• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN TAHUN 2011 DAN 2015 DI KABUPATEN AGAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN TAHUN 2011 DAN 2015 DI KABUPATEN AGAM"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)

NELA YULIDIANTI 12030121

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2017

(2)
(3)
(4)

i

Nela Yulidianti, (Npm: 12030121). Analisis Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Tahun 2011 dan 2015 di Kabupaten Agam. Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang 2017.

Kabupaten Agam ini memiliki 16 Kecamatan dimana memiliki fungsi kawasan hutan pada masing – masing Kecamatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Sebaran fungsi kawasan hutan Di Kabupaten Agam tahun 2011 dan 2015 (2) Perubahan fungsi kawasan hutan Di Kabupaten Agam tahun 2011 dan 2015.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah Kabupaten Agam. Sampel penelitian diambil dengan total sampling yaitu seluruh wilayah Kabupaten Agam. Teknik analisis data menggunakan teknik overlay peta. Hasil penelitian ditemukan bahwa: 1) Sebaran fungsi kawasan hutan Di Kabupaten Agam tahun 2011 dan 2015: sebaran fungsi kawasan hutan lindung di Kabupaten Agam pada tahun 2011 dan 2015 terdapat pada 15 Kecamatan dan sebaran fungsi kawasan hutan Produksi di Kabupaten Agam pada tahun 2011 dan 2015 terdapat pada 7 kecamatan, kawasan hutan yang terluas di Kabupaten Agam tahun 2011 dan 2015 adalah kawasan hutan Lindung sebesar + 44089,59 (Ha) dari pada hutan Produksi sebesar + 20768,52 (Ha). Di tahun 2011 dan 2015 hutan lindung dan hutan suaka alam dan wisata yang terluas di Kecamatan Palembayan, Kecamatan Tanjung Raya, dan Kecamatan Palupuh, Pada hutan Produksi yang terluas di Kecamatan Palembayan dan Palupuh dan 2) Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Di Kabupaten Agam Tahun 2015. Perubahan fungsi kawasan hutan lindung pada tahun 2015 menurun dari tahun 2011 dapat dilihat bahwasanya pada tahun 2015 luas hutan lindung 44089,59 (Ha) dan pada tahun 2011 luas hutan lindung 47849,42 (Ha). Kemudian perubahan fungsi kawasan hutan Produksi pada tahun 2015 mengalami kenaikan dari tahun 2011 dapat dilihat bahwasanya pada tahun 2015 luas hutan produksi 20768,52 (Ha) dan pada tahun 2011 luas hutan produksi 19439,20 (Ha).

(5)

ii

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Tahun 2011 Dan 2015 Di Kabupaten Agam” Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat. Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setulusnya kepada:

1. Ibu Dr. Zusmelia, M.Si selaku Ketua STKIP PGRI Sumatera Barat Padang. 2. Ibu Erna Juita, S.Pd, M.Si pembimbing I dan Bapak Afrital Rezki, S.Pd, M.Si

pembimbing II, yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Bakaruddin. MS, Ibu Elvi Zuriyani, S.Si, M.Si dan Ibu Nila Afryansih, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

4. Bapak Slamet Rianto, M.Pd dan Ibu Erna Juita, S.Pd, M.Si selaku Pimpinan Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan jadwal untuk seminar hingga ujian skripsi ini dilaksanakan.

5. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat.

(6)

iii

Efridamayenti, saudaraku Adik Nofria ananda, Adik Andre Firmansyah, Adik Yulia Rosa Lina, dan Kerabat yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, dukungan moril, material dan support kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan S1 ini dengan baik.

7. Terspesial buat Yudhi Pratama Idrus, SE yang selalu memberikan dukungan, support dan selalu membantu penulis dalam menjalankan penelitian ini sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan S1 dengan baik sampai penulis mendapatkan gelar yang selama ini diraih.

8. Terimakasih Para sahabat penulis G’nine Ayu lestari, Ana Baraski Halalia, Dara Mistiandin, Wilya Jonita, Yunike, Rismadani Putri, Novliani Putri Ayu, Rahmayani Ihsan yang selama ini mengisi hari – hari, dan Nurfara Ain yang kasih semangat terus.

9. Terimaksih para adik-adik kos penulis adik Yuniria, adik Naya, adik Susi, adik Horin, adik Sandra, adik Putri, adik Rani, adik Debi, adik Ranti, adik Yana, adik Ovi,dan adik Novia yang telah membantu dan memberikan motivasi selama penulis membuat skripsi ini.

Semoga bantuan bimbingan dan dorongan serta sumbangan yang telah Bapak, Ibu, Saudara dan Rekan-rekan berikan mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Amin ya rabball allamin.

(7)

iv

pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan pendidikan khususnya Pendidikan Geografi.

Padang, Februari 2017

(8)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 6

B. Penelitian Yang Relevan ... 13

C. Kerangka konseptual penelitian ...15

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 16

B. Lokasi Penelitian ... 16

C. Populasi Dan Sampel ... 17

(9)

vi

F. Jenis Dan Alat Pengumpulan Data ... 19

G. Tahapan Penelitian ... 20

H. Teknik Pengumpulan Data ... 21

I. Diagram Alir Penelitian ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 24

B. Hasil Penelitian ... 26 C. Pembahasan ... 46 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 50 B. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN ... 63

(10)

vi

Halaman

1. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Statusnya di Kabupaten Agam 2015 ... 2 2. Luas hutan masing - masing Kecamatan di Kabupaten Agam ... 16 3. Kawasan Hutan Kabupaten Agam Tahun 2011 ... 26 4. Hutan lindung di Kabupaten Agam Tahun 2011 Berdasarkan

Kecamatan ... 29 5. Hutan Produksi di Kabupaten Agam Tahun 2011 Berdasarkan

Kecamatan ... 34 6. Kawasan Hutan Kabupaten Agam Tahun 2015 ... 38 7. Hutan lindung di Kabupaten Agam Tahun 2015 Berdasarkan

Kecamatan ... 40 8. Hutan Produksi di Kabupaten Agam Tahun 2015 Berdasarkan

Kecamatan ... 45 9. Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Di Kabupaten Agam Tahun 2011 dan

2015 ... 49 10. Cek Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Di Kabupaten Agam ... 54

(11)

vii

Halaman

1. Kerangka Konseptual ... 15

2. Diagram Alir Penelitian ... 23

3. Kawasan Hutan Kabupaten Agam tahun 2011 ... 28

4. Hutan lindung di Kabupaten Agam tahun 2011 berdasarkan Kecamatan ... 32

5. Hutan produksi di Kabupaten Agam tahun 2011 berdasarkan Kecamatan ... 36

6. Kawasan hutan Kabupaten Agam tahun 2015 ... 39

7. Hutan lindung di Kabupaten Agam tahun 2015 berdasarkan Kecamatan ... 43

(12)

viii

1. Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian ... 63 2. Lampiran 2 Peta Administrasi ... 72 3. Lampiran 3 Peta Fungsi Kawasan Hutan Tahun 2011 di Kabupaten Agam ... 73 4. Lampiran 4 Peta Fungsi Kawasan Hutan Tahun 2015 di Kabupaten Agam ... 74 5. Lampiran 5 Peta Ground Cek ... 75 6. Lampiran 6 Peta Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Agam

Tahun 2011 dan 2015 ... 76 7. Lampiran 7 Surat Penelitian ... 76

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan adalah sumber daya alam yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan mempunyai fungsi sangat penting untuk mengatur tata air, pencegahan bahaya banjir dan erosi, pemeliharaan kesuburan tanah, dan pelestarian lingkungan hidup. Untuk dapat memanfaatkan secara lestari, hutan harus dilindungi dari kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, hama dan penyakit. Selain itu hutan adalah kekayaan alam yang tidak ternilai, sehingga hak-hak bangsa dan negara atas hutan dan hasilnya perlu dijaga dan dipertahankan agar hutan tersebut dapat memenuhi fungsinya (Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan: 2009)

Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, dan merupakan pintu gerbang masuk di wilayah barat pulau ini. Provinsi Sumatera Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 61 tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau. Secara administrasi, wilayah Provinsi Sumatera Barat terdiri dari 12 (dua belas) wilayah kabupaten dan 7 (tujuh) wilayah kota dengan jumlah kecamatan sebanyak 166 kecamatan (RTRW Provinsi Sumatera Barat. 2009 – 2029).

Kawasan hutan di Provinsi Sumatera Barat dibedakan menjadi hutan lindung, dan hutan suaka alam dan wisata (HSAW), hutan produksi, hutan produksi terbatas,

(14)

dan hutan produksi yang dapat dikonversi. Total luas kawasan hutan di provinsi Sumatera Barat tahun 2007 mencapai 2.560.424 Ha (60,53%). Luas hutan lindung dan HSAW mencapai sekitar 40,59% dari luas provinsi Sumatera Barat, dan hutan produksi mencapai 19,94%.

Permasalahan yang dihadapi sektor kehutanan selain menurunnya produktivitas hasil hutan karena semakin berkurangnya potensi hutan produksi, juga masalah perluasan kawasan budidaya ke dalam kawasan hutan, kondisi ini telah banyak menimbulkan bencana alam terutama banjir dan tanah longsor, bahkan berpengaruh terhadap perubahan iklim mikro (RTRW Provinsi Sumatera Barat. 2009 – 2029).

