TUGAS 1
Tugas Mata Kuliah Keterampilan Menulis Dosen Pengampu: Prof.Dr Atmazaki M.Pd
Disusun Oleh:
Nadhisya Dwi Azzahra 24016037
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2025
BAB I
BAHASA DAN PEMAKAIANNYA
A. Hakikat Bahasa
Bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.
Beberapa konsep tercakup ke dalam definisi tersebut. Pertama, bahasa mempunyai dan diatur oleh suatu sistem, bukan sesuatu yang berserakan tanpa aturan. Kedua, bahasa merupakan sistem lambang, yaitu sejenis simbol yang disepakati oleh suatu kelompok masyarakat untuk memahami suatu reaksi terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasa, dan sebagainya. Ketiga, bahasa memunyai makna. Bahasa mewakili sesuatu baik berupa benda maupun tindakan yang berkaitan dengan segala aspek kehidupan dan alam sekitar masyarakat pemakainya. Keempat, tanda bahasa bersifat konvensional. Hubungan antara tanda dan artinya merupakan kesepakatan yang arbitrer sehingga harus dipelajari dan disepakati oleh para pemakainya. Kelima, bahasa merupakan sistem bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Keenam, bahasa bersifat produktif. Unsur-unsur bahasa yang jumlahnya terbatas dapat digunakan secara tidak terbatas oleh pemakainya.
Ketujuh, bahasa bersifat unik. Setiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang mungkin tidak dipunyai oleh bahasa yang lain. Kedelapan, bahasa juga bersifat universal, artinya sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu bahasa juga dimiliki oleh bahasa lain. Kesembilan, bahasa bervariasi ketika digunakan pemakaiannya. Oleh karena pemakai bahasa beragam dari berbagai segi (usia, kelamin, pendidikan, status, tingkat sosial ekonomi, dan lain-lain) maka realisasi bahasa juga beragam. Kesepuluh, bahasa merupakan sarana pengidentifikasian diri. Kelompok sosial mengidentifikasikan dirinya dengan bahasa yang mereka gunakan.
B. Fungsi Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi yang dengannya manusia dapat menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain secara lebih tepat. Bahasa memungkinkan manusia berpikir dengan lebih baik (runtun dan runtut). Sebaliknya, tanpa bahasa, pikiran manusia tidak bisa ditata dengan baik. Di samping sebagai alat untuk berpikir, bahasa memungkinkan manusia untuk membangun, memelihara, dan mewariskan kebudayaannya karena kebudayaan adalah bukti mutu kehidupan suatu bangsa. Jelaslah bahwa fungsi bahasa sangat berkaitan dengan kebudayaan yang didukung bahasa itu.
Harapan kita adalah agar bahasa Indonesia dapat dijadikan sebagai “tuan” di Indonesia, sehingga pokok pikiran dan perasaan, bagaimanapun rumitnya, dapat kita ungkapkan dengannya, baik secara lisan maupun tertulis. Sebagai salah satu bahasa yang menuju kecendekiaan, bahasa Indonesia hendaklah mampu mengungkapkan konsep yang rumit sekalipun. Hal itu dapat dicapai kalau upaya pengembangan bahasa Indonesia terus dilakukan dengan terencana dan terbuka. Bahasa tersusun di dalam suatu struktur. Unsur struktur bahasa yang terkecil adalah fonem, selanjutnya secara berturut-turut adalah morfem, kata, farase, klausa, kalimat, dan wacana. Di antara unsur itu, satuan terkecil yang mempunyai kelengkapan gagasan adalah kalimat. Pada penggunaan kalimatlah kita lihat jalan pikiran orang lain, apakah ia sedang berpikir di dalam bahasa yang
diucapkannya atau justru di dalam bahasa lain (daerah atau asing). Kita menggunakan bahasa untuk komunikasi, namun bahasa memainkan peranan yang sangat banyak dalam hidup kita.
