• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandemi Covid-19 telah menjadi babak baru dalam peradaban global manusia yang disebut dengan new normal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pandemi Covid-19 telah menjadi babak baru dalam peradaban global manusia yang disebut dengan new normal"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

COVID-19 menjadi realitas penyakit yang mengubah struktur sosial masyarakat. Perilaku sosial berubah, begitu pun kohesi sosial. Cara (usage), tata kelakuan (mores), adat istiadat (custum) dan tidak terlepas kebiasaan (folkways) (Syaifudin, 2020). Kebiasaan- kebiasaan pada masa COVID-19 lebih menitikberatkan pada aktivitas yang dilakukan semuanya di rumah, dalam jangka waktu yang cukup panjang, kebiasaan ini menjadikan kejenuhan pada setiap orang. Menjawab situasi dan kondisi yang terjadi, maka tatanan kehidupan normal baru atau new normal menjadi alternatif exit strategy (Syaifudin, 2020).

Pandemi Covid-19 telah menjadi babak baru dalam peradaban global manusia yang disebut dengan new normal. Istilah ini muncul di Indonesia setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan masyarakat harus bisa berkompromi, hidup berdampingan, dan berdamai dengan Covid-19 agar tetap produktif. New normal diartikan sebagai perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19. Kondisi ini membawa perubahan budaya. Masyarakat dipaksa untuk

(2)

berperilaku dengan kebiasaan-kebiasaan baru seperti menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), memakai masker kalau keluar rumah, dan mencuci tangan. Semua aktivitas masyarakat harus mengurangi kontak fisik dengan orang lain, menghindari kerumunan, serta bekerja, bersekolah/kuliah dari rumah (Suprabowo, 2020).

Sebelum pandemi, aktivitas yang dilakukan lebih banyak di luar rumah, mayoritas semua orang sudah memiliki pola kegiatan yang terjadwal. Namun pada masa pandemi seperti sekarang ini, pemerintah memberikan imbauan untuk tetap di rumah melakukan kegiatan bekerja di dalam rumah. Pola kegiatan yang sudah terjadwal pun akhirnya tidak dapat dilaksanakan. Hal ini dapat berakibat fatal bagi sebagian orang. Terlalu lama melakukan kegiatan di dalam rumah menimbulkan rasa malas bergerak. Rasa malas juga dapat membuat seseorang menjalani hidup jauh dari gaya hidup sehat karena tidak melakukan aktivitas fisik. Banyaknya kegiatan di rumah saja, menimbulkan kekhawatiran akan timbulnya masalah kesehatan baru pada anak atau remaja yakni obesitas. Hal ini turut disebabkan oleh pola kebiasaan makan yang diikuti dengan kurangnya aktivitas fisik selama mereka di rumah (Widyawati, 2021).

(3)

Aktivitas fisik yang biasa dilakukan di luar rumah dengan berbagai kegiatan di lingkungan masyarakat seperti bergotong royong membersihkan lingkungan secara bersama-sama tergeser menjadi tidak baik akibat gaya hidup dan perilaku yang salah, dan diperparah dengan kondisi masyarakat yang mengonsumsi makanan kurang sehat seperti makanan siap saji yang sifatnya praktis dan tidak bergizi,. Gaya hidup memengaruhi kebiasaan makan seseorang atau sekelompok orang dan berdampak tertentu khususnya berkaitan dengan gizi. Pergeseran pola atau gaya hidup cenderung memengaruhi komposisi lemak tubuh seseorang. (Suryana dan Yulia Fitri, 2017). Konsumsi makanan yang buruk pada remaja yaitu tinggi kalori dan rendah serat dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi yang mengakibatkan pertambahan berat badan Potensi masalah yang akan muncul adalah obesitas, ketika hasrat mengendalikan berat badan itu dilakukan dengan mengabaikan standar kesehatan. Menurut Departemen kesehatan postur tubuh seseorang dapat dinilai dengan pengukuran antrapometri yang bertujuan untuk menilai kesesuaian komponen tubuh dengan standar normal (Ramadhani, 2019). Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m) kuadrat, yang disebut Indeks Massa Tubuh (IMT). Cara mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah berat badan (kg) dibagi dua kali tinggi badan (m). IMT yang normal

(4)

untuk perempuan adalah antara 17-23, sedangkan untuk laki-laki di antara 18-25. Seorang perempuan dikatakan kurus bila IMT-nya kurang dari 17 dan gemuk bila IMT-nya di atas 23. Bila IMT di atas 30, maka orang tersebut menderita obesitas yang berpotensi membuat tubuh rentan dengan berbagai problem kesehatan (Ramadhani, 2019). Direktur Kesehatan Keluarga Erna Mulati dalam keterangannya di Temu Media Hari Obesitas Sedunia yang digelar secara daring di Kanal Youtube Kemenkes pada Rabu, 24 Maret 2021 menyatakan bahwa dengan tingginya frekuensi kegiatan online, menjadi satu penyebab penambahan berat badan. Sebab, sambil belajar mereka sambil ngemil juga, sekarang ini semua kegiatan online, apalagi ada snack di sekitarnya itu sangat berkorelasi positif dengan Indeks Masa Tubuh (Widyawati, 2021).

