Keadaan ini terjadi karena proses pembelajaran di satuan pendidikan mengabaikan literasi dan matematika sebagai landasan berpikir. Penguatan literasi dan numerasi di sekolah memerlukan sinergi dan kerjasama antar pemangku kepentingan baik di pusat maupun daerah.
KEBIJAKAN
PENDIDIKAN UNTUK
MENGUATKAN LITERASI DAN NUMERASI
Menindaklanjuti instruksi Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menetapkan empat program kebijakan pendidikan utama "Kemerdekaan belajar". Dari sisi tata kelola, Kemendikbud juga menerapkan kurikulum pada satuan pendidikan dalam keadaan khusus, yakni memberikan keleluasaan sekolah dalam memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa.
STRATEGI PENGUATAN LITERASI DAN NUMERASI
STRATEGI PENGUATAN LITERASI
- Pengembangan Lingkungan Kaya Teks di Sekolah
- Pengembangan Lingkungan Kaya Teks
- Pengembangan Lingkungan Sosial Emosional
Ketika ruang kelas menawarkan buku-buku menarik, siswa cenderung menggunakan sudut baca tersebut dan membaca lebih banyak buku. Luangkan waktu untuk berkomunikasi dengan siswa tentang cara menata infrastruktur di sudut baca kelas.
Dibentuk oleh jenis komunikasi dan interaksi di sekolah Lingkungan sosial yang positif
Lingkungan sosial emosional atau lingkungan sosial afektif saling berhubungan dan berperan penting dalam mendukung pengembangan budaya literasi di sekolah. Lingkungan sosial emosional ditandai dengan suasana hubungan antara direktur dan guru yang lebih bersifat kolegial.
Lingkungan afektif yang positif
- Penguatan Lingkungan Akademik
- Penguatan literasi selaras dengan tahapan perkembangan literasi siswa
- Kemampuan membaca (strategi memahami dan mengkritisi bacaan)
- Kecakapan literasi terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran lintas
- Pembelajaran menggunakan bahasa tulis dilakukan dengan
- Penguatan kecakapan literasi dilakukan pada siswa dengan jenjang
- Penguatan literasi berfokus pada penggunaan ragam teks dengan
- Keterampilan membaca (untuk kefasihan, pemahaman, dan membaca kritis) harus diajar-
- Guru menyediakan waktu menulis jurnal setiap hari
- Buku berjenjang harus tersedia di ruang kelas dalam jumlah yang cukup
- Kelas memiliki bahan kaya teks yang cukup
- Pembelajaran mengoptimalkan penggunaan buku bacaan (buku nonteks pelajaran)
- Metode pembelajaran membaca bervariasi (membaca nyaring interaktif, membaca bersama,
- Tim guru berkolaborasi memetakan kecakapan literasi siswa secara berkala dan merancang
- Guru bekerjasama dengan pustakawan untuk memastikan ketersediaan buku-buku bacaan
- Memahami dan memetakan Kompetensi Dasar dalam program pembelajaran semester dan tahun
- Menurunkan Kompetensi Dasar dalam Indikator Pencapaian Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran
- Memahami dan mampu melakukan kurasi buku pengayaan untuk memperkaya media pembelajaran
- Mampu menjenjangkan buku sesuai dengan tingkat kemampuan membaca siswa
- Mampu membacakan nyaring dengan intonasi dan irama yang baik di SD
- Mampu memodelkan berpikir untuk memahami dan menganalisis isi bacaan serta berpikir untuk
- Mampu memilihkan strategi membaca yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami
Oleh karena itu, pengembangan budaya literasi pada lingkungan fisik dan emosional harus dibarengi dengan penerapan strategi pembelajaran yang memperkuat literasi siswa. Pemetaan literasi siswa menurut tingkat perkembangannya diukur salah satu caranya dengan Asesmen Kompetensi Minimal (MCA).
