• Tidak ada hasil yang ditemukan

Naufal Nadzif Kafalik 23030530028

N/A
N/A
nonadz@

Academic year: 2025

Membagikan "Naufal Nadzif Kafalik 23030530028"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PUSTAKA

PENGELOLAAN DAN TEKNIK LABORATORIUM IPA TEKNIK PREPARASI JARINGAN TUMBUHAN

Disusun Oleh:

Nama : Naufal Nadzif Kafalik NIM : 23030530028

Kelas : Pendidikan IPA E 2023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2024

(2)

A. Judul

Teknik Preparasi Jaringan Tumbuhan B. Tujuan

1. Mengetahui cara pembuatan dan mampu membuat preparat segar tumbuhan secara sederhana dan mengamatinya menggunakan mikroskop

2. Mengetahui struktur anatomi pada tumbuhan bagian akar, batang, dan daun C. Dasar Teori

Preparat adalah gelas objek yang berisi sampel hewan, tumbuhan atau benda hidup lainnya yang dapat diamati menggunakan mikroskop. Metode pembuatan preparat biologi telah berkembang pesat saat ini. Pembuatan preparat mikroskopis dapat disesuaikan dengan sifat preparat. Sifat preparat mikroskopis ada tiga yakni sementara, semi permanen, dan permanen. Preparat sementara hanya untuk keperluan sementara dan tidak untuk disimpan dalam jangka waktu lama. Preparat semi

permanen adalah sediaan yang dapat disimpan dalam jangka waktu beberapa bulan sedangkan preparat permanen dapat disimpan dalam jangka waktu lebih lama (bertahun-tahun) (Robika, dkk. 2023 : 6806).

Preparat organisme adalah sediaan berupa organ, jaringan, sel, dan atau tubuh organisme yang diawetkan didalam suatu media sehingga memberi kemudahan seseorang untuk mempelajari, mengamati, atau meneliti. Berdasarkan ukurannya, preparat organisme dibagi menjadi dua yaitu, preparat mikroskopis (preparat apus, preparat rentang, preprat pollen, preparat squash, preparat whole mounth dan preparat section) dan preparat mikroskopis (preparat kering dan preparat basah/ segar) (Holil, dkk., 2003 : 137).

Preparat awetan merupakan salah satu model media pembelajaran mikroskopis yang dapat digunakan berkali-kali. Jumlah preparat yang terbatas ini diperburuk dengan waktu pemakaian yang lama dengan frekuensi penggunaan secara

berulang-ulang. Selain itu, adanya kecelakaan kerja dalam penggunaan preparat dapat menyebabkan preparat menjadi rusak dan pecah, sehingga jumlah preparat semakin berkurang dari jumlah minimal yang dibutuhkan untuk pembelajaran. Hal lainnya adalah kesulitan dalam mencari preparat yang sesuai ketika melakukan pengadaan ulang. Beberapa kondisi tersebut, pada akhirnya dapat menganggu kelancaran pelaksanaan kegiatan praktikum di laboratorium (Novita & Yuliana, 2023 : 2).

Proses mounting (perekatan atau penutupan) merupakan proses perekatan sampel atau spesimen yang diletakkan pada permukaan kaca objek kemudian ditutup

(3)

dengan kaca penutup (cover glass) menggunakan bahan perekat atau mountant.

Mountant merupakan suatu zat yang mengisi antara sediaan preparat dengan kaca penutup (cover glass). Ada tiga macam zat yang biasa digunakan pada proses mounting diantaranya Distrene, Plasticisier, Xilen (DPX), Canada balsama, dan Entellan. Kekurangan dari zat tersebut dalam waktu lama menyebabkan warna kuning pada sisi kaca pentup preparat (canada balsama), bersifat karsiogenik bagi pengguna laboratorium, dan harga relatif mahal. Pembuatan preparat yang diawetkan pada beberapa literatur menggunakan mountant yang mudah didapatkan dan murah, yaitu menggunakan larutan cat kuku (kuteks). Larutan cat kuku (kuteks) yang merupakan larutan berwarna jernih dan dapat mengeras/mengering setelah didiamkan dalam suhu ruang, diduga mempunyai potensi sebagai larutan mounting pengganti larutan entellan atau canada balsama. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi

larutan kuteks dalam pengembangan pembuatan feses dan jamur (Novita & Yuliana, 2023 : 2).

