• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADANG PADA MASA PEMERINTAHAN SYAHRUL UDJUD TAHUN 1983-1993

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PADANG PADA MASA PEMERINTAHAN SYAHRUL UDJUD TAHUN 1983-1993"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PADANG PADA MASA PEMERINTAHAN SYAHRUL UDJUD TAHUN 1983-1993

Vicky Suzie Mirella1 Kharles2 Kaksim3

Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya peran seorang pemimpin dalam perkembangan sebuah kota. Atas dasar permasalahan tersebut penelitian ini difokuskan kepada bentuk-bentuk kebijakan selama kota Padang dipimpin oleh Syahrul Udjud selama dua periode.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perkembangan kota Padang selama kepemimpinan Syahrul Udjud tahun 1983-1983. Jenis penelitian yang digunakan adalah pertama heuristik atau tahap pengumpulan data atau sumber. Untuk mendapatkan data atau berbagai sumber yang relevan dengan penelitian sumber primer seperti dokumen dan wawancara kepada orang-orang yang terlibat langsung dalam permasalahan. Kedua, kritik sumber yaitu, setelah data di dapatkan, selanjutnya dilakukan kritik internal maupun eksternal dengan melakukan pengujian terhadap keaslian dan keabsahan data, apakah data tersebut relevan atau tidak. Ketiga, melakukan analisis dan interpretasi (penafsiran kembali terhadap data yang telah didapatkan). Data yang di peroleh di lakukan pemilihan dan seleksi yang dianggap relevan dengan kajian dan dapat dipercaya kebenarannya, dan yang keempat, yaitu penyajian dan hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah atau skripsi. Berdasarkan hasil penelitian Padang pada masa pemerintahan Syahrul Udjud selama dua periode mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam segala bidang. Mulai dari pembangunan masyarakatnya sampai kepada pembangunan infrastruktur pemerintahannya. Dapat disimpulkan bahwa, Padang pada masa pemerintahan Syahrul Udjud tahun 1983-1993 merupakan sebuah kota yang mencapai puncak kejayaannya ketika itu.

Keywords : Sejarah Pemerintahan

1Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

2Pembimbing I s3Pembimbing II

(2)

PENDAHULUAN

Sebuah kota memang tidak pernah terlepas dari berbagai persoalan, dan untuk mengatasi kondisi demikian diperlukan seorang pemimpin yang mampu membuat kebijakan dan dapat mengatasi persoalan tersebut. Oleh sebab itulah peran seorang pemimpin dalam sebuah kota yang dalam hal ini disebut Walikota sangatlah penting karena maju mundurnya sebuah kota bergantung kepada kebijakan yang dibuat oleh Walikota. Pada dasarnya, keberadaan seorang Walikota serta kebijakannya sangat menentukan maju mundurnya sebuah kota, dengan kata lain Walikota menjadi penentu perkembangan sebuah kota, tidak hanya dalam bidang pemerintahan tetapi juga bidang lain seperti ekonomi, sosial, pendidikan, sarana dan prasarana umum serta transportasi.

Kondisi Kota Padang yang cukup memprihatinkan terkait dengan persoalan yang seperti disebutkan di atas berbanding terbalik ketika Syahrul Udjud menjadi Walikota. Keberhasilan-keberhasilan yang diraih oleh Syahrul Udjud di masa kepemimpinannya, menimbulkan rasa kerinduan dari masyarakat kota Padang.

Kerinduan tersebut berujung kepada keprihatinan bagi sebagian masyarakat di kota Padang. Berbeda ketika Syahrul Udjud menjadi Walikota, dimana pada masa Syahrul Udjud Padang bisa tertata dengan baik

Berdasarkan hal diatas, penulisan Sejarah pemerintahan kota Padang selama kepemimpinan Syahrul Udjud menjadi menarik untuk di teliti. Terkait dengan pentingnya peran seorang pemimpin dalam perkembangan sebuah kota.

Penelitian ini membahas apa saja bentuk kebijakan-kebijakan yang dilakukan Syahrul Udjud selama memimpin kota Padang selama dua periode. Pada akhirnya kebijakan-kebijakan tersebut berhasil menghantarkan kota Padang menjadi kota yang sukses.

Batasan penelitian ini adalah batasan spasial dari penelitian ini adalah Kota Padang begitu juga dengan tahun 1993 karena pada tahun tersebut adalah akhir dari penelitian ini.

