Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia
Latar belakang
Sejak zaman dahulu,Indonesia ini terdiri atas gugusan pulau-pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke,kita bangsa Indonesia ini di
persatukan oleh landasan dasar negara kita yaitu pancasila.Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila ini lah yang menyatukan kita sebagai negara yang bersatu berdaulat adil dan makmur.Nilai-nilai pancasila lainnya seperti nilai gotong royong juga mencerminkan kita sebagai negara yang selalu tolong menolong. Munculnya permasalahan yang mendera Indonesia, memperlihatkan telah tergerusnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Problematika yang terjadi di Indonesia seperti tindak korupsi, terorisme bahkan dewasa ini, fenomena materialisme, pragmatisme, dan hedonisme makin menggejala dalam kehidupan bermasyarakat. Paham-paham tersebut mengikis moralitas dan akhlak masyarakat, khususnya generasi muda.
Fenomena dekadensi moral tersebut terekspresikan dan tersosialisasikan lewat tayangan berbagai media massa. Urgensi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi, yaitu agar mahasiswa tidak tercerabut dari akar
budayanya sendiri dan agar mahasiswa memiliki pedoman atau kaidah penuntun dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari dengan berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Tetapi muncul banyak permasalahan sebelum di tetapkan nya pancasila atau dalam penyusunan dasar negara kita,sidang BPUPKI lah yang menjadi awal dibentuknya landasan negara kita di sidang ini ada tiga tokoh yang mengusul bunyi-bunyi
pancasila.M.Yamin,Soekarno,dan Soepomo,nama pancasila sendiri itu usulan dari Ir.Soekarno yang mengusulkan hal ini secara spontan dalam pidatonya tanggal 1 juni 1945 . Sebelum sidang pertama berakhir, Panitia Kecil
dibentuk untuk tak hanya merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar Negara – mengacu pada pidato yang diucapkan Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, tetapi juga menjadikan dokumen itu sebagai teks untuk
memproklamasikan Indonesia Merdeka. Setelah upacara proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, ada beberapa utusan yang datang dari Indonesia Bagian Timur, untuk menyampaikan keberatannya terkait bunyi sila pertama Pancasila. Beberapa utusan tersebut diantaranya Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi, Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor, wakil dari Kalimantan, I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara, dan Latu Harhary, wakil dari Maluku.
Menanggapi protes kecil ini, pada sidang PPKI pertama yang digelar 18 Agustus 1945, Hatta pun mengusulkan kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pengubahan kalimat itu sebelumnya telah dikonsultasikan bersama 4 tokoh islam, yakni Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan.
Ke semua tokoh Islam ini menyetujui perubahan kalimat tersebut. Alhasil, pada penetapan rancangan pembukaan sekaligus batang tubuh UUD 1945 pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia.Setelah itu, Pancasila sebagai dasar negara Indonesia telah diterima oleh semua pihak dan bersifat final.
Rumusan masalah:
1.Bagaimana proses perumusan pancasila?
2.Apa isi rumusan yang di kemukakan oleh Soepomo,Ir.Soekarno, dan M.Yamin ?
3. Apa fungsi pancasila dan kedudukan pancasila bagi Negara Indonesia ? 4. Apa sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa Indonesia ?
5. Urgensi dan esensi dalam sejarah Bangsa Indonesia?
Tujuan Masalah
1.Mengetahui proses perumusan pancasila.
2.Mengetahui isi rumusan yang dikemukakan oleh ketiga tokoh tersebut 3.Mengetahui fungsi pancasila bagi Negara Indonesia.
4. Mengetahui sumber historis,sosiologis,dan politis pancasila.
5.Mengetahui urgensi dan esensi pancasila.
Proses perumusan pancasila
Perumusan pancasila dimulai dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 – 16 Juli 1945 adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu
merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan Indonesia. Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila diantaranya adalah Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya. Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Ketiga, Persatuan Indonesia. Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini kemudian dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di sana-sini. Peristiwa itu ditandai dengan jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Sehari setelah peristiwa itu, 7 Agustus 1945,
Pemerintah Pendudukan Jepang di Jakarta mengeluarkan maklumat yang berisi pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan bagi Indonesia (PPKI), panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19 Agustus 1945, direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dimerdekakan.
Pada tanggal 8 Agustus 1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil
Jenderal Terauchi (Penguasa Militer Jepang di Kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan di Saigon, Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho Chi Minh).
