• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN PELAKSANAAN MANAJER PELAYANAN PASIEN

N/A
N/A
Rusmalita Wahyuningsih

Academic year: 2024

Membagikan "PANDUAN PELAKSANAAN MANAJER PELAYANAN PASIEN "

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI COVER

DAFTAR ISI……….… ii

PERATURAN KEPALA RUMKITAL MERAUKE BAB I PENDAHULUAN...- 8 -

A. LATAR BELAKANG...- 8 -

B. PENGERTIAN...- 9 -

BAB II RUANG LINGKUP...- 10 -

A. Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered Care)...- 10 -

B. Kegiatan Pokok dari Manajer Pelayanan Pasien...- 10 -

C. Tujuan MPP (Manajemen Pelayanan Pasien)...- 11 -

D. Hubungan Professional...- 11 -

E. Hubungan dengan Pasien...- 11 -

F. Kelompok Pasien...- 11 -

G. Peran Manajer Pelayanan Pasien...- 12 -

H. Fungsi Manajer Pelayanan Pasien...- 12 -

I. Aktivitas dan manfaat MPP di RS sebagai berikut:...- 13 -

J. Manfaat MPP untuk Rumah Sakit adalah :...- 13 -

K. Cakupan Layanan MPP...- 13 -

L. Diagram Koordinasi Intregasi Kontinuitas Pelayanan...- 14 -

M. Efektifitas Perencanaan Pemulangan Pasien...- 14 -

BAB III TATA LAKSANA...- 16 -

A. Tahapan Aktivitas Manajer Pelayanan Pasien...- 16 -

B. Identifikasi, seleksi / skrining pasien untuk MPP...- 17 -

C. Asesmen untuk MPP...- 17 -

D. Identifikasi masalah dan kesempatan...- 18 -

E. Perencanaan manajemen pelayanan pasien...- 18 -

F. Monitoring...- 19 -

G. Fasilitasi, Koordinasi, Komunikasi dan Kolaborasi...- 19 -

H. Advokasi...- 19 -

I. Hasil Pelayanan...- 20 -

J. Kompetensi Budaya – Cultural Competence MPP...- 20 -

(2)

K. Manajemen Sumber Daya...- 20 -

L. Terminasi manajemen pelayanan pasien...- 21 -

M. Perencanaan Pemulangan Pasien / Discharge Planning...- 21 -

BAB IV DOKUMENTASI...- 23 -

(3)

PANGKALAN UTAMA TNI AL XI RUMKITAL MERAUKE

PERATURAN KEPALA RUMKITAL MERAUKE

Nomor Tahun 2022 TENTANG

PANDUAN PELAKSANAAN MANAJER PELAYANAN PASIEN (CASE MANAGER) DI RUMKITAL MERAUKE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA RUMKITAL MERAUKE

Menimbang : 1. Bahwa rumah sakit merupakan salah satu unsur strategis dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;

2. Bahwa prinsip penigkatan mutu antara lain adalah memenuhi kebutuhan pasien, mengukur dan menilai pelayanan yang diberikan, memperbaiki proses penilaian, dan meningkatkan mutu pemberi pelayanan;

3. Bahwa sesuai dengan pertimbangan butir a dan b diatas, perlu adanya Keputusan Kepala Rumkital Merauke tentang Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien (Case Manager).

4. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a, b dan c perlu ditetapkan dengan keputusan Kepala Rumkital Merauke.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

(4)

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

4. Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal RS

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1333/MenKes/SK/XII/1999 tahun 1999, tentang Standar Pelayanan RS

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN KEPALA RUMKITAL MERAUKE TENTANG PANDUAN MANAJER PELAYANAN PASIEN DI RUMKITAL MERAUKE.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : (1)

Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager adalah tenaga profesional di rumah sakit yang memberikan dukungan dan keahlian yang berkesinambungan melalui assesmen yang komprehensif, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menyeluruh mengenai kebutuhan individu pasien sejak pasien datang hingga perencanaan pulang.

(2)

Manajemen Pelayanan Pasien/Case Management adalah Suatu proses kolaboratif yang mencakup asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi pelayanan, evaluasi, dan advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan komprehensif pasien maupun keluarganya melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia sehingga memberikan hasil asuhan pasien yang bermutu dengan biaya efektif

(3)

(5)

Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan sehat maupun sakit

(4)

Profesional Pemberi Asuhan adalah : mereka yg secara langsung memberikan asuhan kepada pasien, antara lain : dokter, perawat, bidan, ahli gizi, apoteker, psikolog klinis, penata anestesi, terapis fisik dsb

(5)

Patient Center Care adalah : Asuhan yang menghormati dan responsif terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai pribadi pasien. Serta memastikan bahwa nilai- nilai pasien menjadi panduan bagi semua keputusan klinis

(6)

Perencanaan Pemulangan Pasien/Discharge Planning adalah kegiatan yang merencanakan dan memfasilitasi perpindahan pasien ke fasyankes lain atau kerumah dengan lancar dan aman.

(7)

Admisi Rumah Sakit. Admisi Rumah Sakit adalah tempat pelayanan bagi pasien yang akan masuk rawat inap baik yang berasal dari IGD maupun dari poliklinik (URJ).

Pasal 2 (1)

Manajer Pelayanan (Case Manager) adalah suatu proses kolaboratif mengenai asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi dan advokasi

(2)

Manajer Pelayanan (Case Manager) terdiri dari dokter umum atau perawat dengan pendidikan S1 yang memiliki pengalaman minimal 3-5 tahun dalam pelayanan medis

(3)

Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien (Case Manager) di Rumkital Merauke harus dijadikan acuan dalam memberikan pelayanan di Rumkital Merauke.

