• Tidak ada hasil yang ditemukan

Moto dan Persembahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Moto dan Persembahan "

Copied!
96
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penggunaan metode sosiodrama terhadap kemampuan berbicara dialog cerita siswa kelas V SDN No. 78 Pao, Kecamatan Tarowang, Kabupaten Jeneponto.

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

Hasil Penelitian yang Relevan

Artinya, siswa yang berhasil tuntas atau mampu berbahasa Indonesia menggunakan metode sosiodrama sebanyak 18 orang dengan tingkat ketuntasan sebesar 94,79%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian Ikawati Rahayuningtyas dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Sosial Menggunakan Metode Sosiodrama dalam Pembelajaran IPS Siswa Kelas ID di SD Negeri Panambangan Kecamatan Cilongok” menunjukkan bahwa pembelajaran IPS dengan metode sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan sosial. keterampilan siswa kelas VB di SD Negeri Panambangan Kecamatan Cilongok. Peningkatan keterampilan sosial pada siklus II sebesar 17%, kondisi awal 55% menjadi 72%, dan pada siklus III peningkatan keterampilan sosial sebesar 28%, kondisi awal 55% meningkat menjadi 83%.

Dari penelitian ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Metode Sosiodrama Terhadap Kemampuan Berbicara Dialog Cerita Siswa Kelas V SDN No.

Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar

Menurut Sufanti, tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa lebih mengapresiasi sastra Indonesia. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa sekolah dasar adalah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan minatnya (Andayani 2014: 131). Sedangkan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) (Sufanti, tujuan kursus bahasa Indonesia adalah agar peserta didik mempunyai keterampilan sebagai berikut: 1) komunikasi yang efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik lisan maupun tulisan; (2) menghormati bahasa dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa nasional; (3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kematangan emosi dan sosial; (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berbahasa; (6) serta menghargai dan bangga terhadap khazanah budaya dan intelektual bangsa Indonesia.”

Berdasarkan wawasan para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Tabel  2.1  Standar  Kompetensi  (SK)  dan  Kompetensi  Dasar  (KD)  Mata  Pelajaran  Bahasa  Indonesia  pada  Keterampilan  Berbicara  di  Kelas V Sekolah Dasar (SD)
Tabel 2.1 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada Keterampilan Berbicara di Kelas V Sekolah Dasar (SD)

Hakikat Kemampuan Berbicara

Keterampilan sebagai landasan bagi seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan melakukan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil. Menurut Ansari (2013) menyatakan bahwa “keterampilan berbicara adalah pengetahuan tentang bentuk bahasa dan makna bahasa, serta kemampuan menggunakannya kapan dan untuk siapa”.

Hakikat Metode Sosiodrama

Wina Sanjaya menyatakan bahwa metode sosiodrama adalah metode pengajaran yang digunakan untuk menjamin pemahaman dan penghayatan terhadap masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikannya. Soegeng Santoso (Nurbiana Dhieni dkk, 2008) menyatakan bahwa metode sosiodrama mengacu pada dimensi personal dan sosial. Guru menggunakan metode sosiodrama dalam pembelajaran agar siswa memahami emosi orang lain dan bersikap toleran.

Tujuan metode sosiodrama akan berhasil dan bermakna apabila guru dan siswa dapat bekerja sama dengan baik.

Metode Sosiodrama dalam Konsep Dialog Cerita Anak

Oktaviani (2013) mengajarkan materi dialog cerita anak dengan metode sosiodrama dan dapat dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut: . 1) Persiapan pembelajaran. Persiapan pembelajaran ini sama dengan pembelajaran lainnya. Metode sosiodrama mempunyai tahap persiapan yang harus dilakukan guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru hendaknya mempersiapkan bahan ajar yang akan dipelajari berdasarkan topik dalam dialog cerita anak dengan cara memainkan peran atau mendramatisir cerita anak melalui dialog. Menyiapkan skenario pembelajaran dan merancang metode sosiodrama dalam proses pembelajaran, membuat LKS, membuat alat dan bahan yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari, membagi kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang.

Setiap pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama diawali dengan kegiatan penyajian materi terlebih dahulu, guru menjelaskan tujuan pembelajaran serta memberikan motivasi dan penguatan dalam memainkan drama tersebut. Ketentuan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: (a) menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai kepada siswa, (b) menjelaskan topik yang akan dipelajari dengan cara melakukan dialog atau percakapan melalui cerita anak, (c) menyampaikan langkah-langkah dalam melakukan permainan drama agar siswa dapat memainkannya dengan mudah, (d) menentukan topik. Setelah pemaparan materi, tugas setiap anggota kelompok adalah mengamati dan mendiskusikan dialog cerita anak yang dimainkan atau didramatisasi.

