi hubungan antara diet, kesehatan, dan gizi
3) Mengevaluasi pendidikan gizi, intervensi gizi, dan program sertifikasi 4) Menentukan pedoman kecukupan makanan
5) Penyusunan menu bergizi denngan biaya rendah
Keunggulan dan kelemahan survey konsumsi dalam memanfaatkan data dari hasil survey konsumsi hendaklah disadari bahwa survey memiliki kelemahan- kelemahan disamping kelebihannya. Walaupun survey makanan ini sering dinterpretasikan sebagai salah satu metode untuk penentuan status gizi, sebenarnya survey konsumsi tidak dapat menentuka status gizi seseorang atau masyarakat secara langsung. Survei konsumsi hanya dapat dipakai sebagai bukti awal akan kemungkinan awal terjadinya kekurangan gizi pada seseorang.
Metode survey konsumsi
Metode konsumsi pangan dilakukan dengan berbagai prosedur baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengukuran konsumsi pangan untuk tingkat nasional telah secara luas digunakan untuk menilai ketersediaan pangan (bahan pangan yang dikonsumsi dan yang tidak cukup untuk dikonsumsi) yang didasarkan pada food balance sheet. Data disajikan pada tingkat per kapita yang didasarkan pada estimasi populasi, tetapi tidak memperoleh informasi tentang distribusi penyediaan pangan dalam suatu negara. Data dapat digunakan untuk membandingkan penyediaan pangan antar negara. Akurasi perkiraan penyediaan pangan bervariasi antar negara. Usaha untuk mengaitkan kecenderungan data konsumsi pangan tingkat nasional dengan kecenderungan suatu penyakit atau mortalitas harus digambarkan secara berhati-hati.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
46
Berapa metode pengukuran konsumsi tingkat nasional meliputi Food balance sheets, market databases.
Pengukuran konsumsi makanan untuk tingkat rumah tangga merupakan semua jenis makanan dan minuman yang tersedia di tingkat rumah tangga. Biasanya tidak termasuk makanan yang dimakan di luar rumah (jajan, di kantor) kecuali kalau makanan tersebut dibawa dari rumah. Kecukupan energi dan zat gizi per kapita anggota rumah tangga diperkirakan denga menghitung kalori dan zat gizi dari seluruh makanan yang tersedia dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan dan nilai ini dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang ada. Beberapa teknik untuk mengukur konsumsi makan tingkat rumah tangga meliputi food account method, inventory method, household food record.
Pengukuran konsumsi makan untuk tingkat individu dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yakni kelompok pertama untuk mengetahui konsumsi makanan secara kuantitatif: metode recall dan record. Dengan melakukan pemeriksaan selama beberapa kali atau beberapa hari, biasanya cara ini dapat memberikan gambaran konsumsi sesungguhnya dari orang yang diperiksa.
Kelompok kedua untuk mengetahui konsumsi makanan secara kualitatif.
Kedua metode ini diperoleh informasi terhadap pola makan dalam waktu yang lama dan dengan suatu modifikasi, cara ini dapat dipakai untuk menghitung konsumsi zat gizi. Cara yang sering digunakan dalam survei konsumsi makanan adalah recall dan food frequency.
Recall 24 jam, responden atau ibu/pengasuh disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu. Bisa dimulai dari waktu saat dilakukkannya wawancara mundur ke belakang sampai 24 penuh. Metode ini mencakup intake gizi yang banyak yang dimakan individu. Metode ini sering dilakukan oleh pewawancara yang dapat dilakukan di rumah atau klinik dengan menggunakan kuesioner yang tersusun. Oleh sebab itu sangat dianjurkan dengan menggunakan alat bantu seperti contoh ukuran rumah tangga (piring, gelas, sendok dsb) atau model dari makanan untuk membantu mengingatkan apa yang dimakan. Konsumsi selama 24 jam yang lalu tidak mewakili pola makan subjek, pengulangan atau tidak berurutan sangat dianjurkan. Beberapa keuntungan dari metode ini: murah, mudah, cepat_ dapat dilengkapi dalam satu hari, lingkup subjek yang besar, kerjasama dengan responden tinggi, dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.
Kelemahannya, tidak tepat untuk kebiasaan asupan, memerlukan daya ingat, perlu penggalian pertanyaan.