Berdasarka Masalah pada waktu melakukan observasi di lapangan ditemukan masalah tidak sesuainya peruntukan penggunaan lahan dengan arahan fungsi kawasan hutan hal ini juga terjadi di Kabupaten Agam. Kurangnya kesadaran dan perhatian pemerintah berimbas kepada beralih fungsinya kawasan hutan yang seharusnya lindung dijadikan sebagai produksi.

Tabel I.1 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Statusnya di Kabupaten Agam 2015

No Fungsi Luas (Ha) Persentase

(%)

1 Hutan Lindung 22.669 53,29%

2 Hutan Produksi Konservasi 9.040 21,26% 3 Hutan Produksi Terbatas 7.696 18,09%

4 Hutan Produksi 3.133 7,37%

Total 42.538

(15)

Dari tabel diatas dapat diuraikan bahwa luas kawasan hutan menurut fungsi/statusnya di Kabupaten Agam pada tahun 2015. Dari fungsi kawasan hutan lindung dapat diketahui luas wilayah sebesar 22.669 (Ha), fungsi kawasan hutan produksi konservasi dengan luas wilayah sebesar 9.040 (Ha), pada fungsi kawasan hutan produksi terbatas dengan luar wilayah dengan luas wilayah sebesar 7.696 (Ha), dan fungsi kawasan hutan produksi dengan luas wilayah sebesar 3.133 (Ha). Dari data tersebut dapat dilihat di Kabupaten Agam fungsi kawasan hutan lindung lebih tinggi pusat konservasi lahannya karena luas kawasannya mencapai 22.669 (Ha), dari pada fungsi kawasan hutan produksi dengan luas 3.133 (Ha).

Fungsi kawasan hutan terbagi atas dua kawasan hutan yaitu kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Kabupaten Agam bahwasanya Luas wilayah kawasan hutan lindung di Kabupaten Agam seluas 22.669 (Ha) dan Luas fungsi Kawasan Hutan Produksi seluas 19.869 (Ha).

Sebaran fungsi kawasan hutan lindung berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Kabupaten Agam bahwasanya sebaran fungsi kawasan hutan lindung terdapat di 12 Kecamatan antara lain Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Matur, Kecamatan IV Koto, Kecamatan Malalak, Kecamatan Baso, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Kamang Magek, Kecamatan Palembayan, dan Kecamatan Palupuh.

(16)

Sebaran fungsi kawasan hutan produksi berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Kabupaten Agam bahwasanya sebaran fungsi kawasan hutan produksi terbagi atas 3 kriteria yaitu hutan produksi terbatas, hutan produksi, dan hutan produksi konservasi antara lain: Hutan Produksi terbatas terdapat di 3 Kecamatan antara lain kecamatan matur, Kecamatan Palembayan dan Kecamatan Palupuh. Hutan Produksi terdapat di 3 Kecamatan antara lain kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari dan Kecamatan Baso. Hutan Produksi Konservasi terdapat di 4 Kecamatan antara lain Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari dan Kecamatan Palembayan.

Perubahan fungsi kawasan hutan di Kabupaten Agam ini adalah memadukan analisis arahan fungsi kawasan hutan dan sebaran hutan secara spasial. Sehingga dapat menjadi salah satu sarana untuk mencegah berubahnya suatu kawasan. Alat analisis yang bisa digunakan adalah penginderaan jauh dan sistem informasi geografis.

Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dan sangat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan fungsi kawasan hutan dengan cepat sehingga dapat menghasilkan informasi berupa sebaran (distribusi), perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan arahannya di Kabupaten Agam. Dari uraian diatas peneliti ini nantinya akan penulis tuangkan dalam sebuah judul penelitian “Analisis Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Tahun 2011 dan 2015 Di Kabupaten Agam”.

(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana sebaran fungsi kawasan hutan Di Kabupaten Agam tahun 2011

dan 2015?

2. Bagaimana perubahan fungsi kawasan hutan Di Kabupaten Agam tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul dan masalah penelitian yang telah dirumuskan maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tentang :

1. Sebaran fungsi kawasan hutan Di Kabupaten Agam tahun 2011 dan 2015. 2. Perubahan fungsi kawasan hutan Di Kabupaten Agam tahun 2011 dan 2015. D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini bermanfaat untuk :

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan strata satu Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat. 2. Penambahan wawasan bagi pembaca tentang perubahan fungsi kawasan di

Kabupaten Agam, dan bahan masukan bagi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

3. Sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan bagi seluruh pihak terkait ataupun masyarakat untuk pengelolaan hutan lindung di Kabupaten Agam agar dapat dijaga kelestariannya.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Fungsi Kawasan

a) Kawasan Hutan Lindung

Menurut P. Julius F. Nagel (2011) menyebutkan bahwa Kawasan hutan lindung adalah hutan yang perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara tetap untuk kepentingan hidroorologi, yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi, memelihara keawetan dan kesuburan tanah baik dalam kawasan hutan bersangkutan maupun kawasan yang dipengaruhi disekitarnya.

Menurut Jones Hendra M. Sirait (2009) menyebutkan bahwa kawasan hutan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

b) Kawasan Hutan Produksi

Menurut P. Julius F. Nagel (2011) menyebutkan bahwa kawasan Hutan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan sebagai kebutuhan perluasan, pengembangan wilayah misalnya transmigrasi pertanian dan perkebunan, industri dan permukiman dan lain – lain. Kawasan hutan untuk menghasilkan kayu hutan yang hanya dapat dieksploitasi secara terbatas dengan cara tebang pilih serta hutan yang di

(19)

pertahankan untuk keberadaan keanekaragaman jenis plasma nutfah dan tempat hidup dan kehidupan satwa tertentu.

2. SIG (Sistem Informasi Geografi)

Menurut Airlangga, Dkk (2004) Sistem Informasi Geografis merupakan satuan sistem informasi dalam bentuk aplikasi pemetaan berkomputer yang menyediakan fasilitas untuk manajemen, analisis, dan display data geografis maupun demografis daerah dalam bentuk peta, atribut geografis, tabel – tabel database yang terkait dan hasil query-nya.

Istilah SIG menurut Eddy Prahasta (2002) SIG adalah kobinasi perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang memungkinkan untuk mengelola (manage), menganalisa, memetakan informasi spasial berikut data atributnya (data deskriptif) dengan akurasi kartografi.

Istilah SIG menurut Eddy Prahasta (2002) SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan (Capturing), menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data – data yang berhubungan dengan posisi – posisi di permukaan bumi.

Eddy Prahasta (2002) menyatakan bahwa sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk: a) akuisi dan verivikasi data, b) komplikasi data, c) penyimpanan data, d) perubahan dan updating data, e) manajemen dan pertukaran data, f) memanipulasi data, g) pemanggilan dan presentasi data, dan h) analisa data.

(20)

Menurut Eddy Prahasta (2002) Jika definisi – definisi diatas diperhatikan maka, SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem berikut:

a. Data Input

Subsitem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentranformasikan format – format data – data aslinya kedalam format yang dapat digunakan oleh SIG.

b. Data Output

Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun seperti: tabel, grafik, peta, dan lain – lain.

c. Data Management

Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di update, dan di edit.

d. Data Manipulation dan Analysis

Subsistem ini menentukan informasi – informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang di harapkan.

SIG merupakan sitem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem – sistem komputer yang lain di tingkat fungsional dan

(21)

jaringan. Sistem SIG terdiri dari beberapa komponen berikut (Gistut yang dikutip oleh Eddy Praharja, 2001)

1) Perangkat Keras

Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras mulai dari PC desktop, workstations, hingga multiuser host yang dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer yang luas berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan (harddisk) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar. Adapun perangkat keras yang sering digunakan untuk SIG adalah komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter dan scanner.

2) Perangkat Lunak

Bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana basis data memegang peranan kunci. Setiap subsistem diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri beberapa modul, hingga jangan heran jika ada perangkat SIG yang terdiri dari ratusan modul program (*.exe) yang masing – masing dapat dieksekusikan sendiri.

3) Data dan Informasi Geografi

SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara

(22)

mengimportnya dari perangkat – perangkat lunak SIG yang lainnya maupun secara langsung dengan cara mendigitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data atributnya dari Tabel – Tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.

4) Manajemen

Suatu proyek SIG akan berhasil jika dimanage dengan baik dan dikerjakan oleh orang – orang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.

3. Penginderaan Jauh

Menurut Campbell dalam Febri Maspiyanti, M. Ivan Fanany, Aniati Murni Arymurthy (2013) menyebutkan bahwa Penginderaan jauh merupakan suatu metode pengamatan yang dilakukan tanpa menyentuh obyeknya secara langsung. Penginderaan jauh adalah pengkajian atas informasi mengenai daratan dan permukaan air bumi dengan menggunakan citra yang diperoleh dari sudut pandang atas (overhead perspective), menggunakan radiasi elektromagnetik dalam satu beberapa bagian dari spektrum elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.

