• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Penjaminan Kualitas Kajian Lingkungan Hidup Strategis

N/A
N/A
raisha.yt1

Academic year: 2023

Membagikan "Panduan Penjaminan Kualitas Kajian Lingkungan Hidup Strategis"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Panduan

Penjaminan Kualitas

Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Deputi Bidang Tata Lingkungan

Kementerian Lingkungan Hidup

(4)

Panduan Penjaminan Kualitas Kajian Lingkungan Hidup Strategis Pengarah

Imam Hendargo Abu Ismoyo

Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Tata Lingkungan Ketua Tim

Drs. Heru Waluyo, M.Com.

Asisten Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor Narasumber dan Tim Penyusun

Martin Smutny PhD, Prof. Dr. Bakti Setiawan, Ir. Teti Armiati Argo, MES, Ph.D, Ir. Hesti Nawangsidi, MSP, Prof. Dr. Kukuh Murtilaksono, Dr. Kabul Sarwoto, Ir. Arie Djoekardi, MA, Ir. Qurie Purnamasari, MSi, Ir. Inge Retnowati, ME

Tim Editor

Ir. Qurie Purnamasari MSi, Ir. Indra Soekarjono, Ir. Inge Retnowati, ME, Tria Yuliati ST, Ekosusi Rosdianasari, MA

Tim Pendukung

Ir. Indra Soekarjono, Rifan Asnanto, ST, MSi, Drs. Suhartono,MM, Zulkarnaen Daulay, SIP, Erlina Daniyati, S.Hut, MSi, Oktario Prasetiawildan.

Apresiasi:

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Danish International Development Agency (DANIDA) melalui Environmental Support Programme (ESP) Phase 2

Grafis dan Foto:

Agus Wiyono

(5)

P

ermasalahan lingkungan hidup di Indonesia dari waktu ke waktu nampaknya semakin menunjukkan adanya penurunan baik dari sisi kondisi dan kualitas lingkungannya. Berbagai program dan instrumen pengaturan terkait lingkungan yang telah dikembangkan sebenarnya cukup banyak, namun nampaknya masih belum menyentuh akar permasalahannya. Berbagai penyelesaian persoalan lingkungan pada umumnya dilakukan pada tataran kegiatan atau proyek, sementara pada tataran kebijakan, rencana dan/atau program masih kurang diperhatikan.

Kesadaran ini mendorong adanya amanah untuk melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) bagi pemerintah maupun pemerintah daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dengan adanya KLHS diharapkan dapat lebih memastikan bahwa setiap kebijakan, rencana dan/atau program yang ditetapkan sudah mempertimbangkan prinsip- prinsip pembangunan berkelanjutan. Selanjutnya, selain RPP tentang Tata cara Penyelenggaraan KLHS, aturan umum terkait KLHS juga telah diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia (PermenLH) Nomor 09 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

Pedoman umum KLHS dimaksudkan sebagai acuan dalam pelaksanaan kajian lingkungan hidup strategis bagi para pembuat kebijakan, rencana dan/atau program, baik sektoral maupun kewilayahan.

Pelaksanaan KLHS untuk berbagai jenis kebijakan, rencana dan/atau program seperti RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota, RPJMD dan lain- lain dari waktu ke waktu sudah semakin meningkat.

Namun demikian, mengingat belum tersedianya

pedoman penjaminan kualitas KLHS menyebabkan hasil pelaksanaan KLHS yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun pemerintah daerah sangat bervariasi.

Oleh karena itu, dengan tersusunnya Pedoman Penjaminan Kualitas Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) diharapkan dapat mendorong pelaksanaan KLHS yang lebih baik, baik dari aspek kerangka logis tahapan dan mekanisme KLHS maupun materi substansi hasil telaahannya. Penerapan panduan ini dapat membantu pelaksanaan KLHS dalam memenuhi berbagai ketentuan terkait KLHS.

Penjaminan kualitas KLHS merupakan sebuah upaya untuk memastikan bahwa proses KLHS telah dilaksanakan sesuai dengan mekanisme dan tahapan yang dipersyaratkan termasuk substansi hasil KLHS telah memberikan rekomendasi sehingga prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi dasar dan terintegrasi dalam kebijakan, rencana dan/atau program.

Pada prinsipnya, pelaksanaan penjaminan kualitas menjadi tanggung jawab pembuat kebijakan, rencana dan/atau program itu sendiri.

Namun demikian publik atau pihak lain yang berkepentingan juga dapat melakukan penilaian kualitas KLHS. Pedoman ini dapat dimanfaatkan bagi pembuat kebijakan, rencana dan/atau program itu sendiri untuk mengkawal proses pelaksanaan KLHS-nya. Selain itu, instansi yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup baik di tingkat pusat maupun daerah dapat menggunakan pedoman ini untuk mengkaji ulang baik kualitas proses pelaksanaan KLHS secara menyeluruh maupun kualitas telaahannya dalam kerangka KLHS serta untuk mengevaluasi kualitas dan efisiensi keseluruhan sistem KLHS. Para pengambil keputusan

PENGANTAR

(6)

juga dapat menggunakannya untuk memverifikasi obyektifitas rekomendasi KLHS yang dihasilkan.