(6)

BAB III PENUTUP

Pasal 3

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Dikeluarkan di Tarakan

pada tanggal Desember 2022 KEPALA RUMKITAL MERAUKE,

dr. Eddy Setyo Wibowo, Sp. OT,M. Tr.Opsla

(7)

LAMPIRAN

PERATURAN KEPALA RUMKITAL MERAUKE NOMOR : TAHUN 2022

TENTANG PANDUAN MANAJER PELAYANAN PASIEN DI RUMKITAL MERAUKE

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Paradigma pelayanan kesehatan sudah mulai berubah dengan memusatkan pelayanan kesehatan pada pasien. Tidak lagi menempatkan salah satu profesi sebagai pusat pelayanan, melainkan dibutuhkan adanya integrasi asuhan dari berbagai profesi pemberi pelayanan. Asuhan pasien dalam standar akreditasi rumah sakit versi 2012 harus dilaksanakan berdasarkan pola pelayanan berfokus pada pasien (Patient Centered Care), asuhan diberikan berbasis kebutuhan pelayanan pasien. Proses asuhan bersifat dinamis dan melibatkan banyak praktisi pemberian pelayanan kesehatan diantaranya dokter, perawat, bidan, nutrisionis, apoteker, terapis, dll serta dapat melibatkan berbagai unit kerja dan pelayanan yang berada dalam catatan asuhan terintegrasi. Beberapa bentuk pelaksanaan asuhan terintegrasi adalah pendokumentasian yang dilakukan oleh dokter, perawat, farmasi, dan nutrisionis.

Dokumentasi yang dilakukan dalam catatan terintegrasi berbentuk catatan perkembangan yang ditulis berdasarkan data subjektif (S), data objektif (O), Analisa Data (A) dan Planning/perencanaan (P). Dokumentasi yang terintegrasi dapat dijadikan bukti tertulis dari kegiatan yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan multidisiplin yang ada diruangan rawat inap. Dokumentasi yang dikatakan lengkap apabila pencatatan yang dilakukan oleh dokter, perawat, farmasi dan nutrisionis jika sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh rumah sakit, sehingga mampu melindungi tenaga kesehatan terhadap permasalahan hukum yang terjadi.

Dokumentasi tidak lengkap akan membentuk kerangka kerja yang tidak baik yang akan memperburuk kerangka kerja tim kesehatan, karena dokumentasi penting kaitannya dengan praktek profesional baik tenaga dokter, perawat, farmasi dan nutrisionis sehingga pelayanan yang diberikan kepada pasien tidak akurat dan tidak efisien dan akan menimbulkan dampak negative terhadap kinerja tenaga kesehatan dan profesi lainnya, seperti tuntutan masyarakat yang semakin meningkat sehingga pengetahuan masyarakat terhadap hak-hak masyarakat sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan

(8)

B. PENGERTIAN

1. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan sehat maupun sakit.

2. Profesional Pemberi Asuhan adalah : mereka yg secara langsung memberikan asuhan kepada pasien, antara lain : dokter, perawat, bidan, ahli gizi, apoteker, psikolog klinis, penata anestesi, terapis fisik dsb

3. Patient Center Care adalah : Asuhan yang menghormati dan responsif terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai pribadi pasien.

Serta memastikan bahwa nilai-nilai pasien menjadi panduan bagi semua keputusan klinis

4. Manajemen Pelayanan Pasien/Case Management adalah Suatu proses kolaboratif yang mencakup asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi pelayanan, evaluasi, dan advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan komprehensif pasien maupun keluarganya melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia sehingga memberikan hasil asuhan pasien yang bermutu dengan biaya efektif.(Kars 2017)

5. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager adalah tenaga profesional di rumah sakit yang memberikan dukungan dan keahlian yang berkesinambungan melalui assesmen yang komprehensif, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menyeluruh mengenai kebutuhan individu pasien sejak pasien datang hingga perencanaan pulang.

6. Perencanaan Pemulangan Pasien/Discharge Planning adalah kegiatan yang merencanakan dan memfasilitasi perpindahan pasien ke fasyankes lain atau kerumah dengan lancar dan aman.

7. Panduan Praktek Klinik adalah suatu instruksi / langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin berdasarkan konsensus bersama dalam melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi.

8. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

(9)

BAB II RUANG LINGKUP

A. Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered Care)

Manajemen pelayanan pasien bersumber dari konsep pelayanan fokus pada pasien (PFP).

Pelaksanaan asuhan pasien Terintegrasi berpusat pada pasien dan mencakup elemen:

a. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga.

b. DPJP sebagai ketua tim asuhan pasien oleh PPA (Clinical Leader).

c. PPA bekerja sebagai inter disiplin sebagai tim dengan kolaborasi inter professional dibantu antara lain dengan PPK (Panduan Praktek Klinis), panduan asuhan PPA lainnya, alur klinis terintegrasi, algoritma, protokol,prosedur, standing order dan CPPT.

d. Perencanaan pemulangan pasien (P3)/Discharge Planning terintegrasi.

e. Asuhan gizi terintegrasi.

f. Manajer pelayanan pasien (MPP).

MPP berperan dalam integrasi vertikal pelayanan berjenjang oleh/melalui berbagai unit pelayanan ke tingkat pelayanan berbeda untuk diintegerasikan dengan komunikasi memadai dengan PPA.