Praktek Pembuatan sayatan paradermal menggunakan metode whole mount (Robika, dkk. 2023 : 6806).

1. Siapkan wadah botol film sebanyak 2 buah. Potong daun ukuran 2x2 cm sebanyak 3 potongan dan Alga (Sphyrogyra) secukupnya. Masukkan masing-masing bahan tersebut ke dalam botol film. Setelah itu mulai dilakukan fiksasi.

2. Fiksasi : daun di fiksasi dalam alkohol 70% selama 24 jam

3. Pencucian: setelah 24 jam, larutan fiksatif dibuang dan bahan dicuci dengan akuades sebanyak 3 kali.

4. Pelunakan: Daun dilunakkan dengan merendamnya di dalam larutan HN03 25% selama 15-30 menit.

5. Penyayatan: Epidermis daun disayat dengan menggunakan silet (dibuat sayatan paradermal). Sebelum disayat daun dicuci dulu dengan akuades.

6. Pewarnaan: sayatan epidermis daun diwarnai dengan pewarna tunggal yaitu safranin 1% (aquosa) selama 24 jam, sedangkan alga diberi pewarna ganda yaitu safranin 1% (aquosa) selama 24 jam dan fast-green 0.5% (dalam etanol 95%) selama 10 menit.

7. Dehidrasi: bahan direndam di gliserin bertahap yaitu gliserin 10% dan 25%

(ditaruh pada wadah terbuka selama beberapa hari hingga gliserin menjadi murni). Untuk mempercepat proses ini, bahan dapat disimpan di dalam oven

(4)

(suhu 35-40°C) dijaga bahan jangan sampai kering. Kemudian bahan dicuci dari gliserin dengan etanol 95% sebanyak 2 kali masing-masing selama 15 menit. Untuk alga diwarnai dengan pewarna fast-green 10 menit. Selanjutnya kedua bahan tersebut direndam dalam etanol absolut selama 10 menit.

8. Dealkoholisasi: bahan direndam dalam campuran etanol absolut dan xilol dengan perbandingan berturut-turut 1:1 dan 1:3 masing-masing selama 5 menit. Selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan xilol murni sebanyak 2 kali, masing-masing tahap selama 10 menit.

9. Penutupan: bahan diberi media entellan atau canada balsam dan ditutup dengan gelas penutup.

Praktek Pembuatan preparat transversal daun menggunakan metode Free-hand technique (Robika, dkk. 2023 : 6807).

1. Sample tanaman daun dipotong ukuran 1x1 cm.

2. Buah mentah dipotong bentuk dadu. Buat irisan pada tengah-tengah dadu.

3. Potongan daun kemudian dimasukkan dalam irisan pepaya.

4. Potong dadu yang telah diselipkan potongan daun diiris setipis mungkin menggunakan silet.

5. Hasil sayatan dimasukkan dalam botol vial yang telah berisi larutan fiksatif Alkohol 70 %. Proses fiksasi dilakukan selama 1 jam.

6. Setelah 1 jam, sayatan dicuci dengan aquadest steril.

7. Sayatan diletakkan digelas objek, ditetesi entellan lalu ditutup dengan kaca penutup. Sayatan siap diamati.

Metode selanjutnya yaitu metode squash yaitu metode yang umum digunakan dalam membuat preparat mitosis. Metode squash yaitu suatu metode untuk mendapatkan suatu preparat dengan cara meremas suatu potongan jaringan atau suatu organisme secara keseluruhan, sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis yang dapat diamati di bawah mikroskop . Secara umum tahapan dalam pembuatan preparat mitosis dengan metode squash yaitu diawali dengan pemilihan bahan, kemudian memfiksasi, hidrolisis, pemulasan, dan yang terakhir pembuatan preparat dengan meremas (Squash) (Abidin, 2014 : 572).