Guru menceritakan hal-hal apa saja yang diamati dan dibicarakan, setelah permainan berakhir masing-masing kelompok memberikan komentar berdasarkan apa yang diamati berdasarkan tanda-tanda yang ditentukan oleh guru, semua kelompok harus memberikan saran dan jawaban. Guru memberikan lembar kerja kepada setiap kelompok yang harus mereka jawab sesuai dengan apa yang mereka lihat, dengar dan sesuai dengan jawaban masing-masing kelompok. Pada tahap ini, setelah siswa selesai belajar kelompok, siswa diberikan tes atau soal individu untuk mengukur kemampuannya berdasarkan hasil belajar permainan drama dan diskusi.

Disinilah setiap siswa secara individu berusaha mengambil tanggung jawab untuk melakukan yang terbaik sebagai hasil belajar bermain peran atau mendramatisasi cerita anak dan hasil diskusi kelompok. Setelah nilai tes ditentukan, dan nilai kelompok dihitung, guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang baik dan kelompok yang kurang baik.

Kerangka Pikir

Hipotesis Penelitian

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Model pembelajaran sebelum mempertimbangkan metode sosiodrama adalah model pembelajaran dengan menggunakan metode lektor (konvensional) dalam pembelajaran dialog dongeng anak untuk siswa kelas 5 SDN No. Model pembelajaran tersebut, setelah mempertimbangkan metode sosiodrama, meliputi kemampuan berbicara dialog cerita pada siswa kelas V SDN No. Kemampuan berbicara kedua metode pengajaran diukur pada hasil tes awal (pretest) sebelum mempertimbangkan metode sosiodrama yang juga merupakan kelas kontrol, dan kemampuan berbicara siswa setelah perlakuan diukur pada tes akhir (posttest) pembelajaran. metode sosiodrama yaitu kelas eksperimen dalam pembelajaran kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia dalam dialog cerita untuk anak kelas 5 SDN no.

Tes akhir (post-test), setelah treatment, tindakan selanjutnya adalah post-test untuk mengetahui pengaruh metode sosiodrama terhadap kemampuan berbicara siswa. Jika t Hitung > t Tabel maka Ho ditolak dan H 1 diterima yang berarti penerapan metode sosiodrama berpengaruh terhadap kemampuan berbicara dialog cerita siswa kelas V SDN No. 78 Kecamatan Pao Tarowang Kabupaten Jeneponto. 78 Pao, Kecamatan Tarowang, Kabupaten Jeneponto, harga tTabel Pencarian tTabel menggunakan tabel distribusi t dengan tingkat signifikan. Sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu “penggunaan metode sosiodrama mempunyai pengaruh terhadap kemampuan berbicara dialog cerita anak kelas V SDN No.

Artinya metode sosiodrama berpengaruh terhadap kemampuan berbicara dialog cerita siswa kelas V SDN No. Berdasarkan pemaparan dan temuan penelitian terkait dengan rumusan masalah yaitu “dampak metode sosiodrama terhadap kemampuan berbicara dalam dialog cerita siswa kelas V SDN No. Data dikumpulkan melalui instrumen pengujian mengenai dampak metode sosiodrama pada keterampilan berbicara siswa berupa data nilai yang terdiri dari pretest, treatment dan posttest.

Dengan frekuensi (dk) 0,05 pada taraf signifikansi diperoleh = 2,07. Karena 9,04 > 2,07 pada taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima yang berarti penerapan metode sosiodrama berpengaruh terhadap kemampuan berbicara siswa kelas V SDN No. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode sosiodrama dapat memberikan dampak positif terhadap keterampilan berbicara dialog cerita siswa kelas V SDN No. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pembelajaran menggunakan metode sosiodrama dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam dialog cerita anak sekolah dasar.

Atas karunia Tuhan Yang Maha Esa dan bimbingan doa dari orang tua, saudara-saudara, kerabat dekat dan rekan-rekan semasa kuliah khususnya para siswa dan guru yang mengikuti pelatihan guru sekolah dasar, perjuangan panjang penulis untuk masuk perguruan tinggi berhasil dengan persiapan tersebut. disertasi berjudul Pengaruh Metode Sosiodrama Terhadap Kelancaran Dialog Cerita Anak Kelas V SDN No.

Tabel 3.1 Populasi Siswa Kelas V SDN No. 78 Pao
Tabel 3.1 Populasi Siswa Kelas V SDN No. 78 Pao

Defenisi Operasional Variabel

Instrumen Penelitian

Dalam upaya memperoleh data atau informasi, peneliti harus mengumpulkan data melalui alat tertentu, yaitu pemberian tes hasil belajar. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami dan mengenal materi yang dipelajari. Data hasil tes akhir ini berasal dari pemberian tes kepada siswa setelah tindakan pembelajaran selesai.