Elemen pokok untuk keberhasilan RS menerapkan / melaksanakan asuhan berfokus pasien / PCC adalah :

a. Komitmen kuat senior leadership

b. Komunikasi yang jelas tentang visi strategis,

c. Keikutsertaan aktif dengan pasien dan keluarga di seluruh RS, d. Fokus terhadap kepuasan staf,

e. Penilaian dan umpan balik secara aktif dalam pelaporan pengalaman pasien,

f. Sumber yg adekuat untuk redesain pemberian asuhan, g. Capacity building staf,

h. Akuntabilitas dan insentif

i. Budaya yang kuat mendukung perubahan dan pembelajaran B. Kegiatan Pokok dari Manajer Pelayanan Pasien

a.Penilaian :Penilaian merupakan suatau proses pengumpulan data mengenai keadaan seorang pasien sekaligus mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membuat rencana manajemen pelayanan pasien yang menyeluruh

b.Perencanaan : Perencanaan merupakan proses untuk menentukan tindakan dan tujuan dari tindakan tersebut sesuai kebutuhan klien yang sudah dikenai dari proses penilaian.

c. Pelaksanaan : Pelaksanaan merupakan suatu intervensi yang dilakukan oleh manajemen pelayanan pasien dalam mencapai tujuan

d.Koordinasi : Koordinasi merupakan proses mengorganisir, memadukan dan memodifikasi sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan dalam perencanaan manajer pelayanan pasien

(10)

e.Monitoring : Monitoring merupakan proses pengumpulan informasi yang perlu dari seluruh sumber daya yang relevan tentang rencana manajemen pelayanan pasien sehingga memungkinkan manajer pelayanan pasien menilai efektifitas pelaksanaan rencana

f. Evaluasi : Evaluasi merupakan proses menilai dan menentukan efektifitas perencanaan manajemen pelayanan pasien dalam mencapai hasil yang diinginkan

C. Tujuan MPP (Manajemen Pelayanan Pasien) a. Pasien mendapat asuhan sesuai kebutuhannya.

b. Terpeliharanya kesinambungan pelayanan.

c. Pasien memahami dan mematuhi asuhan, serta meningkatnya kemandirian

d. Kemampuan pasien mengambil keputusan.

e. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga.

f. Optimalisasi sistem pendukung pasien.

g. Pemulangan yang aman.

h. Kualitas hidup dan kepuasan pasien.

D. Hubungan Professional

Manajer Pelayanan Pasien (MPP) harus mempunyai hubungan kerja profesional dengan para dokter dan staf klinis. Mereka juga harus terbiasa dengan pelayanan penagihan (billing), pelayanan bantuan finansial, bantuan/dukungan dari komunitas serta pelayanan kerohanian.

E. Hubungan dengan Pasien

Penting bagi para MPP untuk memiliki relasi dengan pasien dan keluarga.

Manajer Pelayanan Pasien (MPP) perlu memelihara rasa saling percaya yang menunjukkan kepada pasien bahwa mereka terlibat untuk manfaat dan kepentingan pasien. Untuk itu Manajer Pelayanan Pasien (MPP) perlu memperhatikan secara aktif kebutuhan dan keinginan pasien.

F. Kelompok Pasien

Manajemen pelayanan pasien dilakukan di ruang IGD dan Perawatan untuk kelompok pasien dengan Biaya tinggi/sistem pembiayaan yang komplek/kasus yang melebihi rata-rata lama rawat, Kasus yang diidentifikasikan rencana pemulangannya penting atau yang membutuhkan kontinuitas pelayanan, Risiko tinggi/kasus penyakit kronik dan komplek/rumit, Potensi komplein tinggi, Sering masuk IGD, Readmisi Rumah Sakit, Riwayat gangguan mental, Upaya bunuh diri, Krisis keluarga, isu sosial seperti terlantar, tinggal sendiri,dan narkoba.

G. Peran Manajer Pelayanan Pasien Manajer Pelayanan Pasien memiliki peran :

a. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien,termasuk keluarga dan pemberi asuhannya baik pasien dalam keadaan akut, dalam proses

(11)

rehabilitasi di rumah sakit maupun pasca rawat, serta mendorong keterlibatan dan pemberdayaan pasien.

b. Mengoptimalkan terlaksananya pelayanan berfokus pada pasien dan asuhan pasien yang terintegrasi, serta membantu meningkatkan kolaborasi interprofesional.

c. Mengoptimalkan proses reimbursement.

H. Fungsi Manajer Pelayanan Pasien

1. Melakukan asesmen tentang kebutuhan kesehatan dan aspek psiko- sosio-kultural-nya, termasuk status health literacy (kurang pengetahuan tentang kesehatan)

2. Menyusun perencanaan manajemen pelayanan pasien ( Case Management Plan) berkolaborasi dengan pasien, keluarga, dan pemberi asuhan di rumah sakit, pembayar, PPA di fasilitas pelayanan primer, untuk memaksimalkan hasil asuhan yang berkualitas, aman, dan efektif biaya. Perencanaan termasuk discharge planning yang terintegrasi PPA 3. Memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antar PPA dalam konteks

keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan

4. Memberikan edukasi dan advokasi kepada pasien dan keluarganya atau pemberi asuhan untuk memaksimalkan kemampuan pasien dan keluarganya dalam pengambilan keputusan terkait pelayanan yang di terimanya

5. Memberikan advokasi sehingga meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga dalam mengatasi masalah dengan mencari opsi pelayanan yang tersedia, rencana pengambilan alternatif sesuai kebutuhan, agar dicapai hasil asuhan yang diharapkan

6. Mendorong pemberiaan pelayanan yang memadai untuk kendali mutu dan biaya dengan basis kasus per kasus

7. Membantu pasien dalam proses transisi pelayanan yang aman ke tingkat pelayanan berikutnya yang memadai

8. Berusaha meningkatkan kemandirian advokasi dan kemandirian pengambilan keputusan pasien

9. Memberikan advokasi kepada pasien dan pembayar untuk memfasilitasi hasil yang posiif bagi pasien, bagi PPA dan bagi pembayar

