• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada hari ini telah tercipta bermacam-macam jenis diplomasi yang salah satunya adalah diplomasi preventif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pada hari ini telah tercipta bermacam-macam jenis diplomasi yang salah satunya adalah diplomasi preventif"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diplomasi Preventif

Setiap tujuan yang dicita-citakan oleh negara akan selalu diwujudkan dengan bantuan berbagai instrumen yang dimiliki baik itu ideologi, undang-undang, tentara, diplomasi dan instrumen lain yang mendukung. Diplomasi menurut Oxford Dictionary memiliki pengertian manajemen hubungan internasional melalui negosiasi;

dimana hubungan yang terjadi diselaraskan dan diatur oleh duta besar beserta para wakil baik perwakilan dari bisnis atau perwakilan dari diplomat1. Pada hari ini telah tercipta bermacam-macam jenis diplomasi yang salah satunya adalah diplomasi preventif.

Di awal lahirnya diplomasi preventif dimana diplomasi jenis ini dipandang memiliki kemiripan dengan gagasan milik Woodrow Wilson tentang keamanan kolektif. Keamanan kolektif memiliki tujuan untuk menjaga konflik lokal akibat dari konflik persaingan 2 negara superpower. Saat ini diplomasi preventif oleh The United Nations’s Agenda for Peace diartikan sebagai tindakan untuk mencegah perselisihan yang timbul di antara pihak-pihak yang berselisih, mencegah perselisihan berubah menjadi konflik dan mencegah persebaran dari perselisihan yang telah ada2, dengan arti yang telah dijelaskan dapat dikatakan bahwa diplomasi preventif dan keamanan kolektif adalah tindakan dari PBB yang memiliki arti berbeda.

Diplomasi preventif tidak seperti pelaksanaan diplomasi yang lain yang bekerja dari atas namun diplomasi jenis ini dianggap sebagai infrastruktur perdamaian karena bekerja dari bawah seperti institusi formal dan institusi non-formal di wilayah yang berkonflik. Diplomasi preventif meyakini bahwa institusi regional atau subregional telah memberi dampak yang signifikan serta dapat memberi akses ke situasi krisis di kawasan tersebut. Lahirnya diplomasi preventif disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: berkembangnya teknik-teknik diplomasi memunculkan diplomasi preventif, diplomasi preventif bekerja sebagai penetral untuk negara-negara yang tidak berpihak dalam Perang Dingin dan bergabungnya negara-negara non-blok

1 Seputar Pengetahuan. 2020. Pengertian Diplomasi Menurut Para Ahli, Fungsi dan Tujuannya.

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/09/pengertian-diplomasi-menurut-para-ahli-fungsi- tujuan.html diakses pada 14 Maret 2020.

2 Teguh Andi Raharjo. 2020. Penjelasan Mengenai Diplomasi Preventif.

https://jurusanhi.com/penjelasan-mengenai-diplomasi-preventif/ diakses pada 30 Agustus 2019.

(2)

yang memiliki anggapan bahwa PBB akan lebih adil dalam memberi tindakan terhadap 2 negara superpower yang berkonflik pada masa Perang Dingin[3].

Pelaksanaan diplomasi preventif telah terjadi sejak bertahun-tahun yang lalu, dimana awalnya diplomasi demikian dilakukan agar negara yang mengimplementasikannya dapat memperoleh bantuan material, membentuk perdamaian dan mendapat konsesi perdagangan melalui forum politik yang diciptakan sebelumnya. Seiring berubahnya jaman, pelaksanaan diplomasi preventif yang berawal dari tujuan perdamaian berubah menjadi demi pencapaian kepentingan nasional. Oleh karena itu, penggunaan diplomasi terkait diragukan penggunaannya akibat dari anggapan yang beredar jika diplomasi preventif tidak memotivasi negara yang minim ancaman untuk turut berkontribusi dalam menciptakan perdamaian dunia.

Perluasan cara pandang masyarakat terhadap diplomasi preventif untuk tujuan global seperti perdamaian dunia menjadi kewajiban agar tujuan sesungguhnya yaitu demi perdamaian dapat terlaksana.

Selanjutnya membahas tentang kelebihan dan kekurangan dari penggunaan diplomasi preventif yaitu dari kelebihannya, sebagai berikut:

1. Efektif untuk menyelesaikan konflik,

2. Peran mediator yang digunakan dapat mencegah terjadinya konflik berkepanjangan,

3. Mampu mengurangi terjadi konflik yang berubah menjadi perang sedari dini,

4. Hubungan negara relatif lebih tenang sehingga hubungan damai mudah terbentuk.

Sedangkan untuk kekurangannya:

1. Masih terdapat rasa tidak percaya antar negara yang berkonflik memunculkan anggapan jika perdamaian akan sulit dicapai,

2. Tidak menjamin muncul konflik berkelanjutan di kemudian hari akibat dari pemikiran bahwa negara yang bersangkutan merasa lebih dirugikan dalam hubungan yang terbentuk melalui diplomasi preventif dibandingkan dengan ketika berkonflik, yang pada akhirnya memungkinkan konflik berikutnya terjadi.

