Laporan 'Pemantauan Lingkungan (Keanekaragaman Flora dan Fauna) Semester II Tahun 2018' memuat kajian tentang keberadaan dan kondisi komunitas flora dan fauna yang ada yang terdapat di kawasan Onshore Re Creating Facility (ORF) dan Landfall PT.
LATAR BELAKANG
Keanekaragaman hayati telah dimanfaatkan manusia selama berabad-abad, termasuk menyediakan makanan, tempat berlindung, obat-obatan, dan bahan biologis lainnya. Keanekaragaman hayati juga menjadi penopang utama kegiatan perekonomian dunia, sekitar 40% di antaranya merupakan pemanfaatan keanekaragaman hayati. Pertamina Gas EJA salah satunya melalui pemantauan keanekaragaman hayati yang dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada semester I dan II.
Observasi untuk memperoleh data awal keanekaragaman hayati flora dan fauna di kawasan Permisan Onshore Receive Facility (ORF) dan kawasan PT Landval.
LANDASAN HUKUM
Pertamina Gas Area Jawa Timur (PT.Pertamina Gas EJA) melaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sebagai implementasi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang Standar Kriteria dan Pedoman Penetapan Kerusakan Mangrove. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2013 tentang Program Penilaian Kinerja Perusahaan di Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 92 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
MAKSUD DAN TUJUAN
RUANG LINGKUP
KONSEP DAN SISTEMATIKA PELAPORAN
Bagian ini memuat tentang latar belakang, dasar hukum, tujuan, ruang lingkup dan konsep, serta sistematika penyajian. Bagian ini menjelaskan tentang metodologi penelitian, observasi organisme hidup, pengambilan sampel organisme hidup dan analisis sampel jenis hewan. Bab ini menjelaskan tentang kondisi biodiversity atau keanekaragaman hayati flora dan fauna di kawasan ORF dan Landfall PT.
Bagian ini memuat kesimpulan serta saran dan rekomendasi mengenai keadaan biodiversity atau keanekaragaman hayati flora dan fauna di kawasan ORF dan Landfall PT.
LOKASI DAN WAKTU STUDI
PENGAMATAN FLORA DARAT
PENGUMPULAN DATA
ANALISIS DATA
ANALISIS VEGETASI MANGROVE
PENGUMPULAN DATA
Apabila percabangan berada di bawah tinggi dada, atau pucuk/cabang dari batang utama berada di bawah atau di atas tanah, maka setiap cabang diukur sebagai batang tersendiri. Bila cabang batang setinggi dada atau sedikit di atasnya, pengukuran lingkar/diameter berada di bawah pembengkakan akibat percabangan. Apabila batang membengkak, bercabang atau berbentuk tidak normal pada titik pengukuran, pengukuran dilakukan sedikit di atas atau di bawah hingga diperoleh bentuk normal.
Karena bentuk pengukurannya berbeda-beda, maka satu tegakan bisa saja mempunyai beberapa data pengukuran diameter, terutama untuk tegakan yang bercabang <1,3 meter dari permukaan tanah.
ANALISIS DATA
Kelimpahan/N adalah jumlah individu pada suatu wilayah, sedangkan Kepadatan/D adalah jumlah yang dinyatakan per satuan luas atau satuan volume. Hal ini dinyatakan sebagai proporsi dari jumlah total sampel yang mengandung spesies yang diteliti. Tutupan adalah proporsi luas yang ditempati oleh proyeksi kontur atas tumbuhan suatu jenis tumbuhan tertentu, tegak lurus dengan permukaan tanah.
Atau dapat digambarkan sebagai pembagian tutupan lahan berdasarkan spesies yang menghuninya, jika dilihat dari atas. Cakupan dihitung sebagai luas cakupan suatu spesies dibagi dengan total luas habitat; Misalnya, spesies A dapat mencakup 80 m2/ha. Di mana; Ca = cakupan absolut spesies ke-i Cr = cakupan relatif spesies ke-i BAi = total luas bidang dasar suatu spesies L = total luas persegi.
Nilai signifikansi merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan tutupan relatif (diperkirakan dari luas bidang dasar, tutupan dasar, atau luas tutupan daun). Karena tidak dilakukan pengukuran diameter bibit dan bibit, maka nilai INP maksimum untuk kedua kategori pertumbuhan tersebut adalah 200%. Penentuan status kesehatan mangrove pada suatu lokasi mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penetapan Kerusakan Mangrove di Luar Kawasan Konservasi sesuai Tabel 3.3 di bawah ini;
PENGAMATAN FAUNA
KOMUNITAS FAUNA BURUNG (AVIAFAUNA)
Pengamatan avifauna di lokasi penelitian menggunakan kombinasi metode pointcounting dan free collection. Dalam metode penghitungan titik, pengamat berdiri atau diam pada suatu titik tertentu dan mencatat jenis dan jumlah semua burung yang diamati serta suaranya yang didengar. Jenis dan jumlah burung yang terekam adalah yang berada dalam radius ±50 meter dari tempat pengamat berada.