I. Aktivitas dan manfaat MPP di RS sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi pasien untuk intervensi manajemen pelayanan pasien b. Melaksanakan kolaborasi dengan dokter dan pasien untuk

mengidentifikasi hasil yang diharapkan dan mengembangkan suatu rencana manajemen pelayanan pasien

(12)

c. Memonitor intervensi yang ada relevasinya bagi rencana manajemen pelayanan pasien

d. Memonitor kemajuan pasien kearah hasil yang diharapkan e. Menyarankan alternatif intervensi praktis yang efisien biaya

f. Mengamankan sumber-sumber klinis untuk mencapai hasil yang diharapkan

g. Membakukan jalu-jalur komunikasi dengan manajer departemen / bagian/ unit

h. Bagi pasien dan keluarganya, MPP adalah analog dengan pemanduan wisata/ tour guide dalam berbagai perjalanan kegiatan pelayanan RS J. Manfaat MPP untuk Rumah Sakit adalah :

a. Peningkatan mutu pelayanan

b. Peningkatan kepuasan pasien dan keluarga

c. Peningkatan keterlibatan dan pemberdayaan pasien dalam asuhan d. Peningkatan kepatuhan pasien dalam asuhan

e. Peningkatan kualitas hidup pasien

f. Peningkatan kolaborasi interprofesional tim PPA

g. Penurunan tingkat asuhan sesuai kebutuhan pasien dan panduan klinis h. Penurunan lama dirawat

i. Pencegahan hari rawat yang tidak perlu

j. Penurunan frekuensi, jenis dan lama pemeriksaan, termasuk pemeriksaan yang tidak perlu

k. Pengurangan atau menghindari tagihan yang tidak perlu l. Penurunan readmisi ke rumah sakit

m.Pengurangan kunjungan pasien yang sama ke IGD

n. Membantu proses evaluasi penerapan alur klinis (clinical pathway)

Bagi rumah sakit adanya MPP dalam manajemen pelayanan pasien akan memberikan keuntungan sebagai berikut:

a. Biaya pelayanan efektif

b. Orientasi pelayanan yang holisti

c. Kontinuitas pelayanan diseluruh catatan pelayanan kesehatan d. Klien mengetahui siapa yang harus dihubungi untuk bantuan K. Cakupan Layanan MPP

Agar kesinambungan asuhan pasien tidak terputus, RS harus menciptakan proses untuk melaksanakan kesinambungan dan koordinasi pelayanan diantara PPA, MPP, pimpinan unit dan staf lain sesuai regulasi RS di:

a. Pelayanan darurat dan penerimaan rawat inap b. Pelayanan diagnostik dan tindakan

c. Pelayanan rawat jalan d. Unit Pelayanan lainnya

(13)

L. DIAGRAM KOORDINASI – INTEGRASI – KONTINUITAS PELAYANAN

M. Efektifitas Perencanaan Pemulangan Pasien

• Meningkatkan outcome untuk pasien saat pindah ke tingkat asuhan selanjutnya.

• Menurunkan peluang pasien dirawat ulang di rumah sakit.

• Meningkatkan kesembuhan

• Memastikan obat medikamentosa yang diresepkan.

• Memberikan koreksi, persiapan yang memadai saat pindah asuhan ke fasilitas kesehatan lain.

(14)

BAB III TATA LAKSANA

A. Tahapan Aktivitas Manajer Pelayanan Pasien

(15)

Diagram dibawah ini menggambarkan hubungan integrasi antara MPP dengan PPA dalam pelaksanaan manajemen pelayanan pasien di rumah sakit

Manajemen Pelayanan Pasien yang dilaksanakan oleh Manajer Pelayanan Pasien dilakukan melalui beberapa tahapan atau aktivitas sebagai berikut :

B. Identifikasi, seleksi / skrining pasien untuk MPP

Skrining bisa dilakukan oleh MPP itu sendiri ataupun dari PPA, PPA akan melaporkan kepada MPP bahwa pasien tersebut membutuhkan Manajemen Pelayanan Pasien

(16)

Kriteria/Skrining yg digunakan untuk pasien MPP di Rumkital Merauke adalah :

 Usia ≥ 65 tahun

 Pasien dengan fungsi kognitif rendah

 Pasien dengan risiko tinggi/kasus penyakit kompleks ; Pasien koma, Pasien dengan alat bantuan hidup dasar, Pasien Immuno-suppresed, Pasien dengan Restraint , Pasien yang memiliki lebih dari satu diagnosa medis dan mengalami komplikasi.

 Potensi komplain tinggi

 Kasus dengan penyakit kronis, katastropik, terminal : Pasien masuk rumah sakit dengan penyakit kronik dan menunjukkan prognosis yang kurang baik

 Status fungsional rendah, kebutuhan bantuan ADL (Activity Daily Living) yang tinggi

 Pasien dengan riwayat penggunaan peralatan medis dimasa lalu

 Riwayat gangguan mental, upaya bunuh diri, krisis keluarga, isu sosial antara lain : terlantar, tinggal sendiri, dan narkoba.