Penerapan diplomasi preventif telah diaplikasikan pada beberapa kasus antara lain: semasa Perang Dingin guna membendung, menstabilkan konflik lokal dan

3 Ibid.

(3)

mencegah perselisihan Amerika-Soviet supaya tidak meluas keluar dari area Perang Dingin; dalam misi peacekeeping di Makedonia (UNPREDEP) tahun 1995-1999;

selama krisis di Suez hingga dikirimkannya pasukan perdamaian PBB ke negara tersebut dalam upaya untuk mencegah keterlibatan negara-negara besar lain, hingga kemudian krisisnya bergolak sampai ke Mesir yang mengharuskan untuk dikirim tambahan pasukan PBB ke Mesir dimana selanjutnya Indonesia ikut serta dengan mengirim Kontingen Garuda I untuk bergabung dengan United Nations Emergency Force (UNEF) di Abu Suweir, Mesir.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diplomasi preventif memiliki pengertian aktivitas diplomasi yang memiliki tujuan untuk menjaga perdamaian serta mencegah munculnya konflik melalui tindakan-tindakan damai. Diplomasi preventif mempunyai tujuan utama yaitu mencegah perselisihan yang timbul antara negara yang berkonflik dan mencegah konflik berkembang meluas. Diplomasi jenis ini memiliki kelebihan seperti efektif mencegah konflik, memiliki mediator yang dapat menjadi pencegah konflik berkepanjangan dan mencegah perang sejak dini kemudian untuk kekurangannya adalah tidak mampu memberi jaminan terhadap konflik selanjutnya yang berisiko terjadi. Pelaksanaan diplomasi preventif telah dilakukan sejak lama hingga di era Perang Dingin, di Makedonia dan di Terusan Suez. Untuk situasi yang terjadi di Lebanon, diplomasi preventif kembali dilaksanakan oleh Kontingen Garuda XXVIII-I dan XXVIII-J dalam upaya pencegahan konflik berlanjut dan pengamanan wilayah laut Lebanon.

2.2 Konsep

Dengan penjelasan yang telah dituliskan di latar belakang mulai dari sejarah awal, keterlibatan Kontingen Garuda XXVIII-I beserta XXVIII-J, keterlibatan Perserikatan Bangsa-Bangsa, kehadiran UNIFIL beserta angkatan-angkatan bersenjata Lebanon, mandat-mandat UNIFIL dalam melaksanakan operasi penjagaan perdamaian di Lebanon, diplomasi preventif menjadi teori yang akan menjadi dasar penelitian, maka penulis akan membantu memberikan pemahaman lanjutan mengenai beberapa konsep dari istilah-istilah yang disebutkan dalam setiap bab dimana sekiranya terdapat konsep dan istilah yang asing bagi pembaca. Berikut adalah konsep-konsep yang digunakan oleh penulis, yaitu:

2.2.1 Konsep-Konsep yang Digunakan

(4)

Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian akan dimulai dari Maritime Task Force dan diakhiri dengan pengertian mengenai Kontingen Garuda, dijelaskan sebagai berikut:

a. Maritime Task Force (MTF/Gugus Tugas Maritim) adalah satuan tugas yang berada dibawah PBB terutama dibawah misi UNIFIL yang memiliki tanggung jawab untuk mendukung Angkatan Laut Lebanon, mengamankan garis pantai dan mencegah masuknya senjata illegal atau materi terkait yang keluar masuk lewat laut ke Lebanon.

b. Peran adalah aspek dinamis dimana seseorang yang telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan status identitasnya, dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut sedang melakukan perannya (Soerjono Soekanto:

2002:243)4.

c. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB/United Nations) adalah organisasi multilateral yang terdiri lebih dari 20 negara yang mengurus berbagai aspek- aspek kehidupan masyarakat internasional mulai dari keamanan internasional, hubungan persaudaraan, kerjasama dan sebagai pusat kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai tujuan bersama.

d. Resolusi Dewan Keamanan PBB adalah resolusi dari PBB yang ditetapkan melalui pemungutan suara oleh lima anggota tetap dan sepuluh anggota tetap dari Dewan Keamanan PBB yang bertanggungjawab untuk pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.

e. Pertahanan Negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara5.

f. Tentara adalah warga negara yang dipersiapkan dan dipersenjatai untuk tugas-tugas pertahanan negara guna menghadapi ancaman militer maupun ancaman bersenjata6.

g. Operasi Penjagaan Perdamaian (Peacekeeping Operation) merupakan resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB. Pasukan operasi

4 Universitas Medan Area. 2017. BAB II Landasan Teori,

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/287/5/118510003_file5.pdf diakses pada 20 Juli 2019.

