Pembahasan utama dalam buku ajar ini secara sadar disajikan dari 'pendekatan filosofis', dengan menjadikan siswa sebagai titik tolak. Buku ini masih perlu penyempurnaan, sehingga kami mengharapkan masukan dan kritik dari para pembaca untuk penyempurnaan buku teks ini.
PENDAHULUAN
Historisasi Pendidikan Kewarganegaraan
Sedangkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Kewirausahaan Nasional telah dimasukkan sebagai bagian dari pendidikan kewarganegaraan. Padahal, pendidikan kewarganegaraan bukan hanya sekedar program pendidikan yang berdasarkan pada konstitusi negara yang bersangkutan, namun juga bergantung pada perkembangan dari masa ke masa.
Penguatan Paradigm Bangsa dalam Menghadapi Dinamika
Kesimpulannya, pendidikan kewarganegaraan secara historis, sosiologis dan kontekstual mencerminkan nilai-nilai pendidikan yang penting bagi setiap bangsa, dengan mencerminkan semangat cinta tanah air, bela negara dan bangga terhadap produk dalam negeri, serta mempunyai pengaruh yang besar bagi masyarakat. pembentukan karakter bangsa dan jati diri bangsa. Secara ontologis, PKn mencerminkan sikap dan perilaku warga negara dalam kehidupan bernegara dan berbangsa, yang terus berkembang sebagai akibat dari sikap dan perilaku yang berubah dan bervariasi secara dinamis.
Mendiskripsikan Urgensi dan Esensi Pendidikan
Revitalisasi penetrasi nusantara sebagai visi dan misi untuk menanamkan nilai-nilai bersama bangsa Indonesia yang dapat diterima oleh semua kelompok kepentingan (Suryono. Sebagai upaya mengatasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai-nilai budaya bangsa Indonesia dirumuskan sebagai berikut;
Memahami Hakikat Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan
Penyelenggaraan pendidikan kewarganegaraan berbasis kearifan lokal diharapkan dapat membentuk karakter peserta didik sesuai dengan cita-cita bangsa dan Pancasila. Kearifan lokal yang terkandung dalam pendidikan kewarganegaraan di sekolah mempengaruhi siswa dalam membentuk karakter generasi muda bangsa (Sulianti, dkk: 2019).
MENGENAL IDENTITAS NASIONAL
Pengertian Identitas Nasional
Menurut Kaelan (2002), jati diri bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang merupakan hasil pemikiran dan gagasan dasar masyarakat Indonesia tentang apa yang dianggap sebagai kehidupan yang baik yang memberikan karakter, corak dan ciri khas masyarakat Indonesia. . . Nilai-nilai dasar tersebut terkandung dalam nilai-nilai Pancasila sehingga Pancasila disebut sebagai jati diri bangsa sekaligus jati diri bangsa Indonesia.
Identitas Nasional Sebuah Kepribadian Bangsa Negara
- Bendera Negara Sang Merah Putih
- Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara
- Garuda Pancasila
- Indonesia Raya sebagai Lagu Kebangsaan
Kemudian, selain saka merah putih dan bahasa Indonesia bersatu, identitas negara yang dapat menjadi jati diri suatu bangsa adalah lambang negara. Lambang nasional setiap negara mempunyai lambang yang berbeda-beda dan setiap lambang serta lambang menunjukkan ciri-ciri yang berbeda pula.
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai sebuah kesadaran telah terkontaminasi oleh akulturasi budaya asing yang semakin terkikis dan bagaimana cara membangkitkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam diri bangsa Indonesia dengan selalu mendorong warga negara untuk selalu memperkuat jati diri bangsa. Kita tahu bahwa bangsa Indonesia mempunyai nilai-nilai luhur dalam Pancasila yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Memahami Pancasila
- Makna Ideologi
- Refleksi Pancasila dalam Konteks Kewarganegaraan
- Relevansi Kebhinekaan dalam “Kekerasan atas Nama
Ideologi dalam arti lain adalah ideologi netral, dalam ideologi ini sering diterapkan di negara-negara komunis, yang berarti ideologi sebagai keseluruhan sistem pemikiran, nilai-nilai dan sikap spiritual dasar dalam suatu gerakan, kelompok sosial atau budaya. Tiga jenis “ideologi”, akan lebih mudah dipahami dengan melihat nilai-nilai dari masing-masing ideologi. Ideologi ini tidak dapat dipertanyakan isi atau kebenarannya, sehingga ideologi tertutup ini tidak mungkin dapat memberikan toleransi terhadap pandangan dunia atau nilai-nilai lain.
