1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPELS TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI
SMA NEGERI 2 SOLOK SELATAN
Sherly Triswandana, Ade Dewi Maharani, Evrialiani Rosba Program Studi Pendidikan Biologi (STKIP) PGRI Samatera Barat
ABSTRACT
This research is grounded by the students’ low learning outcomes which were still under the passing grade or KKM. The students’ strong dependence on the teacher's information to understand the learning materials limit their capability to solve the problem independently. To overcome this problem, Examples Non Examples learning model was conducted. This study aims to determine the effect of Examples Non Examples learning model toward the students’ Biology learning outcomes at Eleventh Grade Students at SMA Negeri 2 Solok Selatan. The type of this research is experimental research. The population is all eleventh grade students of science class at SMA Negeri 2 Solok Selatan which registered in 2017/2018. The experimental class was XI IPA 2 and control class XI IPA 1.
They were taken using purposive sampling technique. The design of this research is Randomized Control-Group Postest Only Design. Data analysis was done by t- test. Based on the result, the average of affective domain at experiment class was 91,35 and control class was 83,35. The average score of self-assessment among students of experimental class and control class are 96.97 and 75.26. In the cognitive domain, the average of the experimental class is 79.55 and the control class is 62.72. In the psychomotor domain, the average of experiment class and control class were 88.38 and 53.89. All hypothesis test results show t-calculated >
t-table and all the hypothesis is accepted. It can be concluded that the implementation of the learning model Examples Non Examples can improve the students’ affective, biology learning outcomes at Eleventh grade students of SMA Negeri 2 Solok Selatan.
Keywords: The Application of Learning Examples Non Examples
PENDAHULUAN
Proses belajar merupakan suatu proses interaksi dua arah antara guru dan siswa. Dalam interaksi tersebut guru tidak hanya berperan
sebagai pengajar tetapi guru juga sebagai pendidik supaya siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran adalah
2 suatu hal yang kompleks, dimana terdapat tujuan, materi, metode serta evaluasi dalam sebuah pembelajaran.
Keempat komponen ini harus diperhatikan oleh seorang guru untuk melaksanakan proses pembelajaran terutama dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan di pelajari demi terciptanya suatu tujuan pembelajaran.
Mencapai keberhasilan dalam proses tentunya membutuhkan keterampilan dasar yang dimiliki oleh guru, misalnya dalam menyiapkan model pembelajaran dimana model pembelajaran merupakan suatu titik tolak ukur terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan tertentu. Model pembelajaran juga harus dipersiapkan sebelum melaksanakan pembelajaran, karena model yang akan diterapkan haruslah disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari sehingga dapat
mempermudah siswa dalam menguasai konsep dari materi yang akan dipelajari. Salah satu materi atau bahan pelajaran di SMA yaitu materi tentang biologi yang pada dasarnya berupa fakta, konsep, prinsipdan teori yang dirancang menarik dan mudah dipahami anak didik. Selain model yang sesuai dengan materi, model yang akan diterapkan tentu juga harus tepat supaya siswa tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkann hal tersebut tentu seorang guru di tuntut untuk dapat menciptakan strategi yang matang untuk mencapai tujuan pembelajaran (Lufri, 2007:18).
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru Biologi di SMA Negeri 2 Solok Selatan di kelas XI periode Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017 pada bulan Maret 2017 diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa masih jauh dari yang diharapakan. Selama proses pembelajaran berlangsung semua informasi hanya berasal dari guru saja, sehingga interaksi antara guru dan siswa serta sesama siswa kurang tercipta. Hal ini mempengaruhi
3 kualitas pembelajaran dan suasana pembelajaran menjadi membosankan dan berdampak buruk terhadap hasil belajar siswa. Guru masih berperan sebagai fasilitator sekaligus sumber utama dalam pembelajaran.
Ketergantungan siswa pada informasi guru dalam memahami materi pembelajaran membuat siswa tidak mampu memecahkan masalah secara mandiri sehingga rasa ingin tahu siswa menjadi rendah terhadap materi yang dipelajari.