5 UU Nomor 3 Tahun 2002 pasal 1 ayat 1

6 Ibid. ayat 21

(5)

penjaga perdamaian terdiri dari anggota militer, polisi bersama sipil yang bekerjasama untuk menciptakan keamanan dan dukungan perdamaian politik di negara yang berada dalam situasi konflik bersenjata7. Landasan konstitusional yang diberlakukan oleh PBB kepada operasi maupun kepada peacekeeper menggunakan Piagam PBB, Hak Asasi Manusia, Hukum Humaniter Internasional dan Mandat Dewan Keamanan.

Dalam mengukur keberhasilan operasi perdamaian menggunakan konsep berikut:

Pergi ke daerah konflik, no conflict → belum dapat dikatakan berhasil

Pergi ke daerah konflik, conflict → dinyatakan gagal akibat terlambat atau ketidakmatangan rencana

Datang ke daerah konflik → peace making progress Untuk tugas peacekeeping terdapat 4 tugas di antaranya:

1. Observer mission 2. Interpositional 3. Multidimensional 4. Peace enforcement

Tiga hal sakral atau holy trinity yang wajib dilakukan untuk menyukseskan keberhasilan setiap operasi perdamaian, antara lain:

impartiality, minimum of force, consent. Operasi perdamaian tidak harus selalu di bawah naungan PBB namun dapat pula di bawah mandat organisasi multilateral seperti NATO dan organisasi lainnya. Untuk membantu memahami inti dari tugas peacekeeping bersama tugas lainnya yaitu peacemaking dan peacebuilding, adalah sebagai berikut:

Peacekeeping : implementasi gencatan senjata

Peacemaking : rekayasa diplomasi untuk kesepakatan damai

Peacebuilding : memperkuat kapasitas nasional di semua level dalam manajemen konflik, membangun pondasi bagi

pembangunan dan perdamaian berkelanjutan.

Pada akhirnya penjaga perdamaian menjadi alat yang efektif bagi PBB untuk membantu tuan rumah yang mengalami kebuntuan dalam mengatasi konflik yang terjadi di negaranya. Operasi penjaga perdamaian memiliki

7 Intan Baiduri. 2019. Operasi Penjaga Perdamaian PBB.

https://www.academia.edu/30925405/Operasi_Penjaga_Perdamaian_PBB.docx diakses pada 15 Januari 2020.

(6)

kekuatan, mampu berbagi beban, memiliki kemampuan dalam menyebarkan tentara beserta polisi dari seluruh dunia guna mengintegrasikan tentara dan polisi dengan pasukan penjaga perdamaian sipil demi melaksanakan mandat perdamaian.

h. Penjaga Perdamaian (Peacekeeper) adalah individu atau sekelompok individu yang berasal dari satu atau lebih negara yang bekerja di bawah mandat PBB dan bekerja melaksanakan setiap tanggungjawab yang diberikan.

i. Kontingen Garuda adalah pasukan Tentara Nasional Indonesia yang bertugas sebagai pasukan perdamaian dibawah operasi perdamaian PBB.

2.3 Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian dan Nama Peneliti Hasil Penelitian 1 Angga Nurdin Rachmat, Diplomasi

Publik Indonesia Melalui Kontingen Garuda/UNIFIL Tentara Nasional Indonesia di Lebanon Selatan, Jurnal Universitas Jenderal Achmad Yani, Yogyakarta, 2016

Diplomasi publik yang telah dijalankan oleh Kontingen Garuda/UNIFIL TNI memberi nilai positif tidak hanya penyampaian agenda namun dalam tugas pokok dan fungsi sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB.

2 Thantha Mirantha, Kebudayaan Sebagai Alat Diplomasi KONGA INDOBATT UNIFIL, Skripsi Universitas Muhammadyah Malang, Malang, 2014

Kegiatan-kegiatan Kontingen Garuda Indonesia yang menampilkan banyak kebudayaan dilangsungkan agar dapat memperbaiki citra Indonesia yang sempat turun pasca reformasi dari citra yang formal dan kaku menjadi citra yang ramah, santun dan bersahabat.

3 Zulvyanie Pilgrimmy Firohmatillah dan Arfin Sudirman, Peran Korps Wanita TNI Sebagai Pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB Dalam Humanitarian Assistance di Lebanon, Jurnal Universitas

Kehadiran Wanita TNI sebagai bukti kontribusi perempuan dalam keamanan yang tidak melulu menjadi korban perang melainkan menjadi aktor perdamaian yang sama pentingnya guna melindungi sesama

(7)

Padjajaran, Bandung, 2019 perempuan dan anak-anak.