Ketiga tokoh tersebut diberi kewenangan oleh Terauchi untuk segera membentuk suatu Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia sesuai dengan maklumat Pemerintah Jepang 7 Agustus 1945 tadi. Sepulang dari Saigon, ketiga tokoh tadi membentuk PPKI dengan total anggota 21 orang, yaitu: Soekarno, Moh. Hatta, Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar Dinata, Purboyo, Suryohamijoyo, Sutarjo, Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan Bing, Muh. Amir, Abdul Abbas, Ratulangi, Andi Pangerang, Latuharhary, I Gde Puja, Hamidan, Panji Suroso, Wahid Hasyim, T. Moh. Hasan (Sartono
Kartodirdjo, dkk., 1975: 16–17).
Jatuhnya Bom di Hiroshima belum membuat Jepang takluk, Amerika dan sekutu akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang meluluh lantahkan kota tersebut sehingga menjadikan kekuatan Jepang semakin lemah. Kekuatan yang semakin melemah, memaksa Jepang
akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus 1945.
Konsekuensi dari menyerahnya Jepang kepada sekutu, menjadikan daerah bekas pendudukan Jepang beralih kepada wilayah perwalian sekutu,
termasuk Indonesia. Sebelum tentara sekutu dapat menjangkau wilayah- wilayah itu, untuk sementara bala tentara Jepang masih ditugasi sebagai sekadar penjaga kekosongan kekuasaan.
Kekosongan kekuasaan ini tidak disia-siakan oleh para tokoh nasional. PPKI yang semula dibentuk Jepang karena Jepang sudah kalah dan tidak berkuasa lagi, maka para pemimpin nasional pada waktu itu segera mengambil
keputusan politis yang penting. Keputusan politis penting itu berupa
melepaskan diri dari bayang-bayang kekuasaan Jepang dan mempercepat rencana kemerdekaan bangsa Indonesia.
Periode Pengesahan Pancasila
Pada 12 Agustus 1945, ketika itu Soekarno, Hatta, dan Rajiman
Wedyodiningrat dipanggil oleh penguasa militer Jepang di Asia Selatan ke Saigon untuk membahas tentang hari kemerdekaan Indonesia sebagaimana yang pernah dijanjikan. Namun, di luar dugaan ternyata pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat. Pada 15 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Rajiman kembali ke Indonesia. Kedatangan mereka disambut oleh para pemuda yang mendesak agar kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamasikan secepatnya karena mereka tanggap terhadap perubahan situasi politik dunia pada masa itu. Para pemuda sudah
mengetahui bahwa Jepang menyerah kepada sekutu sehingga Jepang tidak memiliki kekuasaan secara politis di wilayah pendudukan, termasuk
Indonesia.
Perubahan situasi yang cepat itu menimbulkan kesalahpahaman antara kelompok pemuda dengan Soekarno dan kawan-kawan sehingga terjadilah penculikan atas diri Soekarno dan M. Hatta ke Rengas Dengklok (dalam istilah pemuda pada waktu itu “mengamankan”), tindakan pemuda itu berdasarkan keputusan rapat yang diadakan pada pukul 24.00 WIB
menjelang 16 Agustus 1945 di Cikini no. 71 Jakarta (Kartodirdjo, dkk., 1975:
26). Melalui jalan berliku, akhirnya dicetuskanlah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Teks kemerdekaan itu didiktekan oleh Moh.
Hatta dan ditulis oleh Soekarno pada dini hari. Dengan demikian, naskah bersejarah teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini digagas dan ditulis oleh dua tokoh proklamator tersebut sehingga wajar jika mereka dinamakan Dwitunggal. Selanjutnya, naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik.
Rancangan pernyataan kemerdekaan yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI yang diberi nama Piagam Jakarta, akhirnya tidak dibacakan pada 17 Agustus 1945 karena situasi politik yang berubah.
Pada 18 Agustus 1945, PPKI bersidang untuk menentukan dan menegaskan posisi bangsa Indonesia dari semula bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka. PPKI yang semula merupakan badan buatan pemerintah Jepang,
sejak saat itu dianggap mandiri sebagai badan nasional. Atas prakarsa Soekarno, anggota PPKI ditambah 6 orang lagi, dengan maksud agar lebih mewakili seluruh komponen bangsa Indonesia. Mereka adalah
Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa Koesoema Soemantri, dan Ahmad Subarjo.