Salah satu materi yang sulit dipahami siswa adalah materi Jaringan Hewan. Hal ini dikarenakan materi Jaringan Hewan merupakan materi yang bersifat abstrak, dan juga siswa tidak hanya diminta untuk mampu memahami bagian-bagian dari jaringan hewan tetapi juga di tuntut untuk mampu memahami fungsi bagian-bagian dari jaringan hewan tersebut. Selain itu, kesulitan siswa dalam memahami materi jaringan hewan juga dikarenakan rendahnya rasa ingin tahu, dan siswa masih kurang memahami bagian bagian penyusun pada jaringan hewan dan fungsi bagian-bagian dari jaringan hewan tersebut. kurangnya
keikutsertaan dan motivasi siswa untuk menganalisis dan memecahkan masalah secara mandiri. Namun, hal seperti ini tidak tercipta dalam proses pembelajaran di sekolah sehingga siswa hanya tahu apa yang di sampaikan guru tanpa bisa
memahaminya. Hal ini
mengakibatkan rendahnya hasil belajar atau masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 78.
Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran terlihat dari rata- rata nilai ulangan harian siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 2 Solok Selatan Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 pada materi jaringan hewan, dimana persentase siswa yang tidak tuntas mencapai 81,82% dari 3 kelas yaitu kelas XI IPA 1, XI IPA 2, dan XI IPA 3.
Mengatasi permasalahan tersebut, seharusnya ada upaya yang dilakukan oleh guru salah satunya yaitu dengan menggunakan variasi dalam mengajar. Hal ini bertujuan agar siswa tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran. Misalnya dengan menggunakan model-model pembelajaran yang dapat
4 meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang mungkin dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran examples non examples.
Model pembelajaran examples non examples adalah suatu rangkaian penyampaian materi ajar kepada siswa dengan menunjukkan gambar-gambar yang relevan, yang telah dipersiapkan dan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisnya bersama teman dalam kelompok yang kemudian diminta hasil diskusi yang dilakukannya.
Salah satu kelebihan dari model pembelajaran examples non examples ini yaitu pembelajaran lebih menarik, sebab gambar yang ditampilkan dapat meningkatkan perhatian siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan daya nalar siswa karena siswa akan menganalisis gambar yang ada serta dapat meningkatkan kerja sama siswa karena diberikan kesempatan dalam berdiskusi ( Istarani, 2011: 9 ).
Kelebihan model examples non examples menurut (Istarani, 2011:10)antara lain: 1) Pembelajaran lebih menarik, sebab gambar dapat meningkatkan perhatian anak untuk mengikuti proses belajar mengajar.
2) Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar dari materi yang ada.
3) Dapat meningkatkan daya nalar atau pikir siswa, sebab siswa disuruh oleh guru untuk menganalisis gambar yang ada. 4) Dapat meningkatkan kerja sama antara siswa sebab siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam menganalisis gambar yang ada. 5) Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa sebab guru mempertanyakan alasan siswa mengurutkan gambar. 6) Pembelajaran lebih berkesan sebab siswa dapat secara langsung mengamati gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.
Kekurangan model examples non examples (Istarani, 2011:11) antara lain: 1) Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus atau berkualitas. 2) Sulit menemukan gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang
5 telah dimilikinya. 3) Baik guru maupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utamanya dalam membahas suatu materi pelajaran. 4) Waktu yang tersedia adakalanya kurang efektif sebab seringkali dalam berdiskusi menggunakan waktu yang relatif cukup lama.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis telah melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Solok Selatan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan Randomized Control Group Posttest Only Design.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA Tahun Pelajaran 2017/2018 di SMA Negeri 2 Solok Selatan.. Pengambilan sampel dengan teknik Purposive Random Sampling. Kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol. Instrumen berupa tes tertulis dalam bentuk soal