Sedangkan batasantemporalnya tahun (1983-1993) yang menekankan pada masa

kepemimpinan Syahrulm Udjud memimpin kota Padang.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kota Padang sebelum Syahrul Udjud menjadi Walikota Kota Padang ?

2. Apa saja kebijakan Syahrul Udjud selama dua periode (1983-1993), terkait dengan perkembangan dan pembangunan Kota Padang ?

3. Bagaimana pandangan masyarakat kota Padang terhadap kepemimpinan Syahrul Udjud sebagai walikota Padang selama dua periode ?

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini berguna untuk :

1. Mendeskripsikan perkembangan kota Padang sebelum Syahrul Udjud menjadi walikota Padang.

2. Mendeskripsikan bentuk kebijakan Syahrul Udjud dalam memimpin Kota Padang selama dua periode (1983- 1993).

3. Mengungkapkan tanggapan masyarakat kota Padang terhadap kepemimpinan Syahrul Udjud sebagai Walikota Padang selama dua periode.

Studi yang relevan diantaranya : Hanifah (2000) dengan judul skripsi

“Dinamika Pemekaran Kota Padang”.

Dalam kajiannya ia memaparkan bahwa pemekaran kota berimplikasi pada perubahan beberapa rencana penggunaan tata ruang bangunan dan prasarana umum sekaligus menggambarkan bagaimana pola dan bentuk perkembangan yang ditunjukkan oleh Kota Padang dalam kurun waktu 18 tahun.

Hyeni Roza Nofia (2013) dengan judul skripsi “Nagari Surantih Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan Pada Masa Pemerintahan Desa Tahun 1983-2001”.

Dalam kajiannya ia memaparkan bahwa pemerintahan Nagari serta perubahan- perubahan yang terjadi karena masuknya sistem pemerintahan Desa di Sumatera Baratmemang bukanlah hal yang baru.

Haroza Lupinta (2012) dengan judul skripsi “Tapan Pada Masa Pemerintahan Desa Tahun 1983-1999”. Dalam kajiannya ia memaparkan bahwa dalam bidang pemerintahan, penerapan Undang-undang

(3)

berdampak pada menurunnya fungsi atau peran ninik mamak dalam pemerintahan desa dibanding ketika berlakunya pemerintahan nagari.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah.

Langkah pertamaHeuristik

yaitumengumpulkan dan menemukan sumber-sumber data sejarah baik primer maupun sekunder. Sumber primer berupa wawancara dan arsip, wawancara dilakukan terutama kepada nara sumber Syahrul Udjud. Jenis sumber yang telah didapatkan antara lain sumber primer berupa “Memori pelaksanaan tugas Wali Kotamadya Daerah Tingakt II Padang Periode 1983-1993”, sedangkan sumber sekunder yang sudah didapatkan berupa buku-buku yang terkait dengan tema penelitian, skripsi yang relevan dan laporan penelitian. Semua sumber tersebut diperoleh melalui studi kearsipan dan studi kepustakaan. Studi pustaka telah dilakukan di beberapa perpustakaan antara laian Ruang baca Prodi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat, Perpustakaan Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Andalas dan Perpustakaan Wilayah Sumatera Barat. Studi kearsipan dilakukan di Kantor Arsip kota Padang.

Tahap kedua adalah kritik sumber merupakan pengolahan data terhadap arsip yang dilakukan kritik eksternal dan internal.Kritik eksternal adalah pengujian otensitas (keaslian) secara klinis dan labor kritik, ini dapat dijalankan karena keterbatasan alat-alat pengetahuan penulis.

Sedangkan kritik internal dilakukan untuk menguji keaslian (reabilitas) isi informasi sejarah yang terkandung didalamnya dengan cek silang dalam wawancara kedua tingkat pengolahan ini bertujuan untuk menyeleksi dan menyingkirkan bagian data yang tidak relevan dan kemudian menyimpulkan kesaksian yang bisa dipercaya dari bagian yang telah diseleksi dari data autentik .

Tahap ketiga adalah interpretasi data yang telah diseleksi dari sumber-sumber yang telah di kritik dan dipilah-pilah, sehingga diperoleh butir-butir informasi yang dibutuhkan berupa faktor-faktor yang kemudian dirangkai dan diolah sesuai penelitian.