Indonesia sebagai bangsa yang merdeka memerlukan perangkat dan kelengkapan kehidupan bernegara, seperti Dasar Negara, Undang-Undang Dasar, Pemimpin negara, dan perangkat pendukung lainnya. Sejarah bangsa Indonesia juga mencatat bahwa rumusan Pancasila yang disahkan PPKI ternyata berbeda dengan rumusan Pancasila yang termaktub dalam Piagam Jakarta. Hal ini terjadi karena adanya tuntutan dari wakil yang
mengatasnamakan masyarakat Indonesia Bagian Timur yang menemui Bung Hatta yang mempertanyakan 7 kata di belakang kata “Ketuhanan”, yaitu
“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Tuntutan ini ditanggapi secara arif oleh para pendiri negara sehingga terjadi perubahan yang disepakati, yaitu dihapusnya 7 kata yang dianggap menjadi hambatan di kemudian hari dan diganti dengan istilah “Yang Maha Esa”.
Identitas Nasional adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk disini adalah tatanan hukum yang berlaku di Indonesia.
Isi rumusan yang dikemukakan Soepomo,Ir.Soekarno dan M.Yamin Mohammad Yamin Mohammad Yamin merupakan seorang sastrawan,
sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum. Dalam membuat rumusan Pancasila, Mohammad Yamin memberikan lima hal untuk bisa dijadikan dasar negara. Pertama diajukan secara lisan pada tanggal 29 Mei 1945 yang berisi:
1. Peri kebangsaan 2. Peri kemanusiaan
3.Peri ketuhanan 4.Peri kerakyatan 5.Kesejahteraan rakyat
Kemudian hal tersebut berubah saat Mohammad Yamin menyampaikan rumusan dasar negara yang diajukan secara tertulis, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2.Kebangsaan Persatuan Indonesia
3.Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Soepomo Soepomo merupakan seorang ahli hukum pada generasi pertama yang sudah ada ketika Indonesia merdeka.Soepomo memberikan lima rumusan untuk dijadikan dasar negara, yaitu: 1.Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin 4.Musyawarah
5.Keadilan rakyat
Soekarno Presiden pertama Indonesia, Soekarno juga turut serta
merumuskan Pancasila. Dalam pidatonya di sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan pidato yang berisi gagasan mengenai dasar negara yang terdiri dari lima butir gagasan. Gagasan tersebut adalah:
1.Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme dan peri kemanusiaan 3.Mufakat atau demokrasi
4.Kesejahteraan sosial
5.Ketuhanan yang Maha Esa Selain itu
Soekarno juga mengusulkan tiga dasar negara yang diberi nama Ekasila, Trisila, dan Pancasila. Di mana akhirnya dasar negara yang dipilih adalah Pancasila.
Fungsi dan kedudukan pancasila bagi Negara Indonesia
Kedudukan dan Fungsi Pancasila sangat penting karena segala aturan kita untuk bertingkah laku dan bertindak sebagai warga negara Indonesia terkandung di setiap sila-sila
Pancasila. Kita sebagai warga negara Indonesia juga harus memahami betul makna-makna setiap butir Pancasila, fungsi Pancasila dan wujud
tindakan dari cerminan Pancasila itu
sendiri. Secara etimologis, Pancasila berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari kata Panca dan Syila, Panca artinya lima dan syila artinya
alas/dasar. Jadi Pancasila artinya lima
dasar (aturan) yang kemudiaan harus ditaati dan dilaksanakan.
Sedangkan secara terminologis, istilah Pancasila digunakan oleh Ir. Soekarno yang dicetuskan dalam pidatonya didepan sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Pancasila adalah dasar Negara Indonesia yang merupakan Identitas Negara Indonesia dan tidak dimiliki oleh negara lain lagi.
Pada umumnya fungsi dan peranan Pancasila menurut ketetapan Tap MPR No. III /MPR/2000 mengenai Sumber Hukum Nasional dan Tata Urutan Perundangan dinyatakan bahwa Pancasila sebagai dasar Negara. Hal ini
mengandung maksud bahwa Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan ketatanegaraan Negara, yang meliputi bidang ideologi, politik,ekonomi, social budaya dan pertahanan keamanan. Fungsi dan peranan Pancasila sebelumnya kita kenal sebagai;
1. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia 3. Pancasila sebagai Sumber dari segala Sumber Hukum 4. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur
5. Pancasila sebagai Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia
6. Pancasila sebagai Satu-Satunya Asas dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
7.Pancasila sebagai Moral Pembangunan
Semua Negara di dunia haruslah memiliki dasar atau fondasi Negara.
Fondasi tersebut berupa ciri, cita-cita, acuan dan tujuan yang akan dicapai suatu Negara yang tentunya berbeda dari Negara lain. Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan jelas menyatakan bahwa bangsa Indonesia membutuhkan sebuah dasar bagi
penyelenggaraan Negara.Dasar negara tersebut yang kemudian dijadikan tujuan, cita-cita dan acuan yang ingin dicapai.Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia dipergunakan sebagai petunjuk masyarakat Indonesia haruslah selalu dijiwai oleh nilai-nilai luhur
Pancasila.Semua sila dari Pancasila tersebut tidak dapat diterapkan secara terpisah-pisah, karena Pancasila merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan. Sila-sila dalam Pancasila merupakan rangkaian kesatuan yang bulat sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain atau dibagi- bagi Upaya mempertahankan Pancasila dapat dilakukan dengan
melaksanakan nilai-nilai.Pancasila oleh setiap warga Negara Indonesia dalam kehidupan sehari-hari dimanapun berada.