Think Aloud
- Mampu merumuskanpertanyaan pemantik saat mengajak siswa berkegiatan dengan buku
- Memberikan umpan balik yang bermakna dalam proses Edit-Revisi-Tulis Ulang (dalam “konferensi menulis”)
- Mengembangkan rubrik penilaian atau indikator pencapaian untuk kegiatan menyimak, membaca, memirsa, berbicara, menulis
- Berkolaborasi memetakan kompetensi dasar lintas mapel untuk menyelenggarakan proyek lintas mapel
- Berkolaborasi dengan tim guru untuk menyelenggarakan proyek kokurikuler lintas mapel dan lintas kelas
- Merumuskan dan melaksanakan asesmen untuk mengukur hasil pembelajaran sekaligus untuk mem- perbaiki mutu pembelajaran
Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler memungkinkan siswa menerapkan pemahaman materi pembelajaran dalam simulasi proyek untuk memecahkan permasalahan di lingkungannya sesuai minat dan bakatnya.
Reading Strategy
Memprediksi Memvisualkan Menghubungkan
Menanya Mengklarifikasi Mengevaluasi
APEL
- Penguatan fonemik (membaca dengan melafalkan bunyi huruf)
- Kosakata sehari-hari diperkenalkan secara berulang menggunakan alat peraga visual
- Penjadwalan membaca nyaring, membaca bersama, membaca terbimbing untuk mening-
- Penjadwalan kegiatan menulis tematik secara terbimbing
- Mengintegrasikan menyimak, membaca, memirsa, menulis, berbicara secara seimbang
- Menggunakan berbagai teks bacaan fiksi dan nonfiksi sesuai jenjang membaca
- Kegiatan membaca terbimbing dalam kelom- pok kecil sesuai kemampuan membaca untuk
- Kegiatan membaca nyaring, membaca bersa- ma, membaca terbimbing, menulis tematik
- Kosakata akademik/bahasa tertulis mulai diperkenalkan dalam beragam tema
- Valid
- Reliabel
- Adil
- Fleksibel
- Otentik
- Terintegrasi
- Kepala sekolah menugaskan tim guru untuk mengajar sesuai dengan jenjang kompetensi siswa
- Guru mengatur jadwal belajar (di rumah dan tatap muka)
- Guru memilih bahan ajar dan materi yang sesuai dengan peta kompetensi siswa
- Guru merencanakan bagaimana berkomunikasi dengan orang tua
- Guru mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah
- STRATEGI PENGUATAN NUMERASI
- Strategi Implementasi pada Lingkungan Fisik dan Membangun Lingkungan Berkarya (Makerspace)
- Strategi Implementasi pada Lingkungan Sosial-Afektif
- Strategi Implementasi pada Lingkungan Akademis
- Strategi Implementasi pada Lingkungan Akademis: Numerasi dalam Pembelajaran
- Asesmen Diagnosis Kognitif
- Tujuan AKM
- Komponen AKM Numerasi
- Contoh Soal Numerasi AKM
- Remedial
Menyediakan fasilitas lingkungan fisik yang memberikan rangsangan berhitung kepada siswa serta ruang pembuat yang memfasilitasi interaksi berhitung. Guru dan orang tua secara konsisten mengkomunikasikan growth mindset kepada siswa, baik secara lisan maupun melalui perlakuan terhadap siswa. Agar berhitung dapat berguna bagi siswa, maka perlu dipelajari dalam berbagai konteks dan melalui semua mata pelajaran sekolah, bukan hanya matematika.
Asesmen Kompetensi Minimal (AKM) merupakan penilaian terhadap kompetensi dasar yang dibutuhkan seluruh peserta didik dalam rangka mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif dalam masyarakat. Penilaian kompetensi minimum dirancang untuk menghasilkan informasi yang memicu peningkatan kualitas belajar mengajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran remedial merupakan kegiatan pembelajaran yang diberikan kepada siswa yang belum mencapai kompetensi tertentu.
Yang benar bukanlah pengulangan ulangan (ulangan harian) dengan materi yang sama, tetapi guru memberikan perbaikan pembelajaran yang belum dikuasai siswa dengan upaya tertentu. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran, guru mengevaluasi apakah siswa telah memenuhi kompetensi remedial. A. Apabila siswa mendapat perbaikan pembelajaran maka dilakukan penilaian ulang untuk melihat apakah siswa sudah menguasai KD yang diharapkan. B.
