• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ni Kadek Ary Dian Pratiwi

N/A
N/A
Ulfa zuliantari

Academic year: 2025

Membagikan "Ni Kadek Ary Dian Pratiwi"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DENGAN PERILAKU PERAWATAN GIGI PADA

ANAK KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GIANYAR

OLEH:

NI KADEK ARY DIAN PRATIWI

FAKULTAS KESEHATAN

PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN INSITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

DENPASAR 2022

(2)

ii SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DENGAN PERILAKU PERAWATAN GIGI PADA

ANAK KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GIANYAR

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Insitut Teknologi Dan Kesehatan Bali

Diajukan Oleh:

NI KADEK ARY DIAN PRATIWI NIM 18CI0010

FAKULTAS KESEHATAN

PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN INSITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

DENPASAR 2022

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Ni Kadek Ary Dian Pratiwi NIM : 18C10010

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dengan Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Kelas V Di Sekolah Dasar Negeri 1 Gianyar”, yang saya tulis ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri. Semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya cantumkan dengan benar. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Skripsi adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Dibuat di : Denpasar Pada Tanggal : 29 Juni 2022 Yang menyatakan

Ni Kadek Ary Dian Pratiwi

(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ni Kadek Ary Dian Pratiwi NIM : 18C10010

Program Studi : Sarjana Keperawatan Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui memberikan kepada ITEKES Bali Hak Bebas Royalty Nonekslusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya saya yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dengan Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Kelas V Di Sekolah Dasar Negeri 1 Gianyar”

Dengan Hak Bebas Royalty Nonekslusif ini ITEKES Bali berhak menyimpan, mengalih media/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan Skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Denpasar Pada tanggal: 29 Juni 2022 Yang menyatakan

(Ni Kadek Ary Dian Pratiwi)

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dengan Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Kelas V Di Sekolah Dasar Negeri 1 Gianyar” Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga skripsi ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,MNg.,Ph.D selaku Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ns. NLP Dina Susanti, S.Kep.,M.Kep selaku Wakil Rektor (Warek) I yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.kep., MNS selaku Wakil Rektor (Warek) II yang memberikan dukungan moral dan perhatian kepada penulis.

4. Bapak Ns. Kadek Nuryanto, S.Kep., MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan yang memberikan dukungan kepada penulis.

5. Ibu Anak Agung Ayu Yuliati Darmini, S.Kep.,Ns.,MNS selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang memberikan dukungan moral dan perhatian kepada penulis.

6. Ibu Ns. Ni Made Dewi Wahyunadi, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Ni Made Nurtini, S.Si.T.M.Kes. selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Dr. Ns. NLP Dina Susanti,S.Kep.,M.Kep Selaku penguji utama yang akan memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

9. Ibu Ni Made Sri Rahyanti,Ns.,Sp.Kep.An selaku pembimbing akademik yang memberikan dukungan moral dan perhatian kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(9)

ix

10. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf ITEKES Bali atas izin dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.

11. Seluruh keluarga terutama Ibu Ni Made Rusmiati, Bapak I Ketut Bales ,yang banyak memberikan dukungan serta dorongan moral dan materiil hingga selesainya skripsi ini.

12. Teman-teman angkatan 2021 Fakultas Kesehatan Program Studi Sarjana Keperawatan Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali (ITEKES BALI) yang banyak memberikan dukungan moral hingga selesainya skripsi ini.

13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan skripsi ini

Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu dengan hati terbuka penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya kontruktif untuk kesempurnaan skripsi ini.

Denpasar, Juni 2022

Penulis

(10)

x

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DENGAN PERILAKU PERAWATAN GIGI PADA ANAK KELAS V

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GIANYAR Ni Kadek Ary Dian Pratiwi

Fakultas Kesehatan

Program Studi Sarjana Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Bali

Email:[email protected]

ABSTRAK

Latar Belakang: Kebersihan mulut merupakan upaya yang dilakukan untuk membersihkan rongga mulut, lidah, dan gigi dari semua sisa makanan dengan cara menggosok gigi minimal dua kali dalam sehari, hal ini dilakukan agar mulut terbebas dari penyakit dan kerusakan gigi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak kelas V di Sekolah Dasar Negeri 1 Gianyar.

Metode: Penelitian ini mengunakan deskriftif korelatif,dengan metode pendekatan cros-sectional. Sampel yang digunakan berjumlah 96 responden dipilih dengan teknik probability sampling total sempling.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner analisis menggunakan Spearman’s-Rho.

Hasil: Dari 96 responden 51 responden (53,1%)adalah perempuan, 45 responden (46,9%) adalah laki-laki. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi yang baik sebanyak(47,9% ), responden yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi yang cukup sebanyak(32,3%) dan pengetahuan kurang sebanyak(19,8%). Responden yang memiliki perilaku perawatan gigi yang baik sebanyak(55,2%) dibandingkan dengan responden yang memiliki perilaku perawatan gigi cukup sebanyak(28,1%) dan kategori kurang sebanyak(16,7%). Arah hubungan positip dengan kekuatan hubungan kuat dari dua variabel, r=0.625, n=96, p<0.001.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi pada anak dengan perilaku perawatan gigi pada anak di SD N 1 Gianyar.

Kata Kunci: Pengetahuan, Perilaku, Kesehatan Gigi

(11)

xi

THE CORRELATION BETWEEN THE LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT DENTAL HEALTH AND DENTAL CARE BEHAVIOR

OF GRADE V CHILDREN

IN THE PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL 1 GIANYAR

Ni Kadek Ary Dian Pratiwi Faculty of Health Bachelor of Nursing

Institute of Technology and Health Bali Email:[email protected]

ABSTRACT

Background: Oral hygiene is an effort made to clean the oral cavity, tongue, and teeth from all food debris by brushing the teeth at least twice a day. Oral hygiene is done to free the mouth from any diseases and tooth decay. This study aimed to find out the correlation between the level of knowledge about dental health and dental care behavior of grade five students in the Public Elementary School 1 Gianyar.

Methods: This study employed a correlative descriptive, with a cross-sectional approach. The sample was 96 respondents selected through probability sampling, the total sampling. The data were collected using a questionnaire and then analyzed using Spearman's-Rho.

Results: Among the 96 respondents, 53.1% of respondents were female, and 46.9%

of respondents were male. The results showed that the majority of respondents (47.9%) had good knowledge of dental health, 32.3% of respondents had sufficient knowledge of dental health and 19.8% had poor knowledge. The majority of respondents (55.2%) had good dental care behavior, 28.1% had sufficient dental care behavior and 16.7% had poor behavior. There was a strong positive correlation Between the two variables (r=0.625, n=96, p<0.001).

Conclusion: There is a correlation between the level of knowledge about dental health and the dental care behavior of children at SDN 1 Gianyar.