Ciri-ciri ideologi tertutup adalah tuntutannya tidak hanya mengandung nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar saja, melainkan bersifat operasional konkrit, sehingga ideologi ini tidak mengakui hak setiap orang untuk berpikir sendiri, melainkan harus didasarkan pada hak asasi manusia. berdasarkan hati nuraninya sendiri. yang menuntut ketaatan tanpa pelayanan. Ideologi ini tidak didasarkan pada nilai dan pandangan moral masyarakat, namun baik atau buruknya nilai dan moral masyarakat dinilai dari sejalan atau tidaknya ideologi tersebut. Kelompok nasional dan kelompok Islam sepakat tentang pentingnya nilai-nilai ketuhanan dalam negara Indonesia yang merdeka, meski sedikit perdebatan mengenai hubungan negara dan agama.
Aktualisasi nilai-nilai etika kemanusiaan pertama-tama harus berakar kuat pada lingkungan sosial dunia. Dalam kata-kata Bung Karno, “internasionalisme tidak dapat tumbuh subur jika tidak berakar pada tanah nasionalisme.” Aktualisasi nilai-nilai etika kesetaraan dan persaudaraan umat manusia dalam konteks nasional dapat menjadi perekat yang memegang pluralisme Indonesia, sebagai taman keberagaman dunia (Yudi Latif. Warisan budaya lokal sebagai budaya nasional tercermin dalam nilai-nilai tersebut. keberagaman dan semangat.nasionalis selalu tertanam dalam segala kondisi.
Aktualitas Dasar Falsafah Negara Pancasila
Arti penting adalah politik, dalam hal ini kearifan, dan yang kedua yaitu nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Nilai-nilai tersebut bersumber dari tradisi masyarakat yang hidup di tengah gejolak keseharian yang menimpa kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam hal ini Pancasila tidak secara sempit membatasi gerak masyarakat dalam berorganisasi, namun Pancasila justru memberikan ruang bagi segala pandangan dalam suatu sistem yang berfungsi dan persaingan yang sehat, yang bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat luas.
Kesalahpahaman dan penerapan yang salah ini mengakibatkan mati atau bekunya Pancasila sebagai ideologi fungsional. Kita harus memahami bersama bahwa masa depan Indonesia sebagai bangsa dan negara akan ditentukan oleh bagaimana bangsa tersebut menerjemahkan, memaknai, memahami dan memaknai Pancasila dalam perilaku sehari-hari bernegara dan bermasyarakat. Jadi Pancasila tidak hanya menjadi falsafah atau dasar negara saja, namun Pancasila dapat menjadi ruh dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Namun jika masyarakat belum memahami semangat tersebut sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
- Era Pra Kemerdekaan
- Era Kemerdekaan
Sejak awal kemerdekaan hingga rezim Orde Lama, persoalan politik identitas masih terpinggirkan. Politik identitas ini sebenarnya merupakan hasil perebutan kekuasaan politik yang cenderung memperparah perbedaan agama dan kepentingan politik (Geertz, 1983). Perebutan kekuasaan tercermin dalam aktivitas politik pasca-Soeharto yang sangat kental dengan unsur politik identitas.
Contoh ini memberikan penjelasan berbeda dimana politik identitas berujung pada praktik eksklusi dan diskriminasi kelompok. Tumbuhnya politik identitas dapat dilihat dari dua hal (Romli, 2019): pertama, pilkada, bakal calon dan pendukungnya cenderung menggunakan sentimen etnis dan agama. Maraknya politik identitas di Indonesia setelah Soekarno membuat perjalanan demokrasi di Indonesia selama dua dekade tidak mengalami kemajuan menuju demokrasi substansial.
Nilai-nilai penting demokrasi dirusak oleh praktik politik identitas dan diperburuk oleh ketidakmampuan kelompok masyarakat sipil untuk mengembangkan alternatif politik.
MEMAHAMI INTEGRASI NASIONAL BERNEGARA
Integrasi Nasional Dalam Sejarah
- Makna Integrasi Nasional
- Sektor-sektor Integrasi Nasional
- Urgensi Integrasi Nasional
Berdasarkan pendapat tersebut maka integrasi nasional meliputi: pertama integrasi politik, kedua integrasi ekonomi dan ketiga integrasi sosial budaya (Ristek Dikti, 2016). Jadi, dengan capaian yang berbeda-beda tersebut, maka integrasi nasional dapat mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung dari kepentingan yang melingkupinya (Kuntowijoyo. Integrasi nasional adalah suatu keadaan terwujudnya suatu mimpi atau harapan yang tentu saja memerlukan prasyarat yang mendukung pluralisme dan multikulturalisme, serta nilai-nilai kebangsaan.
