PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH INDONESIA PADA ERA ORDE LAMA, ERA ORDE BARU, DAN ERA
REFORMASI
Oleh:
1. Cahyani Azizah (230104012)
2. Riani Mutiara (230104044)
3. Silvia Nurafni (230104054)
4. Taraska Putri Salsabilla (230104059)
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
DAFTAR ISI
COVER... I DAFTAR ISI...I
ERA ORDE LAMA...1
1. Latar Belakang Lahirnya Masa Pemerintahan Orde Lama...1
2. Sejarah Orde Lama... 1
2.1 Periode 1945-1950... 2
2.2 Pada periode 1950-1959...3
2.3 Periode 1956-1965... 4
3. Perkembangan Pancasila pada Orde Lama...5
3.1 Penegakan Ketuhanan Yang Maha Esa...5
3.2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab... 5
3.3 Persatuan Indonesia...6
3.4 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan... 6
3.5 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat...6
4. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Lama...7
4.1 Kelebihan ... 7
4.2 Kekurangan... 7
ERA ORDE BARU... 8
1. Latar Belakang...8
2. Latar Belakang Lahirnya Masa Pemerintahan Orde Baru... 8
3. Sejarah Orde Baru...10
4. Perkembangan Pancasila Pada Orde Baru... 12
5. Kelebihan Sistem Pemerintahan Orde Baru... 13
ERA REFORMASI... 15
1. Latar Belakang Era Reformasi...15
1.1 Otoritarianisme Era Reformasi...15
Berkumpul, Berekspresi)...15
1.3 KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)...17
1.4 Krisis Moneter...17
1.5 Demo Besar Besaran... 17
1.6 Kerusuhan dan Penjarahan...18
2. Dampak Era Reformasi...18
2.1 Jatuhnya rezim orde baru... 18
2.2 Marjinalisasi Pancasila...19
2.3 Penegakkan supremasi hukum... 19
2.4 Pemberantasan KKN...20
2.5 Mengadili Mantan Presiden Soeharto... 21
2.6 Amandemen Konstitusi...22
2.7 Pencabutan Dwifungsi ABRI (TNI/POLRI) ...22
2.8 Otonomi Daerah Seluas-luasnya ... 23
KESIMPULAN... 24
DAFTAR PUSTAKA...25
ERA ORDE LAMA
1. Latar Belakang Lahirnya Masa Pemerintahan Orde Lama
Masa Era Orde Lama (Orla) disebut dengan Masa Demokrasi terpimpin yang terjadi pada tahun 1945-1966. Pada perspektif ketatanegaraan masa ini di awali dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang mengakhiri kemelut dan ketidakpastian ketatanegaraan. Dengan kembali berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 menandai kembalinya era pemerintahan Presidensial dengan kewenangan besar ada di tangan Presiden. Secara normative, pengelolaan pemerintahan daerah di atur berdasarkan produk yang dibuat pada masa tersebut, yaitu Penetapan Presiden (Penpres) Nomor 6 tahun 1959 dan nomor 5 tahun 1960. Bahwa Penpres adalah produk hukum yang secara kelembagaan tidak ada dalam UUD 1945.
Pada masa Orde lama, kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana peralihan dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat merdeka. Masa Orde Lama adalah masa pencarian bentuk penerapan Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila diterapkan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama.
2. Sejarah Orde Lama
Kedudukan Pancasila sebagai Idiologi Negara dan falsafah bangsa yang pernah dikeramatkan dengan sebutan azimat revolusi bangsa, pudar untuk pertama kalinya pada akhir dua dasa warsa setelah proklamasi kemerdekaan. Meredupnya sinar api pancasila sebagai tuntunan hidup berbangsa dan bernegara bagi jutaan orang diawali oleh kahendak seorang kepala pemerintahan yang terlalu gandrung pada persatuan dan kesatuan.
Kegandrungan tersebut diwujudkan dalam bentuk membangun kekuasaan
yang terpusat, agar dapat menjadi pemimpin bangsa yang dapat menyelesaikan sebuah revolusi perjuangan melawan penjajah (nekolim, neokolonialisme) serta ikut menata dunia agar bebas dari penghisapan bangsa atas bangsa dan penghisapan manusia dengan manusia. Namun sayangnya kehendak luhur tersebut dilakukan dengan menabrak dan mengingkari seluruh nilai-nilai dasar pancasila.
Pada masa Orde lama, kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana peralihan dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa pencarian bentuk penerapan Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila diterapkan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama. Terdapat 3 periode penerapan Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan periode 1959-1966.
2.1 Periode 1945-1950
Pada periode ini, penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup menghadapi berbagai masalah. Adanya upaya-upaya untuk menggantikan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa.
Upaya-upaya tersebut terlihat dari munculnya gerakan-gerakan pemberontakan yang tujuannya menganti Pancasila dengan ideologi lainnya. Ada dua pemerontakan yang terjadi pada periode ini yaitu:
2.1.1 Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun terjadi pada tanggal 18 September 1948. Pemberontakan ini dipimpin oleh Muso. Tujuan utamanya adalah mendirikan Negara Soviet Indonesia yang berideologi komunis.
Dengan kata lain, pemberontakan tersebut akan mengganti
Pemberontakan ini ditandai dengan didirikannya Negara Islam Indonesia (NII) oleh Kartosuwiryo pada tanggal 17 Agustus 1949. Tujuan utama didirikannya NII adalah untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan syari’at islam. Upaya penumpasan pemberontakan ini memakan waktu yang cukup lama. Kartosuwiryo bersama para pengikutnya baru bisa ditangkap pada tanggal 4 Juni 1962.