Pembelajaran remedial dapat dilakukan
Setelah guru melakukan penilaian diagnostik terhadap permasalahan siswa dalam proses pembelajaran, maka guru dapat segera melakukan tindakan berupa pembelajaran tambahan terhadap siswa yang teridentifikasi, dan memasukkan implementasinya dalam proses pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran remedial dapat
Dalam pelaksanaannya, berdasarkan hasil asesmen diagnostik, strategi pembelajaran remedial ditekankan
PENGUATAN LITERASI DAN NUMERASI
MELALUI
PEMBENTUKAN TIM PENDAMPING
LITERASI DAERAH
Penguatan Literasi dan Numerasi melalui Pembentukan TPLD dan TLS
Dalam implementasi penguatan literasi dan numerasi di sekolah saat ini, diperlukan sinergi dan kerjasama antar berbagai aktor baik di pusat maupun daerah. Keberadaan TPLD dan TLS sangat strategis dalam memperkuat literasi dan numerasi di sekolah, terutama pada masa dan pasca pandemi Covid-19 atau masa normal lainnya dimana akan terjadi penyesuaian di segala bidang termasuk pendidikan khususnya kegiatan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, diharapkan TPLD dan TLS dapat bersinergi untuk mempercepat penguatan literasi dan numerasi di sekolah sehingga dapat mencapai dan meningkatkan kualitas literasi dan numerasi di sekolah.
Baik TPLD maupun TLS diharapkan memiliki strategi implementasi taktis untuk penguatan literasi dan numerasi pada ranah fisik, afektif sosial, dan akademik, yang akan menjadi pintu masuk terciptanya budaya literasi di sekolah. Bersama sekolah, TPLD dan TLS mendukung kegiatan penguatan keterampilan literasi dan numerasi, yang akan menjadi wadah kolaborasi dan bertujuan untuk mengembangkan warga sekolah sebagai anggota masyarakat sebagai pembelajar sepanjang hayat. Peran TPLD terutama memberikan masukan dan rekomendasi berdasarkan data berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan terkait dengan kondisi dan situasi pendidikan di daerah untuk meningkatkan mutu pendidikan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui penguatan pendidikan. membaca dan berhitung di sekolah.
TPLD dan TLS juga berperan dalam mengajak dan mendorong pemangku kepentingan pendukung seperti aktivis literasi dan komunitas, lembaga akademik, organisasi kemasyarakatan, media dan DUDI (Dewan Bisnis dan Industri) untuk memberikan dukungan dalam bentuk apapun untuk percepatan literasi dan numerasi di sekolah. .
TPLD TLS PEMDA
Tim Pendamping Literasi Daerah (TPLD)
- Tentang Tim Pendamping Literasi Daerah (TPLD)
- Tugas dan Tanggung Jawab TPLD
- Dukungan UPT dan Pemda pada TPLD
- Struktur Organisasi TPLD
- Pembentukan TPLD
Untuk memperkuat peran sekolah dalam percepatan penguatan literasi dan numerasi, apalagi menyambut masa normal berikutnya, TPLD memiliki sistem pendukung yang dapat mendampingi sekolah. Sistem ini merupakan inisiatif yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah sebagai pemangku kepentingan utama dan akan bertindak untuk mengatasi dampak learning loss dan catch up, khususnya dalam bidang literasi dan numerasi. TPLD juga memberikan masukan kepada pemerintah daerah untuk mempercepat kebijakan terkait pendidikan, khususnya dengan memperkuat literasi dan numerasi untuk mengatasi dampak learning loss.
Selain itu, TPLD mendorong setiap sekolah untuk membentuk Tim Literasi Sekolah (TLS) dengan harapan mampu menjadi motor penggerak penerapan dan penguatan literasi dan numerasi di sekolah. Baik TPLD maupun TLS berkoordinasi dan bekerja sama untuk melakukan sejumlah kegiatan yang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya yaitu tugas dan tanggung jawab TPLD dan TLS. Melakukan pemetaan kebutuhan lapangan dalam rangka penguatan literasi dan numerasi di sekolah berdasarkan kondisi dan situasi di wilayah.