Keywords: Knowledge, Behavior, Dental Health

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUN DEPAN ... i

HALAMAN SAMPUL DALAM ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENETAPAN PANITIA ... iv

PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Definisi Pengetahuan ... 6

B. Tingkat Pengetahuan ... 6

C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 7

D. Pengertian Perilaku ... 9

E. Konsep Anak Usia Sekolah ... 16

F. Konsep Kebersihan Gigi dan Mulut ... 20

G. Cara Perawatan Kebersihan Gigi dan Mulut ... 21

H. Penelitian Terkait ... 30

(13)

xiii

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN VARIABEL PENELITIAN

... 33

A. Kerangka Konsep ... 33

B. Hipotesis ... 34

C. Variabel Penelitian ... 34

D. Definisi Operasional ... 35

BAB IV METODE PENELITIAN ... 38

A. Desain Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

C. Populasi, Sampel, Sampling ... 39

D. Pengumpulan Data ... 40

E. Rencana Analisa Data ... 44

F. Etika Penelitian ... 49

BAB V HASIL PENELITIAN ... 51

A. Gambaran Umun Tempat Penelitian ... 51

B. Hasil Penelitian ... 52

BAB VI PEMBAHASAN ... 58

A. Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Pada Anak Kelas V ... 58

B. Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Kelas V ... 61

C. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dengan Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Kelas V... 65

D. KETERBATASAN PENELITIAN ... 67

BAB VII PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.2.Definisi Operasional Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan

Gigi Pada Anak ... 35 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden pada Siswa-siswi Sekolah

Dasar Negeri 1 Gianyar (n=96) ... 52 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Komponen tingkat pengetahuan sikat gigi pada

Siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri 1 Gianyar (n=96) ... 52 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi variabel Pengetahuan Responden pada Siswa-siswi

Sekolah Dasar Negeri 1 Gianyar (n=96) ... 53 5.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Perawatan Gigi pada Siswa-siswi Sekolah Dasar

Negeri 1 Gianyar (n=96). ... 54 Tabel 5.5 Hasil Penelitian Kategori Perilaku Siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri 1

Gianyar (n=96) ... 55 Table 5.6. Tabel Silang Variabel Pengetahuan dengan Perilaku Responden

Tabel 5.7. Uji Normalitas Variabel pengetahuan dengan prilaku gosok gigi pada Siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri 1 Gianyar (n=96) ... 55 Tabel 5.8 Korelasi Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi

Dengan Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 1 Gianyar (n=96) ... 56

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1.1.Gambar Kerangka konsep (Conceptual Farmwork) ... 34

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Lembar Observasi Perilaku Menyikat Gigi Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6 Surat Rekomendasi Penelitian Dari Rektor Itekes Bali Lampiran 7 Surat Izin Peneliatn Dari Dinas Penanaman Modal Dan

Pelayanan Satu Pintu Provinsi Bali

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian Dari Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Satu Pintu Kabupaten Gianyar

Lampiran 9 Surat Kelaikan Etik (Ethical Clearance) dari Komisi Etik Penelitian Itekes Bali

Lampiran 10 Lembar Keterangan Uji Validitas Lampiran 11 Lembar Keterangan Face Validity Lampiran 12 Lembar Keterangan Analisa Data Lampiran 13 Hasil Analisa Data

Lampiran 14 Lembar Pernyataan Abstark Translator Lampiran 15 Lembar Bimbingan Proposal Dan Skripsi

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Usia sekolah merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Periode ini juga disebut sebagai periode kritis karena pada masa ini anak mulai mengembangkan kebiasaan yang biasanya cenderung menetap sampai dewasa. Salah satunya adalah kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut (Senja, 2017).

Perawatan diri atau personal hygiene merupakan salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu jenis dari personal hygiene yaitu menjaga kebersihan gigi dan mulut. Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya karena melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh dan berkembang sehingga dapat menyebabkan berbagai penyakit yang dapat merugikan manusia.

Kebersihan mulut merupakan upaya yang dilakukan untuk membersihkan rongga mulut, lidah, dan gigi dari semua sisa makanan dengan cara menggosok gigi minimal dua kali dalam sehari, hal ini dilakukan agar mulut terbebas dari penyakit dan kerusakan gigi (Pitaloka, 2018).

Berbagai penyakit yang muncul dalam mulut disebabkan oleh berbagai faktor yaitu sikap atau perilaku yang mengabaikan kebersihan gigi dan mulut karena kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut, malas menyikat gigi, menyikat gigi dan mulut dengan cara yang salah dan tidak benar serta makan-makanan dan minuman yang manis (Senjaya & Yasa, 2019).

Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit di dalam rongga mulut seperti gigi berlubang, penyakit gusi (gingivitis), mulut kering, kanker mulut, karies dan penyakit lainnya (Lidya, 2020). Karies atau gigi berlubang merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di rongga mulut, baik pada anak-anak, remaja, orang dewasa dan lansia (Rahtyanti, 2018).

Prevalensi kasus karies di Indonesia

(18)

Kesehatan RI, 2019).

Gigi rusak, berlubang dan rasa sakit pada gigi merupakan masalah terbesar di Indonesia masalah ini terhitung 45,3% pada penduduk Indonesia.

Masalah kesehatan mulut lainnya yang dialami oleh penduduk Indonesia adalah gusi bengkak dan atau keluar bisul (abses) sebesar 14% (Kemenkes, 2020). Data yang dirilis Departemen Kesehatan (Depkes) menunjukkan bahwa penduduk Indonesia telah menyikat gigi setiap hari dengan nilai presentase sebesar (94,7%) namun hanya 2,8% yang menyikat gigi di waktu yang benar yaitu sesudah makan pagi dan sebelum tidur (Riskesdas, 2018). Penduduk Indonesia usia 10-14 tahun telah melakukan sikat gigi setiap hari 96,5%, namun hanya 2,1% telah menggosok gigi dua kali di waktu yang benar, yaitu pagi hari dan malam sebelum tidur (Riskesdas, 2018).

Jika dilihat dari data mengenai Proporsi Masalah Gigi dan Mulut dan Perawatan oleh Tenaga Medis Gigi berdasarkan Kelompok Umur di Indonesia usia 10-14 tahun mengalami masalah gigi dan mulut mencapai 55,6% dan hanya 9,4% saja yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi (Riskesdas, 2018).

Pendidikan tentang kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 10-14 tahun sangat penting ditinjau dari berbagai masalah kesehatan yang sering muncul pada anak seperti sariawan, gigi berlubang, gigi patah, peradangan pada gusi dan susunan gigi yang tidak rapih. Sehingga memerlukan berbagai metode dan pendekatan untuk menghasilkan pengetahuan,sikap,dan perilaku yang sehat khususnya pada gigi dan mulut anak. (Dimas, 2018).

Masalah terbesar yang dihadapi saat ini di bidang kesehatan gigi dan mulut yaitu penyakit jaringan keras gigi (caries dentis) selain penyakit gusi.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 menyatakan bahwa penduduk di Indonesia banyak yang mengalami penyakit karies gigi.

Berdasarkan riset yang dilakukan dengan menggunakan 300.000 sampel rumah tangga atau setara dengan 1,2 juta jiwa maka didapatkan hasil sekitar 45,3%

yang mengalami penyakit karies gigi. Selain itu, untuk kelompok umur 5-9 tahun sebesar 54% atau sekitar 92.746 jiwa yang mengalami karies gigi,

(19)

(Kemenkes RI, 2018).

Menurut Notoatmodjo, (2010), derajat kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh empat faktor, antara lain yaitu perilaku menyikat gigi, lingkungan, pelayanan kesehatan, heriditor atau demografi. Masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya timbul karena faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut (Gayatri, 2017).

Data Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) Provinsi Bali 2018, menyebutkan bahwa penduduk Provinsi Bali pada tahun 2018 memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 58,45%, untuk kelompok umur 5-9 tahun sebesar 73,22% dan kelompok umur 10-14 tahun sebesar 53,47%

(Kemenkes RI, 2018).