Diva Sanjur, 1997 menyarankan strategi untuk meningkatkan kualitas data recall dengan cara menggunakan visual aids dari jenis makanan, contoh
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
47
gelas, dendok dsb atau peneliti dapat menggunakan photo atau food models.
FFQ (food frequency questionnaire) dirancang untuk memperoleh data secara kualitatif, deskripsi tentang pola konsumsi makan. Bukan untuk memperoleh data secara kuantitatif dari makanan atau intake makanan. Kuesioner FFQ terdiri dari 2 komponen yaitu: 1) daftar makanan, 2) seperangkat kategori frekuensi yang digunakan/dimakan. Daftar bahan makanan menitik beratkan pada kelompok bahan makanan yang khusus terutama makanan yang dikonsumsi secara periodik pada waktu atau musin ketika kuesioner dirancang.
Tujuan FFQ adalah untuk menentukan kekerapan bahan makanan tertentu atau kelompok bahan makanan tertentu yang dikonsumsi dalam suatu periode (hari, minggu, ulan dan tahun). FFQ relatif sederhana, kategori bahan makanan terdefinisi, pertanyaan yang open-ended dapat dihindari (Gibson, Rosalind S, 1990:42). FFQ merupakan metode yang dipilih dalam studi epidemiologi yang dilaksanakan secara mudah pada sampel yang besar dengan biaya yang relatif murah (Kos, Jiri & Karl Battig, 1996:283). Jumlah dan frekuensi konsumsi dan bermacam-macam makanan yang telah dikonsumsi merupakan salah satu atau llebih potensi lingkungan yang memperngaruhi kesehatan (Kohlmeier, Lenore, 1995:702S).
Dalam melaksanakan wawancara dengan metode FFQ responden dihadapkan dengan daftar makanan dan dituntut untuk menyatakan berapa kali masing- masing makanan dikonsumsi perhari/minggu/bulan. Daftar makanan biasanya dipilih karena merupakan sumber utama zat gizi yang dicurigai menyebabkan penyakit tertentu. Dengan demikian FFQ ini merupakan pengukuran bersifat kualitatif yang dibuat untuk setiap item makanan yang dimakan dengan menghitung frekuensi konsumsi (Ralp A, 1993:777).
VIII. REFERENSI
1. Gibson S. Rosalind. Nutritional Assesment a Laboratory Manual. Oxford University, Press, New York, 1993.
2. Gibson S.. Rosalind. Principles of Nutritional Assessment oxford University, Press, New York, 2004.
3. Supariasa. I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002.
4. Sanjur, Diva and Maria Rodriguez. Assessing Food Consumption. New York: Cornell University, 1997.
5. Hartini, Th Ninuk Sri et.al. Survai Konsumsi Pangan Individu Metode Frekuensi Makan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1994
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
48
Panduan studi kasus:
1. Memperkenalkan berbagai instrumen yang ada untuk pengumpulan data (jenis dan cara pengisian).
2. Membagi peserta menjadi 4 kelompok yaitu kelompok: wawancara, observasi, pengukuran dan pencatatan.
3. Membimbing peserta mengembangkan instrumen pengumpulan data sesuai kelompok masing-masing.
4. Memandu presentasi dan diskusi hasil kerja kelompok.
5. Meminta salah satu peserta dalam tiap kelompok untuk menyimpulkan hasil presentasi.
6. Menegaskan kembali jenis instrumen yang dapat digunakan dalam pengumpulan data primer dan data skunder.
Contoh-contoh formulir:
CONTOH INSTRUMEN UNTUK PENGUKURAN 01. Nama anak balita : ……….
02. Umur dan Tanggal Lahir : …. Th… bulan ( ../../..)
03. Nama Orang Tua (Ayah : ………..; Ibu: ………..) 04. Alamat……….
HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI:
BERAT BADAN : …… kg
TINGGI BADAN : …… cm
LINGKAR LENGAN ATAS : …… cm
CONTOH INSTRUMEN PENGOLAHAN DATA INDIVIDU HASIL ANTROPOMETRI
INDEKS BB/UMUR , Hasil Penghitungan Z-score = …….