Pada metode pengumpulan bebas, pengamat berjalan menyusuri jalur atau lintasan/jalur yang ada dan mencatat jenis serta jumlah seluruh burung yang dilihat dan didengar, dalam radius 50 meter ke kanan dan kiri lintasan. Penamaan (nama ilmiah, nama Indonesia dan nama Inggris) dan gambaran status perlindungan burung mengacu pada Sukmantoro dkk. 2006), Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) versi 2018.1 (mengenai daftar status langka spesies flora dan fauna) dan diperbarui melalui aplikasi Android Burungnesia yang dikembangkan oleh tim Birdpacker. Status perlindungan dan/atau ancaman jenis burung mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 92 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi; Daftar Merah IUCN versi 2018.1; dan Lampiran CITES (Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah).
Data yang diperoleh berupa data kualitatif komposisi dan sebaran jenis burung serta data kuantitatif berupa kelimpahan individu, jumlah jenis dan nilai indeks ekologi. Selain indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H'), juga dihitung nilai indeks ekologi komunitas burung lainnya, yaitu indeks dominasi Simpson (D) dan indeks kemerataan spesies Pielou (J). Nilai J yang mendekati 0,00 (nol) menunjukkan adanya kecenderungan adanya pengaruh faktor lingkungan terhadap kehidupan organisme, yang menyebabkan persebaran populasi tidak merata akibat selektivitas dan berujung pada dominasi satu atau beberapa spesies biotik. .
Nilai J mendekati 1,00 (satu) yang menunjukkan kondisi lingkungan normal, ditandai dengan sebaran penduduk cenderung merata dan tidak ada dominasi.
KOMUNITAS FAUNA BUKAN BURUNG
Seperti halnya pengamatan burung, data hasil pengamatan fauna non burung berupa data kualitatif komposisi dan sebaran jenis, serta data kuantitatif berupa kelimpahan individu, jumlah jenis, dan nilai indeks ekologi. seperti pada komunitas fauna burung. Kawasan ORF terletak di wilayah Desa Permisan, sedangkan wilayah Landfall termasuk dalam wilayah administratif Desa Permisan dan Tanjungsari, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, analisis vegetasi dan observasi flora dan fauna di area Onshore Receive Facility (ORF) dan Landfall PT.
MANGROVE DESKRIPSI UMUM
Sedangkan Soerianegara (1987) mengartikan hutan mangrove sebagai hutan yang sebagian besar tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pesisir dan muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan tersusun atas jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa. Pertamina Gas EJA, hutan mangrove terdapat di kawasan pesisir Teluk Permisan di Desa Tanjungsari, Kecamatan Jabon; di sebelah utara adalah muara Kali Aloo, sedangkan di sebelah selatan adalah muara Kali Porong. Ketebalan jalur hijau mangrove antara 198-347 meter, mulai dari batas terluar (sisi laut) hingga kolam umum (PT.Pertamina Gas EJA, 2018).
Ketebalan hutan mangrove tersebut sesuai dengan peraturan pemerintah mengenai lebar jalur hijau sebagai kawasan hutan mangrove yang dilindungi. 082/Kpts-II/1984 tanggal 30 April 1984 yang menyatakan lebar jalur hijau hutan mangrove adalah 200 m. 507/IV-BPHH/1990 yang didalamnya memuat penetapan lebar jalur hijau pada hutan mangrove yaitu selebar 200 m sepanjang pantai, sehingga tidak ada hak/tanah masyarakat yang memasuki kawasan sabuk hijau hutan lindung mangrove (PT Pertamina Gas EJA, 2018).
Berdasarkan data Pertamina Gas EJA, luas hutan mangrove di area landfall seluas ±26,92 ha dengan dataran lumpur di depan hutan mangrove seluas ±4,29 ha. Pada bulan November 2018, dari hasil analisis vegetasi diketahui kepadatan tegakan pohon mangrove (Ø batang ≥ 4,0 cm) sebanyak 4080 tegakan/ha yang didominasi oleh jenis Api-api Putih (3120 tegakan/ha). dan Tanjang Lanang atau jenis Mangrove jantan (Rhizophora mucronata, 480 tegakan/ha). Mengacu pada Tabel 3.3, status hutan mangrove di lokasi penelitian termasuk dalam kategori 'BAIK' atau 'SANGAT BAIK' berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penetapan Eksternal Kerusakan Mangrove.
