• Tidak ada hasil yang ditemukan

N - etheses UIN Mataram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "N - etheses UIN Mataram"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN TINGGINYA ANGKA PERNIKAHAN SEBELUM DAN SAAT PANDEMI COVID-19

( Studi Kasus di KUA Selaparang Kota Mataram )

Oleh:

Nurhamilah NIM. 170202069

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2021

(2)

ii

PERBANDINGAN TINGGINYA ANGKA PERNIKAHAN SEBELUM DAN SAAT PANDEMI COVID-19

( Studi Kasus di KUA Selaparang Kota Mataram ) Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar sarjana hukum

Oleh:

Nurhamilah NIM. 170202069

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2021

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh:Nurhamilah, NIM: 170202069 dengan judul „‟ PERBANDINGAN TINGGINYA ANGKA PERNIKAHAN SEBELUM DAN SAAT PANDEMI COVID-19 (Studi Kasus Di KUA Selaparang Kota Mataram)‟‟ telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: 03 Juli 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Hj. Ani Wafiroh, M.Ag Ma'shum Ahmad, M.H.

NIP: 197407162005012003 NIP. 198012052009011012

(4)

iv

NOTA DINAS PEMBIMBING

Mataram, 03 Juli 2021 Hal: Ujian Skripsi

Yang Terhormat

Dekan Fakultas Syariah Di Mataram

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi, kami berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama Mahasiswa : Nurhamilah

Nim : 170202069

Jurusan/Prodi : Hukum Keluarga Islam (HKI)

Judul :Perbandingan Tingginya Angka Pernikaahan Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Di Kua Selaparang Kota Mataram)

Telah memenuhi syarat untuk di ajukan dalam sidang munaqasyah skripsi fakultas syari‟ah UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera di-munaqasyah-kan.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Hj. ANI WAFIROH, M.Ag MA'SHUM AHMAD, M.H.

NIP: 197407162005012003 NIP. 198012052009011012

(5)

vi

PENGESAHAN

Skripsi oleh: Nurhamilah, NIM : 170202069 dengan judul “Perbandingan Tingginya Angka Pernikahan Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19 Studi Kasus di KUA Selaparang Kota Mataram” telah dipertahankan di depan penguji Jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah UIN Mataram pada tanggal ……….

Dewan Munaqasyah

Hj. Ani Wafiroh, M.Ag. : (……….)

(Ketua Sidang/Pemb.I)

Ma'shum Ahmad, M.H. : (……….)

(Sekertaris Sidang/Pemb.II)

Prof. Hj. Atun Wardatun, M.Ag.,Ph. D : (……….)

(Penguji I)

Drs. Nurudin, MH. : (……….)

(Penguji II)

Mengetahui Dekan Fakultas Syariah

Dr. H. Musawar, M.Ag.

Nip. 196912311998031008

(6)

vii MOTTO

ْم ُك ِجاَوْز َ

أ ْن ِم ْم ُكَل َلَعَجَو اًجاَوْزَأ ْمُك ِسُفْهَأ ْنِم ْمُكَل َلَعَج ُ هاللَّ َو َنيِنَب

ِتاَبِّي هطلا َنِم ْمُكَقَزَرَو ًةَدَفَحَو

Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta

memberikan rezeki dari yang baik-baik . (Q.S An-Nahl:72). 1

1 Depertemen Agama RI Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Surah An-Nahl Ayat 72, ( Jakarta Selatan, PT, Pantja Cemerlang, 2018).

(7)

viii

PERSEMBAHAN

‘’Kupersembahkan skripsi ini untuk kedua orang tuaku

yang telah merawatku dan selalu memberikan yang terbaik untukku, ibunda Arminah dan ayahanda Khaeruddin’’.

Untuk semua guru dan dosenku Untuk seluruh saudara dan keluargaku…

Untuk seluru sahabat-sahabatku…

Untuk organisasiku PMII, IMBD, FKP MACERDAS DAN KSR PMI Untuk Almamater dan kampus tercinta UIN Mataram

Untuk setiap orang yang selalu mendukungku dalam hidup…

(8)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., Tuhan semesta alam atas segala limpahan rahmat, Taufik, Hidayah dan Karunia yang senantiasa memberikan jalan kepada penulis sehingga mampu merampungkan skripsi yang berjudul Perbandingan Tingginya Angka Pernikahan Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19 (Studi Kua Selaparang Kota Mataram) ini sebagai salah satu tugas akhir sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. Sholawat serta salam tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW., yang telah membimbing kita ke jalan yang lurus yakni agama Islam yang rahmatanlil‟alamin

Segala kemampuan penulis tercurahkan dalam penyusunan tugas akhir ini.

Namun penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, segala bentuk saran dan kritik konstruktif senantiasa penulis harapkan agar kedepannya tulisan ini menjadi lebih baik.

Pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih banyak kepada:

1. Ibu Hj Ani Wafiroh, M.Ag selaku pembimbing I dan bapak Ma'shum ahmad, M.H. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan koreksi yang sangat mendetail terus menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya sehingga menjadikan skripsi ini lebih matang dan bisa selesai.

2. Yth. Ibunda Hj. Ani Wafiroh selaku Ketua Jurusan Hukum Kelurga Islam.

3. Bapak Dr. H. Musawar, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah beserta seluruh Bapak dan Ibu dosen yang telah bekerja keras mendidik dan memberi

(9)

x

bimbingan dengan penuh keiklasan dan kesabaran kepada peneliti selama melaksanakan studi di UIN Mataram.

4. Bapak Prof. Dr. H. Mutawali, M, Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram beserta staf akademik UIN Mataram. Yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberikan bimbingan dan keringanan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai dan jajarannya.

5. Teman-teman seperjuangan Prodi Hukum Kelurga Islam (HKI), kelas angkatan 2017 yaitu, Kiky, Rama, Ilmii, Yudi, Jaka, Hasrullah, Mita, Nurul.

Samy, Hamzan, Putri, Yuyun, Irwan, Omy, Tajalli, Fathoni, Khairul, Syafi‟i, Zainul, Fahmi, dan Intan, terimakasih untuk empat tahun terakhir yang berkesan, setiap momen akan selalu membekas dalam ingatan. Untuk Mita, Samy, Nurul sahabat terbaik ku di kelas C, terimakasih untuk segala kebaikan, motivasi, dan semangan yang dibagikan.

Akhir kata penulis mengucapkan terimaksih kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Mataram, 09 Juli 2021 Penulis,

Nurhamilah

(10)

xi DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ...iv

PENYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...v

PENGESAHAN ...vi

MOTTO ...vii

PERSEMBAHAN ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...6

C. Tujuan dan Manfaat ...6

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ...7

E. Telaah Pustaka ...7

F. Kerangka Teori...19

G. Metode Penelitian...29

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ...38

A. Gambaran Umum Lokasi ...38

B. Perbandingan Tingginya Angka Pernikahan Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19 ...44

C. Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi Tingginya Angka Pernikahan Pada Masa Pandemi Covid-19 ...52

BAB III PEMBAHASAN ...59

A. Analisis Bagaimana Perbandingan Tingginya Angka Pernikahan Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19 di KUA Selaparang Kota Mataram ... 59

(11)

xii

BAB IV PENUTUPAN ...69 A. Kesimpulan ...69 B. Saran ...69 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xiii

PERBANDINGAN TINGGINYA ANGKA PERNIKAHAN SEBELUM DAN SAAT PANDEMI COVID-19

(STUDI KASUS DI KUA SELAPARANG KOTA MATARAM) Oleh

Nurhamilah Nim 170202069

ABSTRAK

Studi ini mengkaji tentang Perbandingan Tingginya Angka Pernikahan Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19 (Studi Kasus di KUA Selaparang Kota Mataram). Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana perbandingan tingginya angka pernikahan sebelum dan saat pandemi covid1-19 dan Faktor-faktor apa yang melatar belakangi tingginya angka pernikahan pada masa pandemi covid-19. Tujun daripada penelitian ini adalah Untuk mengetahui tingginya angka pernikahan sebelum dan saat pendami covid 19 serta Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi tingginya angka pernikahan di masa pandemi covid 19.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi, sedangkan analisis data yang peneliti gunakan menggunakan analisis yang bersifat deduktif. Lokasih penelitian dalam penelitian ini adalah di KUA Selaparang Kota Mataram.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa di masa pandemi covid-19 ini angka pernikahan melonjak naik karena disebabkan oleh beberapa hal yaitu supaya mengurangi biaya atau pengeluaran, tutupnya sekolah, dan hamil pranikah.

