PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suku Kajang merupakan suku tradisional yang terletak di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan tepatnya sekitar 200 km sebelah timur kota Makassar. Kajang Dalam (suku Kajang disebut “Tau Kajang”) dan Kajang Luar (masyarakat yang tinggal di sekitar suku Kajang yang relatif modern disebut “Tau Lembang”). Suku Kajang merupakan suku tradisional yang terletak di Sulawesi Selatan tepatnya sekitar 200 km sebelah timur kota Makassar.
Di Kajang bagian luar, dapur dan toiletnya terletak di bagian belakang rumah, seperti rumah kebanyakan, berbeda dengan Kajang bagian dalam (kawasan Ammatoa) yang dapur dan toiletnya diletakkan di bagian depan. Kawasan Kajang bagian luar merupakan kawasan yang bisa menerima peradaban teknologi seperti listrik, berbeda dengan kawasan Kajang bagian dalam yang tidak bisa menerima peradaban. Makanya di kawasan Kajang Dalam belum ada aliran listrik, tak hanya itu jika kita ingin masuk ke kawasan Ammatoa Kajang (Kajang dalam). Tu Rie'A'ra'na menurunkan perintah-Nya kepada masyarakat Kajang dalam bentuk pasang surut (sejenis wahyu dalam tradisi agama Ibrahim) melalui manusia pertama yang bernama Ammatoa.
Fokus Penelitian
Dalam penyajian skripsi ini, objek penelitian yang penulis gunakan adalah nilai sosial yang terkandung dalam makna Pasang Ri Kajang. Nilai sosial adalah sikap atau perasaan yang diterima secara luas oleh masyarakat dan menjadi landasan dalam merumuskan mana yang benar dan mana yang salah (Idianto Muin dalam konteks Pasang Ri Kajang ''Jagai lino lollong bonena kammayatompa langika, Rupa taua siagang boronga ' 'Maknanya Perlu Kita ketahui bahwa Pasang Ri Kajang merupakan gambaran realitas masyarakat dalam ekspresi nilai-nilai sosial yang ada di dalamnya.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu mencoba menemukan dan mendeskripsikan nilai-nilai sosial yang terkandung dalam Pasang Ri Kajang. Untuk menghindari hal tersebut, Pasang Ri Kajang mengingatkan masyarakat agar mempunyai nilai-nilai jujur terhadap pemerintah. Agar masyarakat umum lebih memahami nilai-nilai dan tanggung jawab sosial yang terkandung dalam Pasang Ri Kajang.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
Tinjauan Pustaka
- Penelitian yang Relevan
- Teori – teori Pendukung
Kerangka Pikir
Berdasarkan pembahasan teori yang telah disampaikan pada bagian tinjauan pustaka, maka kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini diuraikan di bawah ini. Nilai-nilai sosial tidak hanya berasal dari sesuatu yang diceritakan atau diucapkan saja, namun dengan hadirnya penelitian ini akan memberikan referensi dan pengetahuan kepada masyarakat bahwa syarat Pasang Ri Kajang mempunyai makna yang begitu dalam bahkan Pasang Ri Kajang juga demikian. mampu mengungkap realita masyarakat suku Kajang. . Nilai-nilai sosial yang menjadi sorotan penelitian antara lain kepedulian sosial dan nilai-nilai sosial yang diacu dalam pendekatan sosiologi.
Penelitian ini merupakan upaya untuk menganalisis nilai-nilai sosial dalam pembangunan sarana komunikasi bagi pembaca sehingga kerangka berpikir yang digunakan peneliti dalam penelitian ini sebagai acuan akan digambarkan sebagai berikut dalam bentuk grafik :.
METODE PENELITIAN
- Jenis dan Desain Penelitian
- Jenis penelitian
- Desain penelitian
- Data dan Sumber Data
- Data
- Sumber data
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
Segala sumber atau rujukan kemudian dikumpulkan dan dijadikan oleh penulis sebagai rujukan dalam penelitian ini mengenai nilai sosial Pasang Ri Kajang dalam perspektif masyarakat Konjo yang menjadi fokus penulis dalam penelitian ini. Sumber data dalam penelitian ini adalah studi literatur mengenai nilai-nilai sosial Pasang Ri Kajang dilihat dari sudut pandang masyarakat Konjo dan keseimbangan norma dalam Pasang Ri Kajang, serta masyarakat sebagai aktor sosial sebagai sumber datanya. penerapan penelitian deskriptif kualitatif berupa penelitian melalui penelitian kepustakaan dan pengumpulan data referensi yaitu: dokumentasi bergambar, data tertulis yang dikumpulkan di lapangan. Sejalan dengan uraian pembahasan di atas, setidaknya dapat memberikan kita sebuah pandangan, yang masih perlu kita uji secara ketat dengan menggunakan indikator analisis ilmiah kritis, bahwa Pasang Ri Kajang merupakan pesan yang harus dicermati dengan tegas oleh masyarakat. Kajang, Kabupaten Bulukumba.