Tahap keempat adalah historiografi penulisan laporan penelitian merupakan penyajian hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah (Skripsi) dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan suatu karya sejarah yang bisa dipertanggung jawabkan.

KOTA PADANG SEBELUM

KEPEMIMPINAN SYAHRUL UDJUD A. Gambaran Umum Kota Padang

Berdasarkan sensus penduduk 1980, penduduk Kotamadya Padang berjumlah 480.607 jiwa. Sebagian besar penduduk terkonsentrasi dengan kepadatan di pusat kota, sebaliknya wilayah pinggiran kota memiliki kepadatan penduduk yang relatif rendah. Sepuluh tahun sebelumnya (1971), penduduk kota Padang tercatat sebesar 350.757 jiwa dengan pola penyebaran yang relatif sama. Dapat disimpulkan bahwa, selama rentang waktu sepuluh tahun tersebut penduduk kota Padang naik rata-rata 3,5%

per tahun.

Pendidikan merupakan salah satu dari bagian pembangunan sosial yang terkait langsung dengan pembangunan masyarakat.

Kegiatan pendidikan yang ada pada hakekatnya bertujuan untuk membangun manusia yang berpengetahuan dan berpendidikan tinggi, mempunyai kemampuan dan keterampilan serta berdaya guna dalam mewujudkan tercapainya pembangunan disegala bidang sesuai dengan keadaan dan kondisi daerah masing-masing.

Ketika itu, dibidang pendidikan Padang masih sangat jauh tertinggal dari daerah- daerah lainnya. Kota Padang pada awal tahun 70-an hanya memiliki 6 sekolah Dasar (SD) Negeri, 3 SMP dan 2 SMA Negeri.

Sementara itu kegiatan ekonomi merupakan salah satu faktor penentu berkembangnya suatu daerah, begitu juga dengan kota Padang. Kondisi wilayah juga menjadi penentu terhadap mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat. Namun untuk kegiatan kota Padang sendiri, lebih cendrung kepada bidang jasa, perdagangan, dan pertanian. Kota Padang memang sangat terkenal dengan jiwa dagangnya. Banyak kita temui bukan hanya di kota Padang, tapi sampai keluar daerah, bahwa yang berjualan itu rata-rata asal nya dari minang.

B. Kondisi Kota Padang Sebelum Syahrul Udjud Menjadi Walikota Dari Berbagai Sudut

(4)

Kota padang pada era tahun 70-an sampai 90-an pernah mengalami masa jaya dibidang pemerintahan dan penataan kota.

Setidaknya, hal itu dapat di lihat semenjak dimulainya pemerintahan Walikota Hasan Basri Durin. Menjadi Walikota bukanlah hal yang mudah bagi hasan Durin. Kondisi kota Padang yang di temui Hasan Basri Durin ketika di angkat menjadi Walikota sangat amburadul. Kota Padang sedang dirundung banyak masalah, mulai dari permasalahan interen pemerintahan yang amburadul hingga lingkungan kota yang kumuh. Ketika masa kepemimpinannya, Hasan Basri Durin mulai menata Kota Padang. Baik membenahi pemerintahan, membangun dan menata fisik kota serta menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan warga kepada kotanya.

1. Masalah Pedagang Kaki Lima dan Pasar

Permasalahan kaki lima dan pasar merupakan permasalahan yang harus di selesaikan secara berdampingan ketika itu.

Penataan pasar memang menjadi salah satu prioritas utama pemerintah ketika itu.

Kondisi pasar yang dipenuhi oleh bangunan kios-kios darurat benar-benar dalam keadaan yang sangat amburadul. Dengan keadaan pasar yang berdesak-desakkan menyebabkan banyaknya terjadi pencopetan. Begitu juga dengan bendi-bendi. Bendi diberi tolerir dalam batas-batas yang tidak begitu akan mengganggu kelancaran lalu lintas dan dapat memelihara kebersihan. Pemerintah ketika itu memiliki masalah mengenai keterbatasan dana, namun tidak menjadi permasalahan yang terlalu sulit bagi pemerintah ketika itu.

Pemerintah mengundang para pedagang Pasar Jawa yang tergabung dalam Ikatan Pedagang Keluarga Sejenis (IKPS).