objektif yang diuji coba kan dan analisis soal melalui validitas tes, reabilitas soal, indeks kesukaran soal dan daya pembeda soal, pada ranah Afektif mengunakan penilaian Diri dan Penilaian Antarteman Sedangkan pada ranah psikomotor berupa hasil laporan diskusi siswa dari media gambar yang diamati. Teknik analisis data yang digunakan untuk melihat perbedaan antara kelas eksperimen dan kontrol menggunakan uji beda dua rata-rata, baik untuk ranah afektif kognitif maupun psikomotor melakukan uji beda dua rata-rata maka dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis uji-t.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian telah dilakukan pada dua kelas sampel yaitu kelas XI IPA2 sebagai kelas eksperimen dengan mengunakan model pembelajaran Exampels non exampels dan XI IPA1 sebagai kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi dan tanya jawab. Dari kedua kelas tersebut diperoleh rata- rata hasil belajar siswa meliputi tiga ranah yaitu ranah afektif, kognitif, dan psikomotor dilihat pada Tabel1
6
Tabel 1. Nilai Rata-rata, Predikat, dan Ketuntasan Hasil Belajar Pada Ranah Afektif, Kognitif, dan Psikomotor Kelas Sampel
Variabel
Hasil Belajar Kelas Sampel
Afektif Kognitif Psikomotor
Penilaian diri Penilaian
Antar Teman Eksperi
men Kontrol Eksperi
men Kontrol Ekperi
men
Kontrol Ekperi men
Kontrol Nilai
Rata-rata 91,35 83,53 96,97 75,26 79,55 62,72 88,38 53,89 Predikat Sangat
Baik Baik Sangat
baik Baik Baik Baik Baik Kurang Ketuntas
an (%) 95,45% 64% 100% 56% 81,82% 32% 100% 0%
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran Exampels non exsampels terhadap hasil belajar biologi SMA Negeri 2 Solok Selatan dapat dilihat bahwa untuk semua data baik dari ranah afektif, kognitif dan psikomotor. Hasil normalitas kelas eksperimen pada penilaian diri diperoleh data bahwa Lo=
0,1230<Ltabel= 0,190 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh data bahwa Lo= 0,1510<Ltabel= 0,173. Hal ini menunjukkan bahwa pada kedua kelas sampel diperoleh data terdistribusi normal, dan keduanya memiliki variansi yang homogen.
Hal ini terbukti dari hasil uji homogenitas dengan hasil uji
diperoleh bahwa karena Fhitung
=0,05<Ftabel =2,05, dari pengujian homogenitas diperoleh bahwa Fhitung<Ftabel. Karena kedua kelas sampel terdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka dilakukanlah uji hipotesis menggunakan uji t. Hasil uji hipotesis diperoleh data bahwa Thitung=3,20>Ttabel=1,68, dari uji hipotesis di atas diperoleh bahwa T hitung > T tabel , maka H1 diterima, artinya terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Examples non exsampels terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 2 Solok Selatan.
Penilaian antarteman dilakukan selama mengikuti proses
7 pembelajaran, diisi oleh setiap siswa yang berdasarkan dengan kejujuran masing-masing. Penilaian antar teman dilakukan oleh masing-masing siswa dalam menilai teman sekelompok, terdiri dari sembilan indikator yang akan dinilai dari indikator yang berbeda.
Hasil normalitas kelas eksperimen pada penilaian antar teman diperoleh data bahwa Lo= - 0,1487<Ltabel= 0,190, sedangkan pada kelas kontrol diperoleh data bahwa Lo= 0,1172<Ltabel= 0,173. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas terdistribusi normal karena Lo <
Ltabel, serta kedua kelas memiliki variansi yang homogen. Hal ini terbukti dari hasil uji homogenitas dengan hasil uji diperoleh bahwa karena Fhitung =0,42<Ftabel =2,05, dari pengujian homogenitas diperoleh bahwa Fhitung < Ftabel, Karena kedua kelas sampel terdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka dilakukanlah uji hipotesis menggunakan uji t. Hasil uji hipotesis diperoleh data bahwa Thitung=8,01>Ttabel=1,68, dari uji hipotesis di atas diperoleh bahwa Thitung >Ttabel, maka H1 diterima.
Hasil belajar biologi pada ranah kognitif untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Hal ini terlihat pada kelas eksperimen yaitu 79,55 dan kelas kontrol 62,72. Pada ranah kognitif hasil analisis normalitas kelas eksprimen didapatkan Lo=
0,1601<Ltabel = 0,190 sedangkan kelas kontrol didapatkan Lo=0,1557<Ltabel =0,173 maka data dari kedua kelas sampel berdistribusi normal. Hasil analisis homogeitas didapatkan Fhitung = 0,53<Ftabel =2,05 maka varians data berdistribusi homogen, selanjutnya dilakukan uji hipotesis menggunakan uji t dan didapatkan Thitung=18,99>Ttabel=1,68, maka H1 dinyatakan diterima. Bahwa pada kelas eksperimen lebih banyak siswa yang tuntas dibandingkan kelas kontrol dengan KKM 78. Pada kelas eksperimen siswa yang memiliki nilai diatas KKM sebanyak 81,82%
sedangkan pada kelas kontrol 32%.