Menurut Lindgren dalam Lili Somantri (2008) menyebutkan bahwa penginderaan jauh adalah teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi, informasi tersebut terbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi. Penginderaan jauh terdiri atas pengukuran dan perekaman terhadap energi

(23)

elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan oleh permukaan bumi dan atmosfer dari suatu tempat tertentu di permukaan bumi.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh data tentang permukaan bumi yang menggunakan media satelit ataupun pesawat terbang.

4. Lahan

Menurut A. Abas Idjudin (2011) Lahan adalah salah satu sistem bumi, yang bersama dengan sistem bumi yang lain, yaitu air alam dan atmosfer, menjadi inti fungsi, perubahan, dan kemantapan ekosistem. Tanah berkedudukan khas dalam masalah lingkungan hidup, merupakan kimah (aset) lingkungan dan membentuk landasan hakiki bagi kemanusiaan.

Fungsi-fungsi vital yang dikerjakan tanah dalam ekosistem mencakup: a) memberlanjutkan kegiatan, keaneka-ragaman, dan produktivitas hayati, b) mengatur dan membagi-bagi aliran air dan larutan, c) menyaring, menyangga, mendegradasi, imobilisasi, dan detoksifikasi bahan-bahan organik dan anorganik, termasuk hasil samping industri dan kota serta endapan atmosfir, d) menyimpan dan mendaurkan hara dan unsur-unsur lain di dalam biosfir bumi, dan e) memberikan topangan bagi bangunan sosio-ekonomi dan perlindungan bagi pemukiman manusia.

Untuk keberlanjutan peri kehidupan dan menjamin kesejahteraannya, manusia tidak mungkin mengabaikan upaya mencegah degradasi berbagai

(24)

fungsi tanah. Tanah di manapun keberadaannya merupakan komponen lingkungan hidup yang secara mutlak harus dilindungi atau dihindarkan dari dampak yang merugikan, maka konservasi tanah menjadi suatu keharusan bagi membuat lingkungan hidup terhunikan.

5. Hutan

Menurut P. Julius F. Nagel (2011) Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan – kawasan semacam ini terdapat di wilayah – wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida, habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting. Hutan adalah bentuk kehudupan yang terbesar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di daratan rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.

Menurut Sari (2006) Hutan merupakan sebuah ekosistem yang terdapat banyak pohon – pohon dan sumber daya alam yang melimpah, namun seiring peradaban manusia yang banyak memberikan perubahan sesuai dengan fungsinya yang mengandung banyak manfaat. Akibat perputaran waktu yang selalu membawa perubahan, kondisi hutan semakin berkurang manfaatnya bagi kehidupan, sehingga banyak masalah hutan yang bermunculan. Untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal dalam pemanfaatan hutan,

(25)

pemerintah melakukan pengelolaan dibidang kehutanan dengan cara peralihan fungsi kawasan hutan menjadi lahan pertanian.

B. Penelitian Yang Relevan

Subarudi (2012) Tentang “ Permasalahan Penataan Ruang Kawasan Hutan Dalam Rangka Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi ” menyatakan bahwa sebenarnya sudah tersedia perangkat peraturan dan kebijakan penataan ruang wilayah dan kawasan hutan, namun masih perlu pengkajian lebih lanjut terkait dengan harmonisasi dan sinkronisasi dari aspek substansinya. Permasalahan yang muncul dalam revisi RTRWP adalah: (i) revisi dipaksakan karena desakan politik (maraknya pemekaran wilayah), (ii) revisi untuk menyelamatkan keterlanjutan keberadaan usaha non kehutanan, (iii) revisi APL tidak dilengkapi kajian teknis dan spasial terkait rencana dan realisasi pemanfaatannya, (iv) tumpang tindih perijinan usaha kehutanan dan non kehutanan, (v) usaha perkebunan dan lainnya di hutan tanpa ijin resmi dari Menteri Kehutanan, (vi) revisi memiliki resiko besar terhadap lingkungan hidup, dan (vii) penyelesaian revisi memerlukan waktu relatif lama. Adapaun strategi penyelesaian masalah tata ruang dalam revisi RTRWP meliputi: (i) perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, (ii) percepatan kerja tim terpadu perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, (iii) pelaksanaan audit pemanfaatan ruang kawasan hutan, dan menerapkan prinsip dan arahan dalam audit kawasan hutan.

Soekmadi Rinekso (2004) Tentang “Evaluasi Kawasan Lindung Dengan Menggunakan Citra Landsat TM Tahun 2001 Dan Sistem Informasi Geografis

(26)

(Studi Kasus Di Wilayah Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

menyatakan bahwa pada kawasan lindung aktual kelas penutupan lahan berupa hutan alam hanya seluas 19674,09 ha (49,24% dari total luas kawasan lindung aktual), sisanya telah beralih fungsi menjadi kawasan budidaya yang didominasi penutupan lahan berupa perkebunan seluas 3307,59 ha (8,28%). Kawasan lindung legal formal yang didapat dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan dalam keppres No. 32/1990 dan SK Mentan No. 837/1980 seluas 100767,78 ha (24,13%). Penutupan lahannya berupa hutan alam seluas 37550,52 ha (31,49%), sisanya telah menjadi kawasan budidaya yang didominasi penutupan lahan berupa ladang seluas 19727,19 ha (16,54%). Kawasan seluas 57055 ha diantaranya berada pada tipe ekosistem low land. NUMP kawasan lindung ini sebanyak 18309,00 buah dengan MPS seluas 6,52 ha. Berdasarkan analisis hasil evaluasi, kawasan lindung legal formal lebih baik kondisinya dibandingkan dengan kawasan lindung aktual di Kabupaten Sukabumi.

Zulkarnain (2013) Tentang “Analisis Penetapan Kriteria Kawasan Hutan” menyatakan bahwa penetapan kawasan hutan dengan kriteria lereng, jenis tanah, dan curah hujan tidak dapat dijadikan dasar sebagai kriteria dalam menetapkan kawasan hutan lindung, kawasan hutan konservasi dan kawasan hutan produksi. Kriteria utama yang dapat di pergunakan dalam menetapkan kawasan hutan adalah adanya perhitungan komunitas pepohonan sebagai pembentuk hutan.

(27)

C. Kerangka Konseptual Penelitian

Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Untuk melihat dan mendeskripsikan permasalahan dalam penelitian yaitu tentang evaluasi fungsi kawasan hutan dengan menggunakan SIG di Kabupaten Agam, kita lihat langkah kerja konseptual di bawah ini.

Berikut ialah kerangka berfikir dari penelitian : Fungsi Kawasan Hutan

Hutan Lindung Hutan Produksi

Analisis SIG / PJ

Peta Sebaran hutan lindung dan hutan produksi

Peta Perubahan hutan lindung dan hutan produksi

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan tujuan peneliti yang dilakukan tergolong pada penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang berpusat pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, atau masalah/kejadian yang aktual dan berarti, serta bertujuan untuk mendeskripsikan situasi atau kejadian secara tepat dan akurat (Yusuf, 2007). Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan sebaran kawasan hutan Kabupaten Agam.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 16 kecamatan di Kabupaten Agam seperti tabel berikut:

Tabel III.1 Luas hutan masing - masing Kecamatan di Kabupaten Agam

No Kecamatan Penggunaan lahan Hutan Lindung Hutan Produksi konservasi Hutan Produksi terbatas Hutan Produksi (1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Kecamatan Tanjung Mutiara 964 464 0 0

2 Kecamatan Lubuk Basung 256 487 0 175

3 Kecamatan Ampek Nagari 1.061 1.929 0 1.770

4 Kecamatan Tanjung Raya 2.466 0 0 0

(29)

5 Kecamatan Matur 1.072 0 371 0

6 Kecamatan IV Koto 1.402 0 0 0

7 Kecamatan Malalak 1.174 0 0 0

8 Kecamatan Banuhampu 0 0 0 0

9 Kecamatan Sungai Pua 0 0 0 0

10 Kecamatan IV Angkek 0 0 0 0

11 Kecamatan Canduang 0 0 0 0

12 Kecamatan Baso 1.014 0 0 1.188

13 Kecamatan Tilatang Kamang 367 0 0 0

14 Kecamatan Kamang Magek 4.046 0 0 0

15 Kecamatan Palembayan 4.883 6.160 1931 0

16 Kecamatan Palupuh 3.964 0 5.394 0

Sumber: Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Agam C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2010) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka Populasi wilayah penelitian ini adalah Kabupaten Agam. 2. Sampel

Menurut Arikunto (2010) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi maka

(30)

sampel wilayah penelitian ini adalah seluruh wilayah Kabupaten Agam (total Sampling).

D. Definisi Operasional Variabel dan Indikator 1. Fungsi Kawasan Hutan Lindung

Menurut P. Julius F. Nagel (2011) menyebutkan bahwa Kawasan hutan lindung adalah hutan yang perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara tetap untuk kepentingan hidroorologi, yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi, memelihara keawetan dan kesuburan tanah baik dalam kawasan hutan bersangkutan maupun kawasan yang dipengaruhi disekitarnya.