Di dalam berbagai referensi terdapat sejumlah cara pengategorisasian fungsi- fungsi bahasa. Salah satu kategorisasi yang sering dipakai dalam penelitian sosiolinguistik adalah sebagai berikut:
1. Ekspresif, yaitu fungsi bahasa untuk mengungkapkan perasaan pembicara.
2. Direktif, yaitu fungsi bahasa untuk menyuruh, berusaha agar orang lain melakukan sesuatu.
3. Referensial, yaitu fungsi bahasa untuk memberikan informasi.
4. Metalinguistik, yaitu fungsi bahasa untuk menjelaskan bahasa itu sendiri.
5. Puitik, yaitu fungsi bahasa untuk mengekspresikan keindahan bahasa, seperti dalam puisi.
6. Fatis, yaitu fungsi bahasa untuk mengungkapkan solidaritas dan empati terhadap orang lain.
Pengategorian lain dikemukakan oleh Karl Popper, Karl Buhler dan Roman Jakobson. Menurut Popper, tuturan dapat berfungsi:
1. Ekspresif, yaitu memakai bahasa untuk mengungkapkan keadaan internal individu, seperti mengeluh dan berpuisi.
2. Informatif, yaitu memakai bahasa untuk menyampaikan informasi kepada orang lain mengenai keadaan-keadaan eksternal, seperti menjelaskan suatu keadaan atau seperti dosen memberi kuliah.
3. Deskriptif, yaitu memakai bahasa untuk memerikan (mendeskripsikan) objek-objek dalam dunia eksternal, seperti memerikan keadaan suatu ruang atau bentuk fisik seseorang.
4. Argumentatif, yaitu memakai bahasa untuk menyajikan dan menilai argumen dan penjelasan seperti membuktikan suatu dalil atau meyakinkan seseorang tentang suatu pendapat sehingga diperlukan alasan-alasan.
C. Ragam Bahasa
1. Ragam Lisan dan Ragam Tulis
Bahasa terbagi atas ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan diujarkan oleh penutur/pemakai bahasa, sedangkan ragam tulis ditulis atau dicetak. Namun, ragam tulis bukanlah ragam lisan yang dituliskan atau dicetak. Masing-masing ragam itu memunyai ciri-ciri tersendiri. Meskipun pola kalimat bahasa Indonesia untuk ragam lisan dan tulis sama (SPOKPel), tetapi pilihan kata dan kelengkapan unsurnya agak berbeda. Secara lebih khusus, perbedaan ragam lisan dan ragam tulis dapat dipahami dari berbagai karakteristik berikut ini. Pertama, bahasa ragam lisan dihasilkan oleh alat ucap yang unsur dasarnya adalah bunyi bahasa, sedangkan bahasa ragam tulis dihasilkan oleh suatu aktivitas dengan menggunakan huruf sebagai unsur dasarnya.
Kedua, bahasa ragam lisan memanfaatkan lafal sedangkan bahasa ragam tulis memanfaatkan huruf yang diatur dalam suatu ejaan. Ketiga, di dalam pemakaian bahasa ragam tulis, unsur suprasegmental dan paralingual atau ekstralingual tidak terlihat. Tidak ada gerak-gerik, mimik, ekspresi, intonasi, dan sebagainya dalam teks
bacaan. Unsur itu sangat membantu pemahaman dalam bahasa ragam lisan. Keempat, di dalam bahasa ragam tulis kecil kemungkinan hubungan fisik antara penulis dengan pembaca. Penulis tidak hadir ketika kita membaca tulisannya sehingga kita tidak dapat bertanya apabila tidak memahami tulisannya. Kelima, teks tertulis mungkin terlepas dari kerangka referensi aslinya. Keenam, tulisan dapat kita baca ulang seberapa suka. Sebaliknya, penulis dapat memikirkan isi tulisannya berulang-ulang sebelum dibaca orang lain. Di dalam bahasa lisan, komunikasi yang persis sama sangat sulit terjadi. Ketujuh, teks tertulis dapat direproduksi ke dalam berbagai bentuk, misalnya foto kopi, stensilan, buku, dan sebagainya sehingga lingkungan yang terlibat juga bisa lebih besar di dalam waktu yang tidak bersamaan. Bahasa ragam lisan, karena kemajuan teknologi audio, dapat direkam dan didengarkan kembali pada tempat dan waktu yang berbeda dengan isi komunikasi yang persis sama. Kedelapan, bahasa ragam tulis dapat dilakukan pada jarak yang jauh dan tidak langsung. Di samping itu, ia dapat dinikmati dalam bentuk yang sama pada tempat dan waktu yang berbeda-beda oleh banyak orang. Bahasa ragam lisan, sebaliknya, tidak dapat dilakukan sendiri oleh pendengar tanpa melibatkan pembicara, jangankan untuk jarak jauh, untuk jarak dekat saja tidak bisa.
2. Ragam Standar dan Takstandar
Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan yang dinamis berupa kaidah dan aturan yang relatif tetap. Namun, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam bahasa standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, dan memungkinkan perkembangan berbagai jenis laras yang kita perlukan dalam kehidupan modern.