 Sering masuk IGD, readmisi RS

 Perkiraan asuhan dengan biaya tinggi

 Kemungkinan sistem pembiayaan yang komplek, adanya masalah finansial

 Kasus yang melebihi rata-rata lama dirawat

 Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya penting/berisiko atau yang membutuhkan kontinuitas pelayanan

C. Asesmen untuk MPP a) Komponen asesmen

 Fisik, fungsional, kognitif, kekuatan-kemampuan, kemandirian

 Riwayat kesehatan

 Perilaku psiko-sosio-kultural

 Kesehatan mental

 Tersedianya dukungan keluarga/support system, kemampuan merawat dari pemberi asuhan

 Finansial

 Status asuransi

 Riwayat penggunaan obat, alternatif

 Riwayat trauma, kekerasan

 Pemahaman tentang kesehatan (health literacy)

 Harapan terhadap hasil asuhan, kemampuan untuk menerima perubahan

 Aspek legal

b) Data asesmen diperoleh melalui, namun tidak terbatas pada : 1. Wawancara pasien, keluarga, pemberi asuhan

2. Asesmen awal saat admisi rawat inap, asesmen secara intermiten “on going” selama dirawat

3. Komunikasi dengan dokter, PPA lainnya 4. Rekam medis

(17)

5. Data klaim, asuransi

D. Identifikasi masalah dan kesempatan

Melakukan kegiatan Identifikasi masalah dan kesempatan a.l.

 Tingkat asuhan yang tidak sesuai panduan, norma yang digunakan

Over/under utilization pelayanan dengan dasar panduan, norma yang digunakan

 Ketidak patuhan pasien

 Edukasi kurang memadai, atau pemahamannya yg belum memadai tentang proses penyakit, kondisi terkini, daftar obat (Health literacy)

 Kurangnya dukungan keluarga/support system

 Penurunan determinasi pasien (ketika tingkat keparahan / komplikasi meningkat)

 Kendala keuangan ketika keparahan / komplikasi meningkat

 Pemulangan / rujukan yang belum memenuhi kriteria, atau sebaliknya pemulangan / rujukan yang ditunda

E. Perencanaan manajemen pelayanan pasien

MPP harus segera mengidentifikasi kebutuhan jangka pendek, jangka panjang, maupun kebutuhan berjalan / ongoing, sehinggga dapat menyusun strategi dan sasaran manajemen pelayanan pasien untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

 Memahami dan memastikan diagnosis pasien, prognosis, kebutuhan asuhan, sasaran hasil asuhan

 Memvalidasi rencana asuhan konsisten dengan panduan, norma yang digunakan

 Menentukan sasaran terukur dan indikator dalam kerangka waktu yang spesifik, a.l. dalam akses ke pelayanan, asuhan dengan biaya efektif, mutu asuhan

 Menentukan dan merencanakan pemberian informasi kepada pasien - keluarga untuk pengambilan keputusan

 Menentukan / merencanakan juga partisipasi pasien – keluarga dalam asuhan, termasuk persetujuan akan kemungkinan perubahan rencana

 Siapkan fasilitasi mengatasi masalah dan konflik

 Memperhatikan harapan pembayar, frekuensi komunikasi reevaluasi perkembangan pasien, revisi sasaran jangka pendek dan atau panjang

F. Monitoring

MPP melakukan asesmen untuk menilai respons pasien terhadap pemberian / pelaksanaan rencana asuhan

(18)

 Mencatat perjalanan / perkembangan kolaborasi dengan pasien, keluarga, pemberi asuhan, tim PPA, dan pemangku kepentingan lain yang terkait, sehingga dapat dinilai respons pasien terhadap intervensi yang diberikan

 Memverifikasi kelangsungan pelaksanaan rencana asuhan memadai, dipahami dan diterima pasien serta keluarga

 Paham dan sadar akan kebutuhan revisi rencana asuhan, termasuk preferensi perubahan, transisi pelayanan, kendala pelayanan

 Kolaborasi dalam rangka perubahan rencana dan pelaksanaannya G. Fasilitasi, Koordinasi, Komunikasi dan Kolaborasi

MPP perlu memfasilitasi koordinasi, komunikasi dan kolaborasi dengan pasien dan pemangku kepentingan lainnya untuk mencapai sasaran dan memaksimalkan hasil positif asuhan pasien

 Memastikan peran MPP sesuai kebijakan yang ada dan memadai, dalam pelayanan pasien, terhadap pemangku kepentingan lain dalam RS

 Kembangkan dan pelihara secara proaktif pelayanan berfokus pada pasien, membantu asuhan terintegrasi oleh PPA

 Transisi pelayanan yg memadai sesuai kebutuhan pasien

 Jaga privasi pasien dalam kolaborasi

 Menggunakan mediasi dan negosiasi untuk meningkatkan komunikasi, koordinasi dan kolaborasi, termasuk mengatasi perbedaan pandangan

 MPP memfasilitasi dan berkoordinasi dengan PPA untuk proses Perencanaan Pe mulangan Pasien (Discharge Planning) dan melakukan Follow-up 3 hari pertama saat pasien sudah di rumah

H. Advokasi

MPP memberikan advokasi pada pelaksanaan pelayanan, manfaat administrasi, pengambilan keputusan

 Menyampaikan, mendiskusikan dengan PPA dan staf lain tentang kebutuhan pasien, kemampuannya dan sasaran pasien

 Memfasilitasi akses ke pelayanan sesuai kebutuhan pasien melalui koordinasi dgn PPA atau pemangku kepentingan terkait

 Meningkatkan kemandirian menentukan pilihan dan pengambilan keputusan

 Mengenali, mencegah dan menghindari disparitas untuk mengakses mutu dan hasil pelayanan terkait dengan ras, etnik, agama, gender, latar belakang budaya, status pernikahan, umur, pandangan politik, disabilitas fisik-mental-kognitif

 Advokasi untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan yang berkembang/ bertambah karena perubahan kondisi.

I. Hasil Pelayanan

MPP perlu memaksimalkan kesehatan, wellness pasien safety, adaptasi terhadap perubahan, self-care, kepuasan dan efisiensi biaya.