Berdasarkan dengan indikator dari variabel ini adalah : a. Luas lahan hutan (2011 dan 2015) b. Sebaran (2011 dan 2015)

2. Fungsi Kawasan Hutan produksi

Menurut P. Julius F. Nagel (2011) menyebutkan bahwa kawasan Hutan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan sebagai kebutuhan perluasan, pengembangan wilayah misalnya transmigrasi pertanian dan perkebunan, industri dan permukiman dan lain – lain. Kawasan hutan untuk menghasilkan kayu hutan yang hanya dapat dieksploitasi secara terbatas dengan cara tebang pilih serta hutan yang di pertahankan untuk keberadaan keanekaragaman jenis plasma nutfah dan tempat hidup dan kehidupan satwa tertentu.

(31)

Berdasarkan indikator dari variabel ini adalah : a. Luas lahan (2011 dan 2015), b. Sebaran (2011 dan 2015). E. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Software Arc gis untuk menggambarkan peta hasil observasi lapangan, b. GPS untuk memperoleh titik koordinat,

c. Kamera digital untuk dokumentasi,

d. Pencatatan untuk mencatat data yang diperoleh di lapangan. 2. Bahan

1. Data Badan Pusat Statistik (BPS),

2. Peta RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)

3. Peta persebaran kawasan hutan di Kabupaten Agam, 4. Citra satelit landsat ETM 7 dan 8 tahun 2011 dan 2015. F. Jenis dan alat pegumpulan data

1. Jenis data

a. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi diluar peneliti sendiri, walaupun yang

(32)

dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data asli yang diperoleh dari instansi – instansi seperti instansi dinas pendidikan dan perhubungan (pabundu,2005). Pada sekunder penelitian ini terdiri dari data Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Agam Tahun 2015 dari Dinas Kehutanan, peta Kabupaten Agam dari RTRW ( Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Agam.

b. Data Primer

Data primer yaitu terdiri dari data – data yang terdapat dari hasil survey di lapangan yang bersumber dari wilayah kecamatan kabupaten agam. Data primer di penelitian ini adalah peta citra landsat ETM 7 dan 8. 2. Alat Pengumpulan Data

Berdasarkan jenis data maka diperoleh data dari BPS Kabupaten Agam, Dinas Kehutanan Kabupaten Agam dan cek lapangan.

G. Tahapan Penelitian 1. Pra penelitian

a. Kajian pustaka dilakukan terhadap buku – buku yang terkait dengan penelitian,

b. Pengumpulan alat dan bahan penelitian. 2. Penelitian dan analisa

a. Pengukuran kawasan hutan dengan menggunakan GPS,

(33)

c. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan aplikasi SIG yaitu dengan menggunakan software ArcView,

d. Hasil penelitian dalam bentuk peta, table dan laporan. H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik overlay peta yang penjelasannya ada pada bahasan berikut:

1. Teknik overlay peta

Menurut Dewi Handayani U.N, R.Soelistijadi dan Sunardi (2005) Overlay Peta adalah Merupakan proses dua peta tematik dengan area yang sama dan menghamparkan satu dengan yang lain untuk membentuk satu layer peta baru. Kemampuan untuk mengintegrasikan data dari dua sumber menggunakan peta merupakan kunci dari fungsi - fungsi analisis Sistem Informasi Geografi.

Teknik overlay peta ini sangat membantu dalam melakukan analisis spasial. Berdasarkan data yang ada dan informasi yang didapat melalui survey dengan teknik overlay akan mengetahui kesesuaian lahan dan lokasi – lokasi potensial pada fungsi kawasan hutan di Kabupaten Agam.

2. Konsep Overlay Peta

a. Alamat Overlay Peta merupakan hubungan interseksi dan saling melengkapi antara fitur-fitur spasial.

(34)

b. Overlay Peta mengkombinasikan data spasial dan data attribut dari dua theme masukan.

Tiga tipe fitur masukan, melalui overlay yang merupakan polygonyaitu : 1) Titik – dengan - poligon, menghasilkan keluaran dalam bentuk

titik-titik ,

2) Garis – dengan - poligon, menghasilkan keluaran dalam bentuk garis, 3) Poligon – dengan -poligon menghasilkan keluaran dalam bentuk

(35)

I. Diagram Alir Penelitian

Diagram alir analisis citra dengan penginderaan jauh :

Citra Landsat th. 2011, 2015

Koreksi Geometrik

dan Radiometrik Peta Administrasi

Masking Citra

Citra Landsat Th. 2011, 2015 terkoreksi

Interprestasi Digital

Peta fungsi kawasan hutan Th. 2011,

2015 Cek Lapangan

Analisis Spasial (Overlay) Reinterpretasi

Peta fungsi kawasan hutan Th. 2011, 2015

Peta Perubahan fungsi kawasan hutan

(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Secara geografis, Kabupaten Agam berada pada 000 01’ 34” – 000 28’ 43” LS dan 990

46’ 39” – 1000 32’ 50” BT. Kabupaten Agam terletak pada kawasan yang sangat strategis, dimana dilalui jalur Lintas Tengah Sumatera dan Jalur Lintas Barat Sumatera dan dilalui oleh Fider Road yang menghubungkan Lintas Barat, Lintas Tengah dan Lintas Timur Sumatera. Kabupaten Agam berbatasan dengan:

a. Sebelah Barat berbatasan dengan Sumadera Indonesia, b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten 50 Kota, c. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman,

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar.

2. Topografi

Kabupaten Agam mempunyai kondisi topografi yang cukup bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relatif rendah, dengan ketinggian berkisar antara 0 – 2.891 meter dari permukaan laut. Menurut kondisi fisiografinya, ketinggian atau elevasi wilayah Kabupaten Agam,

(37)

bervariasi antara 2 meter sampai 1.031 meter dpl. Adapun pengelompokkan yang didasarkan atas ketinggian adalah sebagai berikut:

a. Wilayah dengan ketinggian 0-500 m dpl seluas 44,55% sebagian besar berada di wilayah barat yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari dan sebagian Kecamatan Tanjung Raya,

b. Wilayah dengan ketinggian 500-1000 m dpl seluas 43,49% berada pada wilayah Kecamatan Baso 725-1525 m dpl, Kecamatan Ampek Angkek Canduang, Kecamatan Malalak 425 -2075 m dpl, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Palembayan 50 – 1425 m dpl, Kecamatan Palupuh 325 -1650 m dpl, Kecamatan Banuhampu 925-2750 m dpl dan Kecamatan Sungai Pua 625-1150 m dpl,

c. Wilayah dengan ketinggian > 1000 m dpl seluas 11,96% meliputi sebagian Kecamatan IV Koto 850-2750 m dpl, Kecamatan Matur 825-1375 m dpl dan Kecamatan Canduang, Sungai Pua 1150-2625 m dpl. Kawasan sebelah barat merupakan daerah yang datar sampai landai (0 – 8%) mencapai luas 71.956 ha, sedangkan bagian tengah dan timur merupakan daerah yang berombak dan berbukit sampai dengan lereng yang sangat terjal (> 45%) yang tercatat dengan luas kawasan 129.352 ha. Kawasan dengan kemiringan yang sangat terjal (> 45%) berada pada jajaran Bukit Barisan dengan puncak Gunung Merapi dan Gunung Singgalang yang terletak di Selatan dan Tenggara Kabupaten Agam.

(38)

3. Klimatologi

Temperatur udara di Kabupaten Agam terdiri dari dua macam, yaitu di daerah dataran rendah dengan temperatur minimum 25oC dan maksimum 33oC (Lubuk Basung), sedangkan di daerah tinggi yaitu minimum 20oC dan maksimum 29oC (Tilatang Kamang). Kelembaban udara rata-rata 88%, kecepatan angin antara 4-20 km/jam dan penyinaran matahari rata-rata 58%. B. Hasil Penelitian

1. Sebaran fungsi kawasan hutan Di Kabupaten Agam tahun 2011 dan 2015 a. Kawasan Hutan Kabupaten Agam Tahun 2011

Kawasan Hutan di Kabupaten Agam Tahun 2011 merupakan daerah hutan dengan kondisi hutan yang cukup merata dengan luas hutan Lindung dan hutan Suaka Alam dan Wisata. Hal ini disebabkan karena kondisi hutan yang masih terjaga dengan baik. Namun luas wilayah hutan Produksi, hutan Produksi Konversi dan hutan Produksi Terbatas masih belum ada perubahan (tetap) seperti yang terlihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel IV.1 Kawasan Hutan Kabupaten Agam Tahun 2011

No Jenis Luas (Ha) Persentase (%) 1 Hutan Lindung : a. Hutan Lindung 22672.65 46.53

b. Hutan suaka alam & wisata 26055.94 53.47

Jumlah 45399.61 100.00

2

Hutan Produksi:

a. Hutan Produksi 3086.92 15.88

b. Hutan Produksi Konversi 8733.12 44.93 c. Hutan Produksi Terbatas 7616.26 39.19

Jumlah 19436.3 100.00

(39)

Dari tabel diatas kita lihat bahwa fungsi kawasan hutan di Kabupaten Agam tahun 2011, dengan luas lahan 26055,94 (Ha) atau sebesar 57,39% berupa hutan suaka alam dan wisata, hutan lindung dengan luas lahan 22672.65 (Ha) atau sebesar 46,53%. Hutan Produksi konversi dengan luas lahan sebesar 8733,12 (Ha)

atau 44,93%. Hutan produksi terbatas memiliki luas 7616,26 (Ha) atau sebesar 39,19% dan hutan produksi dengan luas lahan sebesar 3086,92 (Ha) atau sebaran kawasan hutan sebanyak 15,88%.