Hasil Riskesdas Provinsi Bali Tahun 2018 di Provinsi Bali menunjukkan presentase anak yang menyikat gigi setiap hari sebesar 92,89% , menyikat gigi yang benar sebesar 5,33%. Sedangkan di Kabupaten Gianyar menunjukkan presentase anak menyikat gigi setiap hari sebesar 92,19% dan data presentase anak menyikat gigi yang benar di Kabupaten Gianyar sebesar 7,99%. Data tersebut menunjukkan masih rendahnya tingkat pengetahuan tentang cara memelihara kesehatan gigi dan mulut sehingga mempengaruhi perilaku seseorang (Riskesdas, 2018).

Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Bali (2020) menunjukkan jumlah kasus gigi di Provinsi Bali sebesar 138.909 jiwa. Khususnya di Kabupaten Gianyar menunjukkan jumlah kasus gigi sebesar 21.074 jiwa. Data tersebut menunjukkan masih tingginya masalah pada gigi di Kabupaten Gianyar.

Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti mengenai ” Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dengan Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Kelas V”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang yang diuraikan di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut, bagaimana hubungan tingkat

(20)

kelas V di Sekolah Dasar Negeri 1 Gianyar?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak kelas V di Sekolah Dasar Negeri 1 Gianyar

Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi pada anak kelas V di sekolah dasar negeri 1 Gianyar

b. Mengidentifikasi perilaku perawatan gigi pada anak kelas V di sekolah dasar negeri 1 Gianyar

c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi pada anak kelas V di sekolah dasar 1 Gianyar

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Menganalisa hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia sekolah

2. Manfaat Praktis

Penelitian yang baik tentunya memiliki manfaat bagi peneliti sendiri ataupun bagi masyarakat sekitar. Bukan hanya sebagai dasar teori namun juga harus dipraktikkan secara langsung dalam kehidupan. Penelitian ini memiliki manfaat secara praktis bagi:

a. Pendidikan

Penelitian ini sebagai informasi dalam pembuatan program pemeliharaan kesehatan gigi di sekolah yang lebih aplikatif sesuai kurikulum yang ada.

b. Dinas Kesehatan

Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk meningkatkan program pelayanan kesehatan gigi yang lebih baik dan memaksimalkan fungsi Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di sekolah.

(21)

Peelitian ini dapat menjadi perhatian penting bagi masyarakat atau orang tua dalam memberikan informasi yang sesuai tentang kesehatan gigi dan memperhatikan perawatan gigi yang benar pada anak.

d. Peneliti

Penelitian ini menjadi sumber data dan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, sehingga semakin memperkaya ilmu pengetahuan tentang kesehatan gigi dan perawatan gigi pada anak.

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan atau kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang diketahui.

Segenap apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu (Suriasumantri dalam Nurroh 2017). Menurut Notoatmodjo dalam Yuliana (2017), pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh seseorang melalui panca indera. Menurut Daryanto dalam Yuliana (2017), pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan menjelaskan bahwa ada enam tingkatan pengetahuan yaitu sebagai berikut:

a. Pengetahuan (Knowledge) diartikan hanya sebagai recall (ingatan).

Seseorang dituntut untuk mengetahui fakta tanpa dapat menggunakannya.

b. Pemahaman (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui.

c. Penerapan (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek tersebut dapat menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu objek.

(23)

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Penilaian (evaluation)

Yaitu suatu kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu didasarkan pada suatu kriteria atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Fitriani dalam Yuliana (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang tersebut untuk menerima sebuah informasi. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh juga pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.

Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui akan menumbuhkan sikap positif terhadap objek tersebut. pendidikan tinggi seseorang didapatkan informasi baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

b. Media massa/ sumber informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek (immediatee impact), sehingga menghasilkan perubahan dan

(24)

bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang informasi baru. Sarana komunikasi seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan, dan lain-lain yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

c. Sosial budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik lingkungan fisik,biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada pada lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan.

e. Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.

f. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan daya tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin banyak.

B. Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu usaha dalam

(25)

mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan gigi melalui pendekatan pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Pendidikan kesehatan gigi yang disampaikan diharapkan mampu mengubah perilaku kesehatan gigi individu atau masyarakat dari perilaku yang tidak sehat ke arah perilaku sehat (Ramadhan, 2016).

Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberkan sejak usia dini, karena pada usia dini anak mulai mengerti akan pentingnya kesehatan serta larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan yang dapat mempengaruhi keadaan giginya. Pemberian pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan pada anak usia sekolah (Herijulianti dkk, 2001).

C. Pengertian Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2014), Dilihat dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Sedangkan secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut.

1. Proses Pembentukan Perilaku

Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2014) mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimmulus) dan tanggapan (respons). Respons dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Respondent response (perilaku responden)

Tanggapan jenis ini disebabkan oleh adanya rangsangan (stimulus) tertentu atau rangsangan tertentu yang menimbulkan tanggapan yang relatif tetap. Misalnya, keluarnya air liur saat melihat orang yang sedang makan rujak.

b. Operant response (instrumental behavior)

Operant response merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia yang memiliki kemungkinan untuk memodifikasi secara tidak terbatas. Untuk membentuk jenis tanggapan atau perilaku,

(26)

diciptakan kondisi tertentu yang disebut operant conditioning.

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning menurut skinner dalam Notoatmodjo (2014) adalah sebagai berikut:

1) Pertama, melakukan pengenalan terhadap sesuatu yang merupakan penguat, yaitu berupa hadiah.

2) Kedua, melakukan analisis, dipergunakan untuk mengenal bagianbagian kecil pembentuk perilaku sesuai yang diinginkan.

Selanjutnya bagian-bagian tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju pada terbentuknya perilaku yang diinginkan.

3) Ketiga, menggunakan bagian-bagian kecil perilaku, seperti:

a) Bagian-bagian perilaku ini disusun secaara urut dan dipakai untuk tujuan sementara.

b) Mengenal penguat atau hadiah untuk masing-masing bagian tadi.

c) Membentuk perilaku dengan bagian-bagian yang telah tersusun tersebut.

d) Apabila bagian perilaku pertama telah dilakukan hadiahnya akan diberikan, yang mengakibatkan tindakan tersebut akan sering dilakukan.

e) Akhirnya akan dibentuk perilaku kedua dan seterusnya sampai terbentuk perilaku yang diharapkan.

2. Faktor yang Memengaruhi Perilaku

Menurut Donsu (2017) Perilaku manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor genetik individu dan faktor eksternal.

a. Faktor genetic

Faktor genetik merupakan konsepsi dasar atau modal awal untuk perkembangan perilaku lebih lanjut dari makhluk hidup itu sendiri.

Faktor genetik ini terdiri dari jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat pembawaan dan inteligensi.

b. Jenis Ras

(27)

Setiap Ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik dan berbeda satu dengan yang lainnya. Tiga kelompok Ras terbesar di dunia:

1) Ras kulit putih (kaukasia)

Ciri fisik Ras ini adalah berkulit putih, bermata biru dan berambut pirang. Sedangkan perilaku yang dominan antara lain terbuka, senang akan kemajuan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

2) Ras kulit hitam (negroid)

Ras ini memiliki ciri fisik, berkulit hitam, berambut keriting dan bermata hitam. Sedangkan perilaku yang dominan adalah memiliki tabiat yang keras, tahan menderita dan menonjol dalam jenis olahraga keras.