4 Danny Gaida Tera Elgar, Dasar- Dasar Hukum Tentara Nasional Indonesia Ikut Sebagai Pasukan Penjaga Perdamaian Dunia Menurut Hukum Internasional dan Hukum Nasional, Skripsi Universitas 17 Agustus 1945, Semarang, 2019

Kontribusi TNI menjadi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB telah dibenarkan sesuai hukum-hukum

yang diberlakukan namun

memerlukan sebuah hukum yang lebih efisien dikarenakan terlalu banyak hukum untuk diterapkan dan hal tersebut dapat memberi kesulitan bagi Pasukan Indonesia yang sering dikirim untuk mengemban misi PBB.

5 Nugraha Gumilar, Tri

Legionosuko, Bintang Widagdo, Pengiriman Pasukan Garuda Sebagai Diplomasi Pertahanan Indonesia Dalam Rangka Peningkatan Alutsista Tentara Nasional Indonesia, Jurnal Universitas Pertahanan, Citeureup, 2017

Dengan mengirim Pasukan Garuda untuk berkontribusi dalam setiap misi PBB, diharap menjadikan soft diplomacy Indonesia dapat diperhatikan dunia internasional sekaligus memperkuat diplomasi pertahanan dan mendorong pemenuhan dukungan pada alutsista Indonesia untuk menjadi lebih

modern serta mengikuti

perkembangan jaman.

Dari tabel dapat dilihat bahwa antara penelitian yang akan diteliti dan kelima penelitian terdahulu memiliki perbedaan-perbedaannya. Jurnal dari penelitian terdahulu yang pertama membahas mengenai keterlibatan Indonesia dalam operasi PBB di Lebanon yang telah berlangsung sejak tahun 1957 menggunakan teori branding dan public diplomacy. Skripsi dari penelitian terdahulu yang kedua membahas diplomasi KONGA INDOBATT UNIFIL yang terlaksana tahun 2012- 2013 menggunakan teori branding dan diplomasi budaya. Jurnal untuk penelitian terdahulu ketiga membahas partisipasi wanita TNI yang telah berjalan sejak tahun 2008 menggunakan teori humanitarian assistance dan gender approach.

Skripsi berikutnya sebagai penelitian terdahulu keempat membahas tentang hukum atas kontribusi Tentara Nasional Indonesia dimulai dari bergabungnya

(8)

Indonesia dengan PBB tahun 1950 menggunakan asas hukum. Jurnal terakhir sebagai penelitian terdahulu kelima membahas mengenai alutsista dari Kontingen Garuda yang telah dikirim ke operasi PBB sejak tahun 1952 menggunakan pendekatan deskriptif. Sedangkan topik penelitian yang akan diteliti membahas tentang peran dari Kontingen Garuda mulai dari tahun 2016 hingga 2018 menggunakan teori diplomasi preventif.

2.4 Kerangka Pikir

Masalah yang diangkat untuk menjadi topik penelitian membahas tentang konflik antara Israel dengan Hizbullah di Lebanon, dari masalah tersebut PBB mengeluarkan intensi penyelesaian dengan membentuk UNIFIL dimana selanjutnya penempatan Kontingen Garuda dari Indonesia di Lebanon menjadi proses penyelesaian masalah dibantu pembahasan menggunakan teori diplomasi preventif.

Berikutnya faktor yang mempengaruhi hasil diambil dari peran-peran yang telah dilaksanakan oleh Kontingen Garuda XXVIII-I dan XXVIII-J dalam pemenuhan tugas di UNIFIL dan terakhir dari peran Kontingen Garuda yang turut membantu upaya penurunan tingkat ketegangan di Lebanon menjadi hasil penelitian.

2.5 Aktor-Aktor Diplomasi Preventif dalam Konflik Israel-Hizbullah

(9)

Pelaksanaan dan keberhasilan penggunaan strategi diplomasi preventif dalam menurunkan ketegangan akibat konflik dari Israel-Hizbullah tidak berasal dari 1 pihak melainkan dari berbagai pihak yang akan dijelaskan berikut ini.

UNIFIL

UNIFIL didirikan oleh Dewan Keamanan pada tanggal 19 Maret 1978 di bawah Resolusi Dewan Keamanan nomor 425 dan nomor 426. Pasukan UNIFIL pertama tiba di Lebanon tanggal 23 Maret 1978. UNIFIL diartikan sebagai United Nations Interim Force in Lebanon atau Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa- Bangsa di Lebanon, merupakan sekumpulan pasukan PBB sebanyak kurang lebih 10.500 pasukan yang berasal lebih dari 40 negara kontributor. Operasi UNIFIL dilakukan bersama-sama dengan Angkatan Bersenjata Lebanon. Menurut data dari UN, kepemimpinan misi UNIFIL dipegang oleh Mayor Jenderal Stefano Del Col yang memiliki pengalaman operasi internasional di Kosovo, Lebanon dan Libya.