Jadi sebaran fungsi kawasan hutan di Kabupaten Agam tahun 2011 pada hutan Lindung dan hutan Suaka alam dan Wisata yang tertinggi luas kawasan hutannya sebesar 45399.61 (Ha) dari pada hutan Produksi, produksi konversi, dan Produksi Terbatas sebesar 19436.3 (Ha).

(40)

Grafik IV. 1 Kawasan Hutan Kabupaten Agam Tahun 2011

Sumber : Pengolahan Data Primer 2011

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa kawasan hutan tahun 2011 penggunaan hutan yang paling dominan di wilayah Kabupaten Agam adalah Hutan suaka alam dan wisata dngan luas 26055,94 (Ha) dan 57,39%. Sedangkan hutan lindung dengan luas 22672.65 (Ha) atau 46.53%, hutan produksi dengan luas 3086.92 (Ha) atau 15.88%, hutan Produksi konversi dengan luas 8733.12 (Ha) atau 44.93%, dan hutan produksi terbatas dengan luas 7616.26 (Ha) atau 39.19%.

Jadi Kawasan Hutan Kabupaten Agam Tahun 2011 dapat disimpulkan bahwa hutan Suaka Alam dan Wisata adalah luas hutan yang paling tertinggi

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 Hutan Lindung Hutan suaka alam & wisata Hutan Produksi Hutan Produksi Konversi Hutan Produksi Terbatas Lu as (H a) Jenis Hutan

Kawasan Hutan Kabupaten Agam Tahun 2011

(41)

luasnya dari hutan Lindung , hutan Produksi, hutan Produksi Konversi, dan hutan Produksi Terbatas. Hutan yang paling sedikit luasnya pada hasil dari grafik diatas adalah hutan Produksi.

b. Sebaran Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Agam 2011

1. Hutan lindung di Kabupaten Agam Tahun 2011 Berdasarkan Kecamatan.

Hutan lindung di Kabupaten Agam pada tahun 2011 bisa dibilang masih terjaga (baik). Hutan lindung tersebut merupakan pengaruh yang baik terhadap tanah dan alam sekeliling di Wilayah Kabupaten Agam pada tahun 2011. Pada masing – masing luas hutan Lindung dan hutan Suaka Alam dan Wisata Berdasarkan Kecamatannya di Kabupaten Agam dapat di lihat dalam tabel dibawah :

(42)

Tabel IV.2 Hutan lindung di Kabupaten Agam Tahun 2011 Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Luas

Kecamatan

Hutan Lindung (Ha) Hutan Lindung

Hutan Suaka Alam & wisata Luas (Ha) Persentase (%) Luas (Ha) Persentase (%) 1 Kec. Palembayan 33603.42 4875.72 2.26 3021.28 1.40 2 Kec. Tanjung Raya 23487.77 2454.18 1.14 4881.55 2.26

3 Kec. Palupuh 24179.24 3897.57 1.80 2846.46 1.32

4 Kec. Malalak 10813.94 1473.4 0.68 4911.06 2.27

5 Kec. Ampek Nagari 26959.32 1062.05 0.49 3532.23 1.63

6 Kec. Kamang Magek 8722.31 3984.89 1.84 0.00

7 Kec. IV Koto 7998.69 1425.99 0.66 1420.54 0.66

8 Kec. Lubuk Basung 26405.06 249.97 0.12 2135.68 0.99

9 Kec. Matur 9219.68 1042.5 0.48 949.3 0.44

10 Kec. Baso 7095.85 1000.61 0.46 0.00

11 kec. Canduang 5230.93 0.00 998.15 0.46

12 Kec. Tanjung Mutiara 20020.02 838.28 0.39 0.00

13 Kec. Banuhampu 3744.72 0.00 696.94 0.32

14 Kec. Sungai Pua 3045.76 0.00 662.71 0.31

15 Kec. Tilatang Kamang 5578.79 367.49 0.17 0.00 Jumlah 216105.5 22672.65 10.49 26055.9 12.06 Sumber : Pengolahan Data Primer 2011

Dari tabel diatas dapat diuraikan bahwa terdapat 15 kecamatan di Kabupaten Agam yang memiliki sebaran hutan lindung, dengan gambaran data tersebut menyatakan bahwa dapat disimpulkan dengan luas kecamatan sebesar 33603,42 (Ha) dan hutan lindung yang terluas sebesar 4875,72 (Ha) atau 2,26% pada luas hutan di Kecamatan Palembayan dibandingkan pada kawasan hutan yang ada di kecamatan lainnya dari 15 kecamatan tersebut,

(43)

yaitu Kecamatan Tanjung Raya dengan luas Kecamatan 23487,77 (Ha) dan luas hutan lindung 2454,18 (Ha) atau 1,14%.

Kecamatan Palupuh dengan luas Kecamatan 24179,24 (Ha) dan luas hutan lindung 3897.57 (Ha) atau 1,80%, Kecamatan Malalak dengan luas Kecamatan 10813,94 (Ha) dan luas hutan lindung 1473,40 (Ha) atau 0,68% , Kecamatan Ampek Nagari dengan luas Kecamatan 26959,32 (Ha) dan luas hutan lindung 1062,05 (Ha) atau 0,49% , Kecamatan Kamang Magek dengan luas Kecamatan 8722,31 (Ha) dan luas hutan lindung 3984,89 (Ha) atau 1,84% , Kecamatan IV Koto dengan luas Kecamatan 7998,69 (Ha) dan luas hutan lindung 1425,99 (Ha) atau 0,66%.

Kecamatan Lubuk Basung dengan luas Kecamatan 26405,06 (Ha) dan luas hutan lindung 249,97 (Ha) atau 0,12% , Kecamatan Matur dengan luas Kecamatan 9219,68 (Ha) dan luas hutan lindung 1042.5 (Ha) atau 0,48% , Kecamatan Baso dengan luas Kecamatan 7095,85 (Ha) dan luas hutan lindung 1000,61 (Ha) atau 0,46% , Kecamatan Tanjung Mutiara dengan luas Kecamatan 20020,02 (Ha) dan luas hutan lindung 838,28 (Ha) atau 0,39% , dan Kecamatan Tilatang Kamang dengan luas Kecamatan 5578,79 (Ha) dan luas hutan lindung 367,49 (Ha) atau 0,17%.

Pada Hutan Suaka Alam dan Wisata yang terluas sebesar 4911,06 (Ha) atau 1,40% dengan luas Kecamatan 10813,94 (Ha) yaitu pada Kecamatan Malalak, pada Kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Palembayan dengan luas Kecamtan 33603,42 (Ha) dan luas hutan Suaka Alam dan Wisata 3021,28

(44)

(Ha) atau 2,26% , Kecamatan Tanjung Raya dengan luas Kecamatan 23487,77 (Ha) dan luas hutan Suaka Alam dan Wisata 4881,55 (Ha) atau 1,32%, Kecamatan Palupuh dengan luas Kecamatan 24179,24 (Ha) dan luas hutan Suaka Alam dan Wisata 2846,46 (Ha) atau 2,27%.

Kecamatan Ampek Nagari dengan luas Kecamatan 26959,32 (Ha) dan luas hutan Suaka Alam dan Wisata 3532,23 (Ha) atau 1,63% , Kecamatan IV Koto dengan luas Kecamatan 7998,69 (Ha) dan luas hutan Suaka Alam dan Wisata 1420,54 (Ha) atau 0,66% , Kecamatan Lubuk Basung dengan luas Kecamatan 26405,06 (Ha) dan luas hutan Suaka Alam dan Wisata 2135,68 (Ha) atau 0,99%.

Kecamatan Matur dengan luas Kecamatan 9219,68 (Ha) dan luas hutan Suaka Alam dan Wisata 949,30 (Ha) atau 0,44% , Kecamatan Canduang dengan luas Kecamatan 5230,93 (Ha) dan luas hutan Suaka Alam dan Wisata 998,15 (Ha) atau 0,46% , Kecamatan Banuhampu dengan luas Kecamatan 3744,72 (Ha) dan luas hutan Suaka Alam dan Wisata 696,94 (Ha) atau 0,32%, dan Kecamatan Sungai Pua dengan luas Kecamatan 3045,76 (Ha) dan luas hutan Suaka Alam dan Wisata 662,71 (Ha) atau 0,31%.