Artinya : a. BB Sangat kurang c. BB kurang b. BB normal d. BB lebih
INDEKS PB atau TB / UMUR, Hasil Penghitungan Z-Score = ……
Artinya: a. Sangat pendek c. Pendek b. Normal d. Tinggi INDEKS BB/TB, Hasil Penghitungan Z-Score = Artinya: a. sangat kurus c. kurus
b. Normal d. gemuk
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
49
INDEKS LLA/UMUR, Hasil perhitungan : ……. % Artinya : a. Gizi kurang
b. Gizi normal c. Gizi lebih
CONTOH INSTRUMEN PENGOLAHAN DATA MANUAL
Rekap Status Gizi Anak Balita berdasarkan Indeks BB/U; TB/U; dan BB/TB Keterangan : lebih
BB/U : SK = sangat kurang. TB/U : SP = sangat pendek BB/U: SK= sangat kurang
K = kurang P = pendek K = kurus N = normal N = normal N = normal
L = lebih T = tinggi G = gemuk
No Nama Alamat Jenis kelamin
Usia (bln)
TGL
Lahir Indeks BB/U Indeks TB/U
Indeks BB/TB KET.
L P SK K N L SP P N T SK K N G
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ds t Jlh
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
50
Nama : ……… Jenis kelamin :………..
Umur : ……….. Nama orang tua : ………..
Alamat : ………..
Bahan Makanan Setiap hari
Seminggu sekali
Sebulan sekali
Jarang Tidak pernah 1. Nasi
2. Jagung masak 3. Mie bihun 4. Roti
5. Kentang 6. Biskuit roti
kering.
7. Bubur Susu 8. Tempe 9. Tahu 10. Keju
11. Kacang kering 12. Ayam
13. Daging 14. Bakso 15. Ikan 16. Udang 17. Telur 18. Makanan
diawet 19. Hati
20. Labu kuning 21. Syr hijau
22. Syr kacang2an 23. Syr
tomat/wortel 24. Pepaya 25. Jeruk 26. Pisang
27. Susu …………
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
51
Nama : ……… Jenis kelamin :………..
Umur : ……….. Nama orang tua : ………..
Alamat : ………..
NO WAKTU MENU BAHAN
MAKANAN
URT BERAT
(g)
KET Pagi
Selingan pagi Siang
Selingan sore Sore/
Malam
Selingan malam
URT = Ukuran Rumah Tangga Hasil analisa : Energi : ……….Kalori
Protein : ……….. g
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
52
MATERI INTI 3
PELAKSANAAN PELAYANAN GIZI, MAKANAN DAN DIETETIK
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pelayanan gizi merupakan salah satu pelayanan yang ada di RS yang disesuaikan dengan kondisi pasien dan berdasarkan status gizi serta status metabolisme tubuh. Tujuan pelayanan gizi RS adalah terciptanya sistem pelayanan dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit. Kegiatan pelayanan gizi di RS ada 4 yaitu penyelenggaraan makanan, asuhan gizi rawat inap, rujukan gizi dan penelitian gizi terapan.
Salah satu misi dari pelayanan gizi RS adalah menyelenggarakan pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan pasien untuk menunjang aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif serta meningkatkan kualitas hidup. Penyelenggaraan makanan adalah serangkaian proses kegiatan yang saling berkaitan dimulai dari penyusunan anggaran belanja makanan, perencanaan, pembelian bahan makanan, penerimaan, persiapan dan pemasakan, pendistribusian, pengawasan dan pencatatan serta evaluasi.
Penyelenggaraan makanan khususnya di Rumah Sakit adalah salah satu kegiatan yang biasa dilakukan, untuk itu perlu perencanaan yang mantap dari berbagai kegiatan, agar pelaksanaan penyelenggaraan makanan dapat berjalan dengan baik. Pada saat ini pengelolaan penyelenggaraan makanan di rumah sakit ada dua macam yaitu swakelola, oleh rumah sakit sendiri atau oleh pihak lain yaitu dengan memanfaatkan jasa katering.
Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien.
Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga dengan terapi gizi medik.
Pelayanan kesehatan paripurna sesorang pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan, secara teoritis memerlukan 3 (tiga) jenis asuhan (care) yang pada pelaksanaannya dikenal sebagai pelayanan (services). Ketiga jenis asuhan tersebut adalah: a) Asuhan Medik; b) Asuhan Keperawatan; dan c) Asuhhan Gizi.
Asuhan gizi pasien di RS adalah suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal berdasarkan pengkajian gizi pasien, yang dilakukan secara terus-menerus. Asuhan gizi meliputi kegiatan pengkajian gizi, penentuan masalah gizi, perencanaan kebutuhan gizi, pemberian/intervensi gizi, pemantauan dan evaluasi gizi.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
53
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan pelayanan gizi, makanan dan dietetik.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Memeriksa dan menerima bahan, materi, pangan, peralatan dan sarana kegiatan pelayanan gizi.