Mandat UNIFIL pada awalnya berdasarkan pada Resolusi nomor 425 dan nomor 426 adalah:

- Mengkonfirmasi penarikan pasukan Israel dari Lebanon Selatan, - Mengembalikan perdamaian dan keamanan internasional,

- Membantu Pemerintah Lebanon untuk memastikan pengembalian otoritas efektif di kawasannya.

Namun di tahun-tahun selanjutnya, UNIFIL mendapatkan tugas tambahan yang berdasarkan pada Resolusi nomor 1701 diwajibkan untuk:

- Melakukan monitor penghentian permusuhan,

- Mendampingi dan mendukung Angkatan Bersenjata Lebanon pada saat Israel menarik pasukan bersenjatanya dari Lebanon,

- Mengkoordinasikan kegiatan dengan Pemerintah Lebanon dan Pemerintah Israel,

- Memberikan bantuan dalam akses kemanusiaan kepada rakyat sipil, - Pemulangan sukarela yang aman bagi pengungsi,

- Membantu Angkatan Bersenjata Lebanon dalam mengambil langkah- langkah menuju pembentukan Blue Line dan Sungai Litani sebagai daerah yang bebas dari personel bersenjata, dari aset dan dari senjata apapun selain dari Pemerintah Lebanon serta UNIFIL yang ditempatkan di daerah tersebut,

(10)

- Membantu Pemerintah Lebanon untuk mengamankan perbatasan dan titik masuk dalam upaya pencegahan masuknya senjata atau bahan terkait yang tidak mendapatkan persetujuan dari Lebanon.

Di samping melaksanakan kewajiban dan misi dalam mandatnya, UNIFIL diberikan kewenangan untuk:

- Mengambil tindakan yang diperlukan dalam bidang penempatan pasukan, - Memastikan bidang operasi tidak digunakan kegiatan bermusuhan dalam bentuk apapun,

- Melindungi personel, fasilitas, instalasi dan peralatan milik PBB,

- Memastikan keamanan dan kebebasan bergerak personel PBB, pekerja kemanusiaan dan melindungi masyarakat sipil yang berada di bawah ancaman kekerasan fisik yang dapat terjadi kapanpun.

Dengan perpanjangan mandat UNIFIL dalam Resolusi nomor 1773 maka Dewan Keamanan mengakui peran UNIFIL dan Angkatan Bersenjata Lebanon dalam membantu membangun lingkungan baru yang strategis di Lebanon Selatan dan menyampaikan harapan peningkatan kerjasama antara kedua pasukan selama pelaksanaan mandat UNIFIL. Melalui resolusi berikutnya yakni Resolusi nomor 2373, Dewan Keamanan menyampaikan:

- Seruan permintaan agar penggelaran Angkatan Bersenjata Lebanon dipercepat dan dibentuk lebih tahan lama di Lebanon Selatan serta di perairan teritorial Lebanon,

- Permintaan peningkatan dukungan dan koordinasi dengan Angkatan Bersenjata Lebanon,

- Meminta peningkatan pelaporan kepada Dewan Keamanan tentang kegiatan UNIFIL atas permintaan Pemerintah Lebanon.

Dalam menyelesaikan mandatnya, 2 dari 3 tugas yang diberikan dalam mandat telah dipenuhi oleh pasukan UNIFIL. Tersisa 1 pekerjaan dalam mandat yang dimiliki UNIFIL yaitu menjaga perdamaian dan keamanan di Lebanon Selatan. Walaupun terjadi pembatasan pergerakan pasukan UNIFIL, mandat tetap dijalankan berkat dukungan dari pihak-pihak seperti PBB dengan Sekretaris Jenderal dan Dewan Keamanan; komunitas internasional dan negara-negara lain yang ikut memberikan kontribusi untuk konflik yang terjadi di Lebanon.

UNIFIL dikerahkan di Lebanon Selatan yang wilayah operasinya ditentukan di Sungai Litani di Utara dan Blue Line di Selatan. Kantor Pusat UNIFIL terletak di

(11)

Kota Naqoura dan memiliki 55 posisi di seluruh wilayah operasi hingga sejauh 1.000 kilometer persegi. UNIFIL memiliki pula penyebaran maritim (Satgas Maritim) yang membentang di sepanjang garis pantai Lebanon. Membahas tentang jumlah pasukan penjaga perdamaian di dalam UNIFIL menurut Resolusi nomor 1701 memberi izin peningkatan kekuatan pasukan UNIFIL menjadi maksimal 15.000 tentara yang saat ini telah berjumlah 10.250 pasukan dari 44 negara.