Sedangkan publik atau pihak lainnya juga dapat menggunakan pedoman ini untuk memverifikasi apakah penyelenggaraan KLHS telah memberikan kesempatan kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk urut berpartisipasi dalam memberikan saran dan masukan serta serta dapat diketahui sejauh mana kualitas KLHS yang telah dilaksanakan.

Materi panduan dalam pedoman ini disusun berdassarkan praktek internasional sekaligus juga dapat digunakan untuk memeriksa apakah pelaksanaan proses KLHS telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku. Proses penyusunan pedoman ini sudah melalui berbagai tahapan dari sejak pembahasan dalam berbagai diskusi terfokus, workshop sampai dengan uji coba pada beberapa KLHS yang telah dihasilkan.

Namun demikian, kami menyadari bahwa pedoman ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan, saran dan kritik yang membangun dari Bapak/Ibu/Saudara sangat kami harapkan demi kesempurnaan pedoman ini yang dapat disampaikan melalui qurie30@yahoo.com

Dalam kesempatan ini kami menyampaikan

terima kasih kepada para pakar dan narasumber baik nasional maupun internasional yang telah memberikan kontribusi yang sangat baik dalam penyusunan pedoman ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Danida, Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Bappenas dan Kementerian Pekerjaan Umum maupun Asdep Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor, Kementerian Lingkungan Hidup beserta jajarannya yang telah membantu dan mendukung proses penyusunan pedoman ini.

Akhir kata, semoga pedoman ini dapat berguna dan bermanfaat dalam mendukung pelaksanaan KLHS yang lebih baik dalam kerangka penataan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Tentunya menjadi harapan kita bersama untuk dapat menyelamatkan bumi ini untuk kesejahteraan generasi kini dan yang akan datang.

Jakarta, Oktober 2012

Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Tata Lingkungan

Imam Hendargo Abu Ismoyo

(7)

PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ... ix

1 PENDAHULUAN ... 1

2 GAMBARAN UMUM KUALITAS KLHS ... 3

3 TUJUAN PANDUAN ... 7

3.1 Penggunaan Panduan ... 7

3.2 Pengguna Panduan ... 8

4 PRINSIP UTAMA PENJAMINAN KUALITAS ... 11

4.1 Pemahaman terhadap Kualitas ... 11

4.2 Pendekatan Penilaian Kualitas ... 12

4.3 Hasil Penilaian Kualitas ... 12

5 KRITERIA PENILAIAN KUALITAS ... 13

5.1 Kriteria untuk Tinjauan Kualitas... 13

5.2 Kriteria Kualitas... 14

A. Pengkajian Pengaruh KRP ... 14

A.1 Perancangan Proses KLHS ... 14

A.1.1 Apakah ada penjelasan mengenai maksud dan tujuan KLHS? ... 14

A.1.2 Apakah mekanisme pelaksanaan KLHS telah direncanakan dan dirancang sesuai dengan KRP? ... 14

A.1.3 Apakah proses perencanaan KRP dipertimbangkan ketika merancang proses KLHS? 15 A.1.4 Apakah KLHS dilakukan sebagai bagian integral dari proses penyusunan KRP? 15 A.1.5 Jika pelaksanaan proses KLHS sebagai bagian integral dari proses penyusunan KRP tidak terjadi, maka apakah ada penjelasan interaksi antara proses penyusunan KRP dan KLHS? ... 16

A.2 Identifikasi dan Pelibatan Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya ... 16

A.2.1 Apakah masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya yang akan dilibatkan dalam KLHS diidentifikasikan pada permulaan proses KLHS? ... 16

A.2.2 Apakah rencana konsultasi dan partisipasi dibuat? ... 16

DAFTAR ISI

(8)

A.2.3 Apakah undangan, daftar hadir, notulensi atau berita acara, dari kegiatan diskusi terbuka untuk pemangku kepentingan yang relevan? ... 17 A.2.4 Apakah partisipasi dan konsultasi dengan pemangku kepentingan dalam

pelaksanaan proses KLHS dilakukan bersama-sama dengan pelaksanaan proses penyiapan KRP? ... 17 A.2.5 Apakah lingkup KLHS didiskusikan dengan pembuat KRP dan pemangku

kepentingan?... 17 A.2.6 Apakah masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dikonsultasikan dengan

cara dan pada waktu yang memberikan mereka kesempatan awal dan efektif dalam kerangka waktu yang sesuai untuk menyampaikan pendapat mereka terhadap draf KRP dan dokumentasi KLHS? ... 18 A.2.7 Apakah masyarakat dan pemangku kepentingan yang relevan mempunyai

kesempatan untuk memberikan komentar dan masukan selama proses KLHS? 18

A.2.8 Apakah informasi/dokumen KLHS dapat diakses melalui media masa? ... 18 A.2.9 Apakah pembuat KRP melakukan konferensi pers dan/atau pengumuman publik

untuk mensosialisasikan atau mengumumkan dokumentasi KLHS kepada publik untuk mendapatkan komentar? ... 18 A.3 Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan ... 18