Melengkapi dan membantu TLS dalam mengembangkan strategi taktis dan efektif untuk membangun keterampilan literasi dan numerasi pada semester berikutnya.
Struktur TPLD
Tim Literasi Sekolah (TLS)
- Tentang Tim Literasi Sekolah (TLS)
- Pembentukan Tim Literasi Sekolah (TLS)
- Struktur Organisasi Tim Literasi Sekolah (TLS)
Tim Literasi Sekolah (TLS) dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas melalui penguatan literasi dan numerasi di sekolah. Agar implementasi program literasi dan numerasi serta membaca berhasil, sekolah perlu memastikan bahwa komunitas sekolah berbagi prinsip-prinsip kegiatan membaca gratis dan bagaimana menerapkan dan mengelola program tersebut (Pilgreen, 2000) sebagai titik awal. Desain TLS bermanfaat bagi guru dan staf kependidikan; membuat dan menyetujui pedoman praktis pelaksanaan program membaca yang mendukung literasi dan numerasi di tingkat sekolah.
Dalam konteks sekolah, mata pelajaran dalam aktiviti literasi adalah semua warga sekolah iaitu pelajar, pendidik, staf pendidikan (pustakawan), dan pengetua (GLS Master Design. Lebih khusus lagi, supaya tugas dan fungsi utama lebih fokus dan waspada, maka pengetua perlu membentuk TLS yang diperkukuhkan dengan Surat Keputusan (SK) atau Surat Tugas (ST).Dalam konteks pemantapan literasi dan numerasi serta Gerakan Literasi Sekolah (GLS), TLS merupakan tunjang yang perlu diteruskan. diperkukuh dan dibangunkan.
Kepala sekolah menugaskan TLS dengan suatu keputusan atau tugas resmi (kami berharap keputusan atau tugas ini dapat dianggap sebagai tugas tambahan di kemudian hari, yang dapat dievaluasi sama seperti jam mengajar).
Struktur Organisasi TLS
Tugas dan Tanggung Jawab Tim Literasi Sekolah (TLS)
Program lima belas menit membaca
Pada masa normal berikutnya, sejumlah penyesuaian di berbagai hal, termasuk dunia pendidikan, diperkirakan akan menjadi sebuah keniscayaan. Salah satu adaptasi model pembelajaran baru di masa next normal adalah pemanfaatan dan pemanfaatan teknologi digital dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Untuk mensosialisasikan sejumlah adaptasi, persiapan menyeluruh, khususnya sumber daya manusia dan infrastruktur pendidikan, menjadi agenda utama yang harus mendapat perhatian penuh dari pemerintah pusat dan daerah.
Dalam konteks ini, TPLD harus mampu menjadi hub atau penghubung antara pemerintah pusat dan daerah, serta menjadi penghubung antar pemangku kepentingan di daerah masing-masing. Peran pihak pendukung (pegiat literasi dan komunitas, lembaga akademik, organisasi kemasyarakatan, media dan DUDI) di daerah. TPLD dan TLS duduk bersama dan merumuskan serangkaian langkah yang dapat dilakukan masing-masing, kemudian saling berkomunikasi dan berkoordinasi mengenai pelaksanaan tugas agar tidak terjadi tumpang tindih dan mubazir dalam pelaksanaan tugas.
Di akhir masa jabatannya, TPLD akan menyusun laporan pertanggungjawaban akhir yang memuat fakta-fakta berbasis data di lapangan untuk memberikan masukan kepada pemangku kepentingan utama, dalam hal ini pemerintah pusat yang diwakili oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta pemerintah daerah.
PENUTUP
Pertama, membuat peraturan (peraturan gubernur/walikota/bupati) yang mendukung literasi dan numerasi di daerahnya. Kedua, mengalokasikan anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk mendukung sarana dan prasarana peningkatan kemampuan literasi dan numerasi. Berkreasi dan berinovasi tanpa meninggalkan isi dan esensi penguatan literasi dan numerasi di sekolah sangat diperlukan.
