KAYU BENTUKAN (Moulding) RIMBA
Spesifikasi : Kayu bentukan utuh, papan sambung dan bilah sambung 1. Ruang lingkup
Standar ini meliputi acuan, definisi, lambang dan singkatan, istilah, spesifikasi, syarat bahan baku, pembuatan, syarat mutu, syarat ukuran, pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, syarat penandaan dan pengemasan, sebagai pedoman pengujian kayu bentukan (moulding) rimba spesifikasi moulding utuh, papan sambung dan bilah sambung yang diproduksi di Indonesia.
2. Acuan
2.1. SNI 01-2704-1992 Kayu Lapis Penggunaan Umum 2.2. JAS No. 112, Januari 1996 Glued Laminated Timber 3. Definisi
Kayu bentukan (moulding) rimba adalah kayu gergajian rimba (selain jati) atau kayu lainnya yang dibentuk secara khusus melalui mesin pembentuk (moulder) yang berkadar air (kering udara) < 20% serta mempunyai tujuan penggunaan tertentu.
4. Lambang dan Singkatan
4.1. % = persen 4.5. l = lebar 4.2. � = diameter cacat 4.6. bh = buah
4.3. p = panjang 4.7. tmp = tiap meter panjang 4.4. t = tebal
5. Istilah
5.1. Alur (groove) adalah lekukan/celah pada kayu bentukan, sebagai tempat kedudukan lidah (tongue) dalam sistem sambungan lidah dan alur (tongue & groove).
5.2. Bekas/tapak pisau (cutter marks) adalah cacat berupa lekukan yang disebabkan oleh tumpulnya pisau, atau tekanan pisau yang tidak sama pada saat penyerutan/pembentukan.
5.3. Bekas serpih (chip marks) adalah cacat berupa cekungan dangkal pada permukaan kayu yangdisebabkan oleh adanya serpih yang tertinggal, baik pada saat penyerutan maupun pada saat pembentukan.
5.4. Berat kering mutlak adalah berat suatu benda yang telah bebas air sama sekali yaitu diperoleh pada keadaan kering oven (tanur).
5.5. Bilah sambung (jointed stick) adalah hasil perekatan kayu gergajian ke arah panjang dengan arah serat sejajar..
5.6. Cacat adalah suatu kelainan yang terdapat pada kayu yang dapat mempengaruhi mutu kayu tersebut.
5.7. Cacat alami adalah cacat bawaan dari bahan bakunya dan cacat yang disebabkan oleh faktor alam.
5.8. Cacat bentuk pada kayu bentukan adalah kelainan/penyimpangan bentuk yang disebabkan antara lain oleh pengeringan dan cara menggergaji yang salah terdiri dari:
5.8.1. Lengkung (Le) adalah suatu penyimpangan dari bentuk lurus pada arah tebal.
5.8.2. Membusur adalah pelengkungan dari sepotong kayu pada arah panjangnya.
5.8.3. Memuntir adalah pelengkungan dari sepotong kayu pada arah diagonal, apabila kayu tersebut diletakkan pada suatu permukaan yang datar dan rata, maka salah satu sudut tepinya tidak bersentuhan dengan permukaan.
5.8.4. Mencawan adalah pelengkungan dari sepotong kayu pada arah lebarnya.
5.9. Cacat teknis adalah cacat yang terdapat atau terjadi pada papan sambung dan bilah sambung yang disebabkan oleh faktor teknis dalam proses pengolahan.
5.10. Delaminasi adalah celah yang terdapat pada sambungan/tempelan yang diakibatkan oleh perekat yang tidak lengket/tidak berfungsi.
5.11. Diameter cacat (�) adalah rata-rata dari garis tengah terpendek dan garis tengah terpanjang dari suatu cacat.
5.12. Gubal adalah bagian dari kayu yang terdapat diantara kulit dan kayu teras dengan warna pada umumnya lebih muda/terang dari kayu terasnya serta kurang awet.
5.13. jamur biru (blue stain) adalah sejenis jamur yang menyerang kayu, yang mengakibatkan perubahan warna kayu menjadi biru/kebiruan.
5.14. Kadar air (KA) adalah jumlah kandungan air yang terdapat di dalam kayu yang dinyatakan dalam persen.
5.15. Kantung damar/getah adalah rongga yang terdapat di antara lingkaran tumbuh atau tempat lainnya di dalam kayu, yang berisi getah padat maupun cair.