2. Menyimpan bahan, materi, pangan, peralatan dan sarana kegiatan pelayanan gizi.
3. Mencatat dan melaporkan bahan, materi, pangan, peralatan & sarana dalam harian/ mingguan di ruang simpan.
4. Menyalurkan bahan, materi, pangan, peralatan & sarana harian/mingguan sesuai permintaan unit/wilayah kerja.
5. Melakukan pemeriksaan ruang simpan harian.
6. Melakukan pengukuran TB, BB, umur di unit atau wilayah kerja.
7. Melakukan pengukuran LILA di unit wilayah kerja.
8. Melakukan pengukuran IMT pada orang dewasa di unit/wilayah kerja.
9. Melakukan anamnesa diet bagi klien (food frekwensi dan rata-rata contoh hidangan)
10. Melakukan recall makanan 24 jam lewat bagi klien 11. Melakukan perhitungan kandungan gizi makanan klien 12. Mencatat dan melaporkan hasil pengukuran.
13. Menyediakan makanan tambahan.
14. Menyediakan makanan biasa 15. Menyediakan kapsul Vit A 16. Menyediakan kapsul yodium 17. Menyediakan preparat besi 18. Menyediakan obat gizi
19. Melakukan pencatatan harian
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1. Pemeriksaan dan penerimaan bahan, materi, pangan, peralatan dan sarana kegiatan pelayanan gizi
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
54
Pokok Bahasan 2. Penyimpanan bahan, materi, pangan, peralatan dan sarana kegiatan pelayanan gizi
Pokok Bahasan 3. Pencatatan dan pelaporan bahan, materi, pangan, peralatan & sarana dalam harian/ mingguan di ruang simpan
Pokok Bahasan 4. Penyaluran bahan, materi, pangan, peralatan & sarana harian/mingguan sesuai permintaan unit/wilayah kerja
Pokok Bahasan 5. Pemeriksaan ruang simpan harian
Pokok Bahasan 6. Pengukuran TB, BB, umur di unit atau wilayah kerja Sub Pokok Bahasan:
a. Bulanan (anak balita) b. 4 Bulan (anak sekolah SD) c. Sesuai kebutuhan
Pokok Bahasan 7. Pengukuran LILA di unit wilayah kerja
Pokok Bahasan 8. Pengukuran IMT pada orang dewasa di unit/wilayah kerja
Pokok Bahasan 9. Anamnesa diet bagi klien (food frekwensi dan rata-rata contoh hidangan)
Pokok Bahasan 10. Recall makanan 24 jam lewat bagi klien
Pokok Bahasan 11. Perhitungan kandungan gizi makanan klien
Pokok Bahasan 12. Pencatatan dan pelaporan Sub Pokok Bahasan:
a. Hasil pengukuran BB, TB, umur b. Hasil pengukuran LILA
c. Hasil pengukuran IMT d. Hasil anamnesa diet
Pokok Bahasan 13. Penyediaan makanan tambahan balita atau penyuluhan gizi
Pokok Bahasan 14. Penyediaan makanan biasa
Pokok Bahasan 15. Penyediaan kapsul Vit A biasa
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
55
Pokok Bahasan 16. Penyediaan preparat besi
Pokok Bahasan 17. Penyediaan obat gizi
Pokok Bahasan 18. Pencatatan harian Sub Pokok Bahasan:
a. Penyediaan makanan biasa b. Penyediaan diet sederhana
IV. METODE
• CTJ
• Curah Pendapat
• Studi kasus
• Simulasi
• Praktek lapangan
V. MEDIA DAN ALAT BANTU
Bahan tayang (Slide power point) Laptop
LCD
Flipchart White board Spidol (ATK) Lembar kasus Panduan diskusi Skenario simulasi Panduan PKL
Kerangka Acuan PKL
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
56
VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajarn materi ini dan pokok bahasan yang akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 2. Penyampaian Materi
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab, kemudian curah pendapat.
2. Dilanjutkan dengan penugasan.
3. Praktek Lapangan.
Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
57
VII. URAIAN MATERI
Pokok Bahasan 1.
PEMERIKSAAN DAN PENERIMAAN BAHAN, MATERI, PANGAN, PERALATAN DAN SARANA KEGIATAN PELAYANAN GIZI
A. Penerimaan Bahan Makanan
1) Pengertian :
Suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan.