 Melakukan pendokumentasian pencapaian sasaran

(19)

 Mencatat keberhasilan, kualitas, kendali biaya-efektif dari intervensi MPP dalam mencapai sasaran asuhan pasien

 Nilai, catat dan laporkan tentang dampak pelaksanaan rencana asuhan pasien

 Catat utilisasi sesuai panduan / norma yang digunakan

 Catat kepuasan pasien, keluarga terhadap/ dengan manajemen pelayanan pasien

J. Kompetensi Budaya – Cultural Competence MPP

MPP perlu memahami dan tanggap terhadap beragam budaya populasi dimana pasien berasal, dan kekhasan profilnya, termasuk juga untuk / dengan PPA, manajer instalasi dan lain-lain

 MPP memahami berbagai informasi tentang keberagaman budaya, berkomunikasi secara efektif, bermartabat dan sensitif dalam konteks budaya yang bersangkutan

 Melakukan asesmen kebutuhan linguistiknya dan melakukan komunikasi yang memadai

 Bila diperlukan jalani edukasi / pelatihan untuk kompetensi / pemahaman budaya guna meningkatkan efektifitas dalam melayani populasi yang multicultural

K. Manajemen Sumber Daya

MPP harus mengintegrasikan faktor-faktor terkait mutu, keselamatan, akses, dan efektifitas biaya dlm proses asesmen, monitoring, dan evaluasi sumber daya untuk asuhan pasien

 Mencatat pemeriksaan / pelayanan yg akan dilakukan sesuai kebutuhan pasien dan rencana pelayanan. Berikan informasi berkenaan terkait waktu yang diperlukan, antisipasi hasil dan beban biaya

 Catat komunikasi pasien dengan PPA dalam proses transisi / perpindahan secara internal maupun eksternal, juga pada perubahan kondisi (penting) pasien

 Mengumpulkan keterangan pelaksanaan pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien, termasuk pemeriksaan keluar / outsource, bandingkan dengan panduan / norma

 Pencatatan agar memperlihatkan bahwa intensitas pelayanan dari MPP memang sesuai kebutuhan pasien.

L. Terminasi manajemen pelayanan pasien

MPP mengakhiri pelaksanaan manajemen pelayanan pasien sesuai dengan regulasi RS yang berlaku

 Mengidentifikasi alasan pengakhiran pelaksanaan MPP, antara lain :

o Telah tercapainya sasaran MPP

o Telah terlaksana transisi ke fasilitas pelayanan lain o Pasien menolak pelayanan dalam lingkup MPP

(20)

 Tercapai persetujuan pengakhiran pelaksanaan MPP, dengan pasien maupun pemangku kepentingan lain

 Dokumentasikan proses pengakhiran tersebut

M. Perencanaan Pemulangan Pasien / Discharge Planning

Sumber : KARS, 2015

1) Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) dimulai saat admisi rawat inap dan dilanjutkan pada hari berikutnya sesuai kebutuhan

o Mengidentifikasi pasien dengan potensi masalah yang mungkin dihadapi waktu pasien dipulangkan sehingga dapat disusun rencana mengatasi masalah, sehingga proses pemulangan nantinya aman dan lancar.

2) Mengidentifikasi apakah pasien memerlukan kebutuhan yang sederhana atau kompleks untuk pemulangan atau transfernya

o Tidak membutuhkan pelayanan khusus dirumah, juga tidak membutuhkan pelayanan sosial

o Atau sebaliknya tingkat ketergantungan untuk ADL (Activity Daily Living) tinggi.

3) Menyusun rencana klinis asuhan pasien (oleh PPA) dalam waktu 24 jam setelah masuk rawat inap

o Setelah asesmen lengkap, dengan metode IAR (Informasi, Analisis, Rencana) tetapkan sasaran

o Asesmen dilakukan secara multidisiplin dan terintegrasi

o Perencanaan termasuk tentang kemungkinan edukasi / pelatihan bagi pasien / keluarga / pemberi asuhan dirumah.

4) Koordinasikan proses pemulangan / transfer melalui kepemimpinan dan tanggung-jawab pengoperan tugas pada tingkat ruangan

o Perencanaan harus terintegrasi secara multi disiplin o Ada keterkaitan dengan pertukaran shift

(21)

o Dokumentasi harus selalu di update dengan penyimpanan yang jelas

o Peranan MPP penting dalam koordinasi ini

5) Tetapkan tanggal yang diharapkan untuk pemulangan / transfer 24 – 48 jam setelah admisi (EDD=expected discharge date) oleh PPA. MPP mendiskusikannya dengan PPA, pasien dan keluarga/pemberi asuhan.

o Umumnya pasien ingin mendapatkan informasi tentang sampai kapan dirawat

o Pasien, keluarga akan membuat sasaran untuk itu

o Pengecualian adalah bila pasien menjalani perawatan intensif, EDD ditetapkan bila telah kembali ke ruang rawat biasa.

6) Setiap hari dilakukan review atas rencana klinis asuhan dan juga update EDD.

o PPA melakukan updating EDD bersama pasien dan MPP o Pendokumentasiannya harus jelas dan konsisten

o Pasien dan keluarga harus jelas tentang apa yang diharapkan selama dirawat, menghindari kebingungan yang dapat menunda proses pemulangannya

7) Libatkan pasien, keluarga, pemberi asuhan dirumah untuk keputusan dan pilihan pelayanan.

o Pasien, keluarga diedukasi/dilatih untuk memberdayakan pelayanan individual sehingga memaksimalkan kemandiriannya o Bila masuk dalam rencana, follow-up dapat dilakukan oleh MPP 3

hari pertama dirumah.