Pembuatan preparat apus yaitu dengan pengambilan sampel darah menggunakan jarum lancet dilakukan dengan cara menusuk jari dengan jarum hingga darah keluar, lalu diteteskan pada kaca benda yang bersih. Kemudian dibuat apusan darah tipis menggunakan bantuan kaca benda lain, dengan cara kaca benda lain tersebut diletakkan di sisi kiri tetesan darah hingga membentuk sudut 45⁰, lalu kaca benda tersebut ditarik kekanan dan didorong

(5)

kekiri dengan cepat hingga terbentuk apusan darah yang tipis. Tahap selanjutnya difiksasi menggunakan methanol selama 5 menit dan dikeringkan dengan cara dianginkan. Selanjutnya pewarnaan dilakukan dengan ekstrak alternatif kol ungu (Brassica oleracia L) selama 5 menit, sebagai pengganti pewarna Giemsa. Setelah 5 menit kemudian apusan darah dicuci

menggunakan aquadest dan dikeringkan dengan cara dianginkan. Hasil pembuatan apusan darah diamati di bawah mikrosokop (Sari & Masrillah, 2022 : 369)

Daftar Pustaka

Abidin, A. Z. (2014). Studi indeks mitosis bawang untuk pembuatan media pembelajaran preparat mitosis.Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi (BioEdu),3(3).

Holil, K., Rofieq, A., & Wahyuni, S. (2003). Pembuatan preparat sebagai media pendidikan pada bidang studi biologi.Jurnal Dedikasi,1(1), 136-139.

Novita, I., & Yuliana, L. (2023). Perbedaan Teknik dan Larutan Mounting Preparat Basah Dalam Pembuatan Preparat Awetan di Laboratorium Pendidikan. Jurnal Labora Medika,1, 1-5.

Robika, R. (2023). Pelatihan Pembuatan Preparat Biologi sebagai Sarana Peningkatan Media Pembelajaran Bagi Guru-Guru Biologi di Kabupaten Bangka. J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat,2(11), 6805-6812.

Sari, A. N., & Masrillah, M. (2022, June). Morfologi Sel Darah pada Apusan Darah Tepi (SADT) menggunakan Pewarnaan Alternatif Ekstrak Kol Ungu (Brassica oleracea L).

InProsiding Seminar Nasional Biologi, Teknologi dan Kependidikan(Vol. 9, No. 2, pp.

189-194).

Referensi

Dokumen terkait

Diagnosis malaria dapat ditegakkan dengan mendeteksi antigen parasit dari spesimen darah darah dari ujung jari dengan pemeriksaan mikroskopik apus darah yang

Perlu adanya metode pembanding untuk memperkuat hasil suatu penelitian seperti metode PCR (Polymerase Chain Reaction), ELISA (Enzime Linked Immunosorbant Assay) dan Preparat

94 Lampiran 5 Data Hasil Angket Perbandingan Kualitas Preparat Apus Jaringan Darah Tiga Kelas Hewan Vertebrata Yang Dibuat Melalui Teknik Pewarnaan Giemsa dan

Kesimpulan : Penelitian ini menunjukan adanya peningkatan bermakna (p<0,05), jumlah retikulosit trombosit pada preparat darah apus pasien Demam Berdarah Dengue

Prosedur analisis diferensial leukosit dilakukan dengan pembuatan preparat apus darah dengan gelas objek dengan cara menghomogenkan sampel darah sebelum diambil dengan

Uji katalase yang dilakukan dengan cara meletakkan satu jarum ose biakan B.thuringiensis pada kaca preparat yang sebelumnya sudah ditetesi larutan Hidrogen

Dilakukan penghitungan semua eritrosit yang mengalami hemolisis pada kaca preparat yang telah dibuat apusan sampel darah ditutupi dengan kaca hitung

Menancapkan jarum pada titik cahaya laser yang keluar dari sisi lain kaca plan paralel sehingga kedudukan jarum berhimpit dengan jarum yang berbeda pada garis sudut datang.. Membuat