(45)

Grafik IV.2 Hutan lindung di Kabupaten Agam Tahun 2011 Berdasarkan Kecamatan

Sumber : Pengolahan Data Primer 2011

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa Hutan lindung di Kabupaten Agam tahun 2011 penggunaan kawasan hutan lindung yang paling dominan di Kecamatan Kabupaten Agam adalah Kecamatan

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 Lu as (H a)

Kecamatan di Kabupaten Agam

Hutan lindung di Kabupaten Agam Tahun 2011

Berdasarkan Kecamatan

(46)

Palembayan dengan luas Kecamatan 33603.42 (Ha) dan luas hutan lindung sebesar 4875,72 (Ha) atau 2,26%, dan penggunaan Kawasan hutan suaka alam dan wisata yang paling dominan di Kecamatan Kabupaten Agam adalah Kecamatan Malalak dengan luas Kecamatan 10813.94 (Ha) dan luas hutan suaka alam dan wisata sebesar 4911,06 (Ha) atau 2,27%.

Jadi Hutan lindung di Kabupaten Agam Tahun 2011 Berdasarkan Kecamatan disimpulkan bahwa hutan Lindung di Kabupaten Agam tahun 2011 berdasarkan Kecamatan menyatakan bahwa pada Kecamatan Palembayan adalah kecamatan yang paling luas hutan Lindungnya sebesar 4875.72 (Ha) atau 2.26% dan pada Kecamatan Malalak adalah Kecamatan yang paling luas hutan Suaka Alam dan Wisatanya sebesar 4911.06 (Ha) atau 2,27%. Sedangkan Kecamatan Canduang, Banuhampu, dan Sungai Pua adalah Kecamatan yang tidak ada mempunyai hutan Lindungnya dan Kecamatan Kamang Magek, Baso, Tanjuung Mutiara, dan Kecamatan Tilatang Kamang adalah Kecamatan yang tidak mempunyai kawasan hutan Suaka Alam dan Wisata.

2. Hutan produksi di Kabupaten Agam Tahun 2011 Berdasarkan Kecamatan.

Hutan Produksi ini merupakan area hutan yang digunakan sebagai penghasil hasil hutan bagi kepentingan masyarakat ataupun untuk

(47)

kepentingan industri dan dikelola untuk menghasilkan nilai ekonomis. Hutan memberikan banyak hasil yang bernilai ekonomi seperti kayu, getah dammar, rotan, kemenyan, sawit dan lainnya.

Kalau hutan konversi ini merupakan hutan produksi yang dikonversi diluar konteks kehutanan atau multifungsi, misalnya lahan tambang, ternak, perkebunan, dan lain sebagainya. Dan bagaimana penyebaran kawasan hutan produksi di Kabupaten Agam pada Tahun 2011, dapat dilihat pada tabel dibawah ;

Tabel IV.3 Hutan Produksi di Kabupaten Agam Tahun 2011 Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Luas Kecamatan

Hutan Produksi

Hutan Produksi Hutan Konversi Hutan Terbatas Luas (Ha) Persent ase (%) Luas (Ha) Persent ase (%) Luas (Ha) Perse ntase (%) 1 Kec. Palembayan 33603.42 0.00 6116.9 4.15 1888.01 1.28 2 Kec. Palupuh 24179.24 0.00 0.00 5396.87 3.66 3 Kec. Ampek Nagari 26959.32 1756.58 1.84 1599.97 1.08 0.00 4 Kec. Baso 7095.85 115129 0.78 0.00 0.00 5 Kec. Lubuk Basung 26405.06 179.05 0.38 525.62 0.36 0.00 6 Kec. Tanjung Mutiara 20020.02 0.00 491.24 0.33 0.00 7 Kec. Matur 9219.68 0.00 0.00 331.57 0.22 Jumlah 147482.59 3086.92 3.00 8733.12 5.92 7616.45 5.16 Sumber : Pengolahan Data Primer 2011

Pada tabel diatas dapat diuraikan bahwa hutan produksi terdapat di 7 Kecamatan yang ada di Kabupaten Agam. Dari data tersebut hutan Produksi

(48)

yang terluas sebesar 1756,58 (Ha) atau 1,84% dengan luas Kecamatan 26959,32 (Ha) hutan Produksi di Kecamatan Ampek Nagari dari Kecamatan Baso dengan luas Kecamatan 7095,85 (Ha) dan luas hutan produksi 1151,29 (Ha) atau 0,78% dan Kecamatan Lubuk Basung dengan luas Kecamatan 26405,06 (Ha) dan luas hutan produksi 179,05 (Ha) atau 0,38%.

Pada kawasan Hutan Produksi Konversi yang terluas sebesar 6116,29 (Ha) atau 4,15% dengan luas Kecamatan 33603,42 (Ha) Hutan Produksi Konversi di Kecamatan Palembayan dari Kecamatan Ampek Nagari dengan luas Kecamatan 26959,32 (Ha) dan luas hutan konversi 1599,97 (Ha) atau 1,08% , Kecamatan Lubuk Basung dengan luas Kecamatan 26405,06 (Ha) dan luas hutan konversi 525,62 (Ha) atau 0,36% dan Kecamatan Tanjung Mutiara dengan luas Kecamatan 20020,02 (Ha) dan luas hutan konversi 491,24 (Ha) atau 0,33%.

Sedangkan Kawasan Hutan Produksi Terbatas yang terluas sebesar 5396,68 (Ha) atau 3,66% dengan luas Kecamatan 24179,24 (Ha) Hutan Produksi Terbatas di Kecamatan Palupuh dari Kecamatan Palembayan dengan luas Kecamatan 33603,42 (Ha) dan luas hutan produksi terbatas 1888,01 (Ha) atau 1,28%, dan Kecamatan Matur dengan luas Kecamatan 9219,68 (Ha) dan luas hutan produksi terbatas sebesar 331,57 (Ha) atau 0,22%.

(49)

Grafik IV.3 Hutan Produksi di Kabupaten Agam Tahun 2011 Berdasarkan Kecamatan.

Sumber : Pengolahan Data Primer 2011

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 Lu as (H a)

Kecamatan di Kabupaten Agam

Hutan Produksi di Kabupaten Agam Tahun 2011 Berdasarkan Kecamatan

(50)

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa Hutan Produksi di Kabupaten Agam tahun 2011 penggunaan kawasan hutan produksi yang paling dominan di Kecamatan Kabupaten Agam adalah Kecamatan Ampek Nagari dengan luas Kecamatan 26959,32 (Ha) dan luas hutan produksi 1756,58 (Ha) atau 1,84%, penggunaan Kawasan produksi konversi yang paling dominan di Kecamatan Kabupaten Agam adalah Kecamatan Palembayan dengan luas kecamatan 33603.42 (Ha) dan luas hutan produksi konversi 6116,29 (Ha) atau 4,15%, dan penggunaan Kawasan produksi terbatas yang paling dominan di Kecamatan Kabupaten Agam adalah Kecamatan Palupuh dengan luas Kecamatan 24179.24 (Ha) dan luas hutan produksi terbatas 5396,68 (Ha) atau 3,66% .

Jadi pada grafik diatas dapat disimpulkan bahwa Hutan Produksi di Kabupaten Agam Tahun 2011 Berdasarkan Kecamatan menyatakan pada Kecamatan Ampek Nagari adalah Kecamatan yang terluas hutan Produksinya. Kecamatan Palembayan adalah Kecamatan yang Paling terluas hutan Produksi Konversi dan Kecamatan Palupuh adalah Kecamatan yang terluas hutan Produksi Terbatas. Sedangkan Kecamatan Palembayan, Palupuh, Tanjuung Mutiara, dan Kecamatan Matur adalah Kecamatan yang tidak ada mempunyai luas kawasan hutan Produksinya. Kecamatan Palupuh, Baso, dan Kecamatan Matur adalah Kecamatan yang tidak mempunyai luas kawasan hutan Produksi Konversi dan Kecamatan Ampek Nagari, Baso,

(51)

Lubuk Basung, dan Kecamatan Tanjung Mutiara adalah Kecamatan yang tidak mempunyai luas kawasan Hutan Produksi Terbatas.

c. Kawasan Hutan Kabupaten Agam Tahun 2015

Kawasan Hutan di Kabupaten Agam Tahun 2011 merupakan daerah hutan dengan kondisi hutan yang sudah mulai kurang merata dengan luas hutan Lindung dan hutan Suaka Alam dan Wisata. Hal ini disebabkan kondisi hutan yang sudah kurang terjaga dengan baik karena masyarakatnya sudah mulai kurang mememtingkan alam sekeliling. Namun luas wilayah hutan Produksi, hutan Produksi Konversi dan hutan Produksi Terbatas sudah mulai meningkat seperti yang terlihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel IV.4 Kawasan Hutan Kabupaten Agam Tahun 2015

No Jenis Luas (Ha) Persentase (%)

1

Hutan Lindung:

a. Hutan Lindung 18824.63 42.70

b. Hutan suaka alam & wisata 25264.87 57.30

Jumlah 44089.50 100.00

2

Hutan Produksi:

a. Hutan Produksi 4418.90 21.28

b. Hutan Produksi Konversi 8733.12 42.05 c. Hutan Produksi Terbatas 7616.45 36.67

Jumlah 20768.47 100.00

Sumber : Pengolahan Data Primer 2015

Dari tabel diatas kita lihat bahwa fungsi kawasan hutan di Kabupaten Agam tahun 2015, dengan luas lahan 25264,87 (Ha) atau sebesar 57,30% berupa hutan suaka alam dan wisata, hutan lindung dengan luas lahan

18824,71 (Ha) atau sebesar 42,70%. Hutan Produksi konversi dengan luas lahan sebesar 8733,12 (Ha) atau 42,05%. Hutan produksi terbatas memiliki

(52)

luas 7619,45 (Ha) atau sebesar 36,67% dan hutan produksi dengan luas lahan sebesar 4418,90 (Ha) atau sebaran kawasan hutan sebanyak 21,28 %.