A.3.1 Apakah isu-isu strategis lingkungan hidup/pembangunan berkelanjutan yang diidentifikasikan dilengkapi dengan penjelasan (seperti sebab dan akibat, tingkat keseriusan dan lokasinya)? Jika demikian, jelaskan. ... 18 A.3.2 Apakah ruang lingkup wilayah KLHS (yaitu kawasan yang mungkin akan terkena

pengaruh KRP) termasuk lokasi di luar batas administratif dideskripsikan?... 19 A.3.3 Apakah deskripsi isu strategis lingkungan hidup / pembangunan berkelanjutan

telah didukung oleh data, informasi dan analisis yang sesuai? ... 19 A.3.4 Apakah diterangkan dengan jelas bagaimana isu strategis telah didefinisikan? ... 20 A.3.5 Apakah tujuan yang relevan untuk isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan

diidentifikasi dan dijelaskan? ... 20 A.3.6 Jika ada isu tertentu yang diabaikan dalam pelaksanaan KLHS, apakah diberikan dan

dijelaskan alasannya? ... 20 A.4 Identifikasi KRP ... 20 A.4.1 Apakah obyek dari kajian (yaitu KRP) didefinisikan dengan jelas? ... 20 A.4.2 Apakah maksud dan tujuan dari KRP yang ditelaah dikemukakan dengan jelas? 20 A.4.3 Apakah ada penjelasan mengenai proses KRP? ... 20 A.4.4 Apakah bagian-bagian dari KRP yang mempunyai dampak strategis lingkungan

hidup diidentifikasikan dan dijelaskan?. ... 20 A.5 Telaahan Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah ... 21 A.5.1 Apakah aspek berikut ditangani dalam evaluasi? ... 21 A.5.2 Apakah kondisi lingkungan hidup wilayah (baseline) dari isu strategis pembangunan

berkelanjutan dijelaskan? ... 21 A.5.3 Apakah perkembangan kecenderungan pada masa lalu hingga saat ini dianalisis

untuk isu-isu strategis? ... 21 A.5.4 Jika hal tersebut di atas dilakukan, apakah penggerak utama (yaitu faktor yang

mempengaruhi kecenderungan) diidentifikasi? ... 21 A.5.5 Apakah kecenderungan isu-isu strategis pada masa depan tanpa diterapkannya

suatu KRP dianalisis? ... 21 A.5.6 Apakah wilayah yang lebih luas daripada batas-batas administrasi atau fisik dari

wilayah pengaruh KRP dipertimbangkan dalam analisis? ... 22

(9)

Panduan Penjaminan Kualitas Kajian Lingkungan Hidup Strategis

A.5.7 Apakah urusan dan masalah utama yang berkaitan dengan isu-isu strategis

dinyatakan dengan jelas? ... 22

A.5.8 Bila demikian, apakah dijelaskan jika urusan dan masalah utama tersebut dapat dipengaruhi oleh KRP? ... 22

A.5.9 Apakah KLHS dari KRP mempertimbangkan data dan informasi dari KRP lain yang terkait (dan KLHS-nya)? ... 23

A.5.10 Apakah konflik antara sasaran pengelolaan lingkungan hidup terhadap isu-isu strategis dan tujuan KRP diidentifikasi dan dijelaskan? ... 23

A.5.11 Apakah dalam analisis KLHS dijelaskan mengenai kemungkinan keterbatasan data dan informasi yang tersedia dan mengenai potensi yang terkait dengan ketidakpastian? ... 23

A.5.12 Apakah seluruh dampak KRP terhadap isu-isu penting lingkungan hidup/ pembangunan berkelanjutan dievaluasi dalam pengkajian? ... 25

A.5.13 Apakah ada dampak dari isu lingkungan hidup/pembangunan berkelanjutan yang terabaikan dari evaluasi? ... 25

A.5.14 Jika demikian, apakah diberikan alasannya? ... 26

A.5.15 Apakah dampak positif dan negatif keduanya dipertimbangkan? ... 26

A.5.16 Apakah dampak sekunder atau turunan dipertimbangkan dalam pengkajian? 26 A.5.17 Apakah dampak kumulatif dipertimbangkan dalam pengkajian? ... 26

A.5.18 Apakah karakteristik dampak (keadaan, signifikansi, probabilitas, lingkup dan jangkauan, frekuensi dan durasi, keterbalikkan/reversibility) dijelaskan? ... 26

A.5.19 Apakah dampak dikuantifikasikan jika mungkin? ... 26

A.5.20 Apakah pengkajian dampak didukung oleh perhitungan, contoh, referensi kepada kepustakaan nasional dan internasional dll.? ... 26