Jumlah total pasukan saat ini terdiri lebih dari 9.300 pasukan darat, lebih dari 800 personel angkatan laut yang berasal dari Satuan Tugas Maritim dan lebih dari 800 staf sipil internasional serta staf sipil nasional. Ketika terjadi suatu insiden di Blue Line maka UNIFIL akan segera mengirim pasukan tambahan ke daerah yang terkena insiden guna menghindari konflik langsung dan memastikan situasi aman terkendali.

Pelaksanaan mandat UNIFIL dilakukan bekerjasama dengan Angkatan Bersenjata Lebanon dan Angkatan Pertahanan Israel.

UNIFIL pada dasarnya bukan sebuah lembaga kemanusiaan atau lembaga pembangunan namun setelah perang tahun 2006, diberikan mandat untuk memperluas bantuan guna memastikan akses kemanusiaan bagi populasi sipil dan pemulangan sukarela yang aman untuk para pengungsi, untuk memastikan keamanan dan kebebasan pergerakan pekerja UNIFIL. Kontingen UNIFIL secara rutin memberikan bantuan medis, bantuan dokter gigi, bantuan kedokteran hewan dan bantuan lain kepada masyarakat setempat, melakukan berbagai program pelatihan untuk masyarakat yang tinggal di kawasan operasi seperti keterampilan komputer, bahasa, memasak, membuat kerajinan tangan, olahraga dan beladiri seperti Taekwondo.

Kontingen Garuda

Kontingen Garuda adalah pasukan Tentara Nasional Indonesia yang bertugas sebagai pasukan perdamaian di luar negeri, Kontingen Garuda sejak tahun 1957 mulai aktif mengirimkan pasukan kepada PBB untuk turut bergabung dalam seluruh pasukan perdamaian PBB. Kontingen Garuda berperan dalam memelihara perdamaian bersama-sama dengan pasukan PBB lain dan hingga hari ini masih dikirimkan ke negara-negara lain sesuai mandat yang diberikan.

Pada hari kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Mesir menjadi negara yang pertama kali mengakui Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat penuh. Setelah mendapat pengakuan kemerdekaan kemudian dibuka Perwakilan Republik Indonesia di Mesir dengan menunjuk HM. Rasyidi sebagai Charge d’Affairs

(12)

atau Kuasa Usaha dimana perwakilannya merangkap misi diplomatik tetap untuk seluruh negara yang tergabung dalam Liga Arab. Hubungan baik yang terus berlanjut dapat terlihat saat terjadi perdebatan dalam forum Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan tentang sengketa Indonesia-Belanda, banyak para diplomat dari Arab yang bersatu mendukung Indonesia.

Dukungan yang diberikan oleh Arab kepada Indonesia pada saat perdebatan forum PBB dibalas oleh Presiden Soekarno dengan mendukung keputusan Majelis Umum PBB yang menetapkan penarikan mundur pasukan Inggris, Prancis dan Israel dari wilayah Mesir. Di saat tersebut, Indonesia pertama kalinya mengirim Kontingen Garuda I untuk bergabung dengan Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke Mesir.

Kontingen Garuda I dikirim ke Mesir tanggal 8 Januari 1957 yang terdiri dari lebih dari 500 pasukan. Kontingen Garuda I diberangkatkan menggunakan pesawat milik Angkatan Udara Amerika Serikat menuju Beirut, Lebanon.

Dari Beirut kemudian pasukan Kontingen Garuda I dibagi ke dalam 2 tim dimana tim 1 sebagai Kelompok Komando menuju ke Abu Suweir dan tim kedua menuju ke Al Sandhira. Pasukan yang diberangkatkan menuju Al Sandhira dipindahkan menuju ke Gaza yang berada di dekat perbatasan Mesir dan Israel, sedangkan Kelompok Komando berada di Rafah. Kontingen Garuda I berakhir misinya pada tanggal 29 September 1957. Dengan berakhirnya masa tugas Kontingen Garuda I maka Kontingen Garuda II hingga seterusnya menjalankan masa tugas sesuai mandat yang diberikan dan saat ini angkatan pasukan telah mencapai pada generasi Kontingen Garuda XXX.

Kontingen Garuda dan UNIFIL

Kontingen Garuda yang pertama kali bertugas sebagai bagian dari Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon adalah Kontingen Garuda XXIII-A yang direncanakan berangkat akhir September 2006, namun keberangkatan Kontingen Garuda dan pasukan perdamaian dari negara-negara Asia ditunda serta dikembalikan ke kesatuan masing-masing. Kontingen Garuda XXIII-A dipimpin oleh Kolonel Surawahadi dan terdiri dari 850 personel TNI. Setahun berikutnya pada tahun 2007-2008, diberangkatkan Kontingen Garuda XXIII-B ke Lebanon Selatan. Kontingen Garuda XXIII-B dikomando oleh Letkol Inf. A. M. Putranto. Kontingen ini berkekuatan 850 personel yang terdiri lebih dari 500 AD, lebih dari 200 AL, lebih dari 50 AU, 1 staf Kementerian Pertahanan dan 3 staf Departemen Luar Negeri.