8) Rencanakan pelayanan sampai pasien sudah dirumah

o P3 mencakup juga kontinuitas pelayanan sampai dengan 3 hari pertama saat pasien sudah dirumah

o Gunakan daftar tilik (check list) 24 – 48 jam sebelum proses pemulangan

9) Biasakan mempertimbangkan keputusan tentang rencana pemulangan pasien setiap hari.

BAB IV DOKUMENTASI

A. Asuhan Pasien oleh PPA terdiri dari dua langkah besar :

1) Asesmen dengan metode IAR (Informasi, Analisis, Rencana) 2) Pemberian Pelayanan, Implementasi rencana, Monitoring B. MPP melaksanakan pelayanannya dengan langkah-langkah sbb :

(22)

1) Identifikasi, seleksi / skrining pasien utk manajemen pelayanan pasien

2) Asesmen untuk manajemen pelayanan pasien 3) Identifikasi masalah dan kesempatan

4) Perencanaan manajemen pelayanan pasien 5) Monitoring

6) Fasilitasi, Koordinasi, Komunikasi dan Kolaborasi 7) Advokasi

8) Hasil Pelayanan

9) Terminasi manajemen pelayanan pasien

C. Dengan basis IAR maka informasi dari MPP dibutuhkan oleh PPA dalam rangka mengumpulkan informasi tersebut diatas. Dengan demikian dokumentasi MPP harus berada dalam rekam medis pasien untuk akses bagi PPA dalam memberikan asuhan pasien

D. Dokumentasi juga menjadi landasan perencanaan pelayanan dan praktik serta evaluasi program.

E. Informasi tertulis sering dibutuhkan untuk reimbursemen, untuk review / evaluasi utilisasi, dan untuk meningkatkan akuntabilitas rumah sakit kepada para pembayar.

F. Pencatatan yang dimutakhirkan juga merupakan dukungan bagi MPP dalam suatu legal review

G. Pendokumentasian MPP harus mencerminkan elemen-elemen a.l. sebagai berikut (NASW Standards for Social Work Case Management, 2013) :

• Informasi dari proses identifikasi / skrining pasien

• Tanggal, waktu, dan uraian / deskripsi saat kontak dengan pasien, sistem pendukung pasien seperti keluarga, teman dsb

• Evaluasi awal, rencana dan prosedur untuk memonitor kemajuan terhadap pencapaian sasaran/goal pasien

• Pelayanan yang diberikan dan informasi lain tentang implementasi rencana, tindak lanjut pelaksanaan manajemen pelayanan pasien

• Hasil dari pelayanan

• Informasi sekitar rujukan, termasuk alasan rujukan, transfer / pemindahan atau penghentian pelayanan dan kolaborasi lain

• Supervisi atau konsultasi yang dicari atau diberikan untuk meningkatkan pelayanan MPP

• Setiap tambahan catatan harus diberi tanggal dan ditandatangani oleh MPP

• MPP harus memegang seluruh informasi pasien sebagai konfidensial.

Pelepasan informasi harus rinci tentang informasi apa saja yang boleh di buka, kepada siapa, dan dalam jangka waktu yang ditentutukan H. Pendokumentasian MPP di Rumkital Merauke, menggunakan form A dan B

yang sudah dikembangkan menggunakan daftar tilik sesuai dengan standard KARS 2017

Formulir MPP di Form A (Evaluasi Awal MPP) dan Form B ( Implementasi MPP) Form A Evaluasi Awal Manajer Pelayanan Pasien 1. Identifikasi, seleksi / skrining pasien untuk manajemen pelayanan

pasien

2.Asesmen untuk manajemen pelayanan pasien 3.Identifikasi masalah dan kesempatan

4. Perencanaan manajemen pelayanan pasien

(23)

Form B Catatan Implementasi MPP

1. Pelaksanaan Rencana Manajemen Pelayanan Pasien 2. Monitoring, Follow up

3. Fasilitasi, Koordinasi, Komunikasi dan Kolaborasi 4. Advokasi

5. Hasil Pelayanan

6. Terminasi manajemen pelayanan pasien

Pada format dokumentasi MPP ( Format A dab B) di kembangkan menggunakan format checklist sesuai standard KARS 2017

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORM MPP A. Pengertian

Pencatatan proses manajemen pelayanan pasien yang wajib diisi oleh seorang Manajer Pelayanan Pasien.

B. Tujuan

Acuan bagi Manajer Pelayanan Pasien dalam melaksanakan proses perencanaan, koordinasi, pengelolaan, dan penelaahan asuhan seorang pasien.

C.Penanggung Jawab

Manajer Pelayanan Pasien

D. Mekanisme pengisian Form A dan Form B

Baris Paling Atas Judul: FORM FUNGSI-TUGAS MANAJER PELAYANAN PASIEN

Isi nama pasien, umur, jenis kelamin, No. RM, ruangan, diagnosa medis, tanggal masuk, dan tanggal keluar.

Kolom Hari/Tanggal dan Jam:

Isi hari/tanggal dan jam sesuai pelaksanaan fungsi-tugas Manajer Pelayanan Pasien.

Kolom Fungsi-Tugas Manajer Pelayanan Pasien FORM A: EVALUASI AWAL

1. Pada kolom Skrining Awal: Berilah tanda ceklist (√) pada pilihan kriteria pasien yang menurut MPP untuk bisa dilakukan case management, yaitu:

 Usia ≥ 65 tahun

 Pasien dengan fungsi kognitif rendah

 Pasien dengan risiko tinggi/kasus penyakit kompleks ; Pasien Emergensi, Pasien koma, Pasien dengan alat bantuan hidup dasar, Pasien Immuno-suppresed, Pasien dengan Restraint , Pasien yang

(24)

memiliki memiliki lebih dari satu diagnosa medis dan mengalami komplikasi.