Dalam penelitian ini penulis memaparkan dalam sistem pengetahuan sosial bahwa Pasang Ri Kajang menempatkan Tuhan sebagai tempat kembali di akhirat, dan Tuhanlah yang menyikapi segala tingkah laku manusia. Pasang Ri Kajang Sebagai pedoman hidup masyarakat suku Kajang, Pasang Ri Kajang merupakan ungkapan bahasa Konjo, sejenis bahasa daerah yang cenderung diidentikkan dengan dialek bahasa Makassar, dan bahasa ini juga digunakan. sebagai sebuah bahasa. sarana komunikasi warga Kecamatan Kajang dan sekitarnya. Jadi istilah Pasang Ri Kajang berarti pesan-pesan yang ada di Kajang. Jadi Pasang Ri Kajang ditinjau dari isi dan maknanya mengandung makna bimbingan atau kepercayaan serta refleksi untuk selalu dibimbing dalam menjalankan berbagai aspek kehidupan.
Sedangkan aspek kemanusiaan yang tercakup dalam Pasang Ri Kajang dapat ditunjukkan pada ungkapan: . a).Lambusu'nu ji nu karaeng (kejujuranmu membuatmu menjadi Raja) b). -masea merupakan salah satu prinsip hidup yang terkandung dalam Pasang Ri Kajang, sebuah pesan yang bersifat transendental dan menurut kepercayaan masyarakat Tana Toa Kajang berasal dari To Rie' A'ra'na (dewa alam semesta). Kajang Ri Tide merupakan pedoman dan perilaku masyarakat Kajang sekaligus mengajarkan agar masyarakat lebih rendah hati dibandingkan pemimpinnya.
Dengan adanya Pasang Ri Kajang ini menjamin masyarakat Kajang patuh dan disiplin terhadap aturan yang ditetapkan oleh tokoh adat. Jika seseorang melanggar aturan tersebut, ia juga harus siap secara mental dan fisik untuk menerima konsekuensi yang diberikan, dan bersedia menanggung konsekuensi apa pun. risiko, termasuk jauh dari keluarga mereka. Oleh karena itu Pasang Ri Kajang menjadi alat kontrol bagi setiap masyarakat suku Kajang agar tidak bertindak sewenang-wenang dan menghakimi orang lain. Atas dasar Pasang Ri hubungan masyarakat di Kajang sangat terjalin baik, sikap gotong royong, musyawarah, dan saling menghargai tetap terjaga. Bagi para pembaca, Pasang Ri Kajang dapat digunakan sebagai media untuk menimba ilmu, sedangkan Paid Ri Kajang juga dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan nasehat yang bermanfaat.
Untuk itu disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti Pasang Ri Kajang dari sudut pandang selain Nilai Sosial dan Tanggung Jawab agar penelitian dapat lebih mendalam dan detail. 2004) Sejarah perkembangan kebudayaan Indonesia dilihat dari nilai-nilai sosial Universitas Negeri Makassar.
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
- Pemakaman Ammatoa
Pasalnya Ammatoa bukan dipilih oleh rakyat, melainkan merupakan orang yang diyakini mendapat berkah dari Tu Rie'A'ra'na. Kebudayaan dan masyarakat itu sendiri memiliki nilai yang tak terhingga bagi orang yang memilikinya. Artinya orang jujur harus tegas dalam sikapnya, karena akan selalu mendapat perlindungan dari Tu Rie'.
Masyarakat mengenal dan mempercayai Pasang yang berasal dari Ammatoa melalui orang-orang terdekat atau orang yang lebih tua. Ketentuan adat tersebut dipandang sebagai standar (lebba) yang diterapkan kepada siapa pun yang melakukan pelanggaran. Kepercayaan dan penghormatan terhadap Tu Rie'A'ra'na merupakan keyakinan paling mendasar dalam agama Patuntung.