Obesitas menjadi masalah kesehatan utama pada beberapa negara maju maupun negara berkembang terutama di Indonesia.

Prevalensi obesitas menurut Suryana dan Yulia Fitri, (2017) pada dewasa umur>18 tahun di Indonesia terus meningkat secara drastis mulai 10,5 % pada 2007, 14,8% pada 2013, dan 21,8% pada 2018.

Sedangkan peningkatan prevalensi obesitassentral pada dewasa>15 tahun didapatkan 18,8% pada 2007, 26,6% pada 2013, 31,0% pada 2018.(Suryana dan Yulia Fitri, 2017).

(5)

Data lainnya menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko mayor terhadap penyakit kardiovaskular, beberapa jenis kanker, serta diabetes melitus atau sering disebut dengan DM tipe 2.

(Adrian: 2018) Selain itu, dalam beberapa penelitian diketahui juga bahwa obesitas sentral berasosiasi dengan berbagai gangguan pernapasan. Obesitas merupakan penyakit kronis dan multifaktorial juga disebut penyakit inflamasikronik yang ditandai dengan peningkatan total lemak tubuh (Masrul, 2018). Distibusi kejadian obesitas berhubungan dengan faktor jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status ekonomi (Masrul, 2018). Faktor risiko dasar terjadinya obesitas yaitu faktor peningkatan asupan, faktor metabolik, penggunaan kalori dan gen (Masrul, 2018). Bagaimana tidak mengakibatkan naiknya berat badan (BB), aktivitas fisik cenderung menurun, ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi yang mengakibatkan pertambahan berat badan (Masrul, 2018).

Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Maxi Rein Rondonuwu) menyatakan bahwa berdasarkan laporan dari World Obesity Federation disebutkan orang dengan obesitas memiliki risiko hingga 2 kali lipat memiliki gejala lebih parah dan menjalani perawatan di rumah sakit lebih lama apabila terinfeksi COVID-19 (Widyawati 2021).

(6)

Berdasarkan studi pendahuluan tentang pola aktivitas fisik terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) mahasiswa sarjana keperawatan tingkat 3 STIKes Dharma Husada Bandung, dari 10 orang yang diwawancarai, semua responden mengalami kenaikan berat badan selama era new normal. Kenaikannya antara 1 sampai 5 kg, sedangkan tinggi badan mayoritas tidak mengalami kenaikan. Dari 10 responden yang dikategorikan gemuk kisaran (IMT) 25,1 – 27,0 ada 7 mahasiswa. Aktivitas yang dilakukan di rumah, hanya daring, tiduran, berbaring santai sambil makan cemilan, dan makan siap saji dalam proporsi yang berlebih. Sehingga berat badan mereka meningkat. Contoh aktivitas fisik sedang yang sewaktu-waktu dilakukan oleh mahasiswa sarjana keperawatan tingkat 3 dari 10 orang yang diwawancarai yaitu berjalan cepat (kecepatan 5km/jam) pada permukaan rata di dalam atau di luar rumah, memindahkan perabot ringan, berkebun, menanam pohon atau mencuci mobil/motor, selebihnya mahasiswa hanya melakukan kuliah daring sambil tiduran disertai makan cemilan. saat terjadinya masa pemberlakuan pada era new normal, mahasiswa sarjana keperawatan tingkat 3 STIKes Dharma Husada Bandung angkatan 2018 melaksanakan perkuliahan secara daring sampai saat ini Maret 2021. Mahasiswa angkatan ini tidak mengadakan kegiatan di luar, dan aktivitas lebih banyak dilakukan di rumah. Ada beberapa mahasiswa yang pada waktu itu sempat mengeluhkan berat badannya, serta baju seragam kampusnya

(7)

mengecil pada masa pandemik ini. Aktivitas yang dilakukan di rumah, hanya daring, tiduran, dan makan.

Makanan yang mereka konsumsi pun mayoritas makanan siap saji. Sehingga berat badannya meningkat. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Ramadhani (2019) bahwa konsumsi makanan yang buruk pada remaja yaitu tinggi kalori dan rendah serat dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi yang mengakibatkan pertambahan berat badan dan potensi masalah yang akan muncul adalah obesitas, selain pola makan dan asupan yang salah, juga aktivitas fisik yang dilakukannya kurang diperhatikan. Hal ini diperkuat oleh Perwakilan IDAI, I Gusti Lanang Sidiartha yang menyatakan bahwa obesitas terjadi karena asupan kalori lebih tinggi dibandingkan kebutuhan kalori harian. Asupan kalori yang tinggi bisa disebabkan konsumsi minuman manis dan camilan yang berlebih, serta kurang diimbangi dengan aktivitas fisik (Widyawati, 2021).