Grafik IV.4 Kawasan Hutan Kabupaten Agam Tahun 2015

Sumber : Pengolahan Data Primer 2015

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa kawasan hutan tahun 2015 penggunaan hutan yang paling dominan di wilayah Kabupaten Agam adalah Hutan suaka alam dan wisata dengan luas 25264,87 (Ha) dan persentasenya 57,30% Sedangkan hutan lindung dengan luas 18824.63 (Ha) atau 42.70%, hutan produksi dengan luas 4418.90 (Ha) atau 21.28%, hutan Produksi konversi dengan luas 8733.12 (Ha) atau 42.05%, dan hutan produksi terbatas dengan luas 7616.45 (Ha) atau 36.67%.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 Hutan Lindung Hutan suaka alam & wisata Hutan Produksi Hutan Produksi Konversi Hutan Produksi Terbatas L u as ( Ha) Jenis Hutan

Kawasan Hutan Kabupaten Agam Tahun 2015

(53)

Jadi Kawasan Hutan Kabupaten Agam Tahun 2015 dapat disimpulakan bahwa pada hutan Suaka Alam dan Wisata adalah luas hutan yang paling tertinggi luasnya dari hutan Lindung , hutan Produksi, hutan Produksi Konversi, dan hutan Produksi Terbatas. Hutan yang paling sedikit luasnya adalah hutan Produksi.

d. Sebaran Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Agam 2015

1) Hutan lindung di Kabupaten Agam Tahun 2015 Berdasarkan Kecamatan.

Hutan lindung di Kabupaten Agam dengan wilayah kecamatan yang luas dengan sebaran hutan dengan berbagai fungsi kawasan hutan. Terdapat 15 Kecamatan yang diteliti di Kabupaten Agam dengan luas Hutan Lindung dan Hutan Suaka Alam dan Wisata yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini ;

(54)

Tabel IV.5 Hutan lindung di Kabupaten Agam Tahun 2015 Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Luas

Kecamatan

Hutan Lindung (Ha)

Hutan Lindung Hutan Suaka Alam & wisata Luas (Ha) Persentase (%) Luas (Ha) Persentase (%) 1 Kec. Palembayan 33603.42 3652.52 1.69 3021.28 1.40 2 Kec. Tanjung Raya 23487.77 1975.51 0.91 4674.22 2.16 3 Kec. Palupuh 24179.24 3897.57 1.80 2846.46 1.32 4 Kec. Malalak 10813.94 1319.37 0.61 4911.06 2.27 5 Kec. Ampek Nagari 26959.32 260.31 0.12 3380.85 1.56

6 Kec. Kamang Magek 8722.31 3828.09 1.77 0.00

7 Kec. IV Koto 7998.69 838.28 0.39 1420.54 0.66

8 Kec. Lubuk Basung 26405.06 78.54 0.04 1703.31 0.79

9 Kec. Matur 9219.68 785.07 0.36 949.3 0.44

10 Kec. Baso 7095.85 983.6 0.46 0.00

11 kec. Canduang 5230.93 0.00 998.15 0.46

12 Kec. Tanjung Mutiara 20020.02 838.28 0.39 0.00

13 Kec. Banuhampu 3744.72 0.00 696.94 0.32

14 Kec. Sungai Pua 3045.76 0.00 662.71 0.31

15 Kec. Tilatang Kamang 5578.79 367.49 0.17 0.00 Jumlah 216105.5 18824.63 8.71 25264.82 11.69 Sumber : Pengolahan Data Primer 2015

Dari tabel diatas dapat diuraikan bahwa terdapat 15 kecamatan di Kabupaten Agam yang memiliki sebaran hutan lindung, dengan gambaran data tersebut menyatakan dapat disimpulkan bahwa hutan lindung yang terluas sebesar 3897,57 (Ha) atau 1,80% dengan luas Kecamatan 24179,24 (Ha) pada hutan lindung di Kecamatan Palupuh, dibandingkan pada kawasan hutan lindung yang ada di kecamatan lainnya dari 15 kecamatan tersebut,

(55)

yaitu Kecamatan Tanjung Raya dengan luas Kecamatan 23487,77( Ha) dan luas hutan lindung 1975,51 (Ha) atau 8,41%.

Kecamatan Palembayan dengan luas Kecamatan 33603,42 (Ha) dan luas hutan lindung 3652,52 (Ha) atau 10,87%, Kecamatan Malalak dengan luas Kecamatan 10813,94 (Ha) dan luas hutan lindung 1319,37 (Ha) atau 12,20%, Kecamatan Ampek Nagari dengan luas Kecamatan 26959,32 (Ha) dan luas hutan lindung 260,31 (Ha) atau 0,96%, Kecamatan Kamang Magek dengan luas Kecamatan 8722,31 (Ha) dan luas hutan lindung 3828,09 (Ha) atau 43,88%.

Kecamatan IV Koto dengan luas Kecamatan 7998,69 (Ha) dan luas hutan lindung 838,28 (Ha) atau 10,48%, Kecamatan Lubuk Basung dengan luas Kecamatan 26405,06 (Ha) dan luas hutan lindung 78,54 (Ha) atau 0,30%, Kecamatan Matur dengan luas Kecamatan 9219,68 (Ha) dan luas hutan lindung 785.07 (Ha) atau 0,36%, Kecamatan Baso dengan luas Kecamatan 7095,85 (Ha) dan luas hutan lindung 983,60 (Ha) atau 13,86%, Kecamatan Tanjung Mutiara dengan luas Kecamatan 20020,02 (Ha) dan luas hutan lindung 838,28 (Ha) atau 4,19%, dan Kecamatan Tilatang Kamang dengan luas Kecamatan 5578,79 (Ha) dan luas hutan lindung 367,49 (Ha) atau 6,59%.

Pada Hutan Suaka Alam dan Wisata yang terluas sebesar 4911,06 (Ha) atau 45,41% dengan luas Kecamatan 10813,94 (Ha) terdapat pada Kecamatan Malalak, dari pada Kecamatan lainnya yaitu Kecamatan

(56)

Palembayan dengan luas Kecamatan 33603,42 (Ha) dan luas Hutan Suaka Alam dan Wisata 3021,28 (Ha) atau 8,99%, Kecamatan Tanjung Raya dengan luas Kecamatan 23487,77 (Ha) dan luas Hutan Suaka Alam dan Wisata 4674,22 (Ha) atau 19,90%.

Kecamatan Palupuh dengan luas Kecamatan 24179,24 (Ha) dan luas Hutan Suaka Alam dan Wisata 2846,46 (Ha) atau 11,77%, Kecamatan Ampek Nagari dengan luas Kecamatan 26959,32 (Ha) dan luas Hutan Suaka Alam dan Wisata 3380,85 (Ha) atau 12,54% , Kecamatan IV Koto dengan luas Kecamatan 7998,69 (Ha) dan luas Hutan Suaka Alam dan Wisata 1420,54 (Ha) atau 17,76%, Kecamatan Lubuk Basung dengan luas Kecamatan 26405,06 (Ha) dan luas Hutan Suaka Alam dan Wisata 1703,31 (Ha) atau 6,45% ,

Kecamatan Matur dengan luas Kecamatan 9219,68 (Ha) dan luas Hutan Suaka Alam dan Wisata 949,30 (Ha) atau 10,29%, Kecamatan Canduang dengan luas Kecamatan 5230,93 (Ha) dan luas Hutan Suaka Alam dan Wisata 998,15 (Ha) atau 19,08%, Kecamatan Banuhampu dengan luas Kecamatan 3744,72 (Ha) dan luas Hutan Suaka Alam dan Wisata 696,94 (Ha) atau 18,61%, dan Kecamatan Sungai Pua dengan luas Kecamatan 3045,76 (Ha) dan luas Hutan Suaka Alam dan Wisata 662,71 (Ha) atau 21,76%.