A.5.21 Apakah metode yang digunakan untuk mengkaji dampak dijelaskan? ... 27

A.5.22 Apakah potensi ketidakpastian dalam pengkajian dampak dijelaskan? ... 27

B. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP ... 27

B.1 Apakah semua alternatif yang diusulkan oleh KRP dikaji? ... 27

B.2 Apakah potensi timbulnya dampak dari setiap alternatif dideskripsikan dengan jelas? ... 27

B.3 Apakah diberikan peringkat alternatif (bila disarankan oleh KRP)? ... 27

B.4 Apakah KLHS merekomendasikan alternatif dengan kinerja lingkungan hidup/pembangunan berkelanjutan yang lebih baik dibandingkan dengan alternatif yang disarankan oleh KRP? .. 27

B.5 Apakah ada alasan dan penjelasan mengenai alternatif yang diabaikan atau yang dipilih? .. 27

C. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS ... 27

C.1 Apakah rekomendasi didukung dengan penjelasannya? ... 27

C.2 Apakah rekomendasi KLHS didiskusikan dengan pembuat KRP? ... 28

C.3 Apakah kesimpulan dan rekomendasi yang diberikan oleh KLHS diformulasikan secara eksplisit? ... 28

C.4 Apakah tindakan yang disarankan oleh KLHS untuk mencegah, mengurangi dan/atau mengimbangi dampak negatif yang signifikan untuk semua dampak utama diidentifikasi? . 28 C.5 Apakah institusi yang bertanggungjawab untuk melaksanakan tindakan mitigasi ditetapkan?... 28

C.6 Apakah dokumentasi KLHS menjelaskan status mengenai saran dan rekomendasi KLHS yang mana yang telah terintegrasi dalam KRP (dalam hal KRP berubah karena KLHS)? ... 28

C.7 Apakah rekomendasi yang diberikan oleh KLHS dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan KRP? ... 29

(10)

C.8 Jika beberapa rekomendasi belum terintegrasi, apakah dalam keputusan persetujuan

terhadap rancangan akhir KRP diberikan penjelasan? ... 29

C.9 Apakah KLHS menyarankan indikator-indikator untuk pemantauan dampak terhadap lingkungan hidup? ... 30

C.10 Jika demikian, apakah indikator-indikator tersebut berdasarkan informasi kondisi lingkungan hidup wilayah (baseline), indikator dan tujuan dari KRP dan/atau KLHS? ... 30

C.11 Ketika pemantauan mungkin mengungkapkan pengaruh buruk yang signifikan, apakah KLHS menunjukkan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk menanggulangi pengaruh buruk ini?... 30

D. Dokumentasi KLHS dan Akses Publik ... 31

D.1 Apakah dokumentasi KLHS jelas dan ringkas dalam tataletak dan penyajiannya? ... 31

D.2 Apakah dokumentasi KLHS menggunakan bahasa yang mudah dan jelas dan menghindari atau menjelaskan istilah teknis? ... 31

D.3 Apakah dokumentasi KLHS berisikan ringkasan non-teknis? ... 31

D.4 Apakah dokumentasi KLHS menggunakan peta dan ilustrasi lainnya, bila diperlukan? ... 31

D.5 Apakah dokumentasi KLHS memuat hasil identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya? ... 31

D.6 Apakah dokumentasi KLHS menjelaskan pendekatan menyeluruh terhadap KLHS? ... 31

D.7 Apakah dokumentasi KLHS menjelaskan proses KLHS dan semua tahapan dan analisisnya? . 31 D.8 Apakah dokumentasi KLHS menjelaskan metodologi yang digunakan dalam analisis- analisis? ... 32

D.9 Apakah dokumentasi KLHS mengidentifikasi sumber informasi, termasuk pendapat dan penilaian ahli?... 32

D.10 Apakah dokumentasi KLHS menjelaskan siapa yang dikonsultasikan, metode apa yang digunakan dalam kegiatan konsultasi, dan bagaimana kesimpulan dari konsultasi telah dipertimbangkan dalam KLHS dan/atau KRP? ... 32

D.11 Apakah kesimpulan dari komunikasi dalam interaksi antara proses penyiapan KRP dan KLHS (jika ada) didokumentasikan dengan jelas dalam dokumentasi KLHS? ... 33

D.12 Apakah dokumentasi KLHS mendeskripsikan kesulitan teknis, prosedural dan lainnya?... 33

D.13 Apakah dokumentasi KLHS memuat dokumentasi tentang konsultasi dengan pemangku kepentingan? ... 33

D.14 Apakah dokumen KLHS diberikan juga kepada institusi lingkungan hidup untuk referensi? . 33 6. EVALUASI KUALITAS MENYELURUH ... 35

7. TINDAK LANJUT KLHS ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN ... 40

(11)

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

UUPPLH : Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

KLH : Kementerian Lingkungan Hidup

Bappenas : Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kemdagri : Kementerian Dalam Negeri

