Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kajian Teori
Kajian Pustaka
Kajian yang telah penulis lakukan mengenai nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Amelia karya Tere Liye dapat dirumuskan. Pentingnya nilai-nilai pendidikan karakter yang ditanamkan atau tercermin dalam kehidupan sehari-hari (seperti dalam perilaku, perkataan, dan sifat karakter sehari-hari) amelia dalam novel amelia karya tere liye penting untuk nilai-nilai pendidikan karakter 18 nilai karakter menurut Kementerian Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan. Kedua, Isnaini Mutmainah, 2013, Nilai-nilai pendidikan tokoh dalam novel Sepatu Dahlan Karya Khizisna Pabichara dan relevansinya dengan pendidikan akhlak di Madresah Ibtidaiyah.
Ketiga, May Kusumawardani, 2013, Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK) 4 Yogyakarta. Di sekolah Penerapan nilai-nilai pendidikan karakter di SMK Negeri 4 Yogyakarta meliputi dua tahap, yaitu perencanaan dan pelaksanaan. Dalam penelitian ini mengkaji tentang implementasi nilai-nilai karakter yang terdapat pada diri siswa di SMK Negeri 4 Yogyakarta, sedangkan peneliti mengkaji tentang nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam cerita rakyat masyarakat Bugis.
Nilai-nilai moral seperti kejujuran, rela berkorban, demokrasi, kesantunan dan lain sebagainya banyak dijumpai dalam karya sastra. Siswa tidak hanya dilatih membaca karya sastra saja, namun mampu mencari makna dan nilai dari sebuah karya sastra.
Landasan Teori
Kode budaya yang menjadi salah satu faktor konstruksi makna dalam sebuah simbol merupakan aspek penting untuk memahami konstruksi pesan dalam tanda. Semiotika mempelajari sistem, aturan, konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai makna. Analisis semiotika Peirce terdiri atas tiga aspek penting sehingga sering disebut dengan segitiga makna (Littlejohn, 1998), ketiga aspek tersebut adalah: 1) Tanda.
Hubungan suatu tanda dengan rujukannya digolongkan menjadi tiga, yaitu ikon (kesamaan), indeks (indikasi), dan simbol (konvensi). Peirce (dalam Berger menyatakan bahwa tanda-tanda berkaitan dengan obyek-obyek yang serupa, keberadaannya mempunyai hubungan sebab akibat dengan tanda-tanda tersebut atau karena adanya ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Peirce menggunakan istilah ikon untuk hubungan antara tanda dan acuan (denotatum) dalam bentuk dari suatu hubungan kemiripan, sama dengan bentuk alami.
Hubungan antara penanda dan petanda bersifat kausal (sebab akibat), sedangkan simbol bersifat hubungan yang terbentuk secara konvensional. Pertama, keberadaan apa adanya tanpa menunjuk pada hal lain adalah adanya kemungkinan-kemungkinan yang potensial.
Kerangka Pikir
Suatu ketika Patalobangtan memasuki desa dan bertemu dengan rumah orang kaya, maka orang kaya itu bertanya kepadanya. Istri orang kaya ini berpura-pura sakit dan mengajak Patalobantanga tidur bersama, namun Patalobantanga menolak karena mengingat ilmunya (menjaga keyakinan). Istri orang kaya itu marah sekali sehingga ia mengambil surat itu dan segera membawanya ke sana (Tuang Pangle'to).
Kemudian Tuang Pangle'to menulis kepada orang kaya itu bahwa istrinya sudah meninggal, mohon segera diambilnya. “Istri orang kaya ini berpura-pura sakit dan mengajak Patalobangtan tidur bersama, namun Patalobangtan tidak mau karena teringat ilmunya (menjaga iman).” (bagian ke-2, halaman 81). “Istri orang kaya ini berpura-pura sakit dan mengajak Patalobangtan tidur bersama, namun Patalobangtan tidak mau karena teringat ilmunya (menjaga iman).” (bagian ke-2, halaman 81). 3) Kerja keras.
Maka berangkatlah Lahamuddin dengan membawa pakaian pemberian orang kaya itu dan menunggangi kuda pemberian orang kaya itu. Ia turun dari kudanya dan menghadap orang kaya itu dan meminta bekerja sebagai tukang kebun. Rupanya, langkah tersebut tepat dilakukan Lahamuddin, karena orang kaya itu tetap menerima dia bekerja di rumahnya.
Lahamuddin, seorang anak yang cerdik, menunjukkan kesungguhannya dalam bekerja, dan akhirnya dia disayangi oleh orang kaya itu dalam masa yang singkat. Lahamuddin budak pandai menunjukkan kesungguhannya dalam bekerja, akhirnya disayangi oleh orang kaya dalam masa yang singkat." ( Perenggan 3 halaman 86) . 4) Kreatif. Watak agamawan yang dalam cerita "La Tungke" dapat. terdapat pada perenggan 1 muka surat 48 dengan petikan.
Tokoh peduli sosial yang terdapat dalam cerita “La Tungke” terdapat pada paragraf 6 halaman 49 disertai kutipan. Maka Lahamuddin mengenakan pakaian pemberian orang kaya itu dan menunggangi kuda pemberiannya. Karena orang kaya sudah tahu kalau Patalobangtan ini orang pintar, dia sengaja melakukannya.
Metode Penelitian
Pendekatan Penelitian
Menurut Moleong, metode penelitian deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang memuat kutipan data untuk memberikan gambaran mengenai penyajian laporan. Dalam metode penelitian ini akan dijelaskan berbagai aspek yang meliputi desain penelitian, data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam cerita rakyat masyarakat Bugis.
Definisi istilah-istilah digunakan untuk menghindari perbedaan pemahaman terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini sehingga tujuan penelitian ini jelas.