Sumber historis, sosiologis, politis Pancasila
Sumber Historis Pancasila
Pancasila melalui proses yang panjang dalam pembuatannya. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.
Secara historis, sejak zaman kerajaan unsur Pancasila sudah muncul dalam kehidupan bangsa kita. Agar nilai-nilai Pancasila selalu melekat dalam
kehidupan bangsa Indonesia, maka . nilai-nilai yang terkandung dalam setiap Pancasila tersebut kemudian dirumuskan dan disahkan menjadi dasar
Negara. Sebagai sebuah dasar Negara, Pancasila harus selalu dijadikan acuan dalam bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Semua peraturan perundang-undangan yang ada juga tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila
Sumber Sosiologis Pancasila
Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara (Kaelan, 2000: 13). Bung Karno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari bumi pertiwi Indonesia. Dengan kata lain, nilai- nilai Pancasila berasal dari kehidupan sosiologis masyarakat Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi negara berakar dalam kehidupan masyarakat.
Unsur-unsur
sosiologis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara meliputi hal- hal sebagai berikut:
a.Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan
beragama masyarakat Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan keyakinan terhadap adanya kekuatan gaib.
b.Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal saling menghargai dan menghormati hak-hak orang lain, tidak bersikap sewenang-wenang.
c. Sila Persatuan Indonesia yang dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa setia kawan, rasa cinta tanah air yang berwujud pada mencintai produk dalam negeri.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dapat ditemukan dalam bentuk menghargai pendapat orang lain, semangat musyawarah dalam mengambil keputusan.
e.Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercermin dalam sikap suka menolong, menjalankan gaya hidup sederhana, tidak menyolok atau berlebihan.
Sumber Politis Pancasila
Pancasila dalam tataran tertentu merupakan ideologi politik, yaitu
mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah penuntun dalam mewujudkan tata tertib sosial politik yang ideal. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Budiardjo (1998:32) sebagai berikut: “Ideologi politik adalah himpunan nilai- nilai, idée, norma-norma, kepercayaan dan keyakinan, suatu
“Weltanschauung”, yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang, atas
dasar mana dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politiknya.”
Dengan memahami pancasila, diharapkan mampu termotivasi berpartisipasi memberikan masukan konstruktif, baik kepada infrastruktur politik maupun suprastruktur politik. Nilai-nilai Pancasila mutlak harus dimiliki oleh setiap penguasa yang berkuasa mengatur pemerintahan, agar tidak menyebabkan berbagai penyimpangan seperti yang sering terjadi dewasa ini.
Dalam penerapan etika politik Pancasila di Indonesia tentunya mempunyai beberapa kendala-kendala, yaitu :
a.Etika politik terjebak menjadi sebuah ideologi sendiri. Ketika seseorang mengkritik sebuah ideologi, ia pasti akan mencari kelemahan-kelemahan dan kekurangannya, baik secara konseptual maupun praksis. Hingga muncul sebuah keyakinan bahwa etika politik menjadi satu-satunya cara yang efektif dan efisien dalam mengkritik ideologi, sehingga etika politik menjadi sebuah ideologi tersendiri.
b.Pancasila merupakan sebuah sistem filsafat yang lebih lengkap disbanding etika politik Pancasila, sehingga kritik apa pun yang ditujukan kepada
Pancasila oleh etika politik Pancasila tidak mungkin berangkat dari Pancasila sendiri karena kritik itu tidak akan membuahkan apa-apa.
Namun demikian, bukan berarti etika politik Pancasila tidak mampu menjadi alat atau cara menelaah sebuah Pancasila. Kendala pertama dapat diatasi dengan cara membuka lebar-lebar pintu etika politik Pancasila terhadap kritik dan koreksi dari manapun, sehingga ia tidak terjebak pada lingkaran itu. Kendala kedua dapat diatasi dengan menunjukkan kritik kepada
tingkatan praksis Pancasila terlebih dahulu, kemudian secara bertahap merunut kepada pemahaman yang lebih umum hingga ontologi Pancasila mengakan prinsip-prinsip norma moral
Urgensi dan esensi dalam sejarah Bangsa Indonesia
Essensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Sebagai sebuah filsafat, di dalam Pancasila terkandung sebuah pandangan, nilai-nilai serta suatu pemikiran yang menjadikannya inti utama dari sebuah ideologi. Pancasila sebagai sebuah filsafat merupakan cerminan sebuah pemikiran yang kristis dan rasoinal tentang kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa secara mendasar dan
menyeluruh. Filsafat Pancasila ditujukan untuk semua orang dan bukan hanya untuk bangsa Indonesia saja, sebab didalamnya terkandung konsep kehidupan secara luas dan tidak terbatas.