5.16. Kayu bentukan contoh adalah kayu bentukan yang diambil dari suatu partai dengan cara atau metode pengambilan contoh yang telah ditetapkan, sehingga dapat mewakili partai
tersebut dalam pengujian.
5.17. Kayu gergajian adalah kayu persegi empat dengan ukuran tertentu yang diperoleh dengan menggergaji kayu bundar atau kayu lainnya.
5.18. Kayu gergajian pendek adalah kayu gergajian yang panjangnya kurang dari 1,00 m.
5.19. Kulit tersisip adalah kulit yang terkubur oleh kayu, apabila kulitnya hilang dapat mengakibatkan celah atau lubang pada kayu.
5.20. Lapuk adalah keadaan kayu yang mempunyai ciri kabur, tidak bercahaya, disertai dengan berkurangnya kekuatan dan pelunakan pada kayu.
5.21. Lidah (tongue) adalah tonjolan pada kayu bentukan, sebagai pasangan dari alur (groove) dalam sistem sambungan lidah dan alur (tongue & groove).
5.22. Lubang gerek (Lg) adalah lubang yang disebabkan oleh serangga oleng-oleng, inger- inger atau penggerek lainnya. Berdasarkan besarnya, diameter Lg terdiri dari : a) Lubang gerek kecil/jarum (Lgk), � < 2 mm; b) Lubang gerek sedang (Lgs), � > 2 mm - 5 mm; c) Lubang gerek besar (Lgb), � > 5 mm.
5.23. Mata kayu (Mk) adalah bagian dari cabang atau ranting yang dikelilingi oleh pertumbuhan kayu, penampang lintangnya berbentuk bulat atau lonjong, terdiri dari:
5.23.1. Mata kayu sehat (Mks) adalah mata kayu yang bebas dari pembusukan, berpenampang keras dan berwarna sama atau lebih tua dari warna kayu disekitarnya.
5.23.2. Mata kayu tidak sehat (Mkts) adalah mata kayu yang sudah terserang penyakit yangditandai dengan sudah berubahnya warna dari warna aslinya, tetapi masih berpenampang keras.
5.23.3. Mata kayu busuk (Mkb) adalah mata kayu yang menunjukkan tanda pembusukan.
Bagian kayunya lebih lunak dibandingkan dengan kayu di sekitarnya, bila busuknya sudah lanjut, maka kayu dapat berlubang atau mata kayunya lepas.
5.24. Mutu produk adalah kemampuan produk untuk tujuan kegunaan tertentu berdasarkan karakteristik yang dimilikinya.
5.25. Noda hangus (burn marks) adalah warna kayu yang gelap akibat terlalu panasnya pisau mesin karena kayu berhenti pada saat pembentukan.
5.26. Papan sambung (jointed board) adalah hasil perekatan kayu gergajian ke arah lebar dengan arah serat sejajar, terdiri dari:
5.26.1. Papan sambung utuh (solid jointed board) adalah papan sambung yang terdiri dari kayu gergajian yang masih utuh..
5.26.2. Papan sambungtidak utuh (non solid jointed board) adalah papan sambung yang terdiri dari bilah sambung atau kayu gergajian pendek yang disambung..
5.27. Partai adalah kumpulan produk yang terdiri dari berbagai sortimen dan ukuran.
5.28. Perekat adalah suatu bahan yang dapat mengikat dua buah benda atau lebih melalui ikatan permukaan.
5.29. Permukaan belakang adalah permukaan papan sambung/bilah sambung yang dalam pemasangannya terletak di bagian dalam atau di bagian yang tidak terlihat. biasanya bagian yang menempel pada kayu atau bahan lainnya.
5.30. Permukaan depan adalah permukaan papan sambung/bilah sambung yang dalam
pemasangannya terletak di bagian luar atau bagian yang terlihat. Permukaan depan dapat terdiri dari satu permukaan, dua permukaan, tiga permukaan atau keempat permukaannya.
5.31. Persyaratan cacat adalah ketentuan-ketentuan/batasan mengenai jenis, jumlah, ukuran, lokasi dan penyebaran cacat yang dipergunakan dalam penetapan mutu.