Pendidikan kewarganegaraan pada khususnya dan disiplin ilmu lain pada umumnya dapat menjadi jembatan untuk mewujudkan upaya menuju integrasi nasional. Selain faktor-faktor di atas, ada beberapa bentuk integrasi nasional yang masih dijaga dan ditingkatkan, yang pertama adalah integrasi Indonesia. Urgensi memahami integrasi nasional dapat diwujudkan dalam bentuk integrasi masyarakat seutuhnya, yang merupakan suatu hal yang mustahil untuk diwujudkan.
Urgensi memahami integrasi nasional yang mengandung nilai-nilai integritas dan jati diri bangsa Indonesia saat ini harus ditanamkan sejak dini dengan mencermati segala tantangan baik internal maupun eksternal.
Beberapa Tantangan dalam Membangun Integrasi
- Multikultural
- Pluralisme agama
- Krisis Sosial
- Geopolitik
Maka pluralisme agama pun menjadi sebuah konsekuensi logis yang sehat, dan fungsi serta makna agama menjadi konkrit dan relevan dalam kehidupan masyarakat. Pluralisme agama merupakan paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan oleh karena itu kebenaran masing-masing agama bersifat relatif. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga” (Fatwa MUI/II/No. 7 tentang Pluralisme, Liberalisme 2005).
Namun pluralisme agama bukan hanya sekedar toleransi antar umat beragama yang sering diungkapkan para pendukung pluralisme agama. Pluralisme agama merupakan salah satu bentuk tuntutan persamaan dan persamaan dalam segala urusan antar agama. Ketika fatwa tersebut dikeluarkan, para pendukung pluralisme agama di Indonesia terpukul keras dengan fatwa MUI.
Kaum pluralis berpendapat bahwa pluralisme agama merupakan salah satu bentuk menjaga dan mengajarkan toleransi, namun pada kenyataannya justru memaksakan kehendaknya pada umat beragama.
NEGARA DAN PERMASALAHAN KEWARGANEGARAAN
Konstitusi dan Demokrasi di Indonesia
- Konstitusi
- Demokrasi
- Hukum dan HAM
Oemar Seno Aji kembali menegaskan bahwa supremasi hukum di Indonesia mempunyai ciri khas tersendiri. Indonesia sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dengan demikian menjadi konsep negara di Indonesia dan membedakannya dengan negara hukum lainnya. Konsep negara hukum di Indonesia dapat diartikan sebagai segala aspek hukum ketatanegaraan di Indonesia yang senantiasa berlandaskan pada Undang-undang Dasar Negara.
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan sumber atau aturan dasar dalam rangka pembentukan dan pelaksanaan negara hukum di Indonesia yang dituangkan dalam konstitusi. Dengan demikian, negara hukum yang dikembalikan ke Indonesia adalah negara hukum Pancasila yang bercirikan keberagaman masyarakat Indonesia dengan nilai-nilai luhur, budi pekerti, moral dan etika serta karakter keindonesiaan. Di Indonesia sendiri, makna demokrasi harus sejalan dengan koridor kebebasan dan kesetaraan yang jelas.
Dalam setiap sila Pancasila terdapat ciri inti nilai-nilai budaya masing-masing suku bangsa yang ada di Indonesia.
PENUTUP
Kesimpulan
Orang-orang yang paling besar pahalanya di sisi Allah Ta'ala pada hari kiamat adalah orang-orang yang paling banyak membantu orang lain semasa hidup di dunia, dan orang-orang yang dekat dengan Allah pada hari kiamat. . Yang akan menjadi penghakiman adalah orang yang berdamai dengan sesamanya." Dalam agama Kristen, kedamaian didasarkan pada "cinta", yang dalam agama Kristen diartikan sebagai sabar dan murah hati, tidak iri hati, tidak menyombongkan diri. dan tidak sombong. , tidak melakukan sesuatu yang tidak sopan, dan tidak mencari keuntungan sendiri, tidak marah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, dan tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran (1 Korintus 13:4-7) .
Di masa sekarang ini, perlu dipahami kembali nilai-nilai yang terkandung dalam ciri khas negara sebagai wujud rasa cinta tanah air dan memupuk jiwa patriotisme. Kebebasan berpendapat dan persamaan hak dan kewajiban harus didukung dalam kehidupan bernegara agar muncul keadilan demokratis. Azra, Azyumardi, 2005, Kritik Identitas dan Budaya, Membangun Indonesia Multikultural http://kongres.budpar.go.id/agenda/precongress/makalah/ab strak/58%20azyumardi%20azra.htm.
Kusumohamidjojo, Budiono, 2000, Community Diversity in Indonesia: A Problematic Philosophy of Culture, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.