(13)

Angkatan Bersenjata Lebanon (Lebanese Armed Forces/LAF)

Lebanese Armed Forces dalam terjemahan Indonesia berarti Angkatan Bersenjata Lebanon yang terdiri dari Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Angkatan Darat. Memiliki motto: Honor, Sacrifice and Loyalty. Angkatan Bersenjata Lebanon didirikan pada 1 Agustus 1945 dan markas besarnya berada di Yarze, Lebanon.

Kepemimpinan Panglima dipegang oleh Michel Aoun, Menteri Pertahanan dipegang oleh Elias Bou Saab dan Komandan Angkatan Bersenjata dipegang oleh Joseph Aoun.

Personel yang aktif saat ini berjumlah lebih dari 70.000 dengan total dijumlah lebih dari 60.000 tentara, lebih dari 4.000 Angkatan Laut dan lebih dari 1.000 Angkatan Udara.

Pada tahun 2018 dikeluarkan anggaran untuk militer Lebanon sebesar $2,5 milyar dengan PDB sebesar 2,8%. Industri pertahanan di Lebanon dipasok oleh negara asing antara lain Amerika Serikat, Prancis, Britania Raya, Italia, Jerman dan Rusia. Misi-misi yang dilaksanakan oleh Angkatan Bersenjata Lebanon adalah:

- Membela Lebanon dan warganya dari agresi internal, - Menjaga stabilitas dan keamanan internal,

- Menghadapi ancaman terhadap kepentingan vital negara, - Terlibat dalam pembangunan sosial,

- Melakukan operasi bantuan dalam koordinasi dengan lembaga publik dan lembaga kemanusiaan.

Angkatan Bersenjata Lebanon terdiri atas pasukan darat, pasukan udara, pasukan laut, komandan, penasihat, insinyur dan anggota pasukan khusus. Ketiga matra kesatuan pasukan (darat, laut, udara) dioperasikan dan dikoordinasikan oleh Komandan LAF. Lebanon memiliki 6 perguruan tinggi dan sekolah militer. Lebanese Officers dikirim ke luar negeri seperti Amerika Serikat, Rusia dan bagian lain di Eropa untuk menerima pelatihan tambahan. Struktur organisasi Komando LAF terdiri dari Panglima, Kepala Staf, Wakil Kepala Staf dan direktorat-direktorat lainnya.

Pasukan Angkatan Darat Lebanon terdiri atas 5 Regional Commands (wilayah Beirut, wilayah Bekaa, wilayah Gunung Lebanon, wilayah Utara dan wilayah Selatan) dan 11 Brigades. Untuk Angkatan Udara Lebanon menjadi bagian dari cabang penerbangan Angkatan Bersenjata Lebanon yang telah memiliki beberapa kendaraannya, dimana saat ini dalam proses untuk memulihkan kemampuan jet dan

(14)

sedang mempertimbangkan untuk menambah kendaraan seperti pesawat tempur atau pelatih pesawat jet.

Yang terakhir yaitu Angkatan Laut Lebanon memiliki tugas untuk melindungi perairan teritorial Lebanon, melindungi pelabuhan dan memerangi penyelundupan barang ilegal. Dalam Angkatan Laut Lebanon terdapat Komando Angkatan Laut yang kemudian terbagi menjadi quarter-general Angkatan Laut, the Department of Naval Equipment Stores, Sekolah Angkatan Laut, Pangkalan Angkatan Laut Beirut dan Pangkalan Angkatan Laut Jounieh. Angkatan Laut Lebanon sekarang sedang berproses untuk modernisasi dan peningkatan.

Adapun Pasukan Khusus Lebanon yang merupakan tentara elit milik Lebanon.

Pasukannya terdiri dari Resimen Komando, Resimen Lintas Udara Lebanon, Komando Marinir, Unit Kontra-Terorisme-Sabotase Lebanon dan Panthers. Agar pasukan elit Lebanon tetap efektif maka banyak pasukannya yang dikirim ke luar negeri seperti Amerika Serikat, Inggris dan Prancis untuk menerima pelatihan di bidang-bidang khusus yang tidak mampu disediakan oleh Angkatan Bersenjata Lebanon. Pada tahun 2008, Angkatan Bersenjata Lebanon membentuk Komando Operasi Khusus Lebanon guna mengkategorikan unit-unit elit Angkatan Bersenjata dimana pasukan operasi khusus ini telah mencakup:

- Resimen Lintas Udara, - Resimen Rangers,

- Resimen Komando Angkatan Laut,

- Resimen Kontra-Sabotase Intelijen Militer.

Untuk sekolah militer dan perguruan tinggi yang terdapat di Lebanon, antara lain:

- Fouad Shehab Command and Staff College, - High Center for Military Sport,

- Lebanese Army Military Academy, - Skiing and Mountain Fighting School, - Teaching Institute,

- Air Force Aviation School, - Naval Academy,

- Lebanese Special Forces School.