KemPU : Kementerian Pekerjaan Umum

ESP II : Environment Support Programme II, program kerja sama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Denmark - Tahap 2 Komponen 1

KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis QA (quality assurance) : Penjaminan kualitas

KRP : Kebijakan, rencana, dan/atau program

Pembuat KRP : Lembaga Pemerintah dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab terhadap penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program yaitu kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian dan instansi pemerintah daerah atau satuan kerja perangkat daerah di tingkat provinsi, kabupaten, kota, yang bertanggung jawab untuk menyiapkan KRP

Pembuat keputusan : Lembaga pemerintah atau perwakilan (Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, menteri/kepala lembaga pemerintah non kementerian, gubernur, bupati/

walikota, dan/atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) yang berdasarkan peraturan perundang-undangan berwenang mengkualitaskan dan menetapkan KRP dengan dan dalam bentuk peraturan

Keputusan : Persetujuan formal atas KRP yang ditetapkan dengan peraturan Pemangku

kepentingan : Individu, kelompok, masyarakat, organisasi, institusi, instansi pemerintah/

pemerintah daerah, lembaga non-pemerintah/non-pemerintah daerah, dunia usaha, universitas, yang kemungkinan terkena dampak dan/atau menpunyai perhatian terhadap penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, rencana dan/atau program.

Proses perencanaan : Penyusunan KRP melalui urutan rangkaian berbagai tahap tertentu, analisis, dan konsultasi dengan pemangku kepentingan guna menghasilkan rancangan KRP yang akan diputuskan dan ditetapkan dengan peraturan

(12)

Pelaksana KLHS : Pembuat KRP beserta instansi/lembaga terkait dan dapat didukung oleh tenaga ahli yang memfokuskan tugasnya pada pelaksanaan proses KLHS bersama- sama dengan anggota lainnya mengkoordinasikan proses, melakukan analisis, memfasilitasi konsultasi dengan para pemangku kepentingan, merekam penyelenggaraan KLHS dan mendokumentasikannya dalam dokumentasi KLHS

TOR : Kerangka Acuan Kerja (KAK)

(13)

K

ualitas KLHS terkait erat dengan efektivitas hasil proses KLHS. Sadler (1996) mengatakan bahwa, “efektivitas merujuk pada apakah sesuatu bekerja seperti yang dimaksud dan memenuhi tujuan yang direncanakan”. Tujuan KLHS umumnya dipahami sebagai “memastikan bahwa isu-isu pembangunan berkelanjutan, termasuk pertimbangan lingkungan hidup, diinformasikan dan diintegrasikan ke dalam pengambilan keputusan strategis dalam mendukung pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan”. Pengertian ini juga sejalan dengan ketentuan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menetapkan bahwa tujuan keseluruhan dari KLHS adalah “untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pengembangan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program”.

Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, efektivitas KLHS dapat dievaluasi terutama dalam kaitannya dengan pengintegrasian substansi hasil KLHS ke dalam kebijakan, rencana, dan/atau program (selanjutnya disebut “KRP”) dan dengan proses pengambilan keputusan yaitu proses seberapa jauh rekomendasi KLHS telah dipertimbangkan dalam penyiapan rumusan, persetujuan dan/

atau pelaksanaan KRP. Namun, hal ini tergantung kepada kualitas KLHS. Jika kualitas KLHS rendah, maka hasil KLHS tidak akan banyak mempengaruhi perbaikan pengambilan keputusan KRP. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efektivitas KLHS sangat tergantung kepada kualitas pelaksanaan proses pengkajian atau penelaahan dampak dan/atau risiko lingkungan dari KRP yang akan ditetapkan.

I.

PENDAHULUAN

(14)

Kualitas KLHS juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti keterkaitan antara proses KLHS dan proses perencanaan, komposisi dari anggota pelaksana KLHS dan kualitas tenaga ahli yang terlibat, tingkat komunikasi antara pelaksana KLHS dan tim perencanaan, ketersediaan dan kesesuaian data dan informasi, penggunaan teknik analisis dampak yang memadai, keterlibatan dan partisipasi para pemangku kepentingan, dan proses konsultasi. Berbagai faktor ini harus diperhatikan ketika dilakukan penilaian kualitas KLHS.

Kualitas KLHS diharapkan akan semakin meningkat dengan diterapkannya Panduan ini dan dengan demikian akan meningkatkan efektivitasnya.

Selain itu, penerapan Panduan ini dapat membantu pelaksanaan proses KLHS untuk memenuhi berbagai ketentuan tentang KLHS sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan (bila telah ditetapkan) Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS12, serta Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 09/2011 tentang Pedoman Umum KLHS.

12 Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS masih dalam versi draf pada waktu penyusunan draf

Tinjauan kualitas tidak termasuk dalam proses KLHS sebagaimana ditentukan dalam rancangan Peraturan Pemerintah tentang KLHS. Dengan demikian, secara umum tinjauan kualitas KLHS yang disampaikan dalam Panduan ini dapat dianggap tidak wajib, namun yang akan membuat kualitas proses KLHS lebih baik.