5.32. Perubahan warna adalah penyimpangan warna dari warna asli kayu yang disebabkan oleh bukan sifat genetis, noda cuaca, terbakar matahari, air masuk dan reaksi kimia dari besi mesin atau perekat.
5.33. Pingul adalah sudut yang tidak sempurna pada sepotong kayu gergajian, sehingga penampang lintangnya tidak merupakan segi empat lagi.
5.34. Rapuh/busuk adalah keadaan kay uyang apabila tergores/tercukil seratnya mudah lepas.
5.35. Salah warna adalah timbulnya warna lain daripada warna asli kayu, yang disebabkan oleh sifat genetis dari pohon seperti alur hitam dan warna lain.
5.36. Saluran getah adalah saluran yang arahnya sejajar dengan jari-jari kayu, umumnya berwarna gelap.
5.37. Serat adalah serabut kecil yang ramping atau trakeid dari bagian kayu atau material menyerupai selulosa yang dipisahkan dengan cara kimia atau mekanis sebagai pulp.
5.38. Serat tertekan adalah (compression failure) adalah gangguan pada sel-sel jaringan kayu akibat gaya-gaya kompre yang memperlemah jaringan tersebut.
5.39. Serat tersepih (chipped grain) adalah cacat teknis pada permukaan kayu, berupa serat kayu yang tersobek dalam partikel kecil karena karatan pisau penyerut.
5.40. Serat tersobek (torn grain) adalah cacat teknis pada permukaan kayu, berupa serat kayu yang terbuka pada sekitar mata kayu dan tempat-tempat bergelombang karena karatan pisau penyerut dan apabila ditarik akan merupakan sobekan yang makin besar.
5.41. Tergerus (hit and miss) adalah suatu cacat pada permukaan kayu berupa gerusan yang berulang-ulang akibat lonjakan penyerut.
5.42. Terpisahnya serat adalah celah pada kayu yang disebabkan oleh terpisahnya/terputusnya serta pada arah memanjang atau sejajar dengan sumbu kayu terdiri dari:
5.42.1. Retak (Re) adalah terpisahnya serat pada permukaan kayu yang lebar celahnya < 2 mm dan biasanya terputus-putus disebabkan terutama oleh tegangan yangterjadi dalam proses pengeringan.
5.42.2. Pecah tertutup, adalah terpisahnya serat pada permukaan kayu hingga bontos yang lebar celahnya < 6 mm dan tidak menembus permukaan lainnya.
5.42.3. Pecah terbuka, adalah terpisahnya serta pada permukaan bontos yang lebar celahnya <
6 mm dan menembus permukaan lainnya.
5.42.4. Belah (Be) adalah terpisahnya serat pada permukaan kayu yang lebar celahnya > 6 mm, baik menembus maupun tidak menembus permukaan lainnya.
5.43. Toleransi adalah batas penyimpangan yang masih diperkenankan.
5.44. Ukuran baku adalah ukuran yang telah ditetapkan/disepakati sesuai dengan permintaan/kontrak.
6. Spesifikasi
Spesifikasi kayu bentukan dapat digolongkan berdasarkan asal bahan bakunya dan bentuk penampang lintangnya.
6.1. Berdasarkan bahan bakunya, kayu bentukan dibagi 2 spesifikasi yaitu kayu bentukan (moulding) utuh dan kayu bentukan sambung.
6.1.1. Kayu bentukan utuh adalah kayu bentukan yang bahan bakunya dari kayu utuh.
6.1.2. Kayu bentukan sambung adalah kayu bentukan yang bahan bakunya dari kayu gergajian pendek atau kayu lainnya yang disambung, terdiri dari : bilah sambung dan papan sambung.
6.2. Berdasarkan bentuk penampang lintangnya, kayu bentukan dibagi menjadi 2 (dua) spesifikasi yaitu; kayu bentukan sederhana dan kayu bentukan hias (decorative moulding).
6.2.1. Kayu bentukan sederhana adalah kayu bentukan yang bentuk penampang lintangnya sederhana dan mudah menetapkan isi sebenarnya.
6.2.2. Kayu bentukan hias adalah kayu bentukan yang bentuk penampamh lintangnya bervariasi, sehingga sulit menentukan isi sebenarnya.
7. Klasifikasi
Kayu bentukan diklasifikasikan berdasarkan mutu penampilan dengan persyaratan cacat tertentu dibagi menjadi 3 (tiga) kelas mutu yaitu mutu prima, mutu standar dan mutu lokal.