Pemerintah menawarkan kepada mereka untuk membangun pertokoan baru. Cara yang dilakukan pemerintah ketika itu adalah memfasilitasi kepada perbankan agar diberikan pinjaman kepada masing-masing pedagang yang akan membangu kios atau toko, dan pedagang sendiri yang akan mencicil pinjaman tersebut. toko-toko tersebut dibangun atas tanah pemda, pedagang diberikan hak pakai dan mereka hanya membayar retribusi. Ternyata para pedagang bersedia dan bank pun siap untuk membiayainya. Dengan cara begitu pemerintah dan para pedagang berhasil

membangun toko toko bertingkat di Pasar Raya.

2. Masalah Angkutan Kota

Masalah angkutan umum dan perhentian oto (terminal) juga merupakan persoalan tersendiri. Ketika itu ada tiga jenis transportasi umum di kota Padang. pertama, bus antar kota yang perhentiannya di pasar Goan Hoat. Kedua, oplet dan bemo dengan perhentian di jalan Pasar Baru. Ketiga, bendi yang perhentiannya sebagian di Goan Hoat dan sebagian lagi di Jalan Pasar Baru.

Perhentian bus dan oplet tersebut relatif tidak bisa di kendalikan oleh pemerintah kota. Lebih banyak di kuasai oleh orang- orang yang memiliki kepentingan tertentu.

Adapun beberapa masalah angkutan kota ketika itu adalah masih kurangnya tempat pemangkalan atau terminal untuk angkutan kota tersebut. Kedua, terlalu banyaknya jenis kendaraan angkutan kota yang menyebabkan pula banyak organisasinya. Sehingga sangat kesulitan bagi pihak-pihak yang bersangkutan untuk mengaturnya. Masalah-masalah yang semula kecil biasanya cepat membesar karena menyangkut orang banyak. Dampak dari permasalahan tersebut biasanya juga cepat terasa oleh masyarakat karena angkutan kota merupakan kebutuhan pokok masyarakat.

3. Masalah Kebersihan

Kondisi kota Padang yang amburadul tidak sesuai sebagai Ibu Kota Provinsiyang seharusnya. Padang ketika itu sangat jauh tertinggal dari kota lain, Bukittinggi contohnya. Keadaan tata bangunan kota yang tidak teratur menimbulkan dampak negatif bagi kota Padang, terutama dalam bidang kebersihan. Masyarakat sangat kesulitan untuk mendapatkan air bersih ketika itu. Bukan hanya air bersih, listrik pun juga masih belum merata ketika itu.

Disamping sarana penyediaan air bersih dan listriknya yang masih sangat minim, prilaku manusianya yang masih belum tertib juga menjadi salah satu faktor penting ketika itu.

4. Sarana Pra Sarana.

Masalah utama yang yang dilakukan ketika itu adalah mengatasi masalah abrasi atau penggusuran pantai, karna besarnya ombak pantai purus ketika itu. Hal kedua

(5)

yang menjadi prioritas pembangunan sarana pra sarana Kotamadya Padang di masa Hasan Basri Durin adalah pembangunan pasar dan terminal bus. Kekurangan dana pemerintah ketika itu, tidak menjadi hal yang sulit bagi pemerintahan Hasan Basri Durin ketika itu. Pasar Raya yang waktu itu bernama Pasar Jawa, masih di dominasi oleh bangunan los-los dan kios-kios darurat. Baru ada satu pertokoan yang sudah dibangun secara permanen ketika itu, yaitu Pasar Raya Fase 1.

Selanjutnya adalah pembangunan Terminal Lintas Andalas sebenarnya sudah dimulai di masa Walikota Achiroel Jahja.

Pembangunan Terminal tersebut belum dapat di selesaikan dengan baik dan masih terbengkalai. Bangunan loket-loket dan pengaspalan tempat parkir mobil masih belum selesai. Setelah beberapa bulan terminal berhasil di selesaikan, maka seluruh bus dan angkutan antar kota di pindah ke Lintas Andalas. Sedangkan Terminal Goan Hoat khusus untuk angkutan kota, oplet dan bemo serta bendi. Dengan berfungsinya Lintas Andalas, perhentian oto dan bendi jadi bisa di atasi. Aktivitas masyarakat dan sarana transportasi yang menumpuk di Pasar Raya dapat di atasi dan kota pun menjadi lebih rapi,tertib, dan mulai bersih.