Kata Kunci : Pernikahan ditengah covid-19.

(13)

1 A. Latar Belakang

Belakangan ini telah terjadi wabah virus corona atau covid-19 yang semakin hari semakin meningkat dan banyak korban yang meninggal dunia.

Dengan adanya covid-19 membuat semua aktivitas masyarakat menjadi terbatas, corona atau covid-19 merupakan virus yang menyerang system pernapasan, virus ini sedang marak terjadi di seluruh dunia, yang bisa saja menyerang siapa saja yang sangat meresahkan masyarakat di saat ini sehingga membuat aktifitas menjadi terbatas. Hal tersebu membuat beberapa Negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus corona. Di Indonesia sendiri diberlakukan kebijakan pembatasan sosial berkala besar (PSBB) untuk menekan pengurangan penyebaran virus ini. Salah satunya kegiatan yang terjadi di KUA sehari-hari seperti pelaksanaan akad nikah.

Virus corona atau yang dikenal dengan covid-19 disebut para peneliti pertama kali muncul di Negara italia pada September 2019 lalu sebelum kasus resmi muncul di Wuhan, China menjelang akhir tahun 2019. Hal ini berdasarka pada pasien uji coba kanker yang ditemukan antibody virus Corona beberapa bulan sebelum kasus resmi pertama muncul di Wuhan, menurut para peneliti tersebut dari empat sampel pasien yang diperiksa sejak awal Oktober 2019, telah ditemukan antibody virus Corona, dan hasilnya pasien tertular virus Corona pada September sekitar lima bulan sebelum italia

(14)

mencatat pasien Covid-19 resmi pertamanya pada 21 februari disebuah kota dekat Milan, di wilayah utara Lombardy hasil penelitan itu. 2

Pada Senin 2 Maret, Presiden Joko Widodo mengumumkan virus corona Wuhan menjangkiti dua warga Indonesia, tepatnya di kota Depok, Jawa Barat. Kedua orang tersebut merupakan seorang ibu (64) dan putrinya (31) yang sempat kontak dengan warga Jepang yang positif mengidap Covid- 19. Waraga Jepang tersebut baru terdeteksi Covid-19 di Malaysia, setelah meninggalkan Indonesia. Kasus Covid-19 di Indonesia diawali dari sebuah pesta dansa di Klub Paloma dan Amigos, Jakarta. Peserta acara tersebut bukan hanya warga Negara Indonesia saja, tetapi juga multinasional, termasuk warga Jepang yang menetap di Malaysia.

Perkawinan adalah suatu akad antara calon mempelai pria dan calon mempelai wanita atas dasar kerelaan dan kesukaan kedua belah pihak, yang dilakukan oleh pihak lain (wali) menurut sifat dan syarat yang telah ditetapkan syara’ untuk menghalalkan pencampuran antara keduanya, sehingga satu sama lain saling membutuhkan menjadi sekutu sebagai teman hidup dalam rumah tangga.

Perkawinan juga adalah sebuah fitrah kemanusiaan maka dari itu islam menganjurkan untuk menikah, karena itu merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah itu tidak dipenuhi maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam.3

2 Dis, Insertlive, Bukan Wuhan Virus Corona Justru Muncul Kali Muncul di Negara ini, https//www.insertlive/diakses tanggal 21 November 2020, pukul 11.21.

3 Djamaludin Arra‟uf bin Dahlan, Aturan Pernikahan Dalam Islam, (Jakarta : Perpustakaan Nasional, 2011), hlm. 11.

(15)

Pengertian perkawinan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 16 tahun 2019 tentang Perkawinan: perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagian dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan dalam Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan untuk perempuan 19 tahun, Hal ini mengundang perhatian dan pemahaman masyarakat luas, oleh karena undang-undang ini merupakan landasan pokok perkawinan, begitu juga dengan kompilasi hukum Islam.

Dengan perkataan ikatan lahir dan batin bahwa suami istri tidak boleh semata-mata hanya berupa ikatan lahir saja, dalam makna seorang pria dan wanita hidup bersama sebagai suami dan istri bukan sebagai ikatan formal saja, tetapi keduanya harus membina ikatan batin berupa cinta dan kasih sayang yang mendalam. Dengan demikian, perkawinan dalam undang- undang ini tidak semata-mata hubungan hukum saja antara seorang pria dan seorang wanita, tetapi juga mengandung aspek-aspek lain yaitu agama, biologis, sosial dan juga masyarakat.4

Berdasarkan keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 pemerintah memutuskan Non- Alam Penyebaran Corona Virus Desease (covid-19) Sebagai Bencana Nasional. 5

4 Ibid,. hlm. 59.

5 Muhamad Yasin, Penyebaran Covid-19 Ditetapkan Sebagai Bencana Nasional.

Diunduh- dari www.hukumonline. Com/berita/baca/lt5e947d66e1254/penyebaran-covid-19- ditetapkan-sebagai bencana-nasional/.Diakses pada 20 Maret 2020, Pukul 11.22.

(16)

Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintahan Nomor 21 Tahun 2020 tentang PSBB, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) merupakan pembatasan suatu aktivitas penduduk sebuah kawasan yang diduka terinfeksi Covid-19. Pemberlakukan PSBB di suatu daerah berdampak pada peliburan beberapa kegiatan seperti yang di atur dalam Pasal 13 Permenkes PSBB yakni, peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial dan budaya, pembatasan modal, dan kemanan dengan beberapa dengan ketentuan pengecualian. 6

Pembatasan keramaian khususnya dalam rangka acara pernikahan diatur dalam Surat Edaran Menteri Agama Nomor 15 Tahun 2020, yang menyebutkan bahwa penerapan fungsi sosial rumah ibadah meliputi kegiatan pertemuan di rumah ibadah seperti, akad pernikahan/perkawinan diberlakukan tambahan ketentuan yaitu, memastikan semua perserta yang hadir dala kondisi sehat dan negative Covid-19 membatasi jumlah perserta yang hadir dan tidak boleh lebih dari 30 orang pertemuan dilaksanakan dengan waktu seefisien mungkin. 7

Himbauan untuk tetap tinggal di rumah pada pandemi membuat banyak kegiatan penting, seperti bekerja, belajar, bahkan beribadah terpaksa dilangsungkan dari dalam rumah, namun bukan itu saja acara pernikahan

6 Arsary Pradana A. Azis. Tata Cara Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar.

Diunduh Dari www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/It5e3035ad46a/tata-cara –Pelaksanaan- pembatasan-sosial-berskala-besar/. Diakses pada 20 Maret 2020, pukul 11.36.

7 Tim Hukum Online: Pusat Data. Surat edara menteri agama republic Indonesia nomor SE.15 Tahun 2020. Diunduh dari www.covid-19-bagaimana-nasib-dp-ke-ivendor-i/. Diakses pada 20 Maret 2020, pukul 11..50.

(17)

yang biasanya diramaikan dengan kehadiran keluarga dan kerabat dalam sebuah pesta resepsi yang mengundang keramaian kini terpaksa ditiadakan.