7.1. Mutu prima : dengan tanda mutu "A", adalah mutu penampilan yang dalam
penggunaannya tanpa pengecatan atau dengan pengecatan tembus pandang yang menampilkan warna dengan corak kayu aslinya.
7.2. Mutu standar : dengan tanda mutu "B", adalah mutu penampilan yang dalam penggunaannya mengalami pelapisan (cat, pelitur dan pelapis lainnya).
7.3. Mutu lokal : dengan tanda mutu "C", adalah mutu penampilan yang lebih jelek dari mutu B, tetapi masih berfungsi dengan baik.
8. Syarat Bahan Baku
8.1. Semua bahan baku yang akan diproses melalui mesin pembentuk (moulder), harus terlebih dahulu ditentukan permukaan atas dan permukaan bawahnya.
8.2. Ukuran bahan baku harus diatur sedemikian rupa agar tidak menghasilkan kayu bentukan berukuran kurang serta menghindarkan adanya pemborosan.
8.3. Semua bahan baku yangkarena cacat dan ukurannya diperkirakan tidak dapat menghasilkan mutu kayu bentukan yang dikehendaki, harus ditolak uji.
8.4. Untuk kayu bentukan sambung, bahan bakunya diusahakan agar terdiri dari kayu gergajian pendek atau kayu lainnya yang mempunyai ukuran dan warna yang sama atau hampir sama serta disambung/diikat dengan perekat yang baik. Untuk bahan baku papan sambung sisi- sisinya harus siku, terdiri dari jenis kayu yang sama atau yang mempunyai sifat-sifat yang hampir sama.
8.5. Untuk kayu bentukan yang memerlukan persyaratan kadar air tertentu, bahan bakunya harus terlebih dahulu dikeringkan.
8.6. Terhadap bahan baku kayu yang mempunyai kelas awet rendah, seyogyanya diberikan perlakuan pengawetan terlebih dahulu.
8.7. Tidak diperkenankan mempunyai cacat lobang gerek besar, mata kayu busuk, mata kayu lepas, pingul dan lengkung.
9. Pembuatan
9.1. Proses pembuatan kayu bentukan dikerjakan sedemikian rupa, sehingga dapat menghasilkan bentuk dan ukuran yang dikehendaki dengan mutu terbaik.
9.2. Beberapa cara penyambungan papan sambung dan bilah sambung adalah sebagai berikut:
9.2.1. Sambungan tegak (but joint) 9.2.2. Sambungan jari (finger joint) 9.2.3. Sambungan miring (scarf joint)
9.2.4. Sambungan lidah dan alur (tongue & groove) 9.2.5. Sambungan bangku (desk joint)
10. Syarat Mutu
10.1. Jenis kayu
Jenis kayu harus sesuai dengan jenis kayu yang tercantum dalam pesanan/kontrak.
10.2. Mutu penampilan
Penetapan mutu penampilan didasarkan pada penampilan permukaan depan atau kombinasi antara penampilan permukaan depan dan permukaan belakang.
Cara pertama adalah penetapan mutu yang hanya mendasarkan pada penampilan permukaan depan saja, seperti mutu A, yaitu permukaan depannya memenuhi persyaratan mutu A dan permukaan belakangnya memenuhi persyaratan umum permukaan belakang.
Cara kedua adalah penerapan mutu yang mendasarkan pada penampilan permukaan depan dan permukaan belakang, seperti mutu A/B, yaitu permukaan depannya memenuhi persyaratan mutu A dan permukaan belakangnya memenuhi persyaratan mutu B.
10.2.1. Syarat umum
a. Tidak diperkenankan adanya cacat bentuk berupa; lengkung, mencawan, memuntir, kecuali membusur yang pada saat penggunaan mudah diluruskan.
b. Pada permukaan depan tidak diperkenankan adanya lubang gerek besar, pecah terbuka, belah, retak/pecah pada lidah dan alur, lapuk, rapuh dan bekas/tapak pisau.
c. Pada permukaan belakang :
1. Tidak diperkenankan adanya pecah terbuka, belah, pecah/retak pada lidah dan alur, lapuk dan rapuh.
2. Diperkenankan adanya cacat-cacat lain, asalkan tidak mempengaruhi penampilan permukaan depan serta masih kuat.