PADANG PADA MASA

PEMERINTAHAN SYAHRUL UDJUD TAHUN 1983-1993

A. Kiprah Syahrul Udjud Selama Menjadi Walikota Padang

Pertambahan areal Kotamadya Padang dari 33km² menjadi sekitar 694,96km² membutuhkan kembali penataan struktur fisik dan tata ruang kota yang lebih terpadu.

Dari data penggunaan tanah di Kotamadya Padang pada tahun 1989, dapat dilihat bahwa dari luas daeraah terdapat sebesar 30,02% merupakan daerah pertanian dan tanah kosong, 55,07% merupakan daerah hutan dan daerah perbukitan, sedangkan sebesar 3,81% merupakan kawasan pendidikan, perdagangan, industri, transportasi, kesehatan, dan lain sebagainya.

Pada tahun 1980-an kota Padang di akui sebagai salah satu pelopor kota terbersih di Indonesia ketika itu. Padang berhasil berkali-kali meraih piala Adipura berawal pada tahun 1985. Sistem K3 yang dijalankan kota Padang dengan sistem pemungutan sampah, berhasil menjadikan

kota Padang menjadi kota yang bersih. Pada tahun 1980-an Padang memiliki pengangkut sampah yang benar-benar berjalan dengan baik.

B. Kebijakan Syahrul Udjud Memimpin Kota Padang

1. Dalam Bidang Sarana Prasarana a. Jalan dan Jembatan

1) Memprioritaskan pembangunan jalan dan jembatan untuk membuka isolasi daerah.

2) Melakukan pelebaran, dan pembukaan jalan untuk pembangunan jalan lingkar (outer ring road).

3) Mempersiapkan usaha pembangunan lanjutan jalan By Pass tahap II dari Lubug Begalung-Lubuk Buaya

4) Meningkatkan kontruksi jalan yang ada, baik dengan pengaspalan dan pelebaran maupun dengan pengkrekelan jalan- jalan tanah.

b. Banda Bakali

Pembangunan bandabakali merupakan saluran bajir yang salah satu dari rangkaian kebijakan penanggulangan banjir di kota Padang. Diketahui pada tahun 1980-an kota Padang masih sangat sering terjadi banjir, di sebabkan meluap nya beberapa aliran sungai. Maka dari itu di buat lah banda bakali dengan tujuan agar peluapan air sungai yang terjadi setiap tahun tersebut tidak lagi terjadi.

2. Dalam Bidang Sosial a. Pendidikan

Perkembangan penduduk daerah Kotamadya yang begitu pesat tidak sebanding dengan pembangunan sekolah- sekolah. Hal tersebut berakibat pada tidak meratanya anak-anak dapat tertampung di sekolah negeri. Untuk itu perananan sekolah swasta dan bersubsidi sangat penting dalam menanggulangi masalah tersebut. Tahun 1988 dari jumlah 413 buah sekolah dasar yang ada di Kotamadya Padang tercatat sekolah negeri 174 buah, sekolah dasar inpres 187 buah dan sekolah dasar subsidi dan swasta sebanyak 52 buah.

Dari permasalahan pendidikan yang dihhadapi ketika itu, maka di ambillah beberapa buah kebijaksanaan;

(6)

1) Mengalokasikan dana program Inpres SD dalam upaya meningkatkan sarana dan fasilitas Sekolah Dasar.

2) Membantu melancarkan pembangunan Inpres SD dengan usaha penyediaan atau pembebasan tanah.

3) Menyediakan dana penunjang dari

APBD dalam membantu

pengembangan pendidikan.

4) Membantu usaha-usaha instansi sektoral dan swasta dalam pembangunan sarana dan fasilitas pendidikan.

b. Kesehatan

Periode pertama Syahrul Udjud menjadi Walikota Padang masyarakat telah mendapatkan perhatian kesehatan ketika itu.

Namun dalam penerapan kebijakan itu sendiri ada kesulitan atau masalah yang akan muncul. Beberapa masalah muncul ketika itu, pertama masih sangat minim nya jumlah tenaga medis atau dokter. Kedua masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara lingkungan bersih.

Ketiga adanya faktor ekonomi, rendah nya hasil pendapatan masyarakat mengakibatkan masih banyak nya masyarakat yang menderita kekurangan gizi dan menyebabkan kematian pada bayi.