Sebagai bahan perbandingan skripsi, ada beberapa jurnal yang menjadi referensi penulisan, yaitu skripsi yang ditulis Suryana dan Yulia Fitri. 2017. Hubungan Aktivitas Fisik dengan IMT dan Komposisi Lemak Tubuh. (The Association Between Physical Activity with Body Mass Index (BMI) and Body Fat Composition).

Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal, November 2017; 2(2): 114-

(8)

119. Aceh Besar: Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh.

Laporan penelitian dari jurnal lain ditulis oleh Alfian Nur Mujtahidin, Widati Fatmaningrum, Hayuris Kinandita. 2021.

Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Fleksibilitas Lumbal pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dan fleksibilitas (p>0,05). Simpulan dalam penelitian ini adalah bahwa tidak terdapat hubungan antara IMT dengan fleksibilitas, meski demikian seseorang tetap harus memiliki fleksibilitas yang baik menjalani aktivitas sehari-hari. Perbedaan: penelitian yang dilakukan Alfian Nur Mujtahidin, Widati Fatmaningrum, Hayuris Kinandita membahas mengenai IMT dan fleksibilitas lumbal pada mahasiswa kedokteran sedangkan penelitian yang dilakukan penulis mengenai IMT dan pola aktivitas pada zaman new normal.

Dari jurnal dan kasus yang dikemukakan, peneliti tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian dengan mengambil judul Hubungan Pola Aktivitas Fisik di Era New Normal terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Mahasiswa Sarjana Keperawatan Tingkat 3 STIKes Dharma Husada Bandung.

(9)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana Hubungan Pola Aktivitas Fisik di Era New Normal terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Mahasiswa Sarjana Keperawatan Tingkat 3 STIKes Dharma Husada Bandung?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dengan judul Hubungan Pola Aktivitas di Era New Normal terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Mahasiswa Sarjana Keperawatan Tingkat 3 STIKes Dharma Husada Bandung dapat dinyatakan sebagai berikut

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pola aktivitas pada era new normal terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) mahasiswa sarjana keperawatan tingkat 3 STIKes Dhrama Husada Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui aktivitas di era new normal yang dilakukan mahasiswa sarjana keperawatan tingkat 3 STIKes Dhrama Husada Bandung.

b. Untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) mahasiswa sarjana keperawatan tingkat 3 STIKes Dhrama Husada Bandung pada era new normal.

(10)

c. Untuk menganalisis pengaruh pola aktivitas fisik terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) pada sampel.

D. Manfaat Penelitian 1. Teoretis

Dapat mengembangkan konsep-konsep pola aktivitas terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) mahasiswa pada era new normal ini, agar dengan bijak dapat menyikapi keadaan supaya tetap dengan tubuh yang ideal dan tidak menjadi obesitas.

2. Praktis

a. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau dapat dijadikan referensi untuk memahami dan menambah wawasan tentang pola aktivitas pada era new normal terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT), agar terhindar dari bahaya obesitas.

b. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan memperoleh gambaran tentang pola aktivitas terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) pada era new normal, agar dapat menyikapi situasi sehingga terhindar dari obesitas.

c. Bagi pengembang ilmu, dapat dijadikan masukan, alat, referensi, dan dapat memperkaya pemahaman tentang pola aktivitas terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT), dan menjadi input dalam melakukan penelitian yang lebih mendalam, dan dapat digunakan sebagai bahan

(11)

perbandingan untuk penelitian yang relevan.

d. Bagi institusi Pendidikan, hasil penelitian ini menjadi bentuk sumbangsih yang nyata untuk dunia pendidikan, yang dapat dijadikan sebagai sumber acuan atau referensi bagi peneliti lain. Ekosistem pendidikan dapat terus mengalami kemajuan karena aktivitas-aktivitas penelitian masih terus berjalan. Penelitian ini dibuktikan dan didokumentasikan dalam bentuk karya ilmiah untuk menajdi referensi peneliti lain. Selain itu, dengan banyak melakukan penelitian dapat menjadi nilai jual kepada masyarakat.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini di mulai dari bulan Agustus 2. Ruang Lingkup Tempat

Responden yang diteliti mahasiswa sarjana keperawatan tingkat 3 STIKes Dharma Husada Bandung.

Responden merupakan mahasiswa Reguler dari Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung.

Terdapat mahasiswa yang mengalami kenaikan berat badan antara 1-5 kg selama masa new normal.

(12)

3. Keilmuan

Penelitian ini termasuk dalam Ilmu keperawatan Dasar Manusia (KDM).

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat Teoritis Sebagai referensi bagi mahasiswa STIKES Dharma Husada Bandung pada umumnya dan bagi mahasiswa Program Sarjana Kesehatan Masyarakat pada khususnya, untuk pengembangan