Walaupun demikian, dianjurkan untuk melakukan tinjauan kualitas dalam proses pengambilan keputusan yang ada, terutama yang menyangkut KLHS untuk rencana pembangunan jangka panjang dan jangka menengah, rencana tata ruang, KRP sektor nasional13 dan KRP lainnya yang menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup.

Pendekatan dan prosedur rinci perlu diuraikan dalam panduan khusus dari kementerian yang disiapkan oleh masing-masing kementerian yang relevan (yaitu Kemdagri, KemPU, dan Bappenas).

13 Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui pelaksanaan penjaminan kualtias di masa depan, diskusi dapat dilakukan untuk kemungkinan mengintegrasikan tinjauan/pemeriksaan

(15)

K

LHS memiliki berbagai bentuk, metode, instrumen, dan pendekatan yang dapat digunakan. Namun, untuk mencapai kualitas KLHS yang baik dan efektif, ada prinsip-prinsip tertentu yang harus diikuti dalam pelaksanaan proses semua KLHS.

Sebagaimana disampaikan dalam draf Metodologi Penilaian Kualitas KLHS Generik dari CIDA12, suatu kajian kualitas KLHS yang komprehensif akan menunjuk pada tiga dimensi kritis:

Apakah penerapan proses KLHS konsisten dengan prinsip-prinsip dan 1.

persyaratan prosedural yang telah disetujui dan ada dalam juridiksi tertentu?

Apakah penerapan proses KLHS “sesuai dengan tujuan” dan relevan terhadap 2.

kebutuhan pembuatan keputusan untuk kebijakan atau rencana tertentu yang dipertimbangkan?

Apakah proses terbukti mempengaruhi atau memberikan kontribusi terhadap 3.

pengambilan keputusan (hasil segera), menghasilkan tindakan dari rencana atau program yang berkelanjutan atau adil (hasil jangka menengah) atau memberikan manfaat lingkungan (dan sosial) atau perbaikan (hasil jangka panjang)?

Seperti telah diuraikan dalam bagian terdahulu, efektivitas KLHS diperoleh dari perannya untuk memperbaiki pengambilan keputusan, dengan memberikan masukan sehingga prinsip pembangunan berkelanjutan terintegrasi dalam KRP.

Oleh karena itu, pertanyaan kunci untuk setiap proses KLHS dapat dirumuskan

12 Sadler, B., Dalal-Clayton, B. (2010): Generic SEA Quality Review Methodology (Revised draft, April 2010). Canadian International Development Agency (CIDA)

II.

GAMBARAN UMUM

KUALITAS KLHS

(16)

sebagai berikut “Apakah KLHS akan membuat keputusan KRP yang lebih baik bagi pembangunan berkelanjutan?”

Bagaimanapun, kemampuan untuk memenuhi

“misi” ini tergantung dari kualitas KLHS. Secara umum, agar dapat berpengaruh dan dapat membantu memperbaiki perumusan KRP dan pengambilan keputusan, KLHS perlu13:

Menetapkan tujuan yang jelas:

• Meskipun

pelaksanaan KLHS mempunyai tujuan umum sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 15 ayat (1) UUPPLH, setiap KLHS untuk KRP tertentu {sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2)} harus mendefinisikan sasaran spesifik dilaksanakannya KLHS dan “nilai tambahnya”

bagi proses perencanaan dan pengambilan keputusan.

Diintegrasikan dengan struktur dan prosedur

penyusunan KRP yang berlaku: Pendekatan ini dilakukan untuk memaksimalkan manfaat KLHS, karena kesimpulan serta rekomendasi hasil KLHS akan dapat diakomodasikan selama penyusunan KRP.

Bersifat fleksibel, iteratif dan disesuaikan

dengan konteks: Dengan adanya berbagai macam KRP baik menurut tingkat wilayah perencanaan (nasional, provinsi, kabupaten, kota, kawasan), maupun dalam hal fokus dan isi dari KRP, maka agar pelaksanaan proses KLHS dapat berlangsung secara efisien, pelaksanaan proses KLHS harus disesuaikan dengan proses dan prosedur perencanaan KRP yang berlaku, termasuk pengaturan forum diskusi dengan para pemangku kepentingan dan metode konsultasi publik.

Mengkaji potensi dampak dan risiko dari

rancangan dan alternatif KRP terhadap prinsip dan kriteria serta kerangka tujuan keberlanjutan:

Setiap KLHS perlu mengembangkan seperangkat konteks khusus isu-isu pembangunan berkelanjutan yang didukung dengan tujuan, prinsip dan kriteria yang relevan, yang menjadi dasar untuk evaluasi kemungkinan dampak KRP.