Masyarakat adat Kajang percaya bahwa Tu Rie'A'ra'na adalah pencipta segala sesuatu, Yang Maha Abadi, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Kuasa. Agar pesan-pesan yang diturunkannya ke bumi dapat dipatuhi dan dilaksanakan oleh manusia, Tu Rie'A'ra'na memerintahkan Ammatoa untuk menjaga, menyebarkan dan melestarikan gelombang-gelombang tersebut. Dari mitos yang berkembang di masyarakat Kajang, Ammatoa merupakan manusia pertama yang diturunkan Tu Rie'A'ra'na ke dunia.
Namun jika ingin dikuburkan, ada 4 tingkatan penguburan, yaitu: Jika Amma Toa meninggal, maka kedalamannya setinggi orang yang menggali kuburan, dan hanya orang-orang tertentu yang boleh melakukannya, Dan di atasnya sebelum pemakaman disediakan semacam rumah beratap yang terbuat dari daun rumbiah. Yang wajib memandikan jenazah minimal 2 sampai 4 orang dari keluarganya sendiri, dan jenazah dimandikan sebanyak dua kali. 26 Adat yang dilakukan ketika seseorang meninggal disebut kamateang ki dirapi, yang didalamnya terdapat Ammatoa, pendeta desa, kepala dusun, ketua RT, dan sebagainya.
Kubur diziarahi atau disiarkan 3 kali sehari pagi, tengahari, petang.Orang yang bersiap sedia untuk keselamatan dunia akhirat 3 kali sehari, berdoa agar selamat.
Pembahasan
- Aspek Tentang Petuah dan Pasang Ri Kajang
- Sifat Demokrasi Masyarakat Suku Kajang
- Sistem Interaksi Sosial bagi Masyarakat Suku Kajang
Postingan atau pesan ini mengajarkan nilai kesopanan kepada seluruh anggota suku Kajang, termasuk Ammatoa, pemimpin adat tertinggi suku Kajang. Sifat demokratis masyarakat suku Kajang tidak hanya tercermin dari cara penyelenggaraan pemerintahan saja, namun dari cara mereka berbicara dan berperilaku. Apa yang disebut budaya rendah dan budaya tinggi akibat modernisasi juga berdampak pada masyarakat Tana Toa Kajang.
Seiring berjalannya waktu, sikap hidup yang dijunjung tinggi oleh masyarakat adat Tana Toa Kajang tidak luput dari gempuran modernisasi. Mereka telah membuat beberapa toleransi dan kompromi terhadap pihak luar modern. Interaksi antara komunitas tradisional dan non-konvensional tidak bisa dihindari. Hal ini terjadi ketika lembaga-lembaga tradisional dibayangi oleh nasionalisasi struktur pemerintahan. Tidak ada wilayah dan komunitas di negeri ini yang lepas dari relasi kekuasaan dan intervensi pemerintah, termasuk Gurita Kekuasaan dan Kapitalisasi Tana Toa Kajang. Sikap kepemimpinan yang dicontohkan masyarakat di daerah terpencil tentu saja berbanding terbalik dengan sikap pemimpin masyarakat pada umumnya. Kesederhanaan hidup yang ditampilkan dalam Tana Toa Kajang merupakan bentuk perlawanan terhadap kecenderungan manusia modern yang mengejar materi dan hidup penuh kesenangan, dengan mengabaikan aspek moral dan etika.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa Suku Kajang masih mempertahankan ritual adatnya hingga saat ini, meskipun banyak suku di pedalaman yang meninggalkan ritual adatnya. Masyarakat suku Kajang menilai perubahan tersebut melanggar hukum adat yang dianut oleh nenek moyang mereka. Sebagai warga atau masyarakat Suku Kajang Sulawesi Selatan, penulis mengajak kita untuk menjaga dan melestarikan budaya Suku Kajang dan terus menjadikannya sebagai bahan perbandingan bagi suku-suku lain dari banyaknya perbedaan yang dimiliki oleh Suku Kajang.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sukunya yang unik, natural, sederhana, alamnya masih asri, hutannya masih terjaga dan lain sebagainya menjadikan Kajang sebagai suku yang masih konsisten melestarikan budaya yang lahir sejak dahulu kala. Kepada pembaca agar kita belajar sesuatu dalam hidup karena hidup ini penuh dengan cobaan, ujian dan godaan yang harus kita atasi agar tidak hidup sia-sia. Perubahan sosial masyarakat sekitar Taman Mini Showfarm di Desa Bonto Marannu Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.
Saran