Beberapa kebijaksanaan yang dilakukan Syahrul Udjud untuk mencapai tujuan pembangunan program kesehatan, yaitu;

1) Meningktakan kwantitas dan kualitas tenaga medis atau dokter.

2) Menambah sarana fasilitas yang ada, sehingga pelayanannya merata ke seluruh kecamatan.

3) Melaksanakan kegiatan penyuluhan tentang kesehatan melalui sekolah- sekolah, kemasyarakatan dengan kegiatan UKS, PKK, dan Ormas.

4) Melakukan kunjungan terhadap rumah- rumah tertentu untuk melakukan penyemprotan, dan pengobatan langsung jika ada yang terkena wabah penyakit menular.

c. Agama

Pembangunan di bidang agama merupakan pembangunan mental dan spiritual yang mempunyai kedudukan penting untuk mewujudkan kerukunan dan kebahagiaan dalam masyarakat.Penduduk di

daerah Kotamadya Padang, memeluk bermacam-macam agama yakni, Islam, Khatolik, Protestan, Budha dan Hindu Bali.

Hubungan antar agama di kota Padang sangat baik, baik Islam sendiri sebagai agama mayoritas di Kota Padang maupun agama lain tidak ada persaingan ataupun perselisihan. Jumlah pemeluk agama pada 11 kecamatan pada tahun 1984-1989 adalah, dimana di daerah kecamatan Padang Barat terdapat pemeluk agama Islam terbanyak yaitu sebesar 83,90%, Khatolik 1,29%, Protestan 9,21%, Hindu 0,21% dan yang beragama Budha sebesar 5,39%. Untuk daerah kecamatan Padang Selatan jumlah pemeluk agama Islam adalah sebesar 90,69%, Khatolik 1,07%, Protestan 3,67%, Budha 4,30%, dan Hindu sebesar 0,27%.

Begitu juga dengan kecamatan Padang Timur dan Padang Utara, agama Islam juga merupakan pemeluk mayoritas yang dianut masyarakat Kotamadya Padang.

3. Ekonomi a. Pertanian

Pembangunan di bidang pertanian kota Padang secara luas di tujukan untuk meningkatkan produksi pangan terutama tanaman padi, di samping tanaman dan hasil pertanian lainnya. Kotamadya Padang adalah suatu kota yang memiliki keistimewaan di bandingkan dengan kota kota yang memiliki potensi wilayah di bidang pertanian tanaman pangan. Usaha yang telah di lakukan dalam meningkatkan produksi pangan kota Padang dari tahun 1983 sampai dengan tahun 1990 telah berhasil di lakukan. Adapun usaha yang berhasil dilakukan:

1) Padi Sawah 2) Palawija 3) Sayur-sayuran b. Peternakan

Peternakan bagi masyarakat kota Padang, pada umumnya merupakan usaha sambilan bagi masyarakat pinggiran. Jenis ternak yang banyak di jalankan masyarakat adalah ternak ayam, itik, dan kambing, sedangkan jenis ternak besar yang banyak di jalani adalah ternak sapi dan kerbau. Ternak ini banyak di kaitkan dengan usaha pertanian, khususnya untuk menggarap sawah, sedangkan kuda di gunakan sebagai alat transportasi, namun jumlah nya sangat

(7)

minim sekali. Ada juga sebahagian masyarakat yang beternak babi untuk memnuhi kebutuhan masyarakat tionghoa di kota Padang.

c. Perikanan

Sebagai daerah yang terletak di tepi pantai, maka Kotamadya Padang mempunyai potensi yang cukup besar dalam pengembangan sektor perikanan laut dan perikanan darat. Produksi ikan laut sebesar 98,72% dan produksi ikan darat sebesar (budi daya air tawar dan air payau serta perairan umum) 1,28%. Tahun 1988/199 jumlah produksi perikanan adalah sebanyak 12.071.330 kg, yang terdiri dari produksi ikan laut sebesar 11.932.000 kg. Jika di bandingkan dengan produksi pada tahun 1985/1986 sebesar 8.234.961 kg maka terdapat kenaikan produksi ini belum memadai.