2) Tujuan :
Tersedianya bahan makanan yang siap untuk diolah.
3) Syarat :
a. Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam dan jumlah bahan makanan yang akan diterima.
b. Tersedianya spesifikasi bahan makanan yag telah ditetapkan.
4) Langkah penerimaan bahan makanan :
a. Setelah bahan makanan diambil dari gudang logistik kemudian diperiksa satu persatu, untuk mengetahui bila ada barang yang tidak ada, kurang atau berlebih.
b. Kemudian bahan makanan disimpan ke gudang penyimpanan sesuai dengan jenis barang.
c. Esok harinya masing-masing bagian pengolahan mengambil bahan makanan sesuai dengan kebutuhannya.
B. Sarana, Peralatan dan Perlengkapan
1) Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Rawat Jalan/Ruang Layanan Konseling Gizi
a) Bangunan Ruang Konseling Gizi (1) Tipe A dan B minimal 3 x 4 m² (2) Tipe C minimal 2 x 2,5 m²
b) Sarana
(1) Peralatan Kantor :
Meja + kursi konseling gizi, bangku ruang tunggu, telepon, komputer + printer, dan sebagainya.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
58
(2) Peralatan Konseling dan Penyuluhan :
Lemari peraga, overhead projector, slide projector, food model dan contoh makanan segar, formulir-formulir (konsumsi makanan, pola makan, asupan zat gizi, konseling gizi, pencatatan dan pelaporan), leaflet diet, daftar bahan makanan penukar, audio visual, wareless, standar diet, papan display, poster-poster, software konseling, lembar balik, buku-buku pedoman tatalaksana program (ASI, Gizi Buruk, Xeroftalmia, Diabetes Mellitus, dll).
c) Peralatan Antropometri
Untuk mendapatkan data antropometri pasien, diperlukan peralatan antara lain : Standar antropometri, alat ukur tinggi dan berat badan dewasa, alat ukur panjang badan bayi/anak, timbangan bayi, alat ukur skinfold tickness caliper, alat ukur Lingkar Lengan Atas (LiLA), alat ukur Lingkar Kepala (LK), alat ukur Tinggi Lutut, dan formulir skrining. (Alat ini harus ditera secara berkala oleh badan meteorologi).
2) Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Rawat Inap
Perlengkapan dan peralatan pantry/dapur ruangan : a) Bangunan : luas 3 x 4 m atau 2 x 2,5 m
b) Peralatan :
Kompor gas, Water heater (aliran air panas dan dingin), Bak cuci ganda, Meja distribusi, lemari makan gantung, lemari alat,, alat pemanas makanan(panci, wajan, dll), alat pengaduk dan penggoreng, alat makan (piring, gelas, sendok, mangkok, dll), lemari pendingin, microwave dan kulkas (untuk kelas utama), blender, sarana kebersihan dan tempat sampah bertutup serta papan tulis/white board.
3) Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Unit Pelayanan Gizi
a) Ruang Penyelenggaraan Makanan
(1) Perencanaan Bangunan, Peralatan dan Perlengkapan
Penyelenggaraan makanan dapat berjalan dengan optimal apabila ruangan, peralatan dan perlengkapannya direncanakan dengan baik dan benar. Dalam merencanakan sarana fisik/bangunan untuk unit pelayanan gizi rumah sakit, maka diperlukan kesatuan pemikiran antara perencana dan pihak manajemen yang terkait.
Oleh karena itu diperlukan satu tim yang memiliki keahlian yang
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
59
berbeda, yang secara langsung akan memanfaatkan hasil perencanaannya, yang terdiri dari arsitek, konsultan manajemen, insinyur bangunan/sipil, listrik, desainer interior, instalator, ahli gizi serta unsur lain di rumah sakit yang terkait langsung seperti pemilik rumah sakit, direktur rumah sakit, serta instalasi prasarana rumah sakit.
(2) Fasilitas Ruangan yang dibutuhkan
• Tempat penerimaan bahan makanan :
Digunakan untuk menerima dan mengecek kualitas dan kuantitas bahan makanan. Letak ruangan ini harus mudah dicapai kendaraan, dekat dengan ruang penyimpanan serta persiapan bahan makanan.
• Tempat/ruang penyimpanan bahan makanan :
Terdiri dari ruang penyimpanan bahan makanan segar dan bahan makanan kering.