Dibandingkan semester I tahun 2018 (Tabel 3.3), sekilas terlihat terjadi penurunan kepadatan pohon mangrove, sedangkan pada semester I tahun 2018 tercatat tercatat 5.200 tegakan/ha. Pertamina Gas wilayah Jawa Timur di Teluk Permisan, Jabon, Sidoarjo pada semester I dan II tahun 2018.
- KOMUNITAS FAUNA
- KOMUNITAS FAUNA BURUNG KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN SPESIES
- KOMUNITAS FAUNA ARTHROPODA
- KOMUNITAS HERPETOFAUNA
- RINGKASAN EKSEKUTIF
- KESIMPULAN
- SARAN DAN REKOMENDASI
Dilihat dari nilai indeks kemerataan (J) Pielou sebesar 0,852 pada daerah ORF dan 0,888 pada daerah Landfall, terlihat bahwa sebaran kelimpahan secara umum merata. Apabila nilai J mendekati 1,00 (satu) maka menunjukkan kondisi lingkungan normal yang ditunjukkan oleh Grafik Gambar 3.13 yang menggambarkan dinamika nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener. H') komunitas fauna di kawasan ORF dan Landfall PT. Lonchura leucogastroides (Bondol Jawa) Lonchura punctulata (Beijing Bondol) Gambar 3.14 Berbagai jenis burung pohon yang ditemukan di kawasan ORF.
Sedangkan pada variabel komunitas fauna burung, jumlah jenis arthropoda pada semester II tahun 2018 lebih tinggi dibandingkan semester I tahun 2018; dimana pada area ORF terdapat 23 spesies, sedangkan pada area Landfall terdapat 9 spesies arthropoda. Peningkatan kekayaan jenis herpetofauna di kawasan ORF diikuti dengan peningkatan nilai H' dari 1,71 pada semester I tahun 2018 menjadi 2,111 pada semester II tahun 2018; dan termasuk dalam kategori “VARIETAS TENGAH”. Fejervarya limnocharis – Dicroglossidae Kaloula baleata – Microhylidae Gambar 3.20 Spesies amfibi yang ditemukan di area PT ORF.
Cerberus rhynchops – Colubridae Varanus salvator – Varanidae Gambar 3.21 Jenis reptil yang ditemukan di areal ORF PT. Kekayaan jenis flora darat di kawasan ORF terdiri dari 37 jenis pohon dan palem serta 25 jenis tumbuhan bawah tanah (perdu, herba, dan penutup tanah); Jenis burung yang dominan di kawasan ORF adalah burung bondol jawa (Lonchura leucogastroides), burung walet linci (Collocalia linchi), burung bondol peking (L. punctulata), burung kuntul kecil (Egretta garzetta), burung kutilang (Pycnonotus aurigaster), dan burung finch (Pycnonotus aurigaster). burung kicau sawah (Ardeola speciosa), burung pipit Eurasia (Passer montanus), layang-layang api (Hirundo rustica), ekor kecil (Sterna albifrons), capinis rumah (Apus nipalensis) dan perkutut jawa (Geopelia striata).
Nilai H' komunitas burung adalah 2889 (keanekaragaman 'sedang') untuk situs ORF dan 3231 (keanekaragaman 'tinggi') untuk situs terestrial; Dibandingkan semester I tahun 2018, nilai H’ dan tingkat keberagaman mengalami peningkatan. Pada semester II, nilai kekayaan jenis, nilai H’ dan derajat keanekaragaman flora baik di kawasan ORF maupun di darat mengalami peningkatan pada tahun 2018 dibandingkan semester I tahun 2018. Pada semester II tahun 2018 terjadi peningkatan peningkatan nilai kekayaan jenis, nilai H' dan tingkat keanekaragaman burung, arthropoda dan herpetofauna baik di ORF maupun lahan pada semester II tahun 2018 dibandingkan semester I tahun 2018.
Terdapat peningkatan nilai H’ komunitas mangrove pada kawasan konservasi mangrove sekitar Landfall pada semester II tahun 2018 dibandingkan semester I tahun 2018; Secara umum status hutan mangrove di lokasi penelitian berada pada kategori ‘baik’ atau ‘sangat lebat’.