Menyarankan langkah-langkah

untuk menghindari, mengurangi atau mengkompensasi kemungkinan dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan

13 Merujuk kepada “Basic principles for SEA” stipulated in Applying Strategic Environmental Assessment: Good Practice Guidance

hidup, yang disebabkan pelaksanaan KRP: KLHS seharusnya tidak hanya mengidentifikasi dampak yang mungkin terjadi, tetapi juga mengusulkan bagaimana potensi efek negatif dapat dihindari, dikurangi atau dikompensasi serta bagaimana potensi dampak positif dapat diperkuat.

Memberikan alasan yang eksplisit untuk

pemilihan alternatif yang lebih diinginkan dan untuk dukungan terhadap perimbangan pertukaran dampak positif dan negatif yang signifikan : KLHS harus menerangkan dengan jelas dan memberikan alasan untuk rekomendasi dan sarannya (berdasarkan data, analisis, dan sebagainya, yang sesuai).

Agar rekomendasi dan kesimpulan hasil KLHS

dapat dimengerti dan dipaparkan dengan jelas:

Agar produk KLHS dapat dipergunakan secara efisien, dan tidak disalahartikan atau bahkan disalahgunakan, hasil KLHS ini harus dapat dimengerti oleh berbagai pemangku kepentingan seperti perencana, pengambil keputusan, publik, LSM, dan pihak lain yang berkepentingan.

Membahas keterkaitan dan perimbangan

timbal balik antara pertimbangan lingkungan hidup, sosial dan ekonomi: KLHS tidak hanya membahas persoalan lingkungan hidup, tetapi juga permasalahan sosial dan ekonomi yang terkait dengan masalah lingkungan hidup.

Melibatkan pemangku kepentingan kunci

dan mendorong keterlibatan publik:

Penyelenggaraan KLHS selain harus menyediakan peluang bagi berlangsungnya konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan, juga harus memastikan agar tanggapan, saran dan pendapat dipertimbangkan dalam proses pengkajian, dan/

atau perumusan KRP dan/atau pengambilan keputusan.

Menyertakan sistem penjaminan kualitas yang

efektif, lebih disukai yang independen: Untuk memastikan bahwa kesimpulan dan rekomendasi yang diberikan oleh KLHS didasarkan atas proses KLHS dengan kualitas yang baik, proses KLHS harus disertai oleh sistem penjaminan kualitas yang efektif.

Bersifat transparan di seluruh prosesnya dan

hasilnya dikomunikasikan: Penyelenggaraan KLHS seharusnya tidak merupakan “kotak hitam”. Proses KLHS yang mencakup analisis, data dan informasi, serta konsultasi dengan pemangku kepentingan harus dipaparkan secara

(17)

Panduan Penjaminan Kualitas Kajian Lingkungan Hidup Strategis

jelas, termasuk atas dasar apa kesimpulan dan rekomendasi disusun. Hasil KLHS pun perlu dikomunikasikan dengan baik, sehingga hasil KLHS dapat bermanfaat secara optimal sesuai dengan tujuan penyelenggaraan KLHS.

Dilaksanakan secara efektif:

• KLHS harus

menggunakan pendekatan, metode, alat analisis yang sesuai dengan konteks KRP yang menjadi subyek KLHS.

Mendorong dilakukannya pengkajian-ulang

secara formal dan informal setelah proses KLHS selesai dan memantau pelaksanaan KRP:

Kesimpulan dan rekomendasi yang diberikan oleh KLHS seharusnya dipertimbangkan dan menjadi bagian yang terintegrasi dalam pelaksanaan KRP.

Untuk memeriksa efektivitas dan efisiensi hasil KLHS dan sejauh mana hasilnya dilaksanakan, perlu dilakukan pemantauan terhadap proses pelaksanaan KRP.

Membangun kapasitas penyelenggaraan dan

penggunaan KLHS: Pada tahap awal pengenalan KLHS, setiap proses KLHS tertentu harus bermakna sebagai sarana untuk membangun kapasitas penyelenggaraan KLHS.

(18)
(19)

P

anduan ini merupakan acuan bagi pengguna panduan untuk menilai kualitas KLHS yang memungkinkan meninjau kualitas proses KLHS dan elemen-elemennya (konsultasi, analisis, dokumentasi, dll).

Penggunaan Panduan 3.1.

Panduan ini memungkinkan untuk diterapkannya Pedoman Umum KLHS dengan pendekatan apapun baik terintegrasi dengan atau terpisah dari, atau berjalan secara paralel dengan proses perencanaan pembuatan KRP, atau pengkajian setelah KRP dirancang (ex-post). Panduan ini dapat digunakan dalam berbagai tahap pelaksanaan proses KLHS baik di awal, atau selama proses KLHS berlangsung, atau sebelum rancangan KRP dilaporkan kepada pengambil keputusan untuk dinilai bersama-sama dengan pendokumentasian KLHS dalam proses pengambilan keputusan, atau sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan, atau setelah keputusan dibuat. Panduan ini juga dapat digunakan ketika perencanaan proses KLHS dimulai. Dalam hal ini, kriteria kualitas yang disarankan oleh Panduan ini diharapkan dapat membimbing mereka yang bertanggung jawab untuk melaksanakan KLHS, untuk merancang prosedur yang akan memenuhi kriteria (lihat Kotak 1 untuk penjelasan yang lebih rinci).