Bagi mereka bukanlah keputusan yang mudah ada berbagai kehawatiran yang muncul terutama dari pihak keluarga yang bahkan meminta pernikahan untuk diundur saja, tetapi banyak dari pasangan calon pengantin yang tetap menikah di masa pandemi ini dan mereka bersyukur dengan kesederhanaan bahwa esensi dari menikah adalah niat baik untuk berkeluarga

Pada masa pandemi ini banyak persoalan-persoalan yang tidak terduga sebelumnya, seperti pembelajaran yang tidak lagi tatap muka dan hanya mengandalkan absensi kehadiran, menuntaskan tugas secara daring mengakibatkan para dosen dan guru tidak bisa memantau siswa serta mahasiswa secara langsung. Karena tidak dengan bersekolah secara langsung maka kebebasan waktu dan kelonggaran untuk perilaku berpacaran pastilah meningkat.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh penulis dengan bapak Faturrahman, bapak Than Tawi Jauhari, bapak Herjan dan Ibu Masywarah di KUA Selaparang Kota Mataram, banyak orang menganggap bahwa masa Pandemi Covid 19, ini angka pernikahan menurun akan tetapi kenyataannya angka pernikahan di masa pandemi covid 19, ini semakin meningkat. Ini kemudian yang membuat penulis tertarik dengan kasus tesebut.

Perbandingan tingginya angka pernikahan sebelum dan saat pandemi memang memiliki perbandingan yang cukup segnifikan, hal ini dilihat dari sebelum adanya pandemi fenomena pernikahan memang tinggi tetapi pada

(18)

saat pandemi ini malah tidak membuat masyarakat berhenti untuk melakukan suatu pernikahan, bahkan makin meningkat tingginya pernikahan di masa pandemi covid 19 ini. 8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana perbandingan tingginya angka pernikahan sebelum dan saat Pandemi Covid1-19 ?

2. Faktor-faktor apa yang melatar belakangi tingginya angka pernikahan pada masa Pandemi Covid-19 ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingginya angka pernikahan sebelum dan saat Pendami Covid 19.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi tingginya angka pernikahan di masa Pandemi Covid 19.

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini ditinjau secar a teoritis dan praktis. Dan dengan demikian penelitian ini diharapkan menghasilkan manfaat sebagai berikut:

8 Observasi Awal, Faturrahman, Than Tawi Jauhari, Herjan dan Masywarah, tgl 2 juni 2020.

(19)

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wacana ilmu pengetahuan yang diperlukan serta menambah khazanah kepustakaan untuk kepentingan akademik.

2. Manfaat Praktis

Memberikan pengetahuan terhadap perbandingan tingginya angka pernikahan sebelum dan saat pandemi covid 19, dan sebagai bahan kajian terhadap teori yang telah diperoleh mahasiswa selama kegiatan pembelajaran dan sebagai bahan kajian di perpustakaan.

D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari salah satu penafsiran pada penelitian ini, maka penulis membatasi fokus penelitian ini pada perbandingan tingginya angka pernikahan sebelum dan saat pandemi covid 19 di KUA Selaparang Kota Mataram. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan dalam laporan penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang akan difokuskan oleh penelitian.

2. Setting Penelitian

Lokasi penelitian yaitu Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Selaparang Kota Mataram, alasan memilih tempat tersebut adalah karena tempat penelitian tersebut layak dan memang harus diteliti untuk mengetahui lebih dalam mengenai tingginya angka pernikahan itu sendiri.

(20)

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka digunakan untuk memberikan informasi tentang penelitian ilmiah yang berhubungan dengan penelitian yang di teliti. Dengan judul tersebut peneliti berusaha untuk menelaah karya ilmiah yang berkaitan dengan judul kripsi penelitian yang dibahas antara lain:

1. Skripsi Fithrotul Yusro berjudul Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Nikah Pada Masa Covid-19 Di KUA Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.

Hasil penelitian saudara Fithrotul Yusro dapat ditarik kesimpulan tentang bagaimana Pelaksanaan Ijab Kabul Wali Dan Calon Mempelai Pada Masa Covid-19 Dan Bagaimana Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Ijab Kabul Pada Masa Covid-19. Yaitu ijab Kabul pada umumnya perjabat tangan tetapi ketika ada wabah covid-19 maka boleh dilakukan dengan tanpa jabat tangan. Dan juga tidak merusak keabsahan nikah. nikahnyaa tetap sah. Sedangkan peneliti sendiri mengangkat judul Perbandingan Tingginya Angka Pernikahan Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19 Di KUA Selaparang Kota Mataram. Dengan mengfokuskan pada bagaimana perbandingan pernikahan sebelum dan saat pandemi covid-19, faktor-faktor yang melatar belakangi tingginya angka pernikahan di masa pandemi covid-19, serta solusi yang ditawarka kaitan dengan hukum pidana bagi pernikahan di bawa umur.

Seperti halnya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) akhirnya mengesahkan Raperda tentang pencegahan dan

(21)

Perkawinan Anak menjadi peraturan daerah dan perda ini dibuat menyusul tingginya angka pernikahan anak. Perda yang merupakan prakasa atau inisiatif DPRD NTB ini disetujui untuk ditetapkan sebagai perda dalam rapat paripurna yang digelar pada Jumat 29/1/2021).

Raperda tersebut disahkan setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk menyempurnakan sehingga menjadi perda. Dalam perda tersebut terdapat sanksi bagi setiap orang yang melanggar serta terdapat rewald untuk siapa saja yang mampu menekan angka pernikahan usia anak.

Ketua Pansus Raperda Pencegahan pernikahan anak, Akhdiansyah menegaskan, pemberian sanksi denda dan pidana dalam perda ini, hanya alternatif terakhir, berdasarkan Raperda yang telah ditetapkan, memang ada dimasukkan ketentuan sanksi administratif dan pidana, meskipun pada awalnya ketentuan sanksi tidak di atur. Sanksi yang diberikan bagi orang yang terlibat perkawinan anak, mulai dari teguran tertulis, pemberhentian dari jabatan dan/atau denda administrative paling banyak Rp 5 juta. Dan sanksi tersebut berlaku bagi siapapun baik itu orang tua anak maupun perangkat desa. Selain itu ada juga sanksi pidana yang di atur pada pasal 31. Secara tegas disebutkan, bagi siapapun dari pihak manapun yang berani mengulangi melanggar perda, di ancam dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan dan/atau denda paling banyak Rp 50 juta (contohnya kadus, bisa kena sanksi jika membantu praktik pernikahan anak tersebut. Sebaliknya, bagi siapapun dan pihak manapun yang dinilai berperan aktif mencegah pernikahan anak, akan diberikan

(22)

penghargaan. Termasuk bagi pemerintah desa yang mampu meminimalisir pernikahan anak. 9

Persamaan kedua penelitian ini adalah sama-sama menjadikan pernikahan di masa pandemi sebagai objek penelitian. Selain itu kedua penelitian ini memakai metode penelitian yang sama yaitu metode kualitatif. Sedangkan perbedaan: dari kedua penelitian tersebut adalah terletak pada tujuan penelitian diadakan. Tujuan penelitian saudara Fithrotul Yusro adalah Menganalisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Nikah Pada Masa Covid-19. Yang mana pernikahan di masa covid- 19, yang mengikuti pelaksanaan akad nikah maksimal 10 orang dan duduknya berjarak setengah meter atau 1 meter serta penghulu membacakan khutbah nikah di depan kedua calon mempelai dengan mempersingkat. Sedangkan peneliti sendiri menfokuskan pada bagaiman perbandingan pernikahan sebelum dan saat pandemi covid-19, faktor- faktor yang melatar belakangi tingginya angka pernikahan serta solusi yang di tawarkan kaitan dengan hukum pidana bagi pernikahan di bawa umur.

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya adalah penelitian replikasi. Peneliti akan mengulang penelitian tentang pernikahan namun dengan fokus penelitian yang berbeda. Jika penelitian sebelumnya meneliti tentang Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Nikah Pada Masa Covid-19 Di KUA Kecamatan

9 9 Faruk, Sah NTB Punya Perda Cegah Perkawinan Anak, Sanksinya Bisa Pidana, https://news.detik.com/diakses tanggal 30 Januari 2021, pukul 12.51.