3) Ras kulit kuning (mongoloid)

Ciri-ciri fisik Ras ini antara lain, berkulit kuning, berambut lurus dan bermata coklat. Perilaku yang dominan meliputi keramahtamahan, suka bergotong royong, tertutup, dan senang dengan upacara ritual.

c. Jenis kelamin

Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria disebut maskulin, sedangkan perilaku pada wanita disebut feminim.

d. Sifat fisik

Jika kita amati, perilaku individu akan berbeda-beda tergantung pada sifat fisiknya. Misalnya, perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang tinggi dan kurus.

e. Sifat kepribadian

Sifat kepribadian merupakan keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi

(28)

yang terus menerus terhadap hidupnya. Misalnya pemalu, pemarah, ramah, pengecut dan sebagainya.

f. Bakat pembawaan

Bakat merupakan kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tanpa harus bergantung pada intensitas latihan mengenai hal tersebut. Misalnya: individu yang berbakat seni lukis, perilaku seni lukisnya akan cepat menonjol apabila mendapat latihan dan kesempatan dibandingkan individu lain yang tidak berbakat.

g. Inteligensi

Inteligensi merupakan kemampuan seseorang untuk berpkir abstrak.

Dengan demikian, individu intelegen adalah individu yang mampu mengambil keputusan secara tepat dan mudah serta bertindak dengan tepat.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal yang memengaruhi perilaku individu meliputi:

a. Lingkungan

Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada di dalam individu, baik fisik, biologis, maupun sosial. Contoh, mahasiswa yang hidup di lingkungan kampus perilakunya akan dipengaruhi oleh pemikiran ilmiah, rasional, dan intelektual.

b. Pendidikan

Secara luas pendidikan mencakup selurus proses kehidupan individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat, yakni berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal. Contoh, individu yang berpendidikan S1,perilakunya akan berbeda dengan yang berpendidikan SLTP.

c. Agama

Agama merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir atau penghabisan. Sebagai suatu keyakinan hidup, agama akan masuk ke dalam konstruksi kepribadian seseorang. Misalnya, perilaku orang Islam

(29)

dalam memilih atau mengolah makanan akan berbeda dengan orang Kristen.

d. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial (budaya dan ekonomi) merupakan salah satu lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Misalnya, keluarga yang status ekonominya berkecukupan, akan mampu menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, perilaku mereka akan berbeda dengan keluarga yang berpenghasilan paspasan.

e. Kebudayaan

Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Hasil kebudayaan manusia tersebut akan memengaruhi perilaku manusia itu sendiri. Misalnya, kebudayaan Jawa akan memengaruhi perilaku masyarakat Jawa pada umumnya dan orang Jawa pada khususnya.

1. Domain Perilaku

Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2014) perilaku manusia dapat dibagi kedalam tiga domain yaitu:

a. Cognitive domain, diukur dari knowledge (pengetahuan).

Pengetahuan adalah hasil dari rasa keingintahuan manusia yang terjadi melalui proses penginderaan, khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (open behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan biasanya bersifat kekal. Menurut Rogers (1974) yang dikutip Notoadmodjo (2011), proses adopsi perilaku, yakni sebelum seseorang mengadopsi perilaku, sesungguhnya di dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan, yaitu: Awareness, Interest, Evaluation, Trial dan Adoption (AIETA).

1) Awareness (kesadaran), pada tahap ini individu menyadari bahwa ada rangsangan (stimulus) yang datang padanya.

(30)

2) Interest (ketertarikan), individu mulai tertarik terhadap stimulus tersebut.

3) Evaluation (pertimbangan), individu mulai menimbang-nimbang dan berpikir tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4) Trial (percobaan), individu sudah mencoba perilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap dan kesadarannya terhadap stimulus.

Menurut Rogers, adopsi perilaku tidak selalu melewati AIETA, sehingga umumnya perilaku baru tersebut tidak menetap. Sebaliknya, perilaku yang melalui proses AIETA akan bersifat menetap. Hal ini disebabkan perilaku tanpa tahapan hanya sekadar ikutikutan saja tanpa mengetahui makna dibalik perilaku yang ia lakukan. Sehingga begitu ada stimulus baru yang ia rasakan lebih menarik, maka ia akan berubah lagi.

Pengetahuan memiliki beberapa tingkatan dari yang terendah hingga yang tertinggi yaitu tahu (know), memahami (comprehension), penerapan (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis) atau penyesuaian, dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo,2011).

b. Affective domain, diukur dari attitude (sikap).

Sikap adalah respos tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat internal maupun eksternal, sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Meskipun demikian, sikap secara realitas mrnunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu. Sikap sendiri memiliki beberapa tingkatan yaitu: menerima (receiving), merespons (responding), menghargai (valuating), dan bertanggung jawab (responsible) (Notoatmodjo, 2011).

c. Psychomotor domain, diukur dari psychomotor practice (keterampilan).

Psychomotor Practice merupakan perwujudan dari sikap pada diri individu.

Agar sikap terwujud dalam perilaku nyata, diperlukan factor pendukung dan fasilitas. Sebagaimana pengetahuan dan sikap, praktik juga memiliki beberapa tingkatan yaitu sebagai berikut:

(31)

Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih objek sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan.

1) Respons terpimpin (guided response), yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang dicontohkan.

2) Mekanisme (mecanism), individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah menjadi kebiasaan.

3) Adaptasi (adaptation), suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran (Notoatmodjo, 2011).

2. Perilaku Kesehatan

Menurut Skinner (1938) perilaku kesehatan (Health Behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain perilaku kesehatan adalah semua kegiatan atau aktivitas seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak bisa diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoadmodjo, 2014). Perilaku kesehatan ini dikelompokan menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior) mencakup perilaku-perilaku (overt dan covert behavior) dalam mencegah atau menghindari penyakit dan penyebab penyakit (Perilaku preventif) dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku promotif). Contoh: menggosok gigi setelah makan, mencuci tangan setelah makan, dll.

b. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya.

Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang atau anaknya bila sakit atau terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan.

(32)

C. Konsep Anak Usia Sekolah 1. Pengertian Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah, antara 6-12 tahun, mengalami waktu pertumbuhan fisik progresif yang lambat, sedangkan kompleksitas pertumbuhan sosial dan perkembangan mengalami percepatan dan meningkat. Fokus dunia mereka berkembang dari keluarga ke guru, teman sebaya, dan pengaruh luar lainnya (misalnya pelatih, media).

Pada tahap ini anak semakin mandiri ketika berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah (Kyle dan Carman, 2014).

2. Karakteristik Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah disebut sebagai masa intelektual, dimana anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional. Pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, anak melaksanakan tugas- tugas belajar untuk bekerja sama dan bersaing dengan anak lainnya melalui kegiatan yang dilakukan baik dalam akademik maupun dalam pergaulan melalui permainan yang dilakukan bersama (supartini, 2004).