Dalam aspek ontologi, “keberadaan” Pancasila merupakan sesuatu hal yang nyata dan realistis. Sebab didalam Pancasila menjelaskan tentang
keberadaan Tuhan serta kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk adalah sesuatu yang nyata (real). Seperti yang tertera pada sila pertama,
“Ketuhanan yang Maha Esa”. Bahwa Pancasila secara ontologi mengakui keberadaan Tuhan yang memiliki kuasa dan sebagai pencipta alam semesta.
Maka dari segi epistemologi Pancasila merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan dan memiliki dasar-dasar yang memiliki kekuatan hukum. Sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945.Dilihat dari segi aksiologi, Pancasila memiliki nilai-nilai yang mendasari terciptanya sebuah hak dan kewajiban warga negara didalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang majemuk. Nilai-nilai tersebut merupakan cerminan dari kehidupan bangsa yang memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Pancasila sebagai dasar negara berperan sebagai pedoman bagi bangsa Indonesia yang menuntun kita dalam bersikap.
Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Pancasila dapat memberikan arah tentang hukum harus menciptakan keadaan negara yang
lebih baik dengan berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Dengan Pancasila, perpecahan bangsa Indonesia akan mudah dihindari karena pandangan Pancasila bertumpu pada pola hidup yang berdasarkan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian sehingga perbedaan apapun ang ada dapat dibina menjadi suatu pola kehidupan yang dinamis, penuh dengan keanekaragaman yang berada dalam satu keseragaman yang kokoh (Muzayin, 1992: 16).Hasil Survei yang dilakukan KOMPAS yang dirilis pada 1 Juni 2008 menunjukkan bahwa
pengetahuan masyarakat tentang Pancasila merosot secara tajam, yaitu 48,4% responden berusia 17 sampai 29 tahun tidak mampu menyebutkan silai-sila Pancasila secara benar dan lengkap. 42,7% salah menyebut sila-sila Pancasila, lebih parah lagi, 60% responden berusia 46 tahun ke atas salah menyebutkan sila-sila Pancasila. Fenomena tersebut sangat memprihatinkan karena menunjukkan bahwa pengetahuan tentang Pancasila yang ada dalam masyarakat tidak sebanding dengan semangat penerimaan masyarakat terhadap Pancasila (Ali, 2009: 2).
Daftar Pustaka
(n.d.). Retrieved from https://prezi.com/hbm1k5ptzim9/pancasila-dalam-arus- sejarah-bangsa-indonesia/?
frame=2d4d780fee4323f736631ec1b20a102b8a9640fd
PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA. (2019, September 26). Retrieved Oktober 9, 2020, from http://legowojr.blogspot.com:
http://legowojr.blogspot.com/2019/09/pancasila-dalam-arus-sejarah- bangsa.html
Erdha Kogarta Dendi Purnama Gerry Gardika Surya Dinata Ratih Amelia, d.
(2018). PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA . Monday, July 16, 2018 .
Graciella, L. O. (2019, Januari). Kedudukan dan Fungsi Pancasila bagi Kedudukan dan Fungsi Pancasila bagi . Retrieved Oktober 9, 2020, from www.researchgate.net/:
https://www.researchgate.net/publication/330278797_Kedudukan_dan_Fungsi _Pancasila_bagi_Bangsa_dan_Negara_Indonesia
PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH. (2018, Oktober Saturday). Retrieved Oktober 9, 2020, from wwblogdewisartika.blogspot:
http://wwwblogdewisartika.blogspot.com/2018/10/bab-2-pancasila-dalam- arus-sejarah.html
Rumusan Pancasila dari 3 Tokoh Nasional. (2020, Februari 5). Retrieved Oktober 9, 2020, from Kompas.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/05/184500169/rumusan- pancasila-dari-3-tokoh-nasional
Sejarah Perumusan dan Lahirnya Pancasila. (2019, Juni 1). Retrieved Oktober 9, 2020, from www.kelaspintar.id:
https://www.kelaspintar.id/blog/inspirasi/sejarah-perumusan-dan-lahirnya- pancasila-811