(23)

Dlanggu Kabupaten Mojokerto, maka penelitian ini nantinya akan mengfokuskan penelitian terhadap Perbandingan Tingginya Angka Pernikahan Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19 Di KUA Selaparang Kota Mataram.10

2. Skripsi Mahardika Putera Emas berjudul Problematika Akad Nikah Via Daring dan Penyelenggaraan Walimah Selama Masa Pandemi Covid-19.

Hasil penelitian saudara Mahardika Putera Emas bisa ditarik kesimpulan tentang bagaimana pelaksanan Problematika Akad Nikah Via Daring serta bagaimana cara Penyelenggaraan Walimah Selama Masa Pandemi Covid-19. Yang pada biasanya pernikahan dilakukan dengan cara tatap muka atau secara langsung tetapi di masa pandemi ini ada yang melakukan pernikahan secara daring melalui aplikasih video call perkawinan ini terjadi karena pengantin pria ketika itu tertahan di pelabuhan bajoe, untuk menjalani serangkaian karantina kesehatan dalam rangka antisipasi penyebaran virus covid-19. Sedangkan pengantin wanita berada di Kabupaten Kolaka, mereka terpisah jarak sekitar 700 km jika menempuh perjalanan darat. Dalam pasal 14 Kompilasi Hukum Islam, Suatu akad nikah bisa dinyatakan sah apabila sudah memenuhi rukun perkawinan, yang pertama adanyan calom mempelai laki-laki, kedua adanya calon mempelai perempuan, ijab Kabul, dua orang saksi dan wali nikah. dan seluruh syarat di atas harus dipenuhi agar akad nikah

10 Fithrotul Yusro, „‟ Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Nikah Pada Masa Covid-19 Di KUA Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto „‟ ( Skripsi, UIN Sunan Ampel, 2020), hlm. 12-15.

(24)

dinyatakan sah dan kedua calon mempelai resmi menjadi pasangan suami istri.

Jadi persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menjadikan Pernikahan Di Masa Pandemi Covid-19 sebagai objek penelitian. Selain itu kedua penelitian juga sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaan dari kedua penelitian tersebut adalah terletak pada tujuan penelitian di adakan. Tujuan penelitian saudara Mahardika Putera Emas berjudul Problematika Akad Nikah Via Daring dan Penyelenggaraan Walimah Selama Masa Pandemi Covid-19.

Sedangkan peneliti sendiri mengangkat judul mengeni Perbandingan Tingginya Angka Pernikahan Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19 Di KUA Selaparang Kota Mataram. 11

3. Skripsi Azz Fadilah Pepson berjudul Penundaan Pelaksanaan Perjanjian Sewa Gedung Resepsi Perkawinan Akibat Pandemi Covid-19.

Hasil penelitian saudara Azza Fadilah Pepson berjudul Penundaan Pelaksanaan Perjanjian Sewa Gedung Resepsi Perkawinan Akibat Pandemi Covid-19. Mengfokuskan pada dua rumusan masalah yang pertama, apakah Pandemi Covid -19 dan dapat digolongkan sebagai force majeure dalam perspektif hukum keperdataab sebagai alasan untuk menunda pelaksanaan perjanjian sewa gedung dalam rangka resepsi perkawinan. Dan Yang Kedua Bagaimana Akibat Hukum Terhadap Penundaan Pelaksanaan Perjanjian Sewa Gedung Resepsi Perkawinan

11 Mahardika Putera Emas, „‟Problematika Akad Nikah Via Daring dan Penyelenggaraan Walimah Selama Masa Pandemi Covid-19‟‟. ( Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia, 2020, hlm 69-70.

(25)

Tersebut Di Masa Pandemi Covid-19. Berdasarkan pembatasan keramaian khususnya dalam rangka acara perkawinan di atur dalam Surat Edaran Menteri Agama Nomor 15 Tahun 2020, yang menyebutkan bahwa penerapan fungsi sosial rumah ibadah meliputi kegiatan pertemuan di rumah ibadah, seperti akad pernikahan/perkawinan diberlakukan tambahan ketentuan yaitu, memastikan semua peserta yang hadir dalam kondisi sehat dan negative covid-19, membatasi peserta dan tamu yang hadir maksimal 20 persen dari kapasitas ruang dan tidak boleh lebih dari 30 orang pertemuan dilaksanakan dengan waktu seefisien mungki secara umum.

Persamaan dari kedua penelitian ini adalah sama-sama menjadikan pandemi covid-19 sebagai objek penelitian. Selain itu kedua peneliti ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Sedangka perbedaan dari kedua penelitian tersebut adalah terletak pada tujuan penelitian. Penelitian ini mengfokuskan diri pada Penundaan Pelaksanaan Perjanjian Sewa Gedung Resepsi Perkawinan Akibat Pandemi Covid-9. Sedangkan peneliti sendiri mengfokuskan pada Perbandingan Tingginya Angka Pernikahan Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19 Di KUA Selaparang Kota Mataram. 12

12 Azz Fadilah Pepson „‟Penundaan Pelaksanaan Perjanjian Sewa Gedung Resepsi Perkawinan Akibat Pandemic Covid-19‟‟, (Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Sriwijaya, 2020) ,hlm. 106-107.

(26)

4. Skripsi Siti Arafah berjudul Pernikahan Bersahaja Di Masa Pandemi Covid-19 Pada Masyarakat Bugis Kota Palopo.

Penelitian ini mengfokuskan pada pelayanan pernikahan masa pandemi pada masyarakat Bugis di Kota Palopo, dengan mengangkat tiga permasalahan pokok yakni, bagaimana pelayanan nikah di KUA masa Pandemi Covid-19, bagaimana prosesi pernikahan pada masyarakat Bugis dan nilai sakralisasinya, dan bagaimana respons masyarakat terhadap pelaksanaan pernikahan masa Pandemi Covid-19. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa Pandemi Covid-19 berpengaruh secara signifikan terhadap pelaksanaan pernikahan baik secara kualitatif maupun kualitas layanan. Selanjutnya bahwa pernikahan khususnya pada ritual/tradisi pernikahan, dan sebagian pula melangsungkan pernikahan tanpa melalui rambu kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Agama terkait pelayanan pernikahan. Pernikahan yang dilaksanakan pada masa pandemi perubahan perilaku masyarakat lebi bersahaja, namun tidak menghilangkan nilai sakral sebuah pernikahan, baik nilai sosial maupun nilai moral (spiritual). Kesakralan sebuah pernikahan terletak pada niat. Oleh karena itu, masyarakat tetap memberikan apresiasi terhadap pelayanan yang dilakukan oleh KUA walaupun dalam pelayanan terbatas dan pernikahan yang dilangsungkan lebih “bersahaja”.

(27)

Persamaan dari kedua penelitian ini adalah sama-sama menjadikan Pandemi Covid-19 sebagai objek penelitian dan selain itu kedua penelitian juga menggunakan metode kualitatif, sedangkan perbedaan dari kedua penelitian tersebut terletak pada tujuan penelitian, penelitian ini mengfokuskan pada Pernikahan Bersahaja Di Masa Pandemi Covid- 19 Pada Masyarakat Bugis Kota Palopo sedangkan penelitian sendiri mengfokuskan pada Perbandingan Tingginya Angka Pernikahan Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19 Studi KUA Selaparang Kota Mataram. 13 5. Skripsi Mutiara Fadhila Nasution dengan mengangkat judul tentang

Layanan Pelaksanaan Akad Nikah Di Kantor Urusan Agama Medan Marelan (Studi Kasus Evektivitas Dan Hambatan Pada Masa Pandemi Covid-19.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi evektivitas dan hambatan layanan pelaksanaan akad nikah selama masa Pandemi Covid- 19 di Kantor Urusan Agama Medan Marelan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan studi deskriptif.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan reduksi data, verifikasih data dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan trigulasi data. Hasil penelian menunjukan bahwa layanan pernikahan pada masa Pandemi Covid-19 mengalami perubahan layanan yang cukup segnifikan dan tentu dengan adanya aturan pemerintah

13 Siti Arafah, Pernikahan Bersahaja Di Masa Pandemi Covid-19 Pada Masyarakat Bugis Kota Palopo, ( Skripsi, Fakultas Pengembangan Agaman Makassar , 2020), hlm. 171.