4. Kebijakan Pasar

Untuk mengatasi permasalahan ketertiban, kebersihan, dan keindahan tersebut Syahrul Udjud melanjutkan sebuah program yang terlebih dahulu telah dirancang oleh Hasan Basri Durin, yaitu program K3. Hingga tahu 1993 program K3 berarti sudah dilancarkan selam sepuluh (10) tahun dan telah menhasilkan banyak kemajuan. Program K3 yang dilancarkan Syahrul Udjud merupakan sebuah kegiatan penertiban kota, Berdasarkan wawancara dengan Syahrul Udjud, diungkapkan bahwa dalaam pembangunan pasar raya, ketika itu tidak hanya dijalankan oleh pemerintah saja, tetapi dibangun secara bersamaa-sama termasuk para pedagang pasar. Syahrul Udjud meminta agar pedagang pasar membangun pasar itu sendiri. Ada pertokoan kopas itu pedagang pasar yang membangunnya sendiri. Pelaksanaan program K3, khususnya di bidang kebersihan telah memberikan hasil yang positif bagi kota Padang. Bahkan selama dua dekade (1983-1993) Padang di jadikan sebagai pelopor kota bersih di Indonesia.

a. Angkutan Kota dan Antar Daerah 1) Angkutan Kota

Angkutan kota ditujukan untuk memperlancar mobilitas penduduk dalam kota yang berkaitan dengan aktivitas sosial ekonomi masyarakat. Aktivitas angkutan kota di Kotamadya Padang meliputi kendaraan bermotor dan kendaraan tidak

bermotor, sedangkan untuk angkutan penumpang digunakan Bus Kota, Mini Bus, Oplet, Mikrolet, Bemo, dan Taksi.

Penggunaan taksi ketika itu belum bersifat resmi, kecuali taksi pelabuhan, karena sebagian besar menggunakan kendaraan pribadi.

1) Angkutan Antar Daerah

Kebijaksanaan pembangunan di bidang angkutan kota dan antar daerah, meliputi pembangunan jenis kendaraan bermotor, pembangunan angkutan kereta api, kapal laut dan pesawat udara. Pengembangan angkutan antar daerah, di maksudkan pula untuk perrkembangan ekonomi, dimana pembangunan angkutan kota dan antar daerah sangat mendorong pertumbuhan wilayah kota Padang ketika itu. Oleh sebab itu, kegiatan pembangunan akan di arahkan kepada usaha perbaikan dan penyempurnaan jaringan transportasi. Usaha perbaikan pertama yang di lakukan adalah pembangunan dan penyempurnaan terminal- terminal lokal dan regional untuk penumpang dan barang, tempat-tempat parkir, perbengkelan, pompa bensin, dan pemasangan rambu-rambu jalan. Sedangkan khusus untuk jenis angkutan kota, perlu di ciptakan suatu jenis angkutan yang betul- betul menanggulangi kekurangan jasa angkutan kota yang murah dan aman.

C. Pandangan Mayarakat Terhadap Kepemimpinan Syahrul Udjud

Perkembangan kota yang mencapai salah satu puncak kejayaan ketika itu menjadikan Syahrul Udjud sosok pemimpin yang luar biasa dimata masyarakat.

Keberhasilan-keberhasilan yang dicapai dimasa kepemimpinannya mengingatkan masyarakat akan sosok Syahrul Udjud tersebut, bahkan hingga saat ini.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Padang pada masa kepemimpinan Syahrul Udjud benar-benar mengalami kajayaan. Melaksanakan program perencanaan kota secara konsisten, yaitu dengan melanjutkan dan menyempurnakan program yang telah dibuat oleh Walikota sebelumnya yaitu Hasan Basri Durin.

(8)

Kebijakan yang terlebih dahulu dirancang oleh oleh Hasan Basri Durin, ternyata mampu dilanjutkan dan di optimalisasikan oleh Syahrul Udjud.

Kebijakan yang dilaksanakan dengan asaz kekeluargaan berhasil menjadikan kota Padang menjadi salah satu kota yang diperhitungkan ketika itu. Mulai dari beberapa penghargaan dan kesuksesan yang telah diperoleh kota Padang. beberapa kali mendapatkan piala Adipura dari Presiden Soeharto sebagai lambang kota bersi, dan sekaligus dinyatakan sebagai kota pelopor Adipura. Tidak hanya itu, piala Wahana Tata Nugraha juga berhasil diperoleh kota Padang dari Presiden Soeharto pada september 1992.