Tinggi ketuntasan pada kelas eksperimen disebabkan karena proses pembelajaran dikelas eksperimen dengan menggunakan model examles non examples, guru
8 memberikan print out gambar- gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran kepada peserta didik dan meminta peserta didik untuk menganalisis gambar-gambar yang dibagikan oleh guru tersebut dan mendiskusikannya bersama teman kelompoknya, sehingga siswa dapat berfikir kritis dan mudah memecahkan masalah dalam mendiskusi, sependapat dengan Mariani,dkk (2012) bahwa adanya peningkatan presentase kentutasan hasil belajar dengan Penerapan model pembelajaran examples non examples di sekolah MTS Nurul Falah Sukadana. Sebagaimana menurut Istarani, (2011) examples non examples ini yaitu pembelajaran lebih menarik, sebab gambar yang ditampilkan dapat meningkatkan perhatian siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan daya nalar siswa karena siswa akan menganalisis gambar yang ada serta dapat meningkatkan kerja sama dan dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Sedangkan pada kelas kontrol mengunakan metode diskusi dan tanya jawab hal ini
mengakibatkatkan proses pembelajaran yang berlangsung masih belum afektif dimana siswa kurang terarah dalam memecahkan masalah membuat siswa tidak memiliki minat dalam belajar dan kurang antusias dalam proses pembelajaran dan membuat hasil belajar pada kelas kontrol rendah dibandingkan kelas eksperimen.
Sebagaimana menurut Kunandar (2013:100) menyatakan bahwa sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal.
Pada penilaian psikomotor diperoleh hasil analisis uji normalitas pada kelas eksperimen L0= 0,1660 dengan Ltabel= 0,190 dan kelas kontrol L0= 0,1120 dengan Ltabel= 0,173 berarti kedua kelas memiliki data berdistribusi normal. Sedangkan hasil analisis uji homogenitas F hitung
= 1,28 dan Ftabel = 2,05 berarti kedua kelas memiliki varians yang homogen. Hasil analisis hipotesis diperoleh TTabel = 22,26 dan THitung = 1,68 berarti THitung > TTabel berarti hipotesis diterima. Penilaian yang
9
0 20 40 60 80 100
Tanggung jawab
Kerja Sama Saling Menghargai
92.4294.44 87.37 94.95
86.36
98.48 87.56
70.67
92.89 74.67
69.33
81.78 Penilaian Diri Kelas Eksperimen Penilaian Antar Teman Kelas Eksperimen Penilaian Diri Kelas Kontrol Penilaian Antar Teman Kelas Kontrol
Nilai Rata- ratai
Indikator dilakukan pada ranah psikomotor adalah penilaian laporan. Pada ranah ini yang akan dinilai untuk setiap
pertemuan ada 3 indikator yaitu kelengkapan isi laporan, presentasi laporan, dan kerapian laporan.
Gambar 1. Nilai Rata-rata Penilaian Ranah Afektif Perindikator Penilaian ranah afektif pada
penilaian diri dan penilaian antar teman dengan indikator tanggung jawab, kerja sama dan saling menghargai.
Setiap indikator siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, dimana ketiga indikator kelas eksperimen memiliki rata-rata pada penilaian diri (91,35) dan antarteman (96,97) sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata pada penilaian diri (83,53) dan antarteman (75,26). Nilai peling tinggi pada penilaian afektif terdapat pada indikator saling menghargai pada penilaian diri yaitu 94,95 dan indikator saling menghargai pada penilaian antarteman yaitu 98,48
dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil pada ranah afektif kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol hal dikarenakan pada kelas eksperimen siswa dituntut untuk lebih menghargai pendapat temannya disaat diskusi dan presentasi dilakukan. Sedangkan pada kelas kontrol masih ditemukan beberapa siswa yang berbicara dengan teman nya dan tidak memperhatikan guru dan teman disaat diskusi dan persentasi berlangsung. Menurut Ratnawulan dan Rusdiana (2015:57) ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran kedisiplinannya dalam mengikuti
10 proses pembelajaran, motivasi yang tinggi untuk tahu banyak materi
pelajaran, rasa hormat terhadap pendidik dan sebagainya.