Menurut Supariasa (2013), karakteristik anak usia skolah umur 6-12 tahun terbagi menjadi empat bagian terdiri dari :

a. Fisik / Jasmani

1) Pertumbuhan lambat dan teratur

2) Anak wanita biasanya lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan dengan anak laki-laki dengan usia yang sama

3) Anggota badan memanjang sampai di akhir masa 4) Peningkatan koordinasi besar dan otot – otot halus

5) Pertumbuhan tulang, pada masa ini tulang sangat sensitive terhadap kecelakaan

6) Pertumbuhan gigi tetap, gigi susu tunggal, nafsu makan yang meningkat

7) Fungsi penglihatan normal, pada wanita biasanya masa ini timbul masa haid

(33)

b. Emosi

1) Suka berteman, ingin sukses, ingin tahu, bertanggung jawab terhadap tingkah laku pada diri sendiri, biasanya pada masa ini anak mudah cemas

2) Tidak terlalu ingin tahu terhadap lawan jenis c. Sosial

1) Senang berada di dalam kelompok, berminat di dalam permainan yang bersaing, mulai menunjukkan sikap kepemimpinan, mulai menunjukkan penampilan diri, jujur, mempunyai kelompok terhadap teman – teman tertentu

2) Sangat erat hubungannya dengan teman – teman sejenis d. Intelektual

1) Suka berbicara dan mengeluarkan pendapat minat besar dalam belajar dan keterampilan, rasa ingin coba – coba, selalu ingin tahu sesuatu

2) Perhatian terhadap sesuatu sangat singkat 3. Pertumbuhan Anak Usia Sekolah

Menurut Feigelman (2007) dalam Kyle dan Carman (2014) sejak usia 6 sampai 12 tahun, anak tumbuh rata-rata 6 sampai 7 cm pertahun, meningkatkan tinggi mereka minimal sebesar 30,48 cm. Pertambahan berat badan sebesar 3 hingga 3,5 kilogram pertahun diperkirakan akan terjadi. Awal masa usia sekolah, anak perempuan dan laki-laki memiliki tinggi dan berat badan yang sama dan tampak lebih kurus dan lebih anggun daripada beberapa tahun sebelumnya. Pada akhir masa usia sekolah, sebagian besar anak perempuan mulai melampaui tinggi badan dan berat badan laki-laki (Kyle dan Carman, 2014).

4. Perkembangan Anak Sekolah a. Perkembangan Kognitif

Menurut Feigelman (2007) dalam Kyle dan Carman (2014) tahap perkembangan kognitif untuk anak berusia 7 sampai 11 tahun adalah periode pemikiran operasional konkret. Dalam

(34)

mengembangkan operasi konkret, anak mampu mengasimilasi dan mengordinasi informasi tentang dunianya dari dimensi yang berbeda. Anak mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan berpikir melalui suatu tindakan, mengantisipasi akibatnya dan kemungkinan untuk harus memikirkan kembali tindakan yang dilakukannya. Ia mampu menggunakan ingatan pengalaman masalalu yang disimpan untuk mengevaluasi dan menginterpretasikan situasi saat ini. Anak usia sekolah juga mengembangkan kemampuan untuk mengklasifikasikan atau membagi beberapa hal ke dalam set berbeda dan mengidentifikasi hubungan mereka satu sama lain. Selama berpikir operasional konkret anak usia sekolah mengembangkan pemahaman tentang prinsip konservasi bahwa sesuatu tidak mengalami perubahan ketika bentuknya berubah (Kyle dan Carman, 2014).

b. Perkembangan Psikososial

Perkembangan anak usia sekolah (umur 6-12 tahun) berada dalam tahap industri versus inferioritas, pada tahap ini anak dapat menghadapi dan menyeleaikan tugas yang pada akhirnya dapat menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya. Anak siap untuk meninggalkan rumah orang tuanya dalam waktu yang terbatas untuk melanjutkan sekolah/ mencari ilmu. Melalui proses didikan inilah anak akan belajar untuk bersaing yang bersifat kompetitif. Dalam diri anak harus ada sifat yang kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima pendapat, setia kawan serta mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku. Orang yang paling berperan dalam kehidupan anak pada tahap ini adalah guru dan teman sebayanya (Kyle dan Carman, 2014).

c. Perkembangan Keterampilan Motorik Kasar

Anak usia sekolah antara usia 6 sampai 8 tahun menikmati aktivitas motorik kasar seperti bersepeda, bermain seluncur (skating), dan berenang. Mereka terpikat dengan dunia dan berada

(35)

dalam gerakan konstan. Terkadang ketakutan terbatas karena kuatnya impuls untuk mengeksplorasi. Anak antara usia 8 dan 10 tahun jarang gelisah, tetapi tingkat energi mereka tetap tinggi dengan aktifitas lebih tenang dan terarah. anak ini memperlihatkan irama dan keanggunan gerakan muskular yang besar, memungkinkan mereka berpartisipasi dalam aktifitas fisik yang memerlukan perhatian dan upaya yang lebih lama dan lebih terkonsentrasi seperti sepak bola atau basketball.

Anak antara usia 10 dan 12 tahun (masa pubertas untuk anak perempuan), tingkat energi masih tetap tinggi tetapi lebih terkontrol dan terfokus. Keterampilan anak usia ini serupa dengan orang dewasa, dengan kekuatan dan daya tahan meningkat pada saat remaja.

Semua anak usia sekolah harus didukung untuk terlibat dalam aktivitas fisik dan mempelajari keterampilan fisik yang berkontribusi pada kesehatan mereka seumur hidup (Kyle dan Carman, 2014).

d. Perkembangan Keterampilan Motorik Halus

Meilinisasi sistem saraf pusat direfleksikan oleh penghalusan keterampilan motorik halus. Koordinasi mata-tangan dan keseimbangan meningkat seiring dengan maturitas dan praktik.

Penggunaan tangan meningkat menjadi lebih mantap/ajeg dan mandiri serta menjamin kemudahan dan ketepatan yang memungkinkan anak ini untuk menulis, menyalin kata-kata, menjahit, membangun model atau kerajinan lain. Anak usia sekolah bangga melakukan aktivitas yang memerlukan ketangkasan dan keterampilan motorik halusseperti bermain instrument musikal (Kyle dan Carman, 2014).

e. Perkembangan Komunikasi Dan Bahasa

Keterampilan bahasa dan kosa kata terus meningkat selama masa usia sekolah. Kata-kata yang spesifik secara budaya

(36)

digunakan. Anak usia sekolah yang belajar membaca dan kecakapan membaca meningkatkan keterampilan bahasa. Anak usia sekolah mulai menggunakan lebih banyak bentuk tata bahasa yang kompleks seperti kata jamak dan kata benda. Selain itu, mereka mengembangkan kesadaran meta linguistik (kemampuan untuk berpikir tentang bahasa dan komentar mengenai sifat). Ini memungkinkan mereka untuk menikmati lelucon dan teka-teki karena pemahaman mereka tentang makna ganda dan memainkan kata-kata dan suara. Kelompok usia ini cenderung meniru orang tua, anggota keluarga, atau orang lain. Karena itu, model peran sangat penting (Kyle dan Carman, 2014).

D. Konsep Kebersihan Gigi dan Mulut 1. Pengertian Kebersihan Gigi dan Mulut

Kebersihan gigi dan mulut (oral hygiene) merupakan suatu pemeliharaan kebersihan dan hygiene struktur gigi dan mulut melalui sikat gigi, stimulasi jaringan, pemijatan gusi, hidroterapi, dan prosedur lain yang berfungsi untuk mempertahankan gigi dan kesehatan mulut (Ramadhan, 2010). Kebersihan rongga mulut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi. Penelitian secara epidemiologi mengenai karies gigi dan penyakit periodontal, diperlukan suatu metode dan kriteria untuk mengetahui status kesehatan gigi seseorang atau masyarakat (Manson dan Elley, 1993 dalam Ramadhan, 2010).