 Potensi komplain tinggi

 Kasus dengan penyakit kronis, katastropik, terminal : Pasien masuk rumah sakit dengan penyakit-penyakit kronik dan menunjukkan prognosis yang kurang baik

 Status fungsional rendah, kebutuhan bantuan ADL (Activity Daily Living) yang tinggi

 Pasien dengan riwayat penggunaan peralatan medis dimasa lalu

 Riwayat gangguan mental, upaya bunuh diri, krisis keluarga, isu sosial antara lain : terlantar, tinggal sendiri, dan narkoba.

 Sering masuk IGD, readmisi RS

 Perkiraan asuhan dengan biaya tinggi

 Kemungkinan sistem pembiayaan yang komplek, adanya masalah finansial

 Kasus yang melebihi rata-rata lama dirawat

 Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya penting/berisiko atau yang membutuhkan kontinuitas pelayanan 2. Melakukan Assesmen Pasien , dengan Komponen :

 Fisik, fungsional, kognitif, kekuatan-kemampuan, kemandirian

 Riwayat kesehatan

 Perilaku psiko-sosio-kultural

 Kesehatan mental

 Tersedianya dukungan keluarga/support system, kemampuan merawat dari pemberi asuhan

 Finansial

 Status asuransi

 Riwayat penggunaan obat, alternatif

 Riwayat trauma, kekerasan

 Pemahaman ttg kesehatan (health literacy)

 Harapan thd hasil asuhan, kemampuan untuk menerima perubahan

 Aspek legal

3. Pada kolom Tindak Lanjut Pasca Discharge berilah tanda (√) apabila Manajer Pelayanan Pasien telah melaksanakan:

 Pemantauan, Pelayanan dan pemberian asuhan setelah pulang.

Reimbursement (penyelesaian masalah administrasi dan sistem pembayaran).

Kolom Catatan

Tuliskan catatan tindak lanjut perkembangan pelaksanaan fungsi-tugas Manajer Pelayanan Pasien yang sudah dilakukan.

FORM B: CATATAN IMPLEMENTASI

1. Pada kolom Fasilitasi dan Advokasi berilah tanda (√) apabila Manajer Pelayanan Pasien telah melaksanakan:

 Memastikan bahwa pemeriksaan yang dilakukan adalah tepat: clinical pathway

 Berkoordinasi dengan Dokter/DPJP (Dokter Penanggung Jawab

(25)

Pelayanan)

 Berkoordinasi dengan PPA (Profesional Pemberi Asuhan), tuliskan seperti: perawat, apoteker, analis medis, radiografer, ahli gizi, administrasi, atau bagian lainnya.

 Menawarkan bentuk-bentuk asuhan alternatif kepada pasien sesuai kebutuhannya, baik karena pasien sudah mau dipulangkan atau membutuhkan asuhan jangka panjang yang rentan terhadap peraturan keuangan rumah sakit.

 Memberikan advokasi kepada pasien dengan meningkatkan hubungan kolaboratif untuk memaksimalkan kemampuan pasien dan keluarga untuk membuat keputusan-keputusan medis.

 Memberikan informasi klinis kepada para penanggung biaya sehubungan dengan sistem kendali biaya.

 Membantu pasien dan keluarga mengembangkan discharge planning.

2. Pada kolom Koordinasi Pelayanan berilah tanda (√) apabila Manajer Pelayanan Pasien telah melaksanakan:

 Mengkoordinasikan dengan fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontinuitas pelayanan pasien.

 Mengkoordinasikan dengan pasien terkait akses pelayanan kesehatan yang dibutuhkan pasca perawatan.

 Mengkoordinasikan dengan fasilitas pelayanan sosial.

3. Pada kolom Evaluasi berilah tanda (√) apabila Manajer Pelayanan Pasien telah melaksanakan:

 Melakukan telaah kendali biaya dengan pengawasan dari pihak penanggung biaya.

 Melaksanakan telaah kepuasan pasien dan mutu layanan yang telah diberikan.

 Memantau Length of Stay (LOS).

KEPALA RUMKITAL MERAUKE,

dr. Eddy Setyo Wibowo, Sp. OT,M. Tr.Opsla

Gambar

Diagram dibawah ini menggambarkan hubungan integrasi antara MPP  dengan PPA dalam pelaksanaan manajemen pelayanan pasien di rumah  sakit

Referensi

Dokumen terkait

Pasien yang dalam proses kematian mempunyai kebutuhan khusus untuk dilayani dengan penuh hormat dan kasih. Untuk mencapai ini semua staf harus sadar akan uniknya kebutuhan pasien

 Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien ( pasien marah atau depresi ), maka komunikasi yang efektif adalah

gandannya signifikan dengan kualitas kolaborasi (kontrol kekuasaan, komunikasi, kepentingan bersama, dan tujuan bersama perawat dan dokter) berhubungan secara signifikan

 Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien ( pasien marah atau depresi ), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi

Komunikasi yang dilakukan pada waktu yang tepat akan membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya, bila pasien sedang menangis kesakitan, bukan waktunya untuk tenaga

Dalam pemberian pelayanan asuhan kepada pasien diperlukan saling kerja sama antara pasien, keluarga dan tim medis jadi untuk menimbulkan kerja sama yang baik maka di perlukan

Pasien yang dalam proses kematian mempunyai kebutuhan khusus untuk dilayani dengan penuh hormat dan kasih. Untuk mencapai ini semua staf harus sadar akan uniknya kebutuhan pasien

 Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien ( pasien marah atau depresi ), maka komunikasi yang efektif adalah