(28)

mengalami kendala dalam hal layanan. Terkait dengan layanan administrasi, tata persuratan seperti permohonan, penerbitan surat, masyarakat dapat melakukannya dengan cara menerapkan protokol kesehatan. Sedangkan terkait dengan pelaksanaan pernikahan, Kantor Urusan Agama mengeluarkan surat edaran tentang pernikahan yang tidak dapat dilakukan dengan kerumunan banyak orang, dalam arti pernikahan hanya dihadiri oleh beberapa orang saja, adapun faktor penghambat efektivitas layanan tersebut di antaranya kurangnya fasilitas layanan yang bersifat online, dan sulitnya akses informasi masyarakat terkait dengan kebijakan-kebijakan Kantor Urusan Agama.

Persamaan dari kedua peletian tersebut adalah sama-sama menjadikan Pandemi Covid-19 sebagai objek penelitian dan selain itu metode yang digunakan dari kedua penelitian tersebut sama-sama menggunakan metode kualitatif, sedangkan perbedaan dari kedua penelitian tersebut adalah terletak pada tujuan penelitian, penelitian Mutiara Fadhila Nasution mengfokuskan pada Layanan Pelaksanaan Akad Nikah Di Kantor Urusan Agama Medan Marelan (Studi Kasus Evektivitas Dan Hambatan Pada Masa Pandemi Covid-19. Sedangkan peneliti sendiri fokus pada Perbandingan Tingginya Angka Pernikahan Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19 Studi KUA Selaparang Kota Mataram. 14

14Mutiara Fadhila Nasution Mengfokuskan Pada Layanan Pelaksanaan Akad Nikah Di Kantor Urusan Agama Medan Marelan (Studi Kasus Evektivitas Dan Hambatan Pada Masa Pandemi Covid-19, ( Skripsi, Sekolah Tinggi Agama Islam Sumatera Medan , 2021), hlm. 32.

(29)

6. Skripsi Aulia Rahma Safirra Dengan Mengangkat Judul Tentang Perkawinan Siri Online Masa Pandemi Covid-19 ( Perspektif HKI Dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974).

Penelitian ini bertujuan untuk Perkawinan Siri Online Masa Pandemi Covid-19 Perspektif HKI Dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Fenomena pernikahan online, merupakn fenomena siber yang mengejutkan di masyarakat karena disinyalir oleh MUI sebagai penyelundupan prostitusi dengan dalil nikah sirih, dalam hal ini pengaturan mengenai Perkawinan terdapat dalamUndang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Dapat lebih lanjut peraturan mengenai peraturan perkawinan bagi calon mempelai yang beragama Islam di atur dalam Kompilasi Hukum Islam Buku 1 Tentang Hukum Perkawinan.

Persamaan dari kedua penelitian tersebut adalah sama-sama menjadikan pernikahan di masa Pandemi Covid-19 sebagai objek penelitian dan juga kedua penelitian tersebut sama-sama menggunakan metode kualitatif, sedangka perbedaan dari kedua penelitian tersebut terletak pada tujuan penelitian, yang dimana penelitian Aulia Rahma Safirra Dengan Mengangkat Judul Tentang Perkawinan Siri Online Masa Pandemi Covid-19 ( Perspektif HKI Dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974) sedangkan peneliti sendiri fokus pada Perbandingan Tingginya

(30)

Angka Pernikahan Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19 Studi KUA Selaparang Kota Mataram. 15

7. Skripsi Zeni Larasati Dengan Mengangkat Judul Tentang Implementasi Surat Edaran Kementerian Agama No. 9 Tahun 2020 Terhadap Pelaksanaan Akad Nikah Pada Masa Pandemi Covid-19 ( Studi Kasus Kecamatan Bajenis Kota Madya Tebing Tinggi).

Virus covid-19 merupakan virus yang mematikan yang saat ini sedang beredar di Bumi. Virus yang bisa mengenai siapa saja. Pemerintah juga sudah melakukan lockdown dan mengurangi aktifitas diluar rumah guna mengurangi penyebaran virus covid-19 tersebut, salah satunya aturan yang dikeluarkan oleh kementerian agama yang menerangkan bahwa ditiadakan akad nikah sementara sampai melihat keadaan bisa membaik dan juga meminta untuk menaati protokol yang sudah ditetapkan. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

Banyak masyarakat yang belum mengetahui surat edaran yang dikeluarkan oleh kementerian agama. Dari permasalahan tersebut penulis menarik rumusan masalah, yaitu yang pertama bagaimana ketentuan isi Dirjen Bima SE No: P-003/DJ.III/HK.007/04/2020. Bagaimana pelaksanaan akad nikah di masa pandemi covid-19 serta bagaimana pandangan KUA dan

15 Aulia Rahma Safirra, Dengan Mengangkat Judul Tentang Perkawinan Siri Online Masa Pandemi Covid-19 Perspektif HKI Dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, ( Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Bhayangkara Surabaya), hlm. 20.

(31)

masyarakat terhadap SE kementerian Agama No. 9 Tahun 2020 terhadap pelaksanaan akad nikah selama pandemi covid-19.

Persamaan dari kedua penelitian tersebut adalah sama-sama menjadikan pernikahan di masa pandenmi covid-19 sebagai objek penelitian dan juga kedua penelitian tersebut sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif. Sedangka perbedaan dari kedua penelitian tersebu terletak pada tujuan penelitian, yang dimana penelitian Zeni Larasati Dengan Mengangkat Judul Tentang Implementasi Surat Edaran Kementerian Agama No. 9 Tahun 2020 Terhadap Pelaksanaan Akad Nikah Pada Masa Pandemi Covid-19 Studi Kasus Kecamatan Bajenis Kota Madya Tebing Tinggi sedangkan peneliti sendiri mengfokuskan pada Perbandingan Tingginya Angka Pernikahan Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19 Studi KUA Selaparang Kota Mataram. 16

F. Kerangka Teori 1. Pernikahan

a. Pengertian Pernikahan

Perkawinan adalah suatu akad antara seoang calon mempelai pria dan calon mempelai wanita atas dasar kerelaan dan kesukaan dari kedua belah pihak, menurut sifat dan syarat yang telah ditetapkan syara’ untuk menghalkan pencampuran antara keduanya, sehingga satu sama lain saling membutuhkan menjadi sekutu sebagai teman hidup dalam rumah

16 Zeni Larasati, Implementasi Surat Edaran Kementerian Agama No. 9 Tahun 2020 Terhadap Pelaksanaan Akad Nikah Pada Masa Pandemi Covid-19 Studi Kasus Kecamatan Bajenis Kota Madya Tebing Tinggi, (Skripsi, Fakultas Syariah Dan Hukum, 2021), hlm 9.