2. Faktor-faktor yang memengaruhi kebersihan gigi dan mulut

Faktor yang memengaruhi kebersihan gigi dan mulut yaitu adanya penumpukan sisa-sisa makanan, plak, kalkulus, material alba dan stain pada permukaan gigi geligi (Hidayat dan Tandiari, 2016).

a. Sisa-sisa makanan (food debris)

Sisa-sisa makanan akan segera dilarutkan oleh enzim-enzim bakterial, dan dibersihkan dari rongga mulut, namun masih terdapat sisa sisa makanan yang tertinggal pada gigi dan mukosa. Hal-hal

(37)

yang mempengaruhi kecepatan pembersihan makanan dalam mulut ialah aliran saliva, lidah, pipi serta susunan gigi geligi dalam lengkung rahang.

b. Plak

Plak adalah semua yang tertinggal pada gigi dan gingiva setelah berkumur kuat. Plak yang sangat tipis (kurang dari 10-20 μ) baru kelihatan dengan pewarnaan. Plak terdiri dari warna putih lunak, kekuning-kuningan, hijau maupun berbutiran.

c. Kalkulus

Kalkulus adalah massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan melekat pada permukaan gigi, dan objek solid lainnya yang ada dalam rongga mulut, misalnya gigi tiruan dan restorasi.

d. Material Alba

Material alba merupakan deposit yang jarang dan lunak, berwarna kekuningan, dan dapat ditemukan pada rongga mulut yang kurang terjaga kebersihannya.

e. Stain

Gigi Substansi yang membentuk stain yang melekat erat pada permukaan gigi sangat banyak dan harus dibersihkan secara khusus.

Stain mempunyai estetik yang kurang baik tetapi tidak menyebabkan iritasi gingiva maupun berfungsi sebagai fokus deposisi plak.

E. Cara Perawatan Kebersihan Gigi dan Mulut Cara perawatan gigi dan mulut dengan menyikat gigi:

1. Pengertian menyikat gigi

Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjannah (2010), mengatakan bahwa menyikat gigi adalah tindakan membersihkan gigi dan mulut dari sisa makanan dan debris yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit pada jaringan keras maupun jaringan lunak.

2. Frekuensi menyikat gigi

(38)

Menurut Manson dalam Putri, Herijulianti, dan Nurjannah (2010), menyikat gigi sebaiknya dua kali sehari yaitu pagi setelah makan pagi dan malam sebelum tidur selama 2-3 menit.

3. Cara menyikat gigi

Menurut Sariningsih (2012), cara menyikat gigi yang baik adalah sebagai berikut:

a. Siapkan sikat gigi yang kering dan pasta yang mengandung fluor, banyaknya pasta gigi sebesar sebutir kacang tanah.

b. Kumur-kumur dengan air sebelum menyikat gigi.

c. Pertama-tama rahang bawah dimajukan kedepan sehingga gigi rahang atas merupakan sebuah bidang datar. Kemudian sikatlah gigi rahang atas dan gigi rahang bawah dengan gerakan ke atas dan ke bawah.

d. Sikatlah semua dataran pengunyahan gigi atas dan bawah dengan gerakan maju mundur. Menyikat gigi sedikitnya 8 kali gerakan untuk setiap permukaan.

e. Sikatlah permukaan gigi yang menghadap ke pipi dengan gerakan naik turun sedikit memutar.

f. Sikatlah permukaan gigi depan rahang bawah yang menghadap ke lidah dengan arah sikat keluar dari rongga mulut.

g. Sikatlah permukaan gigi belakang rahang bawah yang menghadap ke lidah dengan gerakan mencongkel keluar.

h. Sikatlah permukaan gigi depan rahang atas yang menghadap ke langit- langit dengan gerakan sikat mencongkel ke luar dari rongga mulut.

i. Sikatlah permukaan gigi belakang rahang atas yang menghadap ke langit-langit dengan dengan gerakan mencongkel.

4. Alat-alat menyikat gigi a. Sikat gigi

Sikat gigi merupakan alat oral fisioterapi yang digunakan secara luas untuk membersihkan gigi dan mulut. Beberapa macam sikat gigi

(39)

dapat ditemukan di pasaran, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan bentuk. Banyak jenis sikat gigi di pasaran, harus diperhatikan keefektifan sikat gigi untuk membersihkan gigi dan mulut (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2010).

Menurut Djamil, M.S (2015) di kutip dalam CNN Indonesia Waktu yang tepat mengganti sikat gigi yaitu: tiga bulan sekali, bila bulu sikatnya sudah mulai mengembang atau rusak.

Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjannah (2010) Syarat sikat gigi yang ideal

1) Tangkai sikat gigi harus enak di pegang dan stabil, pegangan sikat gigi harus cukup lebar dan cukup tebal.

2) Kepala sikat jangan terlalu besar, untuk orang dewasa maksimal 25-29 x 10 mm, untuk anak-anak 15-24 x 7 mm, untuk anak balita 18 mm x 7 mm.

3) Tekstur harus memungkinkan sikat digunakan dengan efektif tanpa merusak jaringan lunak maupun keras.

b. Pasta gigi

Pasta gigi biasanya digunakan bersama-sama dengan sikat gigi untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi geligi, serta memberikan rasa nyaman dalam rongga mulut, karena aroma yang terkandung di dalam pasta tersebut nyaman dan menyegarkan (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2010). Pasta gigi biasanya mengandung bahan- bahan abrasi, pembersih, bahan penambah rasa dan warna, serta pemanis, selain itu dapat juga ditambahkan bahan pelembab, pengawet, fluor dan air. Bahan abrasi yang biasanya digunakan adalah kalsium karbonat atau aluminium hidoksida dengan jumlah 20%-40% dari isi pasta gigi (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah 2010)

c. Gelas kumur

Gelas kumur digunakan untuk kumur-kumur pada saaat membersihkan setelah penggunaan sikat gigi dan pasta gigi.

(40)

Dianjurkan air yang digunakan adalah air matang, tetapi paling tidak air yang digunakan adalah air yang bersih dan jernih (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah 2010).

d. Cermin

Cermin digunakan untuk melihat permukaan gigi yang tertutup plak saat menggosok gigi, cermin juga dapat digunakan untuk melihat bagian yang belum disikat (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah 2010).

5. Kelainan Dan Penyakit Gigi Dan Mulut

Putri, Herijulianti, dan Nurjannah (2010) mengemukakan bahwa kelainan dan penyakit gigi dan mulut yaitu sebagai berikut:

a. Gigi berlubang (Caries)

Willoughby Miller seorang dokter gigi Amerika yang bekerja di Universitas Berlin menemukan penyebab pembusukan gigi. Ia menemukan bahwa lubang gigi disebabkan oleh pertemuan antara bakteri dan gula. Bakteri akan mengubah gula dari sisa makanan menjadi asam yang menyebabkan lingkungan gigi menjadi asam (lingkungan alami gigi seharusnya adalah basa) dan asam inilah yang akhirnya membuat lubang kecil pada email gigi. Saat lubang terjadi pada email gigi, kita belum merasakan sakit gigi. Tetapi, lubang kecil pada email selanjutnya dapat menjadi celah sisa makanan dan adanya bakteri akan membuat lubang semakin besar yang melubangi dentin. Pada saat ini kita akan merasakan linu pada gigi saat makan. Bila dibiarkan, lubang akan sampai pada lubang saraf sehingga kita akan mulai merasakan sakit gigi.