2.2 Pada periode 1950-1959
Pada periode ini dasar negara tetap Pancasila, akan tetapi dalam penerapannya lebih diarahkan seperti ideologi leberal. Hal tersebut dapat dilihat dalam penerapan sila keempat yang tidak lagi berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak (voting).
Pada periode ini persatuan dan kesatuan mendapat tantangan yang berat dengan munculnya pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) yang ingin melepaskan diri dari NKRI. Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis. Tetapi anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun Undang-Undang Dasar seperti yang diharapkan. Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan, yang menyebabkan pemerintah mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 untuk membubarkan Konstituante, Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 tidak berlaku, dan kembali kepada Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Kesimpulan yang ditarik dari penerapan Pancasila selama periode ini adalah Pancasila diarahkan sebagai ideology liberal yang ternyata tidak menjamin stabilitas pemerintahan.
2.3 Periode 1956-1965
Periode ini dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin.
Demokrasi bukan berada pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada kekuasaan pribadi presiden Soekarno. Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi. Akibatnya Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup, dan menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak cocok bagi NKRI. Terbukti adanya kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-nilai Pancasila, dan berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain.
Pada periode ini terjadi Pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965 yang dipimpin oleh D.N Aidit. Tujuan pemberontakan ini adalah kembali mendirikan Negara Soviet di Indonesia serta mengganti Pancasila dengan paham komunis. Pemberontakan ini bisa digagalkan, dan semua pelakunya berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman sesuai dengan perbuatannya.
Orde lama berlangsung dari tahun 1959-1966. Pada masa itu berlaku demokrasi terpipin. Setelah menetapakan berlakunya kembali UUD 1945, Presiden Soekarno meletakkan dasar kepemimpinannya. Yang dinamakan demokrasi terimpin. Adapun yang dimaksud dengan demokrasi terpimpin oleh Soekarno adalah demokrasi khas Indonesia yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Demokrasi terpimpin dalam prakteknya tidak sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya dan bahkan terkenal menyimpang. Dimana demokrasi dipimpin oleh kepentingan-kepentingan tertetu.
3. Perkembangan Pancasila pada Orde Lama
Pancasila, sebagai ideologi dasar Indonesia, memiliki peran penting dalam sejarah dan perkembangan negara ini sejak kemerdekaannya pada tahun 1945. Salah satu periode penting dalam sejarah penerapan Pancasila adalah Era Orde Lama. Pancasila diterapkan dalam berbagai kebijakan dan praktik di Era Orde Lama, serta dampaknya terhadap masyarakat Indonesia. Penerapan Pancasila pada Era Orde Lama.
3.1 Penegakan Ketuhanan Yang Maha Esa
Salah satu sila Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, yang diterjemahkan sebagai keberagaman agama yang dihormati dalam kehidupan beragama. Era Orde Lama mencoba menghormati dan melindungi kebebasan beragama, meskipun ada beberapa kontroversi terkait dengan masalah kebebasan beragama selama periode ini.
Misalnya, pada tahun 1967, pemerintah mengeluarkan Dekrit Presiden Nomor 1 tentang Penyempurnaan Ketentuan-Ketentuan Kebatinan, yang mengatur praktik-praktik keagamaan yang tidak resmi. Namun, hal ini juga menimbulkan ketidakpuasan di kalangan umat Islam yang lebih konservatif.
3.2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Prinsip Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mencerminkan komitmen pemerintah Orde Lama terhadap pembangunan sosial dan ekonomi. Pemerintah mendorong program-program pembangunan nasional yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketidaksetaraan sosial. Salah satu capaian terbesar adalah program transmigrasi yang mengalihkan penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang kurang padat, membantu mengatasi masalah ketidaksetaraan regional.
3.3 Persatuan Indonesia
Era Orde Lama juga berfokus pada menjaga persatuan dan kesatuan nasional. Pemerintah mengambil tindakan tegas untuk mengatasi pemberontakan dan konflik yang terjadi di berbagai daerah, seperti PRRI/Permesta dan Gerakan 30 September (G30S). Upaya ini dilakukan untuk menjaga kestabilan negara dan menjunjung tinggi prinsip Persatuan Indonesia dalam Pancasila.
3.4 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Penerapan Pancasila di Era Orde Lama juga mengedepankan prinsip Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Namun, praktik demokrasi di masa ini memiliki batasan-batasan tertentu, dengan Partai Golongan Karya (Golkar) sebagai satu-satunya partai politik yang diakui. Hal ini mengakibatkan dominasi politik yang kuat oleh Golkar, dan keterbatasan dalam partisipasi politik masyarakat.
3.5 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Prinsip Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat tercermin dalam upaya-upaya pemerintah untuk mengurangi kemiskinan dan ketidaksetaraan ekonomi. Program-program seperti Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) diluncurkan untuk membantu masyarakat mendapatkan akses pendidikan, kesehatan, dan kesempatan ekonomi yang lebih baik.
4. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Lama Kelebihan dan kekurangan demokrasi orde lama
4.1 Kelebihan
- Prinsip berdikari (berdiri di atas kaki sendiri no leverage) - Khrismatik Bung Karno yang luar biasa
- Disegani oleh negara lain
- Moral bangsa dan nasionalisme masih terjaga - Indonesia berhasil merebut kemerdekaa
- Indonesia berhasil mempertahankan kemerdekaan Indonesia - Indonesia berhasil merebut kembali Irian Barat
- Dilakukannya Pemilihan Umum untuk yang pertama kalinya.
4.2 Kekurangan
- Pembangunan lambat - Otoriter
- Masyarakat cukup sengsara
- Perekonomian anjlok hiper-inflasi hingga 600%
- Banyaknya terjadi pemberontakan - Seringnya terjadi pergantian kabinet - Terjadinya krisis ekonomi
- Munculnya gerakan 30s pki yang sangat merugikan bangsa indonesia
ERA ORDE BARU
1. Latar Belakang
Orde baru (sering kali disingkat orba) adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Jendral Soeharto di Indonesia. Orde baru menggantikan orde lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno.
Lahirnya orde baru dikeluarkannya surat perintah 11 Maret 1966. Orde baru berlangsung dari tahun 1966 sampai 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela dan pengengkangan kebebasan berpendapat.
2. Latar Belakang Lahirnya Masa Pemerintahan Orde Baru
Menurut pandangan ilmu ketatanegaraan umum sistem pemerintahan yaitu sistem hukum ketatanegaraan, baik yang berbentuk monarki, maupun republik yaitu mengenai hubungan antar pemerintah dan badan yang mewakili rakyat.
Ada berbagai macam sistem pemerintahan di dunia ini seperti presidensial dan parlementer. Setiap sistem pemerintahan memiliki kelebihan, kekurangan dan perbedaan masing-masing. Sistem pemerintahan yang ada di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan sejak tahun 1945 hingga ke era reformasi. Tentu perubahan serta pergantian sistem pemerintahan di Indonesia dilatarbelakangi salah satunya oleh pergantian kekuasaan, karena setiap pemimpin memiliki pendapat, pandangan, serta ide masing-masing yang menimbulkan inovasi terbaru dalam setiap periodenya.
Masa Orde Baru ini berlangsung pada tahun 1968 hingga 1998. Dalam
mulai berkuasa dan mulai memperkenalkan adanya sistem politik baru yang disebut dengan Demokrasi Pancasila dengan berlandaskan pada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan TAP MPRS. Orde Baru berencana akan merubah kehidupan sosial dan politik dalam kehidupan masyarakatnya.
Rancangan Pembangunan Lima Tahun (Pelita) merupakan salah satu program besarnya yang ingin diwujudkan. Tahapan yang dijalani Orde Baru adalah merumuskan dan menjadikan pancasila sebagai ideologi negara sehingga pancasila menjadikan budaya di masyarakat.
Pada masa ini kekuatan politik bergeser pada bidang militer, teknokrasi dan birokrasi. Gagasan serta ide harus membutuhkan langkah yang praktis agar dapat menyeimbangkan. Dan hal ini tidak terjadi pada era demokrasi pancasila. Ia hanya menjadi sebatas konsep besar yang tidak diterapkan dengan utuh. Buktinya masih banyak menyelewengkan arti demokrasi di pemerintahan. Selama Orde Baru berkuasa demokrasi pancasila yang semula digemborkan untuk pengertian normatif dan empirik tidak pernah sejalan. Ia hanya menjadi slogan kosong. Sistem demokrasi pada masa ini tidak jauh dari masa-masa sebelumnya karena penerapannya yang jauh dan berlawanan dari tujuannya. Pada masa Orde Baru ini justru menghambat dan membelenggu kebebasan rakyat dalam hal berbicara atau berpendapat maupun mengkriktik.
Kekuasaan menjadi sentralistis pada saat kepemimpinan Soeharto.
Baginya demokrasi hanyalah alat untuk mengkristalisasikan kekuasaannya.
Kemudian Soeharto membuat inovasi baru yaitu ‘Demokrasi Terpimpin Konstitusional’ yang merupakan ide baru dengan meladaskan ideologi pancasila sebagai dasar filsafah demokrasi. Selama tiga dasawarsa, pemerintahannya menjadi rezim yang sangat kuat pada masa itu. Pemilihan Umum tidak lagi menjadi sentral demokratisasi di negara ini karena terjadi berbagai penyimpangan.
Meski telah diadakan selama enam kali pada masa Soeharto, Pemilu sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai demokratis, hak suara yang begitu sama. Masih terjadi yang dominasi oleh mayoritas satu partai yang sebenarnya dikontrol dan dikelola oleh Soeharto yang kekuasaannya
didukung penuh oleh militer sedangkan untuk partai serta dukungan yang lain sangat minim.
3. Sejarah Orde Baru
Pada periode atau kurun waktu 1966-1980 bisa dikatakan sebagai tahapan dari era konsolidasi Orde Baru dan Soeharto. Sebagai upaya untuk menggantikan posisi Soekarno, kemunculan dari Jendral Soeharto yang bahkan sebelumnya tidak dikenal, menjadi aktor yang cukup berperan dalam perubahan tatanan politik pasca peristiwa 65. Namun pada awalnya perubahan yang dilakukan oleh Jendral Soeharto tidaklah cukup radikal.
Langkah awal yang dilakukan oleh Soeharto untuk berada di tampuk kepemimpinan Orde Baru adalah melalui Sidang Umum MPR 1967. Pada Sidang Istimewa itu, Jenderal Soeharto diangkat oleh MPRS menjadi pejabat Presiden menggantikan Bung Karno. Maret 1968 MPRS secara resmi mengangkat Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia (Yasuo Hanazaki, 1998:55). Pemerintahan Orde Baru yang dikendalikan oleh Soeharto memberi peran sosial politik yang cukup besar bagi ABRI terutama Angkatan Darat.
Di bawah komando ABRI, pemerintah Orde Baru berhasil menunjukkan pada dunia mengenai keberhasilan pembangunan nasional di Indonesia, sehingga meyakinkan negara donor untuk berinvestasi.
Keberhasilan pemerintah Orde Baru ini telah memperkokoh keyakinan masyarakat terhadap pemerintahan yang sedang berlangsung. Namun kemajuan dibidang ekonomi tersebut harus dibayar mahal dengan semakin ketatnya pengaturan mengenai hak-hak politik sipil.
Disamping itu pesatnya pertumbuhan ekonomi telah melahirkan sisi negatif berupa ketimpangan sosial, ketidakadilan, ketiadaan jaminan keamanan sosial
menunjukkan besarnya dukungan rakyat terhadap Golkar sehingga turunya minat dan keinginan dari organisasi-organisasi sipil lain yang cukup terorganisir untuk berdiri sebagai oposisi terhadap renzim yang berkuasa.
Tak cukup dengan menggandeng ABRI dan menggunakan Golkar sebagai kendaraan politik utama dalam membangun kehidupan politik nasional. Presiden Soeharto juga mengambil langkah untuk merubah tata tertib (tatib), yang menempatkan DPR dan MPR sebagai institusi politik yang sepenuhnya berada dibawah pengawasannya. Soeharto sebagai kepala negara memiliki hak- hak dan wewenang, diantaranya adalah menunjuk seperlima anggota DPR dan tiga per lima anggota MPR. Tata tertib yang mengenai pembagian kursi DPR dan MPR tersebut sangat membatasi peran politik dari PDI dan PPP, serta hanya menguntungkan Golkar yang tentu saja menjamin berlanjutnya dominasi pemerintahan Orde Baru yang mengabaikan pandangan mayoritas public.
Sekber Golkar melakukan reorganisasi dengan membuat tujuh Kelompok Induk Organisasi (KINO), diantaranya SOKSI, KOSGORO, MKGR, Profesi, Ormas Hankam, dan Karya Pembangunan. Organisasi- organisasi tersebut adalah organisasi baru yang menampung kaum intelektual dan politisi Orde Baru yang modernis dan berpikiran reformis (Priyo Budi Santoso, 1997:98).
Sejak berkuasa pemerintah Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto berusaha menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik.Usaha tersebut didasarkan pada tekad untuk melaksanakan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.
Tidak ada alasan lain bagi soeharto dalam Orde Baru ini kecuali untuk membangun kembali struktur kehidupan rakyat, bangsa dan negara. Dan Salah satu aspek yang kemudian menjadi sorotan pembenahan Orde Baru adalah mulai membangun politik luar negeri yang bebas dan aktif.
4. Perkembangan Pancasila Pada Orde Baru
Orde baru muncul dengan tekad untuk melaksanakan pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen semangat tersebut muncul berdasarkan pengalaman sejarah dari pemerintahan sebelumnya yang telah menyimpang dari pancasila serta UUD 1945. Demi kepentingan kekuasaan akan tetapi, yang terjadi sebenarnya adalah tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada masa orde lama, yaitu pancasila tetap pada posisinya sebagai alat pembenar, rezim, otoritarian di bawah Soeharto.
Seperti rezim otoriter pada umumnya lainnya, ideologi sangat diperlukan orde baru sebagai alat untuk membenarkan dan memperkuat otoritarianisme Negara. Sehingga pancasila oleh rezim orde baru ditafsirkan sedemikian rupa sehingga membenarkan dan memperkuat otoritarianisme Negara. Makadari itu pancasila perlu disosialisasikan sebagai doktrin komperehensif dalam diri masyarakat Indonesia guna memberikan legitimasi atas ;segala tindakan pemerintah yang berkuasa dalam diri masyarakat Indonesia. Adapun dalam pelaksanannya upaya indoktrinisasi tersebut dilakukan melalui berbagai cara, mulai dari pengkultusan pancasila sampai dengan penataran p4.
Upaya pengkultusan terhadap pancasila dilakukan pemerintah orde baru guna memperoleh kontrol sepenuhnya atas pancasila dan UUD 1945.
Pemerintah orde baru menempatkan pancasila dan UUD 1945 sebagai sesuatu yang keramat sehingga tidak boleh diganggu gugat. Penafsiran dan implementasi pancasila sebagai ideology terbuka, serta UUD 1945 sebagai landasan konstitusi berada ditangan Negara. Pengkultusan pancasila juga tercermin dari penetapan dan kesaktian pancasila setiap tanggal 1 oktober
nilai dan norma karena itu harus ditangani melalui upaya indoktrinasi secara terpusat. Pada akhirnya, pandangan tersebut bermuara pada keadaan yang disebut dengan perfeksionisme Negara. Negara perfeksionis adalah Negara yang merasa tahu apa yang benar dan apa yang salah bagi masyarakatnya.
Dan kemudian melakukan usaha-usaha sistematis agar kebenaran dan kepahaman Negara itu dapat diberlakukan dalam masyarakatnya. Sehingga permulasi kebenaran yang kemudian muncul adalah sesuatu yang dianggap benar kalau hal tersebut sesuai dengan keinginan penguasa, sebaliknya sesuatu dianggap salah kalau bertentangan dengan kehendak penguasa.
5. Kelebihan Sistem Pemerintahan Orde Baru
1. Meningkatnya Gros Dosmetic produk perkapita Indonesia yang sebelumnya hanya mencapai 70 dolar berhasil menjolak naik menjadi 1000 dolar pada tahun 1996.
2. Berhasil melakukan Progam keluarga Berencana yang pada masa sebelumnya tidak dilakukan.
3. Semakin banyak rakyat yang pintar membaca dan menulis,sehingga tingkat pengangguran berkurang.
4. Kebutuhan pangan rakyat terpenuhi.
5. Kestabilan keamanan negara semakin meningkat.
6. Sukses melaksanakan gerakan wajib mengajar dan gerakan nasional orang tua asuh.
7. Rencana pembangunan Lima tahun sukses dilaksanakan.
8. Sudah mulai bekerjasama dengan pihak asing dan banyak menerima pinjaman dana dari luar.
5.1 Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru
1. Meningkatnya kasus korupsi,kolusi,dan nepotisme pada semua kalangan masyarakat.
2. Pembangunan negara tidak merata,dan terdapat perbedaan yang signifikan antara pembangunan pada pusat dan di daerah. Kekayaan daerah banyak digunakan untuk melakukan pembangunan pada pusat kota.
3. Rasa ketidakpuasan masyarakat bermunculan di berbagai daerah di Indonesia seperti Aceh dan Papua yang tidak tersentuh oleh pembangunan.
4. Kekuasaan yang berkelanjutan dan tidak terdapat tanda - tanda akan mundur.
5. Hak Asasi Manusia masi banyak dikekang, dan kekerasan banyak digunakan sebagai solusi untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan. Sebagai contoh , operasi rahasia Petrus(penembakan misterius).
6. Banyak koran dan majalah yang dihentikan penerbitan dan peredarannya secara paksa, karena dianggap tidak sepaham dengan pemerintah sehingga menyebabkan kebebasan pers sangat terbatas
7. Kebebaan berpendapat masi sangat terkekang, yang melawan akan menghilang
8. Terdapat kesenjangan social bagi si kaya dan si miskin dimana orang kaya memiliki hak yang lebih baik jika dibandingkan dengan orang miskin.
Orang kaya lebih berkuasa.
ERA REFORMASI
1. Latar Belakang Era Reformasi 1.1 Otoritarianisme Era Reformasi
Memahami dinamika dan potret sistem politik otoritarianisme Orde Baru, perlu dikaji tentang sumber-sumber kekuasaan sistem politik otoritarianisme tersebut. Dalam hal ini, kekuasaan politik Orde Baru yang yang bercorak otoriter setidaknya berakar dari lima sumber utama, yaitu;
represi; kekuasaan material yang terkonsentrasi; wacana politik partikularistik;
subordinasi bisnis terhadap negara; dan pengendalian birokrasi sipil dan militer.
1.2 Pengekangan Demokrasi (Kebebasan Berbicara, Berserikat, Berkumpul, Berekspresi)
Tumbangnya orde baru dan hadirnya era Reformasi seolah menjadi ’hari baik’ untuk semakin berkembangnya demokratisasi di Indonesia. Karena pada saat yang bersamaan perkembangan Teknologi Informasi (TI) terutama dengan teknologi internet sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Media-media ini menjadi pendukung terwujudnya proses demokratisasi terutama dalam hal penyampaian pendapat dan aspirasi. Kebebasan berpendapat tersebut pada dasarnya merupakan hak dan tanggung jawab negara yang menganut sistem demokrasi.
Sejak digulirkannya reformasi tahun 1998, wacana dan gerakan demokrasi terjadi secara massif dan luas di Indonesia. Hasil penelitian menyatakan “mungkin untuk pertama kali dalam sejarah, demokrasi dinyatakan sebagai nama yang paling baik dan wajar untuk semua sistem organisasi politik dan sosial yang diperjuangkan oleh para pendukungnya yang berpengaruh” (UNESCO 1949).
Indonesia telah melewati sejarah yang panjang. Usaha untuk mewujudkan pemerintahan demokratis dapat dilihat dari rumusan model demkrasi di Indonesia di dua zaman pemerintahan Indonesia, yakni Orde Lama dan Orde Baru. Era Soekarno dikenalkan model demokrasi terpimpin, sedang era Soeharto dimunculkan Demokrasi Pancasila. Di awal era reformasi di Indonesia penegakan HAM memang menjadi tuntutan utama bagi masyarakat. Masyarakat menuntut dan menghendaki adanya kesempatan untuk dapat menyampaikan pendapat dengan baik melalui tulisan ataupun lisan, dapat berpartisapasi dalam pemerintahan dan kemudian dapat berorganisasi. Dengan lahirnya tuntutan dari masyarakat tersebut maka dapat dikatakan bahwa pada masa Orde Baru kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengemukaka pendapat memang terbelengguoleh kekuasaan pemerintah.
Dalam siste politik demokratis, watak hukum yang dihasilkan bersifat responsif dan akomodatif. Substansi hukum yang tertuang di dalam beragam peraturan perundangan yang ada menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. HAM menjadi salah satu ukuran penegakan hukum. Semua warga negara mempunyai kedudukaan yang sama di depan hukum. Penguasa/Pemerintah di dalam menjalankan roda pemerintahannya lewat keputusan dan kebijakan yang ditempuh, memiliki kekuasaan, kewenangan, kekuatan, serta fasilitas yang dipakai sebagai alat/sarana, baik dalam menjalankan tugas maupun menyelesaikan konflik yang ada.
Kebebasan berekspresi merupakan elemen yang penting dalam demokrasi, sebelum disahkannya Universal of Human Rights dalam sidang pertamanya.
Majelis Umum PBB melalui Resolusi Nomor 59 terlebih dahulu telah menyatakan bahwa “hak atas informasi merupakan hak asasi manusia fundamental standar dari semua kebebasan dinyatakan ‘suci’ oleh PBB”.
Kebebasan berekspresi (dan beropini) merupakan salah satu kategori hak asasi manusia yang utama.
1.3 KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang selama ini hanya menjadi isu nasional, akhirnya meningkat semakin endemis dan kecenderungan tetap parah akibatnya bangsa dan negara dilanda multi krisis termasuk dalam dunia bisnis, kredebilitas dan kemampuan daya saing para pelaku bisnis melemah. Hal ini menjadi tantangan dunia usaha dalam menghadapi perdagangan bebas.
1.4 Krisis Moneter
Krisis moneter yang yang terjadinya di Indonesia yang ditandai dengan merosotnya sendi-sendi perekonomian termasuk perbankan yang diakibatkan oleh nilai tukar rupiah yang jatuh terhadap nilai tukar dollar.
Inflasi merupakan salah satu dampak dari terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda suatu negara. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan hargaharga secara tajam (absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara.
1.5 Demo Besar Besaran
Pada bulan Mei 1998, Indonesia mengalami pukulan berat akibat krisis finansial yang menerpa kawasan Asia Timur, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Meningkatnya inflasi dan pengangguran, ditambah dengan perilaku korupsi pemerintah, menciptakan ketidakpuasan terhadap pemerintahan Orde Baru.
Pada bulan April 1998, ketika Soeharto terpilih kembali menjadi Presiden Indonesia, setelah masa bakti 1993–1998, mahasiswa dari berbagai
Mereka menuntut pemilu kembali diadakan dan tindakan efektif pemerintah untuk mengatasi krisis. Pada demonstrasi-demonstrasi ini, mahasiswa menerima kekerasan fisik karena dianggap akan menimbulkan gangguan.
1.6 Kerusuhan dan Penjarahan
Penyebab peristiwa yang berlangsung 13-15 Mei 1998 ini sebenarnya adalah krisis finansial Asia atau krisis moneter tahun sebelumnya, yakni 1997.
Kala itu, tepatnya 8 Juli 1997, nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS merosot.
2. Dampak Era Reformasi
2.1 Jatuhnya rezim orde baru
Selama era Orde Baru perekonomian Indonesia berkembang pesat.
Pembangunan infrastuktur yang meningkat dan merata, sayangnya perkembangan itu dibarengi dengan praktek korupsi yang merajalela.
Puncaknya pada pertengahan tahun 1997 di mana Indonesia sedang mengalami krisis moneter. Akhirnya pada pada tahun 1998, kekuasaan Orde Baru runtuh setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri. Penyebab dari runtuhnya kekuasan Orde Baru diantaranya, yaitu penyimpangan UUD 1945, krisis moneter, adanya praktik KKN (kolusi, korupsi, nepotisme), diskriminasi, demostrasi di mana-mana.
Perubahan Indonesia menuju pada sistem demokrasi merupakan sesuatu yang tidak terelakkan lagi. Pasca jatuhnya rezim Orde Baru di atas Presiden Soeharto yang lengser pada 21 Mei 1998, Indonesia masih mengalami proses pembentukan demokrasi meskipun telah berjalan lebih dari
money politics sebagai cermin dari perilaku dan sikap yang bertolak belakang dengan demokrasi. Perkembangan ini tentu saja merupakan fenomena yang tidak kondusif bagi transisi Indonesia menuju demokrasi yang berkeadaban.
2.2 Marjinalisasi Pancasila
Adanya ‘monopoli’ penafsiran Pancasila oleh Orba melalui P4 sehingga ketika Orba jatuh maka Pancasila menjadi marjinal, pasca reformasi orang enggan berbicara Pancasila takut dituduh antek orba. Liberalisasi politik oleh Presiden BJ Habibie, dimana Pancasila bukan asal tunggal lagi.
Otonomi daerah yang berkembang menjadi local and ethno-nationalism.
2.3 Penegakkan supremasi hukum
Presiden Habbibie dianggap sebagai presiden yang akan memulai demokratisasi dalam Orde Reformasi. Oleh karena itu, langkah yang dilakukan pemerintahan Habbibie adalah mempersiapkan pemilu dan melakukan beberapa langkah penting diantaranya:
Membuat undang-undang politik yang meliputi UU Pemilu, UU Partai Politik, dan UU Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD yang baru disahkan pada awal 1999. UU politik ini jauh lebih demokratis dibandingkan sebelumnya sehingga pemilu 1999 menjadi yang demokratis yang diakui oleh dunia internasional. 18 Produk-produk peraturan dan kebijakan yang demokratis selama pemerintahan Habibbie dapat dikatakan sangat wajar karena tuntutan paling mendasar reformasi adalah pertama-tama kehidupan berdemokrasi. Sebagai hasilnya adalah terjadinya pemilu demokratis pada tahun 1999. Reformasi memang memberi banyak pembaharuan terhadap keadaan negara dan penyelenggaraan pemerintahan dari yang bercorak otoriter menjadi berkarakter demokratis dan berkeadilan.
Walaupun demikian, tidak berarti bahwa reformasi tanpa memiliki kerugian.
Salah satu kerugian dari reformasi adalah tergerusnya Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum dalam sistem hukum nasional. Setidaknya,
terdapat tiga hal yang menjadi alasan tergerusnya Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum sejak reformasi hingga saat ini yaitu: adanya sikap resistensi terhadap Orde Baru, menguatnya pluralisme hukum dan terdapatnya suatu kenyataan berhukum yang menjadikan Pancasila hanya sebagai simbol belaka.
2.4 Pemberantasan KKN
Penyebab utama kegagalan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Fenomena ini menandakan bahwa Orde Baru telah terlibat dalam praktik korupsi. , Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Praktik-praktik ini telah membawa ketidakstabilan di semua sektor, dan yang paling penting adalah penurunan tajam dalam kesejahteraan masyarakat. Pada masa Orde Baru tidak ada orang yang berani mengungkapkan pendapatnya tentang keterlibatan Soeharto dalam KKN. Ia menjabat presiden selama 32 tahun dengan birokrasi opresif yang cenderung melanggengkan sistem yang diciptakan oleh penguasa absolut. Aktivis mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di Indonesia menuntut penurunan harga yang melonjak dan meminta Soeharto turun. Tuntutan mereka yang gencar untuk reformasi ekonomi politik, didukung oleh mahasiswa dari sebagian besar universitas di Indonesia. Hal ini diikuti oleh demonstrasi massa hingga jatuhnya Soeharto pada 21 Mei 1998.
Korupsi dan reformasi merupakan salah satu topik dalam studi politik Indonesia, terutama studi ekonomi politik, setelah runtuhnya Orde Baru.
Salah satu permasalahan utama dalam Orde Baru adalah maraknya praktik KKN (korupsi, kolusi, nepotisme). Pada pelaksanaannya, masa Reformasi juga tak terlepas dari berbagai polemik yang menghantam, seperti salah satunya ialah praktik korupsi yang marak terjadi. Korupsi sendiri pada dasarnya merupakan suatu tindakan pengutamaan kepentingan pribadi dan
praktik nepotisme membuat korupsi di kalangan elite-elite Soeharto dapat berjalan secara mulus.
2.5 Mengadili Mantan Presiden Soeharto
Agenda reformasi 1998 mengamanatkan beberapa hal mendasar di antaranya adalah mengadili KKN Soeharto, keluarga, dan kroni; mengadili pelanggaran HAM berat; mencabut dwifungsi ABRI dan praktiknya di politik, bisnis, dan teritorial; penegakan supremasi hukum; serta amandemen terhadap UUD 1945 agar menjadi konstitusi yang demokratis2Gerakan sosial yang menyuarakan ketidakpuasan, kekecewaan, kemarahan dari berbagai komponen bangsa ini dituangkan dalam sebuah tuntutan yang dikemas dalam seruan agar segera dilakukan reformasi politik. Tuntutan reformasi yang disuarakan secara terorganisir oleh komponen mahasiswa yang didukung kalangan akademisi dan komponen lainnya tidak hanya dilakukan di jalanan, namun secara resmi juga mengutus perwakilannya ke gedung DPR/MPR.
Tidak diindahkannya tuntutan mengakibatkan gelombang protes terus berlangsung, korban jiwa dari mahasiswa pun berjatuhan di berbagai kota.
Kerusuhan 13 Mei di Jakarta dan Solo merupakan puncak dari rangkaian konflik terpendam di antara berbagai komponen masyarakat. Kondisi tersebut semakin memperkuat tekanan dari dalam dan luar negeri terhadap pemerintahan Soeharto. Pada tanggal 21 Mei 1998 euphoria massa meledak ketika Presiden Soeharto menyatakan pengunduran dirinya. Sesaat setelah pengunduran diri tersebut Wakil Presiden BJ Habibie dilantik menjadi presiden baru Indonesia. Proses transisi kekuasaan dari Presiden Soeharto kepada Wakil Presiden BJ Habibie waktu itu sempat menimbulkan perdebatan, namun Yusril Ihza Mahendra adalah satu yang pertama menyatakan bahwa proses pengalihan kekuasaan adalah sah dan konstitusional.
2.6 Amandemen Konstitusi
Dampak positif dan negatif amandemen uud 1945 Amandemen uud 1945 memiliki beberapa dampak positif, antaralain :
- Pasal dalam uud 1945 menyesuaikan perkembangan zaman
- UUD 1945 menyesuaikan dan relevan dengan kebutuhan masyarakat - Menghilangkan pasal pasal yang bisa memicu perbedaan pandangan Selain itu amandemen uud 1945 juga memunculkan mekanisme check and balances antara lembaga tinggi negara yang menyebabkan akuntabilitas yang lebih jelas.
Meski demikian, dilakukannya perubahan terhadap uud 1945 juga menimbulkan dampak negatif,antara lain :
- Dapat memunculkan konflik di beberapa daerah
- Terjadi perbedaan kebijakan otonomi daerah yang dapat mengganggu pemerintah pusat
- Perubahan amandemen dapat Menimbulkan peraturan yang menyulitkan masyarakat
2.7 Pencabutan Dwifungsi ABRI (TNI/POLRI)
Desakan agar militer segera melepaskan diri dari persoalan politik yang semarak pada akhir tahun 1997 dapat dilihat sebagai tahap awal dari surutnya peran politik militer atau depolitisasi. Tuduhan masyarakat bahwa surutnya gerakan demokrasi, terpuruknya kehidupan politik, suburnya Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) dan diskriminasi penegakan hukum muncul karena keterlibatan militer yang terlalu jauh masuk dalam kehidupan sosial politik di bawah rezim kekuasaan Presiden Soeharto.
Militer dianggap turut bertanggung jawab atas terjadinya krisis
politik sebagai sesuatu yang wajar mengingat peranan prajurit ABRI sebagai stabilisator dan dinamisator pembangunan masih diperlukan masyarakat.
Tampilnya Orde Baru79 di bawah pimpinan Jenderal Soeharto yang menumpukan kekuatan pada militer dengan mendasarkan pada dwifungsi ABRI/TNI.80 Dwifungsi ABRI dijadikan alasan ikut sertanya ABRI ke dalam semua aspek kehidupan bernegara. Untuk menguatkan sentralisasi kekuasaannya, Soeharto menggunakan tentara untuk mendominasi jabatan- jabatan politik strategis dan membenarkan campur tangan tentara dalam politik.
2.8 Otonomi Daerah Seluas-luasnya
Dampak negatif otonomi daerah pada masa reformasi, yaitu:
-banyak daerah tidak mau tunduk terhadap aturan pemerintahan pusat -mulcunya persepsi kepala daerah harus putera daerah
-banyak kepala daerah yang korupsi.
KESIMPULAN
Orde Lama (1945-1966): Orde Lama merupakan masa awal kemerdekaan Indonesia yang ditandai dengan perjuangan merebut kemerdekaan dari penjajahan.
Pada masa ini, terjadi perang kemerdekaan melawan penjajah Belanda dan pembentukan negara Indonesia yang merdeka. Orde Lama juga ditandai dengan upaya membangun negara dan menyusun dasar-dasar pemerintahan, seperti pembentukan Undang-Undang Dasar 1945. Namun, pemerintahan pada Orde Lama juga terjadi ketidakstabilan politik, konflik regional, dan persoalan ekonomi.
Orde Baru (1966-1998): Orde Baru dimulai setelah terjadinya penggulingan Presiden Sukarno dan berakhir dengan lengsernya Presiden Soeharto. Pada masa ini, pemerintahan Soeharto menekankan stabilitas politik dan pembangunan ekonomi. Pemerintahan Orde Baru ditandai dengan sentralisasi kekuasaan dan pengendalian politik yang ketat. Meskipun terjadi kemajuan ekonomi dan stabilitas politik, pemerintahan ini juga dilanda korupsi, pelanggaran hak asasi manusia, dan kekangan kebebasan berpendapat.
Era Reformasi (1998-sekarang): Era Reformasi dimulai setelah lengsernya Presiden Soeharto dan ditandai dengan pemberian kebebasan berdemokrasi, reformasi politik, dan reformasi ekonomi. Era ini juga ditandai dengan pemulihan hak asasi manusia, kebebasan pers, dan partisipasi masyarakat yang lebih besar dalam politik. Era Reformasi juga membawa perubahan signifikan dalam sistem politik Indonesia, termasuk perubahan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan pemilihan umum yang lebih terbuka dan demokratis. Meskipun demikian, Era Reformasi juga menghadapi berbagai tantangan, seperti korupsi, ketimpangan sosial-ekonomi, dan ketegangan politik.
ini mencerminkan upaya bangsa Indonesia dalam mencari sistem pemerintahan yang lebih baik, demokratis, dan inklusif.
DAFTAR PUSTAKA
Dicky Febrian Ceswara dan Puji Wiyatno, (2018) Kebebasan Berekspresi di Era Demokrasi: Catatan Penegakan Hak Asasi Manusia, Lex Cientia Law Riview, Semarang
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/lslr/article/view/27589
Davina Lutfiana Putri, (2023), Kerusuhan 13-15 Mei 1998: Penyebab, Kronologi, dan Dampaknya, Kompas.com, Jakarta
https://amp.kompas.com/tren/read/2023/05/13/060000765/kerusuhan-13- 15-mei-1998--penyebab-kronologi-dan-dampaknya
Yusa Fachan, (2022), DINAMIKA SISTEM POLITIK
OTORITARIANISME ORDE BARU, Jurnal Andikari, Serang https://media.neliti.com/media/publications/441224-dinamika-sistem- politik-otoritarianisme-d0fd07ed.pdf
Maksum Rangkuti, (2023), Penerapan Pancasila di Era Orde Lama: Fondasi Ideologi Bangsa, Fahum UMSU, Sumatera Utara
https://fahum.umsu.ac.id/penerapan-pancasila-di-era-orde-lama-fondasi- ideologi-bangsa/
David Martua Sijintak (2020), MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA
“PANCASILA DALAM SEJARAH DI MASA ORDEBARU- SEKARANG”, Lampung
https://www.academia.edu/44115622/_PANCASILA_DALAM_SEJARA H_DI_MASA_ORDE_BARU_SEKARANG_DISUSUN_OLEH_KELMP OK_II_DUA
Masriko Rianto, 2021, “PERKEMBANGAN TAFSIR PANCASILA DARI ERA ORDE LAMA SAMPAI ERA REFORMASI”, Universitas Islam Riau, Pekanbaru
https://repository.uir.ac.id/17253/1/161010341.pdf
Satifah, “Ciri Kelebihan Dan Kekurangan Orde Lama”, scribd.com.
https://id.scribd.com/document/350292085/Ciri-Kelebihan-Dan- Kekurangan-Orde-Lama
2017, “Korupsi di Indonesia, Indonesia Investment”, Jakarta
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/risiko/korupsi/item235
Riszki Randhani, “Kelebihan Dan Kekurangan Orde Baru”
https://id.scribd.com/document/489258766/E-kelebihan-dan-kekurangan- orde-baru-docx