III.

TUJUAN PANDUAN

(20)

3.2. Pengguna Panduan

Pembuat KRP adalah pengguna utama Panduan ini baik untuk memeriksa kualitas hasil KLHS maupun untuk mengevaluasi “nilai tambah” yang dihasilkan KLHS bagi perbaikan pengambilan keputusan KRP.

Sesuai dengan prinsip self-assessment, pembuat KRP perlu menyertakan penjaminan kualitas sebagai bagian dari standar pelaksanaan proses KLHS dalam pembuatan KRP. Dalam hal ini, pembuat KRP dapat menggunakan kriteria kualitas pada waktu merancang pelaksanaan proses KLHS (misalnya, untuk mengatur pelaksanaan kegiatan pada tahapan- tahapan proses, atau untuk menyusun KAK bagi para pakar yang akan dilibatkan).

Di samping pembuat KRP, Panduan ini pun dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan lain antara lain:

Pelaksana KLHS

12 untuk menelaah secara internal kualitas selama pelaksanaan proses KLHS untuk meyakinkan bahwa proses KLHS berlangsung sesuai dengan prinsip kajian dengan kualitas baik.

Pengambil keputusan

13 untuk memverifikasi

12 Dalam pelaksanaan tugasnya, pelaksana KLHS ditetapkan oleh pembuat KRP dan biasanya terdiri dari staf pemerintah / pemerintah daerah dan juga tenaga ahli eksternal (konsultan, akademisi, ilmuwan).

Kotak 1

Aplikasi Penilaian Kualitas KLHS

Penilaian kualitas KLHS dapat dilakukan dalam berbagai tahap pelaksanaan proses KLHS sebagai berikut:

Pada awal KLHS

• : Pengetahuan tentang aspek kualitas, yang harus dicapai, akan membantu perancangan proses KLHS yang memenuhi kualitas yang diharapkan. Kriteria kualitas selain dapat dijadikan sebagai dasar untuk merancang dan merencanakan proses KLHS, juga dapat digunakan untuk perumusan KAK (ToR), dll.

Selama proses KLHS berlangsung

• : Pelaksana KLHS dan pemangku kepentingan lainnya mungkin

perlu memverifikasi apakah tahap/analisis tertentu yang dilaksanakan dalam KLHS memiliki kualitas yang memadai, misalnya, analisis kondisi lingkungan hidup wilayah, pengkajian dampak, ruang lingkup konsultasi, dll. Penggunaan kriteria kualitas dapat membantu hal tersebut, dan hasil penelaahan kualitas dapat digunakan untuk proses pelaksanaan KLHS selanjutnya.

Sebelum rancangan KRP dilaporkan kepada pengambil keputusan untuk dinilai bersama-

sama dengan dokumentasi KLHS dalam proses pengambilan keputusan: Penilaian kualitas KLHS harus membuktikan bahwa proses KLHS yang dilakukan telah memenuhi kualitas yang memadai dan bahwa dokumentasi KLHS yang disampaikan telah menyediakan informasi yang memadai untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Penilaian kualitas KLHS penting untuk dilakukan pada tahap ini karena rekomendasi yang dihasilkan oleh penilaian kualitas KLHS dapat digunakan untuk menyempurnakan proses KLHS ini sendiri (misalnya, dengan melakukan revisi dokumentasi KLHS, atau menyelenggarakan konsultasi publik tambahan, atau perbaikan KRP, dll.).

Sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan

• : Pihak yang berwenang dalam proses

pengambilan keputusan (misalnya, Kemdagri dalam hal melakukan evaluasi terhadap rencana pembangunan daerah atau KemPU dalam hal melakukan penelaahan terhadap rencana tata ruang) dapat mengontrol kualitas dokumentasi KLHS yang diajukan bersama-sama dengan KRP sebagai bagian dari proses legal formal.

Setelah keputusan dibuat

• : Penilaian kualitas KLHS yang dilakukan setelah keputusan diambil harus difokuskan terutama terhadap pemeriksaan bagaimana hasil dan kesimpulan yang diberikan oleh KLHS telah terintegrasi dalam pengambilan keputusan dan bagaimana hal ini akan diterapkan dalam pelaksanaan KRP.

Dalam pelaksanaan KRP

• : Penilaian kualitas KLHS dilakukan untuk menelaah operasionalisasi penerapan rekomendasi KLHS, misalnya, dalam pemantauan terhadap implikasi lingkungan, atau dalam penerapan pertimbangan lingkungan bagi proyek-proyek tertentu (lihat Bagian 5.3).

Referensi

Dokumen terkait