Proses ini tidak akan berhenti sampai akhirnya gigi menjadi habis dan hanya tersisa akar gigi. Sakit gigi tidak dapat dipandang sebelah mata seperti anggapan beberapa orang, karena bila didiamkan, dapat membuat gigi menjadi bengkak dan meradang.

Selain itu gigi berlubang dapat menjadi sarana saluran masuknya

(41)

kuman penyakit menuju saluran darah yang dapat menyebabkan penyakit ginjal, paru- paru, jantung maupun penyakit lainnya. Agar tidak semakin bertambah parah, maka bila Anda memiliki gigi berlubang sebaiknya Anda segera mengunjungi dokter gigi untuk mengobatinya. Walaupun banyak orang tidak suka pergi ke dokter gigi dengan alasan tidak peduli dengan keadaan gigi, khawatir biayanya mahal, takut atau malu diejek karena gigi yang rusak, namun pergi ke dokter gigi adalah solusi terbaik untuk mengatasi sakit gigi. Gigi berlubang tidak dapat sembuh dengan sendirinya.

Walaupun, mungkin setelah menderita sakit gigi, rasa sakitnya dapat hilang tetapi tidak memperbaiki keadaan gigi. Gigi akan tetap berlubang, bahkan lubangnya akan terus semakin membesar. Untuk mencegah terjadinya lubang pada gigi, Anda dapat melakukan langkah-langkah berikut:

1) Memeriksa gigi secara rutin

2) Menyikat gigi secara teratur dan pada waktu yang tepat 3) Menyikat gigi dengan cara yang benar.

4) Kumur setelah makan

5) Gunakan benang gigi untuk mengeluarkan sisa makanan 6) Pilih pasta gigi yang mengandung fluoride

7) Makan makanan yang berserat

8) Kurangi makanan yang mengandung gula dan tepung.

b. Plak Gigi

Plak gigi adalah suatu lapisan bening, sangat tipis, terdiri dari mucus dan kumpulan bakteri yang menyelimuti permukaan gigi. Plak gigi hanya dapat dilihat dengan pewarnaan pada gigi. Perwarna yang digunakan juga khusus dikenal dengan nama disclosing agent.

c. Xerostomia

Xerostomia adalah mulut kering akibat produksi kelenjar ludah yang berkurang. Gangguan produksi kelenjar ludah tersebut dapat diakibatkan oleh gangguan/penyakit pada pusat ludah, syaraf

(42)

pembawa rangsang ludah ataupun oleh perubahan komposisi faali elektrolit ludah. Gangguan tersebut diatas dapat terjadi oleh karena rasa takut/cemas, depresi, tumor otak, obat-obatan tertentu, penyakit kencing manis, penyakit ginjal dan penyakit radang selaput otak.

d. Sariawan

Sariawan merupakan bahasa awam untuk berbagai macam lesi/benjolan yang timbul di rongga mulut. Namun biasanya jenis sariawan yang sering timbul sehari-hari pada rongga mulut kita disebut (dalam istilah kedokteran gigi) Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Gejalanya berupa rasa sakit atau rasa terbakar satu sampai dua hari yang kemudian bisa timbul luka (ulser) di rongga mulut. Rasa sakit dan rasa panas pada sariawan ini membuat kita susah makan dan minum. Sehingga kadang pasien dengan SAR datang ke dokter gigi dalam keadaan lemas. Ini sering menyerang siapa saja. Tidak mengenal umur maupun jenis kelamin. Biasanya daerah yang paling sering timbul SAR ini adalah di mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah serta di langit-langit.

Penyebabnya :

Sampai saat ini penyebab utama dari SAR belum diketahui. Namun para ahli telah menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya sariawan ini, diantaranya adalah :

1) Defisiensi (kekurangan) vitamin B12 dan zat besi.

2) Infeksi virus dan bakteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya SAR ini. Adapula yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik abnormal pada rongga mulut.

3) Infeksi virus dan bakteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya SAR ini. Adapula yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik abnormal pada rongga mulut.

4) Faktor psilkologis ini (stress) telah diselidiki berhubungan dengan timbulnya SAR.

6. Cara Perawatan Kebersihan gigi dan mulut pada Anak

(43)

a. Perawatan gigi

Perawatan gigi pada anak adalah upaya yang dilakukan agar gigi anak tetap sehat dan dapat menjalankan fungsinya. Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa adanya lubang (Priyoto, 2015).

Pentingnya perawatan gigi pada anak, perawatan gigi (gigi susu) penting bagi bayi maupu anak dapat mengolah makanan dengan baik. Selain itu, gigi susu juga dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang, memberikan bentuk dan rupa wajah. peranan gigi (gigi susu) juga penting dalam membantu anak berbicara, dan yang paling penting sebagai penunjuk jalan bagi gigi tetap.

Gigi (gigi susu) yang tidak terawat dan menyebabkan pembusukan maupun lubang sehingga dapat menyebabkan rasa sakit pada anak, infeksi, bahkan malnutrisi. Selain itu gigi susus yang rusak juga bisa menyebabkan anak memiliki berat badan rendah dan kehilangan gigi sebelum waktunya sehingga berhubungan pada perkembangan rahang tempat gigi permanen.

Selain itu, permasalahan mulut pada bayi dan anak seperti pendarahan gusi dan gigi berlubang (cavities), yang dapat menyebabkan peningkatan terjadinya permasalahan ini pada gigi permanen. Kelainan pada gigi-geligi yang sering terjadi pada anak adalah gigi berlubang. Anak yang datang berkunjung ke dokter gigi biasanya giginya sudah mengalami kerusakan yang amat parah, gigi berlubang yang sangat besar sekali, bengkak, bahkan ada yang ompong. Proses terjadinya lubang pada gigi dipengaruhi oleh 4 faktor penyebab utama, yang terjadi pada waktu bersamaan, faktor tersebut adalah:

1. Kuman, terdapat pada gigi. Secara normal kuman ada dan diperlukan di rongga mulut, tetapi apabila terdapat sisa makanan yang melekat terus di gigi dapat menjadi penyebab terjadinya lubang pada gigi.

(44)

2. Sisa makanan, terutama golongan karbohidrat seperti gula, roti, atau makanan sejenis lemak lainnyayang lengket pada gigi. Sisa makanan yang melekat terus pada gigi dapat diubah oleh kuman menjadi asam yang melarutkan email gigi sehingga terjadi lubang pada gigi.

3. Gigi, dengan bentuk anatomi yang berlekuk kadang sulit untuk dibersihkan secara sempurnadan dapat mempercepat proses lubang gigi.

4. Waktu, dari ketiga faktor diatas memerlukan proses dalam beberapa waktu yang bersamaan (Riyanti, 2005 dalam Priyoto, 2015).

Faktanya anak kecil juga memerlukan pemeriksaan gigi secara rutin layaknya ibu dan bapak mereka. American Dental Association menyarankan anak kecil untuk memulai pemeriksaan gigi mereka ketika berusia 1 tahun atau pada saat gigi susu pertama mereka tumbuh (Anastasia, 2010 dalam Priyoto, 2015).

b. Pelaksanaan Perawatan Gigi pada Anak

Anak pada umumnya lebih banyak menjadi urusan ibu, baik buruk anak tercermin dari sikap ibu terhadap anaknya. Persatuan dokter gigi Australia pernah mengungkapkan: “kesehatan gigi geligi anak adalah tanggung jawab ibunya”. Hal ini dapat dipahami karena umumnya yang paling dekat dengan anak sejak usia menyusu adalah ibunya (Machfoed, 2006 dalam Priyoto, 2015).