Ragam bahasa standar disebut juga dengan ragam bahasa baku, takstandar sama dengan takbaku. Ragam bahasa baku diakui oleh masyarakat penuturnya sebagai acuan (norma) pemakaian bahasa, yaitu pedoman pemakaian bahasa secara benar.
Ragam bahasa itu digunakan sebagai ragam resmi, bahasa pengantar di dalam lembaga pendidikan, media masa, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ragam bahasa takbaku, sebaliknya, digunakan untuk percakapan sehari- hari dan tidak dianggap sebagai acuan penggunaan bahasa secara benar. Bagi pemakainya, ragam takbaku lebih bersifat emosional dan tidak digunakan untuk menunjukkan ketinggian status sosial. Bahasa-bahasa vernacular (bahasa sehari-hari yang kasar) adalah contoh bahasa takbaku. Dengan bahasa takbaku masyarakat mengungkapkan perasaan marah, benci, sayang, kekasaran, dan emosi-emosi lainnya.
3. Laras Bahasa
Laras yaitu kesesuaian bahasa dan pemakaiannya. Di dalam penggunaan bahasa sehari-hari berbagai laras digunakan sesuai dengan keperluan dan konteks penggunnaannya. Terdapat sejumlah laras bahasa yang mudah dipantau penggunaannya, yaitu:
a. Filosofis
Terdapat dalam wacana yang membahas filsafat atau ideologi.
b. Ilmiah
Laras ilmiah atau akademik muncul dalam karya-karya ilmiah (konsep, teori, model, metateori, hasil penelitian, dan buku pelajaran/teks).
c. Literer
Terdapat di dalam karya sastra atau tulisan-tulisan yang menggunakan bahasa sastra.
d. Bisnis
Terlihat dalam transaksi bisnis/perdagangan.
e. Jurnalistik
Terdapat di dalam surat kabar, majalah, berita televisi, dan radio.
f. Asongan
Laras asongan adalah penggunaan bahasa di kalangan penjual asongan.
g. Mantra
Mantra dan serapah adalah penggunaan bahasa dalam ungkapan-ungkapan matra.
h. Militer
Termasuk bahasa yang digunakan dalam upacara, selalu bersifat tegas.
i. Sumpah
Termasuk janji-janji yang diucapkan baik dalam upacara maupun dalam pelantikan.
D. Aspek Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk menyampaikan suatu maksud kepada orang lain dan memahami maksud yang disampaikan orang lain di dalam suatu peristiwa komunikasi. Keterampilan ini dikuasai melalui proses pemerolehan dan pemelajaran secara terus-menerus. Keterampilan berbahasa dapat ditinjau dari:
1. Pemerolehan atau Pembelajaran
Keterampilan berbahasa mencakup kemampuan untuk menyampaikan dan memahami maksud dalam komunikasi. Keterampilan ini diperoleh melalui dua proses:
a. Pemerolehan Bahasa: Terjadi secara alami pada bayi dan anak-anak saat mereka belajar bahasa pertama. Ini adalah bagian dari pendewasaan dan sosialisasi.
b. Pembelajaran Bahasa: Terjadi melalui pendidikan formal setelah pemerolehan bahasa pertama, biasanya di sekolah. Ini sering diperlukan karena keperluan tertentu, seperti belajar bahasa asing untuk kuliah di luar negeri.
2. Konsep Kompetensi dan Peformansi
Konsep competence (kompetensi) dan performance (peformansi) yang dikemukakan oleh Chomsky adalah dua konsep yang saling berkaitan. Competence adalah kemampuan, performance adalah manifestasi kemampuan itu. Pengetahuan tentang bahasa disebut competence, sedangkan aktualisasinya disebut performance.
Akan tetapi, performance tidak selalu mencerminkan competence karena linguistik bersifat mentalistik. Kedua istilah itu berkaitan dengan langue (aspek sosial bahasa) dan parole (ujaran yang bersifat individual). Pada dasarnya langue adalah unsur-unsur parole yang disistematisasikan.
3. Fungsi Bahasa
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Namun, situasi komunikasi sering mengalami gangguan seperti kurangnya keterampilan berbahasa atau kacaunya penyampaian informasi.
4. Jenis-Jenis Keterampilan Berbahasa
a. Mendengarkan: Keterampilan memahami apa yang didengar (reseptif-pasif).
b. Berbicara: Keterampilan mengungkapkan pikiran secara lisan (produktif-aktif).
c. Membaca: Keterampilan memahami teks tertulis (reseptif-pasif).
d. Menulis: Keterampilan menyusun teks tertulis (produktif-aktif).