Gambar 2. Nilai Rata-rata Penilaian Ranah Psikomotor Perindikator Berdasarkan Gambar 2,
dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa pada ranah psikomotor kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hasil penilaian ranah psikomotor indikator kelengkapan isi laporan kelas eksperimen didapatkan 93,56 dan kelas kontrol didapatkan 68,33 dan indikator Persentasi Laporan kelas eksperimen didapatakan 92,04 sedamgkan kelas kontrol 41,67, indikator kerapian laporan kelas eksperimen didapatkan 79,46 dan kelas kontrol didapatkan 51,67. Hal ini terjadi karena dalam membuat laporan mereka menyatukan pendapat yang berbeda dalam satu laporan dari tugas yang difikirkan siswa secara mandiri sehingga siswa
mudah memahami materi dan menginvestigasi gambar-gambar yang bersangkutan dengan materi.
Menurut Latisma (2011: 192) peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap mata pelajaran akan merasa senang mempelajari pelajaran tersebut, sehingga akan mencapai hasil belajar yang memuaskan.
Pada kelas eksperimen untuk indikator kelengkapan isi laporan, hal ini terjadi karenasiswa mampu membuat laporan diskusi dengan lengkap karena siswa saling menyatukan pendapatnya. Pada kelas kontrol untuk indikator kelengkapan isi laporan, Hal ini disebabkan karena siswa tidak memahami materi pelajaran sehingga resume yang
0 20 40 60 80 100
Kelingkapan Isi Laporan
Persentasi Laporan Kerapian Laporan
93.56 92.04
79.46 68.33
41.67 51.67
Eksperimen Kontrol Nilai Rata-ratai
Indikator
11 dibuat oleh siswa asal-asalan dan isi laporan banyak yang tidak mewakili tujuan pembelajaran. Menurut Latisma (2011: 192) orang yang tidak memiliki minat pada mata pelajaran tertentu,sulit diharapkan akan mencapai keberhasilan belajar secara optimal
Hasil penilaian presentasi laporan kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Tingginya nilai presentasi laporan pada kelas eksperimen disebabkan karena sisiwa kelas eksperimen dalam mempresentasikan laporannya dengan memiliki cara memahami hasil laporan yang dibuatnya memiliki kepercayaan diri yang bagus, semangat dalam belajar tapi ada juga beberapa yang tampilnya biasa saja, berbeda dengan kelas kontrol yang lebih banyak siswa tidak semangat dalam penyampaian laporannya jadi suasana di dalam kelas kontrol jadi kurang menarik.
Menurut Kunandar (2013:256)
“kelebihan penilaian psikomotor dapat memberikan informasi tentang keterampilan peserta didik secara langsung yang bisa diamati oleh guru.
Hasil penilaian indikator kerapian laporan kelas ekperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Tingginya nilai kerapian laporan pada kelas eksperimen disebabkan karena dengan adanya media gambar yang berisikan gambar bersangkutan dengan materi yang dipelajari, siswa lebih terarah dalam mengerjakan laporan sehingga kebanyakan laporan siswa rapi dan bersih.
Rendahnya nilai kerapian laporan kelas kontrol disebabkankarena siswa dalam membuat resume tidak memperhatikan penulisan yang baik sehingga penulisan laporan banyak yang tidak rapi dan sulit dibaca.
Menurut Suyono (2009: 23) teknik penulisan dikatakan baik apabila suatu tulisan itu mudah dipahami, sesuai dengan topik yang dibicarakan dan ditata dengan rapi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Examples Non Exampels pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Solok Selatan materi struktur dan fungsi jaringan hewan
12 terdapat peningkatan hasil belajar biologi pada ranah afektif, kognitif, dan psikomotor.
DAFTAR PUSTAKA
Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inofatif. Medan : Media Persada.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentitik. Jakarta: Rajawali Press.
Latisma. 2011. Evaluasi Pendidikan.
Padang : UNP Press.
Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: UNP.
Mariani,Sri, Bachtiar A. W dan F.Y.
Khosmas. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Examples And Non Examples Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan
Ratnawulan dan Rusdiana. 2015.
Evaluasi Pembelajaran.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Suyono.2011. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya