• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Pengetahuan

N/A
N/A
Siti Rahma

Academic year: 2024

Membagikan "Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Pengetahuan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP PENGETAHUAN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Dr. Zainal Efendi Hasibuan, MA.

Oleh : Dakran NIM. 2350100052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY PADANGSIDIMPUAN

2023 M / 1445 H

Kata Pengantar

(2)

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT serta salam dan cinta kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Atas segala rahmat dan karunia Allah SWT sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP PENGETAHUAN”.

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam. Dalam proses pembuatan makalah ini, penulis berharap dapat membantu pembaca untuk mengetahui bagaimana hakikat, sumber, dan implikasi ilmu pengetahuan terhadap filsafat pendidikan Islam.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam isi dan bahasa penulisannya. Sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun, sangat membantu penulis demi kesempurnaan makalah ini.

Padangsidimpuan, Oktober 2023

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

(3)

A. Latar Belakang Masalah

Filsafat sebagai pandangan hidup erat kaitannya dengan nilai-nilai yang dianggap benar. Filsafat berupaya mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan nyata ketika pandangan hidup di suatu masyarakat atau bangsa, maka mereka mulai mewujudkan nilai tersebut sebagai pedoman hidup. Disini filsafat sebagai pandangan hidup bangsa menjadi tolak ukur nilai-nilai kebenaran yang ingin dicapai. Nilai-nilai tersebut kini diwujudkan melalui berbagai cara, termasuk melalui pendidikan.1

Pendidikan memerlukan landasan yang bersumber dari filsafat atau setidaknya ada hubungannya dengan filsafat. Filsafat dikatakan fundamental karena menghasilkan dan berkaitan dengan pemikiran teoritis tentang pendidikan.

Karena cara berpikir yang berbeda-beda mengenai pendidikan memerlukan bantuan dalam menyelesaikan permasalahan filsafat. Oleh karena itu, filsafat pendidikan adalah pedagogi yang menggabungkan filsafat-filsafat. Dulu memikirkan pendidikan dan mencari solusi. Peranan filsafat sudah yang mendasari berbagai aspek disiplin ilmu untuk pemikiran pendidikan.2

Pemikiran Ilmu Pendidikan merupakan petunjuk bagi manusia untuk mengelola untuk menguasai jagad raya ini. Persoalan apa sebenarnya ilmu pengetahuan (ontologi) telah menjadi perdebatan antara kaum materialis dan kaum idealis. Kaum materialis hanya mengenal ilmu pengetahuan yang bersifat empiris. Sedangkan menurut kaum idealis, termasuk islam, ilmu pengetahuan bukan hanya diperoleh dengan perantara akal dan indera yang bersifat empiris saja, tetapi ada pengetahuan yang bersifat immateri, yaitu ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah sebagai Khaliq (pencipta) pengetahuan tersebut.

Al-Qur’an di samping mengandung petunjuk-petunjuk dan tuntunan- tuntunan yang bersifat ubudiyah dan akhlaqiyah (moral), juga mengandung

1Jalaluddin, Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 1

2Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode, (Yogyakarta: Andi Offset, 1976), hlm. 8

(4)

petunjuk-petunjuk yang dapat dipedomani manusia untuk mengolah dan menyelidiki alam semesta.

Intuisi disebut juga makrifah yaitu pengetahuan yang datang dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran. Istilah ini sering disebut iluminasi. Dalam islam makrifah diperoleh lewat perenungan dan penyinaran dari tuhan.

Adapun fungsi ilmu pengetahuan secara umum adalah:

1. Untuk berubudiyah kepada Allah.

2. Untuk dapat membedakan antara hak dan yang bathil, yang salah dan yang benar.

3. Sebagai modal untuk mencapai kebenaran dan kebahagian hidup di dunia dan akhirat.

Dalam teks-teks Islam Qur'an dan Sunnah- dijelaskan tentang sumber dan alat pengetahuan: yaitu Indra, akal dan Hati. Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakikat ilmu pengetahuan dalam filsafat pendidikan Islam?

2. Bagaimana perintah Al-Qur’an dalam mencari ilmu?

3. Bagaimana cara memperoleh pengetahuan dalam filsafat pendidikan Islam?

4. Apakah sumber dan fungsi pengetahuan dalam filsafat pendidikan Islam?

5. Apakah Implikasi terhadap Pendidikan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hakikat ilmu pengetahuan dalam pandangan filsafat pendidikan Islam.

2. Untuk mengetahui bahwa adanya perintah dari Al-Qur’an dalam mencari ilmu pengetahuan.

3. Untuk mengetahui bahwa adanya cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan dalam filsafat pendidikan Islam.

(5)

4. Untuk mengetahui sumber dan fungsi ilmu pengetahun dalam pandangan filsafat pendidikan Islam.

5. Untuk mengetahui Implikasi terhadap pendidikan dalam pandangan filsafat pendidikan Islam.

BAB II PEMBAHASAN

(6)

A. Defenisi Filsafat Pendidikan Islam

Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani kuno, khususnya kata “philos”

dan “shopia”. Philos artinya cinta yang sangat dalam dan shopia artinya kearifan atau kebijaksanaan. Jadi, secara harfiah filsafat adalah kecintaan yang sangat mendalam terhadap kebijaksanaan atau politik. Istilah filsafat sering kali lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun tidak sadar.

Dalam penggunaan umum, filsafat dapat dipahami sebagai pandangan hidup (individu) dan dapat juga disebut pandangan hidup (sosial).3

Pendidikan Islam adalah orientasi jasmani dan rohani berdasarkan syariat agama Islam yang mengarah pada pembentukan karakter dasar menurut standar Islam.4Pendidikan Islam juga dapat dipahami sebagai pedoman pembinaan batin dan jasmani menurut ajaran Islam dengan bimbingan, pengajaran, pelatihan, pemeliharaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan seluruh ajaran Islam.

Menurut Marimba yang dikutip Bawani, pendidikan Islam adalah orientasi jasmani dan rohani yang berdasarkan hukum agama Islam yang mengarah pada pembentukan kepribadian primer menurut standar Islam.

Menurut definisi tersebut, ada tiga unsur yang mendukung pendidikan Islam. Pertama, kita harus berupaya mengembangkan potensi fisik dan mental masyarakat terpelajar secara seimbang. Kedua, upaya ini berlandaskan ajaran Islam, termasuk Alquran dan hadits. Ketiga, upaya ini bertujuan untuk memastikan bahwa mereka yang menerima pendidikan pada akhirnya memiliki karakter inti yang sesuai dengan standar Islam. Oleh karena itu, pendidikan Islam membimbing orang-orang terpelajar berdasarkan ajaran Islam.5

Filsafat pendidikan Islam juga dapat dipahami sebagai studi tentang pandangan filosofis sistem dan aliran filsafat Islam mengenai permasalahan pendidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan umat Islam. Selain itu Filsafat Pendidikan Islam juga merupakan ilmu yang mempelajari penggunaan dan penerapan metode sistem filsafat Islam

3Uyoh Sadulloh,Pengantar Filsafat Pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 16 4Nur Uhbiyati, Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm.9.

5Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 11

(7)

untuk memecahkan permasalahan dalam pendidikan Islam, sehingga memberikan arah dan tujuan yang jelas bagi terselenggaranya pendidikan Islam.6

Dari beberapa definisi di atas dapat pemakalah simpulkan bahwasannya Filsafat Pendidikan Islam adalah “usaha untuk membimbing manusia secara mendalam, baik itu jasmani maupun rohani berdasarkan agama Islam supaya terbentuk pribadi yang utama sesuai dengan ajaran Islam”.

B. Hakikat Ilmu Pengetahuan

Pengetahuan berasal dari kata Arab, khususnya masdar dari `alima-ya̒lamu yang artinya mengetahui atau mengetahui. Dalam bahasa Inggris, pengetahuan sering diasosiasikan dengan kata science, sedangkan pengetahuan diasosiasikan dengan pengetahuan. Dalam bahasa Indonesia, kata sains sering diartikan sebagai ilmu pengetahuan, namun lazim juga dipahami sebagai pengetahuan, walaupun secara konsep mempunyai arti yang sama.7

Terkait permasalahan di atas, Abd. Rachman Assegaf meyakini ilmu itu adalah pengetahuan yang telah diklasifikasikan, diorganisasikan, disistematisasikan dan penerjemah. Sains menciptakan kebenaran obyektif, kebenarannya telah teruji dan dapat dikaji ulang secara ilmiah.8 Setiap ilmu dibatasi pada satu ilmu khusus. Jadi seseorang menggali pengetahuan mempunyai kualifikasi profesional. Dari sudut pandang filosofis, sains lebih spesifik berhubungan dengan pengetahuan.9

Secara etimologis, kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang berbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang sebanyak 854 kali dalam Al-Qur’an. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Meski demikian, kata ini berbeda dengan kata ‘arafa (mengetahui), ‘ārif (yang mengetahui) dan ma̒rifah (pengetahuan).10 Dalam

6Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 12.

7Uhar Suharsaputra, “Ilmu dalam Pandangan Islam”, dalam http://uharsputra.wordpress.com/filsafat/islam-dan-ilmu/ diakses tanggal 10/10/2023.

8Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, hlm. 266.

9 Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan ..., hal. 266.

10Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Tafsir Mauḍu̒i atas Pelbagai Persoalan Umat, Cet. 3, Bandung: Mizan, 1996, hlm. 434.

(8)

pandangan Al-Qur’an ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan.

Ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang dijelaskan al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah ayat 31 dan 32. Allah berfirman:

ۡنِا ِء للؤؤٰٓه ِءالم ۡسلاِب ۡىِن ۡوؤٔــِبۢۡنلا للالقلف ِةلكِٕٮٰٓللمۡلا ىلللع ۡمؤهلضلرلع ّمؤث الهّلؤك لءالم ۡسل ۡلا لملدٰا لمّللعلو لنۡيِقِد ٰص ۡمؤتۡنؤك

٣١

ؤمۡيِكلحۡلا ؤمۡيِللعۡلا لتۡنلا لكّنِا ؕ النلت ۡمّللع الم ّلِا النلل لمۡلِع لل لكلن ٰحۡبؤس ا ۡوؤلالق

٣٢

Artinya : Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam, nama-nama (benda-benda) semuanya. Kemudian Dia mengemukakannya kepada para malaikat seraya berfirman,

“Sebutkanlah kepadaKu nama-nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar (menurut dugaanmu).” Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau. Tiada pengetahuan kecuali yang telah Engkau ajarkan. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Menurut Al-Qur’an, manusia memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya seizin Allah SWT. Karena itu banyak ayat yang memerintahkan manusia untuk menempuh berbagai cara demi mewujudkan hal tersebut. Berkali-kali pula Al-Qur’an menunjukkan betapa tingginya kedudukan orang-orang yang berilmu pengetahuan.11

Adapun secara spesifik terkait filsafat pendidikan Islam dalam ilmu pengetahuan, ada beberapa pendapat yang dikemukakan beberapa ahli. Muzayyin Arifin misalnya mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berpikir tentang kependidikan yang bersumberkan atau berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam. Sedangkan menurut Omar Muhammad al-Taomy al-Syaibani, filsafat pendidikan Islam tidak lain adalah pelaksanaan pandangan filsafat dari kaidah filsafat Islam dalam bidang pendidikan yang didasarkan pada ajaran Islam. Dengan demikian dapat dipahami bahwa fisafat pendidikan Islam merupakan kajian secara filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada Al-

11 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an,..., hlm. 435.

(9)

Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber primer, serta pendapat para ahli, khususnya filosof muslim sebagai sumber sekunder.12 Atau dalam ungkapan yang ringkas, filsafat pendidikan Islam adalah pemikiran mendalam tentang aspek-aspek pendidikan yang dituntun oleh ajaran Islam.13

Dari penjelasan di atas tergambar dengan jelas bahwa antara ilmu pengetahuan dan filsafat pendidikan Islam memiliki keterkaitan yang sangat erat.

Ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu bagian penting dalam konteks filsafat secara umum, juga menduduki posisi yang signifikan di dalam filsafat pendidikan Islam

C. Perintah Al-Qur’an untuk mencari, menemukan dan mempelajari ilmu.

Seiring perkembangan zaman kompleksitas permasalahan turut meningkat.

Karakter ilmu pengetahuan secara epistomologis semakin bergeser menjadi rasional-empiris-positivistik. Selain itu secara ontologis ilmu pengetahuan modern bersifat materilistik. Sehingga menjadikan ilmu pengetahuan menjadi tidak lagi mengenal nilia-nilai kemanusia. Pada dasarnya ilmu pengetahuan merupakan hasil karya manusia dalam upaya untuk memenuhi kebetuhunnya sekaligus menyelesaikan permasalahan yang ada secara positif.14 Namun kenyataanya, ilmu pengetahuan hadir seperti koin yang memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang, disatu sisi pemahaman keilmuan tentang atom dapat dikembangkan untuk menyembuhkan penyakit, pengawetan makanan, dll yang berorientasi manfaat positif. Sedangkan disisi lain, pengembangan tentang atom dapat dijadikan senjata mematikan yang dapat membahayakan manusia, sebut saja bom atom.

Perintah Al-Qur’an untuk mencari ilmu dapat dipahami dari dua aspek:

1. Al-Qur’an menyuruh manusia menggunakan akal

12Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, hal. 14- 15. Lihat juga Hamdani Ihsan & A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2001, hlm. 22.

13Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu Memanusiakan Manusia, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 6.

14Baskoro Adhiguna, Bramastia, Pandangan Al-Qur’an Terhadap Ilmu Pengetahuan Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Sains, INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA Vol. 10, No. 2, 2021 (hal 137-144).

(10)

Rasio (pikiran) merupakan salah satu Rahmat (hidayah) yang diberikan Tuhan kepada manusia.

2. Al-Qur’an menyuruh manusia meneliti alam semesta.

Alam semesta (universum, kosmos, al-kaun) merupakan realita yang harus dihadapi manusia, yang sampai saat ini baru sebagian kecil saja yang diketahui dan diwahyukan kepada manusia. Sebagian besar masih menjadi misteri, tidak diketahui manusia, tidak peduli seberapa besar kemajuan yang telah mereka capai dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Al-Quran memerintahkan manusia untuk meneliti alam agar ia dapat mengetahui tanda-tanda kekuasaan Allah dan rahasia-rahasia yang dikandungnya untuk kepentingan dirinya sendiri. Karena tanpa mempelajari dan memahami alam, manusia tidak akan bisa mengalami kemajuan dalam hidupnya. Dimana berkaitan dengan kebutuhan, hingga permasalahan yang perlu diperjuangkan untuk mengatasi hal tersebut. Oleh karena itu, masyarakat harus berusaha semaksimal mungkin mencari sumber baru untuk melanjutkan kehidupan.

Berikut ialah salah satu ayat yang menyuruh untuk meneliti alam semesta ini, yaitu firman Allah SWT:

لسْمّشلٱ لرّخلسلو ِلْيّلٱ ىِف لرالهّنلٱ ؤجِلوؤيلو ِرالهّنلٱ ىِف للْيّلٱ ؤجِلوؤي ل ّلٱ ّنلأ لرلت ْملللأ

ٌريِبلخ لنوؤللمْعلت المِب ل ّلٱ ّنلألو ىًّملسّم ٍللجلأ ٰٓىللِإ ٓىِرْجلي ّلؤك لرلملقْلٱلو

Artinya: Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing – masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Luqman: 29)

D. Cara memperoleh pengetahuan

Ada banyak pendapat yang beranggapan tentang cara memperoleh pengetahuan, namun dikembangkan para intelektual Muslim tentang konsep ilmiah. Menurut al-Ghazali, ilmu pada hakikatnya adalah milik bersama menjadi dua klasifikasi besar, yaitu ilmu syar`i dan ilmu 'aqly. Dari sini ilmu-ilmu lain

(11)

berkembang. Untuk mengetahui perkembangannya, itu melihat bahwa pengetahuan diperoleh dengan berbagai cara yaitu metode metode tafakkur dan ta̒allum.15

Menurut al-Zarnuji, hukum dasar menuntut ilmu adalah farḍu ‘ayn yang artinya menjadi kewajiban pribadi setiap muslim maupun muslimah. Pandangan ini didasarkan pada hadis Rasulullah Ṣallallāhu ‘alayhi wa Sallam yang menyatakan:”Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap umat Islam, laki-laki dan perempuan”. Akan tetapi karena alasan-alasan tertentu, al-Zarnuji membagi hukum menuntut ilmu, baik aktivitas belajar maupun ilmu yang dipelajari menjadi beberapa tingkatan hukum yaitu: farḍu ‘ayn, farḍu kifayah, haram dan jawaz/mubah.16

Dalam filsafat ilmu cara mendapatkan pengetahuan ilmu dinamakan epistimologi. Dalam epistimologi Islam, pengetahuan diperoleh melalui dua cara yaitu: melalui usaha manusia dan yang diberikan oleh Allah SWT.

Untuk mengelaborasi lebih lanjut mengenai mekanisme perolehan ilmu ini, maka ulasan-ulasan berikut akan difokuskan pada perolehan ilmu melalui pengalaman, akal dan wahyu dalam konteks filsafat pendidikan Islam. Uraian mengenai ketiga hal ini akan dipaparkan secara komprehensif sebagai berikut:

1. Mekanisme Perolehan Ilmu melalui Indera 2. Mekanisme Perolehan Ilmu melalui Akal

3. Mekanisme Perolehan Ilmu melalui wahyu dan ilham

Melalui acara tersebut, maka berkembanglah ilmu keislaman dari masa ke masa. Dimana terdapat ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang prinsip – prinsip ilmu pengetahuan:

لر ٰلــصْبل ْلٱلو لعْم ّــسلٱ ؤمؤكلل للــلعلجلو ا ًٔـــْيلش لنوــؤمللْعلت لل ْمؤكِتٰلهّمؤأ ِنوــؤطؤب ۢنّم مؤكلجلرــْخلأ ؤ ّلٱلو لنوؤرؤكْشلت ْمؤكّللعلل ۙ لةلدِٔـْفل ْلٱلو

15 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, hal.

14-15. Lihat juga Hamdani Ihsan & A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2001, hlm. 22.

16Syabuddin Gade, Esei-Esei Pemikiran Pendidikan (al-Ghazali, al-Zarnuji, al-Abrashi dan al Shaibani), Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2008, hlm. 39-40.

(12)

Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl:78)

Dari ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa cara memperoleh pengetahuan dapat dilakukan melalui pendengaran, penglihatan dan melalui akal. Dengan menggunakan potensi tersebut manusia dapat menemukan, mendapatkan, dan memahami berbagai ilmu pengetahuan. Adapun menurut Quraish Shihab, firasat, intuisi dan semacamnya dapat diraih dengan penyucian hati (tazkiyatun nafs) karena hidayah Allah tidak akan sampai kepada manusia, jika kesucian hatinya belum tercapai.

E. Sumber dan Fungsi Pengetahuan

Sumber utama dari ilmu pengetahuan dalam Islam adalah Al-Qur’an. Al- Qur’an adalah kebenaran yang langsung disampaikan Tuhan kepada salah seorang hamba-Nya, yang dipilih-Nya, yang disebut Rasul atau Nabi.

Al-Qur’an disamping mengandung petunjuk-petunjuk dan tuntunan- tuntunan yang bersifat ubudiyah dan akhlaqiyah (moral), juga mengandung petunjuk-petunjuk yang dapat dipedomani manusia untuk mengolah dan menyelidiki alam semesta, atau untuk mengerti gejala-gejala dan hakekat hidup yang dihadapinya dari masa ke masa. Oleh karena itu, manusia diharuskan mencari dan memperdalam dasar-dasar Al-Quran dengan menggunakan kemampuan ijtihad dan kemampuan analisis yang melekat pada diri manusia. Al- Quran merupakan ayat Allah yang menyertai dan berpedoman pada Sunnatullah yang menjadi landasan utama dalam perjalanan dunia ini. Oleh karena itu, alam dan Al-Quran tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling menafsirkan dan menasehati dalam perjalanan mencapai kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.

Peranan filsafat pendidikan Islam adalah harus mampu menjawab segala permasalahan dalam bidang pendidikan, baik yang berkaitan dengan system cara pengajarannya dan lain sebagainya, sebagaimana disebutkan oleh Omar Mohammad al-Taumy al-Syaibany, bahwa filsafat pendidikan Islam harus mampu memberikan kemanfaatan bagi khasanah pendidikan Islam berupa:

(13)

1. Membantu para perancang dan pelaksana pendidikan dalam membentuk pemikiran yang benar terhadap proses pendidikan.

2. Memberi dasar bagi pengkajian pendidikan secara umum dan khusus.

3. Menjadi dasar penilaian pendidikan secara menyeluruh.

4. Memberi sandaran intelektual, bimbingan bagi pelaksana pendidikan untuk menghadapi tantangan yang muncul dalam bidang pendidikan, sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang timbul dalam bidang pendidikan.

5. Memberikan pendalaman pemikiran tentang pendidikan dan hubungannya dengan faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik dan berbagai kehidupan lainnya.17

Adapun fungsi ilmu pengetahuan secara umum adalah: untuk berubudiyah kepada Allah, untuk dapat membedakan antara hak dan yang bathil, yang salah dan dan yang benar, serta sebagai modal untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW telah bersabda:

Siapa yang bermaksud untuk urusan di dunia maka harus dengan ilmu, siapa yang bermaksud untuk keduanya harus dengan ilmu”. (HR. Muslim)

F. Implikasi terhadap Pendidikan

Implikasi terhadap pendidikan dapat berperan aktif dengan memperhatikan motivasi Al-Qur'an untuk menuntut ilmu, cara- cara mendapatkan ilmu dalam Islam, dan Al-Qur'an sebagai sumber ilmu pengetahuan, maka lembaga pendidikan Islam harus selalu menggali ilmu pengetahuan yang terdapat di dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an tidak ubahnya seperti suatu samudera ilmu pengetahuan, makin sanggup manusia mengarunginya semakin banyak hasil yang diperolehnya. Di dalam pengetahuan ilmu lembaga pendidikan Islam harus menggali ilmu pengetahuan dari sumbernya berupa ayat Quraniyah dan ayat Kauniyah.

Lembaga pendidikan Islam harus selalu menanamkan kepada peserta 17Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 27.

(14)

didiknya untuk ikhtiar dengan cara meneliti, menggali dan menerapkan ilmu yang diperolehnya dalam rangka beribadah kepada Allah SWT sebagai Khaliq (Pencipta). Karena semua ilmu itu berasal dari Allah SWT, maka ilmu yang berguna bagi kehidupan dunia dan akhirat harus dipelajari dan menjadi bagian dari kurikulum lembaga pendidikan Islam. Oleh karena itu, dalam lembaga pendidikan Islam tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum, karena semua ilmu adalah ilmu Islam.18

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

18https://id.scribd.com/document/561812436/Makalah-Filsafat-Pendidikan-Islam, Diakses, hari Senin 09 Oktober 2023.

(15)

1. Hakikat ilmu pengetahuan terbagi menjadi dua aspek yaitu menurut kaum materialis bahwa ilmu pengetahuan bersifat empiris yaitu berdasarkan akal atau indera. Sedangkan menurut kaum idealis termasuk Islam, ilmu pengetahuan diperoleh bukan hanya dengan sifat empiris saja namun ada juga yang bersifat immateri.

2. Perintah Al-Qur’an untuk mencari, menemukan dan mempelajari ilmu dibagi menjadi dua aspek yaitu Al-Qur’an menyuruh manusia menggunakan akal, kedua Al-Qur’an menyuruh manusia meneliti alam semesta.

3. Cara memperoleh pengetahuan dibagi menjadi du acara, pertama pengetahuan yang diperoleh melalui usaha manusia yakni melalui indera, akal dan akal, pengetahuan filsafat dengan melalui akal, kedua pengetahuan yang diberikan oleh Allah SWT, yakni wahyu, ilham dan hidayah.

4. Sumber dan fungsi pengetahua dalam Islam adalah Al-Qur’an. Adapun fungsi ilmu pengetahuan secara umum adalah untuk ber-ubudiyah kepada Allah, untuk dapat membedakan yang hak dengan yang bathil, salah dan benar, dan sebagai modal untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

5. Implikasi terhadap pendidikan dapat berperan aktif dengan memperhatikan motivasi al-Qur'an untuk menuntut ilmu, cara- cara mendapatkan ilmu dalam Islam, dan al-Qur'an sebagai sumber ilmu pengetahuan, maka lembaga pendidikan Islam harus selalu menggali ilmu pengetahuan yang terdapat di dalam al-Qur'an.

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009).

Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.

(16)

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, hal.

14-15. Lihat juga Hamdani Ihsan & A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2001.

Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu Memanusiakan Manusia, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Baskoro Adhiguna, Bramastia, Pandangan Al-Qur’an Terhadap Ilmu Pengetahuan Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Sains, INKUIRI:

Jurnal Pendidikan IPA Vol. 10, No. 2, 202.

Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode, (Yogyakarta: Andi Offset, 1976).

Jalaluddin, Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996).

Nur Uhbiyati, Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997).

Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Tafsir Mauḍu̒i atas Pelbagai Persoalan Umat, Cet. 3, Bandung: Mizan, 1996.

Syabuddin Gade, Esei-Esei Pemikiran Pendidikan (al-Ghazali, al-Zarnuji, al- Abrashi dan al Shaibani), Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2008.

Uhar Suharsaputra, “Ilmu dalam Pandangan Islam”, dalam http://uharsputra.wordpress.com/filsafat/islam-dan-ilmu/ diakses tanggal 10/10/2023.

Uyoh Sadulloh,Pengantar Filsafat Pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2014).

https://id.scribd.com/document/561812436/Makalah-Filsafat-Pendidikan-Islam, Diakses, hari Senin 09 Oktober 2023.

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah Filsafat Hukum Islam ini merupakan mata kuliah pengembangan dari matakuliah metodologi hukum Islam (Ushul Fikih dan Kaidah fiqh) yang secara spesifik mengkaji aspek

Titik tolak yang baik bagi pembaharuan sistem pendidikan Islam dan merupakan solusi agar pendidikan Islam dapat mengikuti modernisasi serta perkembangan ilmu pengetahuan

Pemikiran Fazlur Rahman secara intrinsik yang berkaitan dengan pendidikan Islam adalah; (1) desakralisasi produk-produk pemikiran ulama klasik; (2) pembaruan metode pendidikan

Maka Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,

Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan

Dari penjelasan dan paparan pengertian Filsafat pendidikan Islam yang telah disebutkan oleh para pakar di atas, dapat disimpilkan bahwa Filsafat Pendidikan Islam adalah suatu

Skema Asumsi dasar ilmu pengetahuan sebagai basis penelitian pendidikan Islam Dari penelitian Ilmu Pendidikan Islam sains yang empiris itu akan mucul teori yang selanjutnya

Sebagai Disiplin Ilmu Filsafat, Filsafat Pendidikan Islam mempunyai sumber-sumber dasar pijakan yang dijadikan rujukan operasional disiplinnya.Filsafat pendidikan ini adalah dalam