• Tempat persiapan bahan makanan :
Tempat untuk mempersiapkan bahan makanan dan bumbu yang meliputi kegiatan membersihkan, mencuci, mengupas, menumbuk, menggiling, memotong, mengiris dan lain-lain sebelum bahan makanan dimasak.
• Tempat pemasakan dan distribusi makanan :
Tempat pemasakan harus dilengkapi dengan cerobong asap di atas kompor, biasanya makanan dikelompokkan menurut jenis bahan makanan yang akan dimasak.
• Tempat pencucian dan penyimpanan alat :
• Terletak terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan.
• Menyediakan fasilitas pengering/rak dan penyimpanan sementara.
• Dilengkapi alat untuk mengatasi sumbatan dan vektor.
• Dilengkapi air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan + 15 psi (1,2 kg/cm³)
• Disediakan sabun dan lap pengering.
• Tempat pembuangan sampah :
Diperlukan tempat pembuangan sampah yang cukup untuk menampung sampah yang dihasilkan dan harus segera dibuang.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
60
• Ruang fasilitas pegawai :
Adalah ruang yang dibuat untuk tempat ganti pakaian pegawai, istirahat, ruang makan, kamar mandi.
• Ruang pengawas :
Ruang ini diperlukan pengawas untuk mengawasi semua kegiatan di pantry.
(3) Sarana Fisik
i. Letak tempat penyelenggaraan makanan
• Mudah dicapai dari semua ruang perawatan.
• Kebisingan di ruang pengolahan tidak mengganggu ruangan lain disekitarnya.
• Mudah dicapai kendaraan dari luar.
• Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah, kamar jenazah dan ruang cuci (laundry)
• Mendapat udara dan sinar yang cukup.
ii. Bangunan
• Hal-hal yang perlu didperhatikan dalam merencanakan suatu bangunan instalasi/unit pelayanan gizi yaitu macam rumah sakit, macam pelayanan, macam menu, macam dan jumlah fasilitas yang diinginkan, kebutuhan biaya, arus kerja dan susunan ruangan, serta macam dan jumlah tenaga yang akan digunakan.
iii. Konstruksi
• Lantai : harus kuat, mudah dibersihkan, tidak membahayakan/tidak licin, tidak menyerap air dan tahan terhadap asam dan tidak memberikan suara keras.
• Dinding : harus halus, mudah dibersihkan, dapat memantulkan cahaya yang cukup bagi ruangan, dan tahan terhadap cairan. Semua kabel dan pipa atau instalasi pipa uap harus berada dalam keadaan terbungkus atau tertanam dalam lantai atau dinding.
• Langit-langit : harus bertutup, dilengkapi dengan bahan peredam suara untuk bagian tertentu dan disediakan cerobong asap. Langit-langit dapat diberi warna agar serasi dengan warna dinding. Jarak antara lantai dengan langit-
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
61
langit harus tinggi agar udara panas dapat bersikulasi dengan baik.
• Penerangan dan ventilasi : harus cukup, minimal 200 lux.
Sebaiknya menggunakan “exhause fan” untuk mengeluarkan asap, bau makanan, bau uap lemak, bau air dan panas sehingga tidak terjadi kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding dan langit-langit.
(4) Arus Kerja
Arus kerja yang dimaksud adalah urut-urutan kegiatan kerja dalam memproses bahan makanan menjadi hidangan. Yang perlu diperhatikan adalah pekerjaan sedapat mungkin dilakukan searah atau satu jurusan untuk efisiensi tenaga, waktu, ruang dan alat sehingga ongkos produksi dapat ditekan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
62
Bagan berikut menggambarkan urutan kegiatan suatu penyelenggaraan makanan.
Sumber : Buku Pedoman PGRS, 2005
Penerimaan
Penyimpanan Bahan Makanan Segar/Mentah
Penyimpanan Bahan Makanan Kering
Fasilitas Pegawai
Pembuangan Sampah Sementara
Persiapan
Pemasakan
Pembagian
Pembuangan Sampah Akhir
(diluar dapur)
Pencucian
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
63
(5) Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Penyelenggaraan Makanan
Berdasarkan arus kerja maka macam peralatan yang dibutuhkan sesuai gambar tersebut di atas adalah :
• Ruangan penerimaan. Timbangan 100 – 300 kg, rak bahan makanan beroda, trolly angkut, alat-alat kecil seperti pembuka botol, penusuk beras, pisau dan sebagainya.