(57)

Grafik IV.5 Hutan lindung di Kabupaten Agam Tahun 2015 Berdasarkan Kecamatan

Sumber : Pengolahan Data Primer 2015

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa Hutan lindung di Kabupaten Agam tahun 2015 penggunaan kawasan hutan lindung yang paling dominan di Kecamatan Kabupaten Agam adalah Kecamatan Palupuh dengan luas Kecamatan 24179.24 (Ha) dan luas hutan lindung sebesar 3897.57 (Ha) atau 1,80% dan penggunaan Kawasan hutan suaka alam dan wisata yang paling dominan di Kecamatan Kabupaten Agam adalah Kecamatan Malalak dengan luas Kecamatan 10813.94 (Ha) dan luas hutan suaka alam dan wisata sebesar 4911,06 (Ha) atau 19,43%.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 Lu as (H a)

Kecamatan di Kabupaten Agam

Hutan lindung di Kabupaten Agam Tahun 2015 Berdasarkan Kecamatan

(58)

Jadi Hutan lindung di Kabupaten Agam Tahun 2015 Berdasarkan Kecamatan disimpulkan bahwa pada Kecamatan Palupuh adalah kecamatan yang paling luas hutan Lindungnya sebesar 3897.57 (Ha) atau 1,80% dan pada Kecamatan Malalak adalah Kecamatan yang paling luas hutan Suaka Alam dan Wisatanya sebesar 4911.06 (Ha) atau 2,27%. Sedangkan Kecamatan Canduang, Banuhampu, dan Sungai Pua adalah Kecamatan yang tidak ada mempunyai hutan Lindungnya dan Kecamatan Kamang Magek, Baso, Tanjuung Mutiara, dan Kecamatan Tilatang Kamang adalah Kecamatan yang tidak mempunyai kawasan hutan Suaka Alam dan Wisata. 2) Hutan produksi di Kabupaten Agam Tahun 2015 Berdasarkan

Kecamatan.

Hutan Produksi ini merupakan area hutan yang digunakan sebagai penghasil hasil hutan bagi kepentingan masyarakat ataupun untuk kepentingan industri dan dikelola untuk menghasilkan nilai ekonomis. Hutan memberikan banyak hasil yang bernilai ekonomi seperti kayu, getah dammar, rotan, kemenyan dan lainnya.

Kalau hutan konversi ini merupakan hutan produksi yang dikonversi diluar konteks kehutanan atau multifungsi, misalnya lahan tambang, ternak, perkebunan, dan lain sebagainya. Dan bagaimana penyebaran kawasan hutan

(59)

produksi di Kabupaten Agam pada Tahun 2015, dapat dilihat pada tabel dibawah ;

Tabel IV.6 Hutan Produksi di Kabupaten Agam Tahun 2015 Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Luas Kecamatan

Hutan Produksi

Hutan Produksi Hutan Konversi Hutan Terbatas Luas (Ha) Persen tase (%) Luas (Ha) Persentas e (%) Luas (Ha) Persent ase (%) 1 Kec. Palembayan 33603.42 0.00 6116.9 4.15 1888.01 1.28 2 Kec. Palupuh 24179.24 0.00 0.00 5396.87 3.66 3 Kec. Ampek Nagari 26959.32 2709.7 1.84 1599.97 1.08 0.00 4 Kec. Baso 7095.85 1151.29 0.78 0.00 0.00 5 Kec. Lubuk Basung 26405.06 557.91 0.38 525.62 0.36 0.00 6 Kec. Tanjung Mutiara 20020.02 0.00 491.24 0.33 0.00 7 Kec. Matur 9219.68 0.00 0.00 331.57 0.22 Jumlah 147482.59 4418.9 3.00 8733.12 5.92 7616.45 5.16 Sumber : Pengolahan Data Primer 2015

Pada tabel diatas dapat diuraikan bahwa hutan produksi terdapat di 7 Kecamatan yang ada di Kabupaten Agam. Dari data tersebut hutan Produksi yang terluas sebesar 2709,70 (Ha) atau 1,84% dengan luas Kecamatan 26959,32 (Ha) pada hutan Produksi di Kecamatan Ampek Nagari, dari pada Kecamatan Baso dengan luas Kecamatan 7095,85 (Ha) dan luas hutan produksi 1151,29 (Ha) atau 0,78% dan Kecamatan Lubuk Basung dengan luas Kecamatan 26405,06 (Ha) dan hutan produksi 557,91 (Ha) atau 0,38% .

(60)

Pada kawasan Hutan Produksi Konversi yang terluas sebesar 6116,29 (Ha) atau 4,15% dengan luas Kecamatan 33603,42 (Ha) pada Hutan Produksi Konversi di Kecamatan Palembayan dari pada Kecamatan Ampek Nagari dengan luas Kecamatan 26959,32 (Ha) dan hutan Produksi Konversi 1599,97 (Ha) atau 1,08%, Kecamatan Lubuk Basung dengan luas Kecamatan 26405,06 (Ha) dan hutan Produksi Konversi 525,62 (Ha) atau 0,36% dan Kecamatan Tanjung Mutiara dengan luas Kecamatan 20020,02 (Ha) dan hutan Produksi Konversi 491,24 (Ha) atau 0,33%.

Sedangkan Kawasan Hutan Produksi Terbatas yang terluas sebesar 5396,87 (Ha) atau 3,66% dengan luas Kecamatan 24179,24 (Ha) pada Hutan Produksi Terbatas di Kecamatan Palupuh dari pada Kecamatan Palembayan dengan luas Kecamatan 33603,42 (Ha) dan luas Hutan Produksi Terbatas 1888,01 (Ha) atau 1,28%, dan Kecamatan Matur dengan luas Kecamatan sebesar 9219,68 (Ha) dan luas Hutan Produksi Terbatas 331,57 (Ha) atau 0,22%.

(61)

Grafik IV.6 Hutan Produksi di Kabupaten Agam Tahun 2015 Berdasarkan Kecamatan.

Sumber : Pengolahan Data Primer 2015

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa Hutan Produksi di Kabupaten Agam tahun 2015 penggunaan kawasan hutan produksi yang paling dominan di Kecamatan Kabupaten Agam adalah Kecamatan Ampek Nagari dengan luas Kecamatan 26959.32 (Ha) dan luas hutan produksi

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 Lu a s (H a )

Kecamatan di Kabupaten Agam

Hutan Produksi di Kabupaten Agam Tahun 2015 Berdasarkan Kecamatan

(62)

2709,70 (Ha) atau 1,84%, penggunaan Kawasan Hutan produksi konversi yang paling dominan di Kecamatan Kabupaten Agam adalah Kecamatan Palembayan dengan luas Kecamatan 33603.42 (Ha) dan luas Hutan produksi konversi 6116,29 (Ha) atau 4,15%, dan penggunaan Kawasan hutan produksi terbatas yang paling dominan di Kecamatan Kabupaten Agam adalah Kecamatan Palupuh dengan luas Kecamatan 24179.24 (Ha) dan luas hutan produksi terbatas 5396,68 (Ha) atau 3,66% .

Jadi Hutan Produksi di Kabupaten Agam Tahun 2015 Berdasarkan Kecamatan dapat disimpulkan bahwa Hutan Produksi di Kabupaten Agam Tahun 2015 Berdasarkan Kecamatan menyatakan pada Kecamatan Ampek Nagari adalah Kecamatan yang terluas hutan Produksinya. Kecamatan Palembayan adalah Kecamatan yang Paling terluas hutan Produksi Konversi dan Kecamatan Palupuh adalah Kecamatan yang terluas hutan Produksi Terbatas. Sedangkan Kecamatan Palembayan, Palupuh, Tanjuung Mutiara, dan Kecamatan Matur adalah Kecamatan yang tidak ada mempunyai luas kawasan hutan Produksinya. Kecamatan Palupuh, Baso, dan Kecamatan Matur adalah Kecamatan yang tidak mempunyai luas kawasan hutan Produksi Konversi dan Kecamatan Ampek Nagari, Baso, Lubuk Basung, dan Kecamatan Tanjung Mutiara adalah Kecamatan yang tidak mempunyai luas kawasan Hutan Produksi Terbatas.

Gambar

Tabel  I.1  Luas  Kawasan  Hutan  Menurut  Fungsi/Statusnya  di  Kabupaten  Agam 2015
Tabel III.1  Luas hutan masing - masing Kecamatan di Kabupaten Agam
Diagram alir analisis citra dengan penginderaan jauh :  Citra Landsat th. 2011, 2015
Grafik IV. 1  Kawasan Hutan Kabupaten Agam Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat memetakan pihak - pihak yang berkepentingan (stakeholder) terhadap keberadaan Batur

Perkembangan Kota Depok tidak terlepas dari pemekeran kabupaten Bogor menjadi beberapa daerah otonom disekitarnya. Disamping kota Depok berbatasan langsung dengan DKI

Narasumber 2 : Dari iklan tersebut yaa yang pasti lah dia menawarkan tentang Oreo ice cream rasa orange yang paling baru ya karena disitu varian rasa yang paling terbaru yang

Hasil perancangan arsitektur enterprise dengan TOGAF ADM untuk membuat cetak biru sistem informasi sebagai pengembangan data, aplikasi, dan teknologi yang terintegrasi dalam

Semua orang dapat menggunakan kunci publik untuk melakukan operasi kriptografi akan tetapi hanya orang yang memegang kunci privat yang dapat melakukan invers terhadap

Limbah abu dari boiler ini memiliki kandungan silika, sehingga dilakukan penelitian terhadap abu cangkang dan fiber kelapa sawit dengan proses ekstraksi dengan menggunakan

akhirnya skripsi dengan judul “ Pengaruh Kinerja Likuiditas, Kualitas Aktiva, Sensitifitas, Efisiensi, dan Profitabilitas Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank

Mengolah pepaya menjadi tape merupakan salah satu usaha dalam mengadakan makanan yang unik dan menarik untuk menjadikan banyak orang ingin mengkonsumsinya1.