Mengenai wajib militer yang terdapat di Lebanon sempat diberlakukan pada awalnya kepada seluruh pria di Lebanon selama 1 tahun dinas militer yang kemudian

(15)

tahun 2007, dihapuskan dan digantikan menjadi pasukan sukarela yang bebas wajib militer.

Maritime Task Force (MTF)

Satuan Tugas Maritim (Maritime Task Force/MTF) dikerahkan atas permintaan Pemerintah Lebanon pada Oktober 2006 sesuai mandat Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1701 (2006) untuk membantu Angkatan Laut Lebanon dalam mengamankan perbatasan laut Lebanon dan titik masuk lainnya guna mencegah masuknya senjata dan bahan terkait tanpa persetujuan Lebanon. Satuan ini adalah penyebaran maritim pertama dalam misi penjaga perdamaian PBB. Sejauh ini lebih dari 10 negara telah menyumbangkan unit-unit Angkatan Laut kepada Satuan Tugas Maritim UNIFIL mulai dari Bangladesh, Brazil, Belgia, Bulgaria, Denmark, Prancis, Jerman, Yunani, Indonesia, Italia, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swedia dan Turki.

Unit Angkatan Laut UNIFIL beroperasi di seluruh bentangan garis pantai Lebanon dalam kerjasama erat dengan Angkatan Laut Lebanon. Gugus Tugas Maritim melaporkan kapal-kapal yang dicurigai kepada otoritas Lebanon yang akan memeriksanya. Atas permintaan Pemerintah Lebanon, MTF dapat mengalihkan atau memeriksa kapal-kapal yang dicurigai dan mencegah unit-unit Angkatan Laut tidak berizin memasuki perairan teritorial Lebanon. Selain itu, MTF bekerja untuk membangun kapasitas operasional yang berkelanjutan di dalam Angkatan Laut Lebanon melalui latihan bersama, berbagi peralatan dan pemberian bantuan teknis.

Dengan berakhirnya perang pada 2006 maka kemudian MTF dikerahkan agar mendorong Israel untuk mengangkat blokade laut di Lebanon. Tahun 2019 telah mencapai total lebih dari 750 pelatihan antara MTF dan Angkatan Bersenjata Lebanon, dimana angka jumlah pelatihan tersebut dibanggakan oleh PBB karena terlihat signifikansi dan partisipasi dari Angkatan Laut Lebanon dibandingkan dengan jumlah-jumlah pelatihan sebelumnya. Pada dasarnya konsep umum operasi MTF mengikuti konsep umum operasi UNIFIL, yang dilaksanakan dengan 3 tahap:

1. Tahap I: Tahap Transisi/Transition Phase, yakni agar LAF mempunyai kemampuan awal/dasar menggelar pasukan di area operasi dan melaksanakan tugas- tugas operasi dengan bantuan dari UNIFIL,

2. Tahap II: Tahap Stabilisasi/Stabilization Phase, yakni tahap dimana LAF mempunyai kemampuan operasional secara penuh dan mengontrol area operasi dengan asistensi minimal dari UNIFIL,

(16)

3. Tahap III: Tahap Penarikan/Drawdown, yakni tahap dimana LAF telah mempunyai kemampuan penuh dalam pelaksanaan tugas-tugas operasional termasuk kemampuan melaksanakan pengawasan dan kontrol terhadap masuknya senjata atau material terlarang lewat laut ke Lebanon tanpa bantuan dari UNIFIL.

Detail berikut tentang mandat MTF berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1701 serta berdasarkan surat permintaan dari Pemerintah Lebanon yang ditandatangani oleh PM Siniora tanggal 6 September 2006, memberikan tugas pokok kepada Satgas MTF untuk:

- Melaksanakan kegiatan Maritime Interdiction Operation (MIO) dan pengawasan dalam rangka membantu Angkatan Laut Lebanon mengawasi serta mencegah masuknya senjata tidak sah melalui laut di wilayah yurisdiksi Lebanon, sampai dengan Angkatan Laut Lebanon mampu untuk

melaksanakannya secara mandiri,

- Memberikan pelatihan agar Angkatan Laut Lebanon mampu menjaga wilayah perairan teritorialnya tanpa asistensi dari MTF-UNIFIL,

- Melaksanakan pengawasan pergerakan udara di atas wilayah area operasi maritim dan di wilayah Lebanon.

Referensi

Dokumen terkait

development and implementation of an innovative inquiry-based learning to build students’ higher order thinking skills in teaching of inorganic reactions", AIP Publishing,

As shown in Figure 3, over time, the pH increased only in the 1% eco enzyme solutions plus synthetic river water and plus neutralized synthetic river water.. At