(32)

tangga.17 Dan pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut huk um perkawinan masing-masing agama dan kepercayaannya serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku.18

Menurut sebagian ulama Hanafiah, “pernikahan adalah akad yang memberikan faedah (mengakibatkan) kepemilikan untuk bersenang- senang secara sadar (sengaja) bagi seorang pria dan seorang wanita, guna mendapatkan kenikmatan biologis”. Sedangkan menurut sebagian mazhab Maliki, nikah adalah sebuah ungkapan (sebutan) atau titel bagi suatu akad yang dilaksanakan dan dimaksudkan untuk meraih kenikmatan (seksual semata-mata). Sedangkan ulama Hanabilah mendefenisikan nikah dengan “akad yang dilakukan dengan menggunakan kata inkah atau tazwij guna mendapatkan kesenangan (bersenang-senang).19

Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Pernikahan dalam pertimbangan yang sama juga disebutka pengaturan batas usia minimal perkawinan yang berbeda antara pria dan wanita tidak saja menimbulkan diskriminasi dalam konteks pelaksanaan hak untuk membentuk keluarga sebagaimana dijamin dalam pasal 28B ayat (1) UUD 1945, dalam hal ini, ketika usia minimal perkawinan bagi wanita lebih rendah dibandingkan lebih cepat untuk membentuk

17 Mustaming, Al-Syiqaq Dalam Putusan Perkawinan di Pengadilan Agama Tanah Luwu, ( Yogyakarta, CV Budi Utama, 2015), hlm. 63.

18 Sudarto, Fikih Munakahat, ( Jawa Tmur : Qiara Media, 2019 ), hlm. 3.

19 Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta PT Rajagrafindo Prasada, 2005), hlm. 45

(33)

keluarga. Oleh karena hal tersebut, dalam amar putusannya Mahkamah Konstitusi pemerintahan kepada pembentukan unndang-undang baru tersebut .20

b. Tujuan Pernikahan

Tujuan pernikahan adalah untuk membangun keluarga sakinah, sesuai tuntutan sunnah Rasulullah SAW. Disamping itu perkawinan juga dimaksudkan, bukanlah hanya sekedar media untuk merealisasikan pemenuhan kebutuhan biologis semata, akan tetapi juga dalam rangka beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah (taqarruh ilallah), serta untuk mendapatkan keturunan, yaitu generasi manusia yang baik lagi berkualitas bagi terwujudnya tertib masyarakat dan negeri yang baik yang di ridhoi oleh Allah SWT. Karena itu perkawinan disyariatkan untuk tujuan berikut:

a) Memelihara diri dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah.

b) Memelihara langgengnya keberadaan manusia di muka bumi dengan berketurunan.

c) Menentramkan gejolak-gejolak jiwa, mendirikan rumah tangga, keluarga sakinah, mawaddah warahmah yang merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat yang baik.

d) Untuk media terwujudnya tolong menolong antara suami istri dan saling berbagi untuk membangun sebuah keluarga yang bahagia.

20 Ibid, hlm.46

(34)

e) Mempertemukan dan memperkokoh ikatan antara keluarga untuk mewujudkan kebaikan yang lebih luas dalam masyarakat.

f) Untuk mewujudkan kepatuhan kepada Allah SWT. Dalam rangka mencari keridhaan-Nya. Karena perkawinan merupakan satu- satunya media yang disediakan oleh Allah untuk menghalalkan hubungan antara laki-laki dan perempuan, maka sebagai hamba yang taat. Maka kita tidak dibenarkan dan tidak akan mau menempuh jalan yang lain yang tidak dibenarkan oleh Allah SWT.21

c. Rukun dan Syarat pernikahan

Sebagaimana yang ditegaskan sebelumnya bahwa kehidupan berpasang-pasangan berjalan secara alamiah apa adanya. Khusus bagi makhluk Allah yang mulia derajatnya bernama manusia, maka syarat dengan nilai dan norma kehidupan yang bukan saja norma (wajar) melainkan juga harus bermoral dan beradab.22

1) Rukun Pernikahan

Rukun adalah sesuatu yang mesti ada karena rukun adalah yang menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan atau pernikahan itu sendiri. 23

a. Mempelai laki-laki b. Mempelai perempuan c. Wali

21 Ibid, hlm.64.

22 Muhammad Amim Suma, Kawin Beda Agama di Indonesia, (Tangerang : Lentera Hati, 2015), hlm. 33.

23 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, ( Jakarta : Kencana, 2003 ), hlm. 33.

(35)

d. Dua orang saksi e. Shigat ijab Kabul 24

2) Syarat-syarat sahnya pernikahan

Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya perkawinan. Apabila syarat-syaratnya terpenuhi, maka perkawinan itu sah dan menimbulkan adanya segala hak dan kewajiban sebagai suami istri.

a. Syarat-syarat calon pengantin pria 1. Calon suami beragama islam.

2. Terang (jelas) bahwa calon suami itu betul laki-laki.

3. Orangnya diketahui dan tertentu.

4. Calon mempelai laki-laki itu jelas halal kawin dengan calon istri.

5. Calon mempelai laki-laki tahu/kenal pada calon istri serta tahu betul calon istrinya halal baginya.

6. Calon suami rela tidak dipaksa untuk melakukan perkawinan itu.

7. Tidak sedang melakukan ihram.

8. Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri.

9. Tidak sedang mempunyai istri empat.

b. Syarat-syarat calon mempelai pengantin perempuan

24 Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, ( Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2013),hlm. 43.,

(36)

a) Beragama islam atau ahli kitab.

b) Terang bahwa ia wanita, bukan khuntsa (banci).

c) Wanita itu tentu orangnya.

d) Halal bagi calon suami.

e) Wanita itu tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak masih dalam iddah.

f) Tidak dipaksa/ikhtiyar.

g) Tidak dalam keadaan ihram haji atau umroh.25 c. Hukum Pernikahan

Dari begitu banyak perintah Allah dan Nabi untuk melaksanakan perkawinan maka pernikahan itulah yang lebih disenangi Allah dan Nabi untuk dilakukan namun dalam pernikahan itu juga melihat kondisi serta situasi yang melingkupi suasana pernikahan itu berbeda pula hukumnya.

1. Sunnah, bagi orang-orang yang telah berkeinginan untuk menikah dan telah pantas dan mampu untuk melakukannya.

2. Makruh, bagi orang-orang yang belum pantas untuk menikah, apalagi persiapan dan perbekalan juga belum ada.

3. Wajib, bagi orang-orang yang telah pantas menikah dan memiliki persiapan yang matang dan takut akan terjerumus pada kemaksiatan jika tidak menikah.

25 Ibid, hlm, 50-55.

(37)

4. Haram, bagi orang-orang yang tidak mampu memenuhi hukum syara‟ untuk melakukannya, sedangkan ia meyakini perkawinan itu akan merusak kehidupan pasangannya.

5. Mubah, bagi orang-orang yang pada dasarnya belum ada dorongan untuk menikah dan pernikahan itu tidak akan mendatangkan kemudharatan apapun dan kepada siapapun.26 d. Hikmah Perkawinan

1. Menyalurkan naluri seksual secara sah dan benar, secara alamiah naluri yang sulit dibendung oleh setiap manusia dewasa adalah naluri seksual. Adapun, yang membedakan manusia dengan hewan dalam penyaluran naluri seksual adalah melalui perkawinan.

2. Cara paling baik untuk mendapatkan anak, mengembangkan keturunan secara sah dalam kaitan ini.

3. Menyalurkan naluri kebapaan dan keibuan, naluri ini berkembang secara bertahap, sejak masa anak-anak sampai masa dewasa. Seorang manusia tidak akan merasa sempurna jika tidak menyalurkan naluri tersebut.

4. Memupuk rasa tanggung jawab dalah rangka memelihara dan mendidik anak sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi seseorang untuk membahagiakan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.

26 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fikihh, ( Bogor : Kencana, 2003), hlm. 79.

(38)

5. Membagi rasa tanggung jawab antara suami dan istri yang selama ini dipikul masing-masing pihak.

6. Menyatukan keluarga masing-masing sehingga hubungan silaturahim semakin kuat dan terbentuk kelurga baru yang lebih banyak.