Perawatan gigi dengan penekanan pada pencegahan karies penting dalam kelompok usia ini. Anak usia sekolah perlu menyikat gigi mereka dua sampai tiga kali per hari selama 2 sampai 3 menit setiap menyikat gigi dengan pasta gigi mengandung fluorisasi (Nield, Stenger, dan Kamat, 2007). Orang tua harus mengganti sikat gigi (lembut) setiap 3 sampai 4 bulan (Peterson-Sweeney dan Stevens, 2010). Orang tua harus memantau anak ketika menyikat gigi, pantau

(45)

kesejajaran gigi anak mereka yang tidak normal, dan jadwalkan pemeriksaan gigi yang teratur setiap 6 bulan untuk memastikan kesehatan gigi yang baik dan mencegah masalah gigi. Anak mungkin memerlukan bantuan untuk menyikat giginya sampai usia mereka antara 7 dan 10 tahun.

c. Tujuan Perawatan Gigi pada Anak

Perawatan gigi pada anak perlu dilakukan karena pada saat gigi mulai tumbuh maka potensi untuk terjadi gangguan kesehatan gigi dan mulut sangat mungkin terjadi. Berbagai gangguan kesehatan gigi dan mulut yang mungkin terjadi antara lain karies gigi, plak, karang gigi, penyakit periodental, anomali posisi denti-fasial, ekstraksi, protesa gigi geligi, fraktur gigi, maupun berbagai penyimpangan lainya. Oleh karena itu perawatan gigi dan mulut pada masa balita dan anak perlu dilakukan karena ternyata cukup menentukan kesehatan gigi mulut mereka pada tingkatan usia selanjutnya (Priyoto, 2015).

d. Metoda Perawatan Gigi pada Anak

Metode perawatan gigi untuk menjaga kesehatan gigi pada anak, ada beberapahal yang dapat dilakukan oleh orang tua antara lain:

1) Kurangi konsumsi makanan manis dan mudah melekat pada gigi seperti permen atau coklat. Namun melarang juga dapat menimbulkan dampak psikis.

2) Ajak anak menggosok gigi secara teratur dan benar pada pagi, sore, dan menjelang tidur. Lebih baik lagi bila dilakukan setiap usai makan. Biasakan mereka berkumur setelah makan makanan manis.

3) Siapkan makanan kaya kalsium (ikan dan susu), Buor (teh, daging, sapi & sayuran hijau), fosfor, serta vitamin A (wortel), C (buah), D (susu), dan E (kecambah). Mineral dan vitamin diperlukan untuk pertumbuhan gigi anak.

(46)

4) Jaga oral hygiene anak dengan baik. Bila ada karang gigi segera bawa ke dokter gigi untuk dibersihkan.

5) Ajak anak memeriksakan gigi enam bulan sekali.

6) Bila tiba-tiba mengeluh sakit gigi, suruh berkumur dengan air garam hangat dan lubang ditutup kapas berminyak cengkeh. Bila sariawan suruh berkumur dengan air rebusan daun sirih dan garam yang hangat. Lalu, bawa ke dokter/klinik gigi (Priyoto, 2015)

F. Penelitian Terkait

1. Hidayat, Mumpuningtias & Wiraraja (2020) yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Berhubungan Dengan Perilaku Perawatan Gigi pada Anak Usia 10-12 Tahun”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia 10-12 tahun. Jenis Penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari

2. anak usia sekolah kelas IV dan V sebanyak 43 siswa. Hasil analisa data diperoleh p value = 0,000 dengan a = 0,005, maka p value (0,000) <a (0,005) maka H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia 10-12 tahun di SDN Banasae 1, Kecamatan Rubaru.

3. Gayatri (2017) yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak SDN Kauman 2 Malang”.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dengan perilaku pemeliharaan gigi pada anak usia sekolah dasar. Metode penelitian ini menggunakan mode deskriptif korelatif dengan desai cross sectional. Sampel pada penelitian ini sebanyak 76 siswa. Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan

(47)

yang signifikan antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi anak SDN Kauman 2 Malang dengan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi

4. Dianmartha, Kusumadewi & Kurniawati (2018) yang berjudul

“Pengetahuan Terhadap Perilaku Perawatan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak Usia 9-12 Tahun di SDN 27 Pemecutan Denpasar”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap perilaku perawatan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 9-12 tahun di sdn 27 pemecutan Denpasar. Desain penelitian yang dilakukan adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak-anak usia 9-12 tahun yang ada di SDN 27 Pemecutan Denpasar tahun ajaran 2016. Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi terhadap perilaku perawatan kesehatan gigi pada anak usia 9-12 tahun di SDN 27 Pemecutan Denpasar (p value; 0,000, a: 0,05). Anak yang memiliki pengetahuan tinggi memiliki peluang 7,5 kali untuk berperilaku baik.

5. Anitasari & Ramadhan (2020) yang berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Kesehatan Gigi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Perawatan Gigi Pada Anak Usia Sekolah di SDN 120 Gontong Kab.

Luwu Utara. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang kesehatan gigi terhadap pengetahuan dan sikap perawatan gigi pada anak usia sekolah di SDN 120 Gontong Kab.

Luwu Utara. Desain penelitian inimenggunakan desain penelitian quasi ekspreriemental design. Sampel pada penelitian ini berjumlah 41 orang dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Hasil penelitian ini yaitu terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang kesehatan gigi terhadap perubahan perubahan sikap siswa tentang perawatan giginya.

6. Damanik (2021) yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi Dengan Status Kesehatan Gigi Pada Pasien Di Poli Gigi RSUD Kota Tanjungbalai”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan kesehatan gigi pada pasien

(48)

di poli gigi rsud kota tanjung balai. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 35 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas tingkat pengetahuan pasien adalah cukup yaitu 19 orang (54,3%), mayoritas status kesehatan gigi pasien adalah adalah baik yaitu 21 orang (60%). Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dengan status kesehatan gigi di RSUD Kota Tanjungbai tahun 2021.

(49)

33 BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS , DAN VARIABEL PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan tentang kerangka konsep penelitian, hipotesis dan variable penelitian. Pada bab ini juga menjelaskan tentang definisi operasional penelitian. Semua bagian babakan dijelaskan lebih detail sebagai berikut :

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep (Conceptual Farmwork) adalah model pendahuluan dari sebuah masalah penelitian dan merupakan refleksi dari hubungan variable-variabel yang di teliti (Swarjana, 2015). Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Tingkat Pengetahuan dan Perilaku tentang Kesehatan Gigi :

1. Baik 2. Cukup 3. Kurang Faktor –faktor yang

mempengaruhi perilaku : 1. Faktor individu :

1. Faktor genetic 2. Faktor ras 3. Jenis kelamin 4. Sifat fisik

5. Sifat kepribadian 6. Bakat

pembawaan 7. Inteligensi Faktor ekster

Gambar

Tabel  3.1  Definisi  Operasional  Hubungan  Tingkat  Pengetahuan  Tentang  Kesehatan Gigi Pada Anak
Table 4.1 Interpretasi Koefisien Korelasi.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Komponen tingkat pengetahuan sikat gigi  pada Siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri 1 Gianyar (n=96)
Tabel 5.1 Distribusi  Frekuensi Karakteristik Responden pada Siswa-siswi  Sekolah Dasar Negeri 1 Gianyar (n=96)
+5

Referensi

Dokumen terkait