Paiala Wahana Tata Nugraha merupakan piala terib lalu lintas pertama yang diperoleh kota Padang ketika itu.

Pedagang kaki lima dan pasar merupakan masalah yang beriringan dan sangat sensitif dihadapi kota Padang ketika itu. Kita ketahui pasar adalah tempat menopang hidup bagi para pedagang di pasar. Namun kenyataan yang ditemui keadaan pasar yang sangat amburadul, pedagang kaki lima berserakan dimana- dimana, dan hal tersebut menimbulkan gangguan terhadap kalayak umum. Selama menjadi Walikota Syahrul Udjud melakukan pembinaan terhadap pedagang kaki lima dan mengajak agar pasar dibangun bersama- sama. Syahrul Udjud mengajak agar para pedagang di pasar untuk membangun toko- toko kopas yang sekarang dapat kita lihat di pasar raya. Toko-toko kopas itu dibangun oleh pedagang pasar sendiri atau ikatan pedagang kaki lima.

DAFTAR KEPUSTAKAAN A. ARSIP

Padang Kota Tercinta. Memori Serah Terima Jabatan Walikotamadya K.D.H Tingkat II Padang. Drs. Haji Hasan Basri Durin 1972-1983.

Perkembangan Kota Padang. Memori Pelaksanaan Tugas: Walikotamadya Padang Kepala Daerah Tingkat II Padang, Syahrul Ujud.SH. 1983- 1988. Padang: Pemerintah Daerah Padang. 1988.

Pola Dasar Repelita III 1979/1980- 1983/1984. Peraturan Daerah No.04/PD/1979 Tanggal 29 Maret 1979

Syahrul Udjud, Pembinaan dan Pengembangan Koperasi/KUD, Pertanian dan Keluarga Berencana, Periode 1983-1990

B. BUKU-BUKU

Anwar Rasjid, Selamat Datang di Padang Kota Tercinta. Padang: Minang Advertasing, 1985

BN Marbun. 1972. Kota Masa Depan.

Jakarta: Erlangga

Colombijn, Freek. 2006. Paco-Paco Kota Padang. Yogyakarta: Ombak.

Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah (Jakarta: Grasindo)

Hasan Basri Durin Sebuah Otobiogrfi Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah.

Yogyakarta: Tiara Wacana.

Lindo Karsyah, Lindo. 2005. “Dari Gubernur M. Nasroen Sampai Zainal Bakar (1947-2005)”. Padang: Genta Singgalang Press.

Mestika Zed. 1999. Metodologi Sejarah.

Padang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang.

Purnawan Basundoro, Pengantar Sejarah Kota (Yogyakarta: Ombak, 2012) Suhaili Syamwil.1986. Padang Kota

Tercinta. Padang:Angkasa Raya Tanpa Nama, Monografi Kotamadya Daerah

Tk.II Padang. Padang: BAPPEDA Kotamadya Daerah Tk.II Padang:1990

Windo Wibowo, dkk, Padang di Persimpangan Jalan (Jakarta: PT.

Visi Media Nusantara, 2012) D. KORAN

Warga Protes Tak Terima BLSM, dalam Padang Ekspres 26 Juni 2013 C. LAPORAN PENELITIAN / SKRIPSI

/ MAKALAH

Efrianto, “Perluasan Kota dan Konflik Tanah di Kota Padang: Studi Kasus Pembangunan Terminal Air Pacah 1992-2002”. Skripsi Sajana. Padang:

Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas.2004

Kharles, Pedagang Kaki Lima dan Pasar Kota Padang Pasca Gempa 30 September 2009. Suluah. Vol. 10 No.

12 Juni 2010

(9)

Mardanas Safwan, “Sejarah Kota Padang”.

Laporan Penelitian. Jakarta:

Departemen P dan K

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan mahasiswa STKIP PGRI Sumbar Darman Hamid 2007 program studi pendidikan sejarah dalam bentuk tulisan membahas mengenai Biografi H Khatib Jamaan Ismail Ulama dan Pejuang Pada

STUDENTS’ MISTAKES IN USING COORDINATING CONJUNCTION OF STUDENTS’ ARGUMENTATIVE ESSAY AT STKIP PGRI SUMATERA BARAT Rizka Hayati, Siska, Mayuasti Program Studi Pendidikan Bahasa