7. Memperpanjang usia, dari hasil penelitian masalah-masalah kependudukan yang dilakukan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) pada tahun 1958, menunjukan bahwa pasangan suami istri mempunyai kemungkinan lebih panjang umurnya dari pada orang-orang yang tidak menikah selama hidupnya.27 2. Faktor-Faktor Apa Yang Melatar Belakangi Tingginya Angka

Pernikahan a. Faktor kelurga

Keluarga adalah unit pertama dan utama yang mampu memberikan dukungan dan rasa ketenangan, dan keamanan yang sangat di butuhkan oleh setiap manusia, karena sangat penting bagi manusia untuk merasa didukung, diharga dan di hormati oleh anggota keluarganya karena pada dasarnya kelurga itu harus memberikan dukungan, ketenangan dan keamanan bagi penghuninya. Seperti seorang anak dengan ibunya dan ayahnya, seorang ibu dan ayah harus mampu menjaga, merawat, mengasihi dan selalu perduli dengan segalahan yang dilakukan oleh anaknya semasi itu masuk kedalam hal yang positif, akan tetapi justru

27 Bachrul Ilmy, Pendidikan Agama Islam, (PT Multi Printindo Persada, 2007),hlm. 57.

(39)

kebanyakan dari para orang tua tidak perduli dengan anaknya yang pulang malam, keluyuran dan segalahan yang anaknya lakukan sehingga banyak dari anak yang merasa bahwa orang tuanya tidak perduli lagi dengan dirinya, apalagi ketika anak tersebut berumur 19 tahun itu harus betul-betul dijaga karena memang jaman sekarang anak sangat muda bergaul dan berbuat hal-hal yang tidak di inginkan. maka tidak heran apabila lingkungan tersebut terdapat perilaku yang di anggap sudah sering terjadi, maka hal itu dapat mempengaruhi terhadap kehidupan seseorang dan membuatnya juga ingin melakukan hal yang tidak di inginkan seperti pergaulan bebas menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka pernikahan.

b. Faktor Putusnya Pendidikan

Pendidikan layaknya sebua pondasi pada diri anak yang akan membetuk masa depan cerahnya karena lewat pendidikan anak akan belajar mengolah kemampuan, sosial dan mempersiapkan diri untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, karena sebagai orang tua sangat penting untuk mengetahui pendidikan anaknya tersebut karena pendidikan akan meningkatkan kesejahteraan fisik maupun mental, mengembangkan kapasitas dan pemikiran yang lebih bijak di masa yang akan datang. Akan tetapi banyak anak-anak yang putus sekolah karena faktor ekonomi yang kurang memadai, minat untuk bersekolah sangat rendah, perhatian/dukungan dari orang tua yang kurang. Dan juga pendapatan dari orang tua yang hanya mata

(40)

pencariannya wiraswasta, jasa, buru, pedagang dan juga PNS. Akan tetapi kebanyakan dari penduduk tersebut bekerja sebagai buru dan pedagang. Sehingga banyak orang tua yang menyuruh anaknya putus sekolah karena biaya yang kurang memadai. .28

c. Faktor Pergaulan Bebas

Di zaman yang semakin berkembang semakin beragam pula tingkah laku serta masalah sosial yang terjadi di masyarakat terutama masalah remaja. Perkembangan teknologi sekarang ini sedikit banyak telah memberi pengaruh buruk yang menyeret remaja dalam pergaulan bebas, dalam hal ini pergaulan bebas tidak terlepas dari hubungannya dengan orang tua, selain itu pengaruh lingkungan dalam dalam berteman juga salah satu faktornya sehingga pergaulan bebas memunculkan banyak persoalan dan salah satunya adalah hamil pranikah. Maka dari itu sebagai orang tua sangat penting memberikan arahan yang baik dan selalu mengawasi anak tersebut sehingga anak tersebut tidak memiliki peluang untuk melakukan pergaulan bebas tersebut. 29

d. Faktor Budaya

Budaya yang kita ketahui adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sekelompok orang, dan diwariskan turun temurun untuk generasi ke generasi, seperti halnya budaya yang masih melekat

28 Ika Syarifatunisa, Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini Di Kelurahaan Tunon Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal (Skripsi, Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, 2017), Hlm. 28.

29 Novi Puji Astuti, Pengertian Pergaulan Bebas Dan Cara Menanggulanginya, https://www.merdeka.com/jabar/diakses tanggal 19 Mei 2021, pukul 14.19.

(41)

sampai hari ini di Lombok, dimana aturan adat tersebut jika anak perempuan di ajak pergi sampai tengah malam atau di atas jam 10 maka wajib untuk di nikahkan walaupun anak itu masih di bawa umur, padalah itu sangat bertentangan dengan undang-undang terbaru nmor 16 Tahun 2019 tentang batas usia pernikahan yang di mana umur laki- laki yang boleh menikah harus mencapai 19 tahun begitupun dengan perempuan tersebut. 30

G. Metode Penelitian

Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langka-langka sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi, metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan- peraturan yang terdapat dalam penelitian.31

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang di alami subjek penelitian. Seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lainnya dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata, dan bahasa, dalam suatu konteks khusus yang alami serta dengan memanfaatkan berbagai motode alamiah.32

30 Rizal Posumah, Tuntutan Adat Lelaki Yang Ajak Perempuan Pergi Hingga Larut Malam Akan Segera Dinikahkan, https://manado.tribunnews.com/2020/09/20/diakses tanggal 20 September 2020. Pukul 14.51.

31 Husaini Usman, Metodelogi Penelitian Sosial, ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hlm.

32 Lexy J, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, ( PT Remaja Rosakarya), hlm 5-6.

(42)

Dengan demikian, laporan penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan dari observasi, wawancara, catatan lapangan, foto dan hal lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Kehadiran Penelitian

Dalam hal ini, peneliti sangatlah penting dan utama, seperti yang dikatakan maleong, bahwa dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti sendiri merupakan alat pengumpul data utama. Sesuai dengan penelitian kualitatif, kehadiran penelitian di lapangan adalah sangan penting dan diperlukan secara optimal. Peneliti merupakan instrument utama dalam mengungkapkan makn, dan sekaligus sebagai alat pengumpul data. Oleh karena itu, peneliti juga harus terlibat dalam kehidupan orang-orang yang ditelitih sampai pada tingkat keterbukaan antara kedua belah pihak. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini, peneliti terjung langsung ke lapangan untuk mengamati dan mengumpulkan data yang dubutuhkan. Maka dari itu, peneliti melakukan penelitian langsung di KUA Kecamatan Selaparang Kota Mataram untuk melakukan wawancara dengan subjek penelitian di KUA Selaparang Kota Mataram.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kantor Urusan Agama (KUA) Selaparang Kota Mataram. Peneliti bermaksud untuk mengungkap dan mengetahui Tingginya Angka Pernikahan Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19 di KUA Selaparang Kota Mataram.

4. Sumber Dan Jenis Data

(43)

Setiap penelitian ilmiah memerlukan data untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Data harus diperoleh dari sumber data yang tepat agar data yang terkumpul relevan dengan masalah yang diteliti, sehingga tidak menimbulkan kekeliruan dalam penyusunan dan kesimpulan. Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh .33

a. Data Primer

Penelitian ini berasal dari beberapa pasangan yang menikah. Hal ini, bertujuan agar peneliti dapat menjalin kerjasama yang baik dengan informan yang diteliti, guna melakukan sesuatu yang mengarah pada kebaikan serta mendapatkan data yang sesuai dengan penelitian ini.

Dengan penelitian terjun langsung ke lokasi penelitian, agar data yang diperoleh akurat dan jelas.

b. Data Sekunder

Data sekunder atau data tangan kedua merupakan data yang diperoleh dari subjek penelitian. Data sekunder dari penelitian ini berupa dokumentasi, buku-buku, jurnal-jurnal dan bahan pustaka yang relevan atau yang berhubungan dengan judul penelitian.34

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langka yang paling strategis di dalam penelitian, karena tujuan pada penelitian itu adalah untuk menghasilkan data, dibutuhkan metode yang sangat berpengaruh besar

33Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, ( Jakarta : Bima Aksara, 1989), hlm. 65.