Ada sudut baca yang berisi buku-buku level untuk pengenalan dan pembelajaran...buku-buku tersebut disusun dengan baik dan dikategorikan berdasarkan genre dan level). Memproses hasil penilaian diagnostik non-kognitif dan mendiskusikan rencana selanjutnya dengan tim guru, kepala sekolah, dan orang tua. Memproses hasil penilaian diagnostik kognitif dan mendiskusikan rencana pengobatan remedial siswa dengan sekelompok guru, kepala sekolah, dan orang tua.
Orang tua/anggota keluarga lain/penggiat masyarakat bahu membahu dan saling mendukung dalam menyediakan ruang yang nyaman untuk kegiatan teks di rumah dan di TBM.
INDIKATOR PENGUATAN NUMERASI DAN SURVEI PENILAIAN DIRI
Kelas mempunyai fasilitas pendukung pembelajaran berupa alat peraga, buku pengayaan dan media multimodal. Menunjukkan komitmen kerjasama dengan guru disiplin ilmu selain matematika untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran berhitung. Mengurutkan alur pengalaman belajar matematika dengan benar. Menunjukkan kemampuan membuat makna dari matematika dan memodelkan pemikiran dan penalaran matematis.
Kumpulkan dan gunakan berbagai sumber bukti valid untuk membuat penilaian tentang pembelajaran siswa dalam berhitung. Menunjukkan pengetahuan tentang berbagai sumber daya dan strategi yang tepat untuk mendukung pembelajaran berhitung siswa dalam mata pelajaran saya. Sadarilah bahwa semua siswa dapat menjadi berhitung. Menunjukkan harapan yang tinggi terhadap perkembangan berhitung siswa saya.
Menunjukkan komitmen untuk bekerjasama dengan guru matematik untuk meningkatkan pembelajaran nombor dan strategi pengajaran matematik saya.
PEMONITORAN DAN EVALUASI
- Fungsi Pemonitoran dan Evaluasi
- Sebagai refleksi, kegiatan pemonitoran dan evaluasi bertujuan
- Sebagai metode untuk memaksimalkan pencapaian penguatan literasi dan numerasi sekolah
- Prinsip Pemonitoran dan Evaluasi
- Partisipatif
- Kesetaraan
- Prosedural
- Jujur
- Terbuka
- Metode Pengumpulan Data Pemonitoran dan Evaluasi
- Survei
- Wawancara
- Observasi
- Akses
- Ruang Lingkup
- Arsip dan dokumentasi
- Tata Kelola
- Mutu
- Implementasi Lingkungan Sosial-Afektif a. implementasi di ruang kelas
- Laporan Akhir
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi harus melibatkan pemangku kepentingan, mulai dari konsepsi, desain dan pelaksanaan kegiatan penguatan literasi dan numerasi di sekolah. TPLD telah mengidentifikasi masalah akses saat menerapkan penguatan literasi dan numerasi untuk mempersiapkan wilayah ini menghadapi periode normal berikutnya. TPLD mengidentifikasi permasalahan tata kelola dalam pelaksanaan penguatan literasi dan numerasi untuk mempersiapkan daerah menghadapi periode normal berikutnya.
TPLD mengumpulkan data dan informasi tentang tata kelola dalam penguatan literasi dan numerasi di sekolah. TPLD mengolah data dan menganalisis tata kelola dalam implementasi penguatan literasi dan numerasi di sekolah. TPLD menghasilkan laporan yang berisi tata kelola termasuk permasalahan dan solusi di masa pandemi, khususnya terkait fenomena learning loss. TPLD mengidentifikasi permasalahan terkait kualitas dalam pelaksanaan penguatan literasi dan numerasi dalam rangka mempersiapkan daerah menghadapi periode normal berikutnya.
Data dan informasi yang diperoleh dari pelaksanaan monev selanjutnya akan diolah oleh TPLD dan TLS untuk memperoleh hasil akhir berupa penilaian secara keseluruhan yang menunjukkan berhasil tidaknya pelaksanaan penguatan literasi dan numerasi di sekolah.
Kegiatan/Aktivitas LPMP dan PP/BP PAUD dan Dikmas untuk Penguatan Literasi dan Numerasi
Tautan Panduan dan Manual GLS