Data dan Sumber Data
Sumber data Al-Ma'ruf yang digunakan dalam penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang memuat data primer, dalam hal ini teks sastra yang diteliti. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian atau kajian yang dilakukan orang lain di berbagai perpustakaan seperti majalah, buku kritik sastra, laporan artikel di jurnal sastra, hasil seminar sastra, dan lain sebagainya.
Instrumen Penelitian
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data tersebut diperoleh. Sumber data Al-Ma'ruf yang digunakan dalam penelitian dikelompokkan menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Teknik Pengumpulan Data
Dokumen yang akan digunakan adalah kitab cerita rakyat lokal (mitos dan legenda) yang ada di wilayah Sulawesi Selatan. Teknik ini dilakukan dengan membaca literatur dan sumber data utama penelitian, serta membaca secara cermat cerita rakyat masyarakat Bugis. Pembacaan dilakukan secara cermat dari awal hingga akhir cerita guna menemukan bagian-bagian yang menggambarkan nilai-nilai pendidikan karakter.
Teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat seluruh hasil pengamatan yang berkaitan dengan gambaran nilai-nilai pendidikan karakter dalam cerita rakyat Bugis.
Teknik Analisis Data
Ia meminta kepada orang tuanya, yaitu ibu dan ayahnya, untuk memberikan jaminan seekor kuda dari orang kaya. “Dalam kesempatan ini Lahamuddin akan membeli kembali orang tuanya yang dijadikan jaminan saat ia meminjam pakaian dan kuda dari orang kaya saat pertama kali berangkat ke luar negeri.”
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Maka orang kaya itu mengajaknya tinggal dan membantu menjual di rumahnya dengan gaji 1 sen sehari. Pada suatu ketika, isteri orang kaya itu tidur di biliknya bersebelahan dengan katil Patalobangtan. Akhirnya orang kaya itu keluar dan duduk di anjung sambil melihat sepohon pokok yang selalu menggugurkan buahnya.
Maka orang kaya itu akan melaksanakan maksud jahatnya dengan memerintahkan Patalabantang menyampaikan surat kepada Tuang Pangle'to. Di dapur, istri orang kaya itu bosan menunggu Patalabantang karena hendak menyuruhnya membeli sesuatu di pasar. Karena marah, istri orang kaya itu pun mengejar Patalabantang yang kebetulan ditemuinya sedang berolahraga.
Pada akhirnya dengan ilmu tersebut ia terhindar dari dosa, bahaya maut, bahkan ia menjadi orang kaya karena mewarisi harta orang kaya.” (Ayat 4, halaman 82). 4) Mandiri. Setelah sampai di tanah kelahirannya. , Lahamuddin segera berangkat ke rumah orang kaya dimana ia meminjam pakaian dan seekor kuda karena ia akan berangkat pertama kali ke Mesir.Pada kesempatan itu Lahamuddin juga akan menebus orang tuanya yang dijadikan jaminan ketika ia meminjam pakaian dan seekor kuda dari orang kaya ketika dia pergi untuk beremigrasi.
Pendek kata, mereka berasa sungguh gembira kerana tidak terkira orang miskin yang terus bangkit menjadi orang kaya yang tiada tandingannya. Watak cinta damai yang terdapat dalam cerita “La Tungke” terdapat pada perenggan ke-5 halaman 47 dan perenggan ke-1 dan ke-3 halaman 48 dengan petikan.
Pembahasan
Kerana orang yang sudah kaya itu tahu Patalobangtan ini seorang yang cerdik, tetapi dia sengaja mengaibkan dirinya dengan menaikkan gajinya kepada satu rupee sehari. Dia yakin isterinya yang salah dan bukannya Patalalabantang mengikut undang-undang semasa bahawa yang berhak mewarisi semua harta kekayaan orang kaya itu ialah Patalalabantang kerana orang kaya itu tidak mempunyai anak. Apabila Lahamuddin telah tiada, lelaki dan isteri miskin ini berpindah ke rumah orang kaya dan memperhambakan diri sebagai jaminan terhadap barang yang diambil anaknya.
Akhirnya dengan ilmu tersebut ia terselamatkan dari dosa, bahaya maut, bahkan menjadi kaya karena mewarisi kekayaan orang kaya. Ia yakin istrinya yang salah dan bukan Patalabantang menurut hukum yang berlaku saat ini, bahwa yang berhak mewariskan seluruh harta kekayaan orang kaya adalah Patalabantang karena orang kaya itu tidak mempunyai anak. Dalam hal itu, Lahamuddin akan menebus orangtuanya yang dijadikan jaminan ketika ia meminjam pakaian dan seekor kuda dari orang kaya ketika ia hendak berangkat hijrah.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam cerita rakyat masyarakat bugis terdapat nilai karakter sebagai wujud karakter pada diri siswa. Nilai tokoh tersebut melalui bahasa yang digunakan dalam cerita rakyat dalam buku “Cerita Rakyat (Mitos dan Legenda) Daerah Sulawesi Selatan”. Dengan membaca cerita rakyat, ia akan lebih terpacu untuk melakukan kegiatan belajar, dan ia akan mengetahui bahwa belajar itu tidak sulit dan membosankan.
Saran
Maka tiba-tiba orang kaya itu turun mengambil satu biji dan memberikannya kepadanya, dengan harapan Patalabantang mati karena curiga. Dengan ilmunya tersebut akhirnya ia terhindar dari dosa dan bahaya maut bahkan menjadi orang kaya karena mewarisi harta orang kaya yang mengangkatnya sebagai wakilnya dan tidak ada ahli waris lainnya. Mata pencaharian mereka tidak lain hanyalah sang suami yang setiap hari pergi membersihkan kebun orang-orang kaya agar mereka mendapat upah atau sisa makanan.