• Ruang penyimpanan bahan makanan kering dan segar.
Timbangan 20 – 100 kg, rak bahan makanan, lemari es, freezer.
Tempat bahan makanan dari plastik atau stainless steel.
• Ruangan persiapan bahan makanan. Meja kerja, meja daging, meja sayuran, mesin pemarut kelapa, mesin pemotong dan penggiling daging, mikser, blender, timbangan meja, talenan, bangku kerja, penggiling dari batu, bak cuci.
• Ruang masak. Ketel uap 10 – 250 liter, tungku masak, oven, penggorengan, mikser, blender, lemari es, meja pemanas, pemanggang sate, toaster, meja kerja, bak cuci, trolly, rak alat, bangku, meja distribusi.
• Ruang pencuci dan penyimpanan alat. Bak cuci, rak alat, tempat sampah, lemari.
• Kamar susu. Meja kerja, meja distribusi, sterilisator, tempat sampah, pencuci botol, mikser, blender, lemari es, tungku, meja pemanas.
• Ruang pegawai. Kamar mandi, locker, meja, kursi, tempat sampah, mushola, tempat tidur.
b) Ruang Perkantoran
Pokok Bahasan 2.
PENYIMPANAN BAHAN, MATERI, PANGAN, PERALATAN DAN SARANA KEGIATAN PELAYANAN GIZI
1) Pengertian :
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya.
2) Tujuan :
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan perencanaan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
64
3) Syarat :
a) Adanya sistem penyimpanan barang
b) Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan
c) Tersedianya kartu stok/buku catatan keluar masuknya bahan makanan.
4) Langkah penyimpanan bahan makanan :
a) Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, harus segera dibawa ke ruang penyimpanan, gudang atau ruang pendingin.
b) Apabila bahan makanan langsung akan digunakan, setelah ditimbang dan diawasi oleh bagian penyimpanan bahan makanan setempat, dibawa ke ruang persiapan bahan pangan.
Untuk semua kelas rumah sakit diperlukan ruang penyimpanan untuk bahan makanan kering dan ruang pendingin, serta ruang pembeku (Freezer). Luas, macam dan jenisnya berbeda menurut rumah sakit masing-masing. Freezer umumnya dimiliki oleh instansi yang besar yang dimaksudkan untuk menyimpan bahan makanan untuk jangka waktu yang agak lama.
5) Syarat ruang penyimpanan bahan makanan kering :
a) Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut macam, golongan ataupun urutan pemakaian bahan makanan.
b) Menggunakan sistem FIFO (First In First Out) yaitu bahan yang diterima terlebih dahulu harus digunakan juga terlebih dahulu. Untuk mengetahui bahan makanan yag diterima diberi tanda tanggal penerimaan.
c) Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan menggunakan kartu stok.
Kartu stok bahan makanan harus segera diisi tanpa ditunda, diletakkan pada tempatnya, kemudian diperiksa dan diteliti secara kontinyu.
d) Gudang dibuka pada waktu yang telah ditentukan.
e) Semua bahan makanan kering ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus rapat dan tidak berlubang. Diletakkan diatas rak bertingkat yang cukup kuat dan tidak menempel pada dinding.
f) Pintu ruang penyimpanan harus selalu terkunci pada saat tidak ada kegiatan, serta dibuka pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Pegawai yang masuk keluar gudang hanya pegawai yang telah ditentukan.
g) Suhu ruangan harus kering, berkisar antara 19° - 21° C.
h) Pembersihan ruangan dilakukan secara periodik, minimal 2 kali seminggu.
i) Penyemprotan ruangan dengan insektisida dilakukan secara periodik dengan mempertimbangkan keadaan ruangan.
j) Semua lubang yang ada di gudang harus berkasa, serta bila terjadi pengrusakan oleh binatang pengerat, harus segera diperbaiki.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
65
6) Syarat penyimpanan bahan makanan segar/basah :
a) Suhu tempat penyimpanan harus betul-betul sesuai dengan keperluan bahan makanan.
b) Pengecekan terhadap suhu dilakukan 2 kali sehari dan pembersihan ruang pendingin dilakukan setiap hari. Ada alat khusus untuk monitoring ruang pendingin.
c) Pencairan es pada ruang pendingin harus segera dilakukan segera setelah terjadi pengerasan, kecuali pada beberapa tipe lemari pendingin yang mempunyai alat otomatis untuk pencairan tersebut.
<