34 Burhan Bungi, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Pustaka Setia, 2018),Hlm.96.

(44)

terhadap validasi dan kualitas data yang akan memberikan pengaruh besar terhadap kualitas dan obyektifitas data hasil penelitian.

Adapun metode yang peneliti pakai dalam penelitian adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

a. Metode Observasi

Observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gejala atau fenomena (peristiwa/kejadian) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan.35 observasi dilakukan untuk memperoleh data real tentang kondisi nyata. Adapun hal-hal yang ingin didapatkan secara utuh melalui observasi ini adalah, mengamati perbandingan tingginya pernikahan sebelum dan saat pandemi di KUA Selaparag Kota Mataram, observasi ini dilakukan untuk mengadakan pengamatan langsung dilapangan guna mencari data yang dibutuhkan serta menemukan masalah atau faktor yang berkaitan denga perbadingan tingginya angka pernikahan sebelum dan saat pandemi covid-19 di KUA Selaparang Kota Mataram.

b. Metode Wawancara

Tekhnik wawancara dilakukan untuk menghimpun data-data penelitian yang bersifat non observasi atau tehnik dokumentasi.36 Metode ini dipakai agar menghasilkan sebuah informasi yang lengkap dari tema yang akan diteliti. Selain itu, wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mencocokan dan membandingkan teori dengan praktik. Dalam penelitian

35 Ibid, hlm. 106.

36 Nasutio, Metode Research, ( Penelitian Ilmiah), (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hlm.

17.

(45)

ini peneli menggunakan wawancara tidak terstruktur, wawancara ini peneli lakukan guna untuk memperoleh informasi berupa data-data penelitian yang terkait tentang judul penelitian. Wawancara mendalam dalam penelitian ini dilakukan kepada beberapa pihak, yang terkait dengan judul penelitian.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah ditunjukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relefan, peratutan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan penelitian. metode ini di gunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam bentuk buku, jurnal, tesis, atau data- data yang tertulis lainnya yang terkait dengan fariabel penelitian. Teknik ini merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan fokus penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikam ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.

Analisis merupakan aktivitas pengorganisasian data, data yang terkumpul dapat berupa catatan lapangan dan komentar penelitian, gambar, foto, dokumen, laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.

Kegiatan analisis data ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,

(46)

memberi kode dan mengategorikannya. Dengan demikian analisis data dilakukan dengan proses, pekerjaan menganalisa data memerlukan pemusatan perhatian, pengarahan tenaga dan pikiran penelitan. selain menganalisis data, peneliti juga mendalami kepustakaan guna menginformasikan teori atau menjastifikasikan adanya teori baru, jika ada yang ditemukan.

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, penyederhanaan dan transformasi data kasar dari catatan, sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.37

b. Display/Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data. Penelitian akan mengertikan apa yang terjadi, dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah kesimpulan yang ditarik dari semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Pada dasarnya, makna data harus diuji validasinya supaya kesimpulan yang diambil menjadi lebih kokoh. Adapun proses analisisnya adalah sebagai berikut:

pertama adalah mengumpulkan data, setelah data terkumpul kemudian

37 Hamidi, Motode Penelitian Kualitatif, (Malang,:UMM Pers, 2008), hlm. 40.

(47)

data direduksi, disederhanakan, menimbang hal-hal yang tidak relevan, kemudia di adakan penyajian data yaitu rakitan organisasi informasi atau data sehingga memungkinkan untuk ditarik kesimpulan. 38

7. Keabsahan Data (Validasi Data)

Keabsahan atau kevalitan data adalah merupakan suatu usaha untuk dilakukan oleh peneliti dalam rangka untuk membuktikan data yang diperoleh di lokasi peneliti dengan keadaan yang sesungguhnya.

Hal ini perlu dilakukan dalam upaya untuk memenuhi informasi yang dikemukakan oleh peneliti sehingga mengambil nilai kebenaran. Penelitian berangkat dari data adalah segala-galanya dalam penelitian. Oleh karena itu data harus benar-benar valid. Ukuran validitas suatu penelitian terdapat pada alat untuk menjaring data apakah sudah tepat, benar, sesuai dan mengukur apa yang seharusnya di ukur. untuk itu peneliti akan menggunakan beberapa teknik sesuai dengan masalah yang diangkat.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan konsep keabsahan konstruk ( contruct validity) yaitu konsep yang berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang terukur benar-benar merupakan variable yang ingin diukur.

Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satunya dengan cara proses triagulasi data yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

38 Ibid, hlm, 145-146

(48)

data itu. Triagulasi data adalah menggunakan berbagai sumber data, seperti dokumen, arsip, hasil wawancara.39

H. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih memudahkan peneliti dalam penulisan ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi fakultas syariah UIN Mataram guna mendapatkan gambaran yang jelas mengenai sistematika penulisan skripsi ini.

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang pendahuluan sebagai pengantar secara keseluruhan sehingga dari bab ini akan di peroleh gambaran umum tentang pembahasan. Pendahuluan ini berisi dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II PAPARAN DAN TEMUAN DATA

Pada bagian ini membahas tentang faktor-faktor yang melatar belakangi tingginya angka pernikahan sebelum dan saat pandemi covid-19 Studi Kasus di KUA Selaparang Kota Mataram. Dan bagaiaman perbandingan tingginya pernikahan sebelum dan saat pandemi.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini mengungkapkan tentang analisis terhadap faktor yang melatar belakangi tingginya angka pernikahan sebelum dan saat

39 Afifudin dan Beni Ahmad Saebani, Metodelogi,(PT. Kencana, Jakarta, 2016),

hlm. 143.

(49)

pandemi covid-19 . Menjelaskan tentang perbandingan tingginya angka pernikahan sebelum dan saat pandemic covid-19.

BAB IV PENUTUP

adalah penutup yang berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran- saran. Dalam bab ini, penulis membuat kesimpulan atas masalah yang telah dibahas dan mengemukakan saran dan solusi pada permasalahan tersebut.

(50)

38 BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Gambaran Umum Lokasih

1. Sejarah Berdirinya KUA Kec. Selaparang

Kecamatan Selaparang adalah kecamatan pemekaran dari Kecamatan Mataram sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2007 Tentang Pemekaran Kecamatan dan kelurahan di Kota Mataram. Pada tanggal 31 Agustus 2006 pertama kali kecamatan ini dicanankan dengan nama kecamatan Mataram Utara. Namun kemudia nama Kecamatan ini di ubah dengan nama Kecamatan Arya Banjar Getar terhadap Kecamatan yang baru terbentuk ini menimbulkan polemik di antara para sejarawan dan budayawan sasak serta para politisi di gedung DPRD Kota Mataram.

Polemik ini terjadi karena Tokoh Arya Banjar Getas, yang merupakan seorang maha patih di kerajaan Selaparang yang kemudia hengkang ke kerajaan penjaggik, adalah tokoh yang konversional, untuk menghentikan polemik tersebut diatas, maka DPRD Kota Mataram mengadakan sidang khusus pada bulan ferbruari 2007 untuk menentukan nama bagi kecamatan ini, jalannya sidang sangat alor sehingga tidak dapat menemukan kata sepakat. Oleh karena itu dewan akhirnya melakukan voting dengan 3 (tiga) alternatif untuk nama kecamatan ini.

Mataram Utara, Sangkareang dan Selaparang. Selaparang adalah nama kerajaan terbesar di Bumi Lombok di samping Kerajaan Pejanggik,

Gambar

Gambar 2. Pengambilan data pernikahan yang tahun 2019 dan 2020.
Gambar 4. Pasangan suami istri yang menikah di masa pandemi covid-19
Gambar 3. Wawancara dengan Kepala KUA Selaparang Kota Mataram
Gambar 5. Pasangan suami istri yang menikah di masa pandemi covid-19

Referensi

Dokumen terkait