Pengucapan Pengucapan sangat jelas dan tidak dipengaruhi dialek 20 Pengucapan jelas dan tidak dipengaruhi dialek 15 Pengucapan tidak jelas dan dipengaruhi dialek 10 Pengucapan tidak jelas dan dipengaruhi dialek 5 2. Penempatan aksen, nada dan durasi sesuai 15 Penempatan aksen, nada dan durasi tidak tepat 10 Penempatan aksen, nada dan durasi tidak tepat 5 3.

Tabel  3.2  Instrumen  penilaian  pada  setiap  indikator  pada  kemampuan  berbicara
Tabel 3.2 Instrumen penilaian pada setiap indikator pada kemampuan berbicara

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

78 Pao, Kecamatan Tarowang, Kabupaten Jeneponto, data yang dikumpulkan dengan instrumen tes dapat diperoleh sehingga hasil penilaian kemampuan berbicara siswa dapat dilihat dalam bentuk nilai kelas V SDN No. Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas V SDN No. Dilihat dari persentase hasilnya, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai topik bahasa Indonesia sebelum menerapkan metode sosiodrama tergolong sangat rendah.

Melihat hasil persentase yang ada, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan pemahaman dan penguasaan siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah menggunakan metode sosiodrama tergolong tinggi. Berdasarkan uraian ketuntasan hasil belajar pre test diketahui bahwa dari 24 siswa, jumlah siswa kelas V SDN No. Berdasarkan uraian ketuntasan hasil belajar postes diketahui bahwa dari 24 siswa, jumlah siswa kelas V SDN Nr.

78 Pao Kabupaten Jeneponto sejumlah 24 siswa sebelum diberikan perlakuan pengajaran menggunakan metode sosiodrama pada pelaksanaan pre test sebesar 55,41 dalam kategori rendah dimana hanya terdapat 6 siswa (25%) yang memenuhi hasil belajar penuh dan 18 siswa (75%) tidak tuntas hasil belajarnya. Sedangkan nilai rata-rata kemampuan berbicara siswa setelah diberikan perlakuan pengajaran menggunakan metode sosiodrama, kemampuan berbicara siswa semakin meningkat atau pada posttest diperoleh 73,95% dalam kategori tinggi dimana terdapat 20 siswa (83,33%) yang telah selesai. hasil belajarnya dan 4 siswa (16,67%) belum tuntas hasil belajarnya. Pengajaran metode sosiodrama wajib dilaksanakan oleh guru, karena melalui metode sosiodrama peserta didik dilatih untuk menanamkan rasa pengertian pada orang lain, menumbuhkan rasa solidaritas, rasa tanggung jawab dalam mewujudkan keimanan, meningkatkan rasa percaya diri.

Metode sosiodrama dan metode bermain peran (onlie), . https://alhafizh84.wordpress.com method-sociodrama-dan-playing-peran-role-playing-method/diakses pada 28 Maret 2015). Metode sosiodrama dan permainan peran. (online), http://purnama- bgp.blogspot.com/2011/11/method-sosiodrama-dan-bermain-.

Tabel 4.1 Skor Nilai Pre-test
Tabel 4.1 Skor Nilai Pre-test

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan

Setelah menyelesaikan pre-test, hasil belajar bahasa Indonesia dilihat dari persentase tes (%), belum tuntas sebanyak 18 siswa (75%) dan yang tuntas belajar sebanyak 6 siswa (25%). Setelah selesai post-test hasil belajar bahasa Indonesia dilihat dari persentase tes (%), hasil belajarnya ada 4 siswa (16,67) dan yang belum tuntas ada 20 siswa (83,33%) dan yang sudah tuntas belajarnya ada 20 siswa (83,33%). Secara berkelompok, siswa memerankan tokoh drama pendek dengan pengucapan, intonasi, dan ekspresi yang benar.

Malin Kundang : (berpakaian mewah dan sangat sombong) Akulah orang terkaya di muka bumi ini. Dialog akan lebih hidup jika dilakukan dengan ekspresi penuh dan gerakan natural, tergantung makna kalimat yang disampaikan.

SIMPULAN DAN SARAN

Saran

Siswa menampilkan drama pendek untuk anak dengan pengucapan, intonasi, ekspresi dan penghayatan yang sesuai dengan karakter tokoh melalui ceramah, latihan dan demonstrasi. Pada kesempatan kali ini anda akan diajak untuk belajar bermain peran yaitu memerankan tokoh dalam sebuah naskah drama.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir..................................................................................
Tabel  2.1  Standar  Kompetensi  (SK)  dan  Kompetensi  Dasar  (KD)  Mata  Pelajaran  Bahasa  Indonesia  pada  Keterampilan  Berbicara  di  Kelas V Sekolah Dasar (SD)
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Pembelajaran Bahasa Indonesia
Gambar    3.1.    Desain    Penelitian    One    Group    Pretest-Posttest    Design Sumber: Sugiyono, 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI Nomor 9 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Mulawarman, sebagaimana telah diubah dengan