• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN PRAKTIKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PANDUAN PRAKTIKUM"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

PENGENALAN HABITAT

Tujuan Praktikum

Metode Praktikum

Waktu dan Tempat

Alat dan Bahan

Prosedur Praktikum

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

Estimasi Kepadatan Populasi

Frekuensi Jenis

Keanekaragaman Jenis

Kekayaan Jenis

Kemerataan Jenis

Dasar Teori

Sarang Buatan

Stasiun Pakan

PANDUAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN Satwa Liar 28 dampak, interaksi predasi, yaitu hubungan antara dua jenis organisme yang berbeda, satu sebagai predator dan satu lagi sebagai mangsa, interaksi kompetitif, yaitu hubungan antara dua jenis organisme yang saling bersaing untuk mendapatkan makanan, tempat berlindung, dan pencarian menurut pasangan makanan dll, dan interaksi simbiosis meliputi simbiosis parasitisme dan mutualisme, serta interaksi antibiosis yaitu hubungan antara dua jenis organisme dimana yang satu menekan pertumbuhan yang lain. PANDUAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN Satwa Liar 29 Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah ATK, Tallysheet, kamera saku dan beberapa makhluk hidup serta faktor abiotik yang akan diamati. Menyikapi hal tersebut, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan tentang konservasi tumbuhan dan satwa liar dalam Undang-undang No.

Selain kebijakan dan peraturan internal dalam negeri, pemerintah Indonesia juga telah menandatangani perjanjian dan kesepakatan internasional di bidang upaya konservasi tumbuhan dan satwa, seperti IUCN (International Union for Conservation of Nature); CITES (Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah); PANDUAN PRAKTIS PENGELOLAAN HEWAN 34 Kategori konservasi tumbuhan dan satwa liar di Indonesia mencakup tingkat internasional dan nasional. Menggali dan menganalisis kriteria jenis tumbuhan dan satwa liar di Indonesia, serta status konservasinya menurut standar nasional dan internasional.

PANDUAN PRAKTIS PENGELOLAAN SATWA LIAR 38 secara internasional dengan tangan dan online (situs web: www.iucnredlist.org dan www.cites.org). Meringkas kriteria jenis tumbuhan dan satwa liar di Indonesia serta status konservasinya menurut standar nasional dan internasional. 8 Tahun 1999 tentang pemanfaatan tumbuhan dan satwa; serta penelitian melalui website resmi IUCN dan CITES, kemudian diskusi, analisis, pemecahan masalah dan penarikan kesimpulan.

Melakukan penelitian terhadap PP no. 7 Tahun 1999 tentang Perlindungan Tumbuhan dan Satwa Liar serta Lampiran dan Analisanya. BUKU PEDOMAN PRAKTIS PENGELOLAAN SATWA LIAR 39 menemukan dan menentukan serta menyimpulkan jenis-jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi serta kriterianya. Melakukan penelitian, analisis dan kesimpulan untuk mencari dan menentukan status konservasi jenis tumbuhan dan satwa liar secara online menurut versi IUCN RedList dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Buka website www.iucnredlist.org, akan muncul layar.

2) Masukkan (enter) nama jenis tumbuhan atau satwa liar yang status perdagangannya ingin dicari, kemudian klik “SEARCH”. PANDUAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIAR 46 megabiodiversitas, sehingga Indonesia menjadi keunggulan ekonomi di Asia Tenggara. 41 Tahun 1999, hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri-ciri tertentu, yang mempunyai fungsi utama melestarikan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

Kawasan hutan cagar alam adalah hutan dengan ciri-ciri tertentu, yang mempunyai fungsi utama sebagai kawasan konservasi keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, sekaligus berfungsi sebagai kawasan sistem penyangga kehidupan. PANDUAN PRAKTIS 49 1) Deskripsi kawasan: kondisi habitat, tipe tanah, tipe vegetasi dan . fauna/hewan buruan dan fungsi masing-masing komponennya.

Interaksi antar Tumbuhan

Interaksi antar Satwaliar

Interaksi antar Tumbuhan dan Satwaliar

Hasil dan Pembahasan

Status Konservasi Tumbuhan di Indonesia

Status Konservasi Satwaliar di Indonesia

Pengelolaan yang dimaksud di sini merupakan bentuk perlindungan pemanfaatan berkelanjutan dari sudut pandang penelitian dan pendidikan. Pengelolaan lokasi mempunyai tujuan yang berbeda-beda, namun secara umum pengelolaan lokasi diperlukan untuk: pertama melindungi habitat satwa liar dari degradasi dan penggundulan hutan; kedua, perlindungan dan peningkatan populasi satwa liar tertentu; ketiga, menjaga fungsi ekosistem sebagai penunjang kehidupan. Kegiatan awal yang dapat dilakukan dalam pengelolaan suatu kawasan sebagai habitat satwa liar adalah identifikasi komponen habitat, melakukan inventarisasi satwa liar, melakukan manipulasi habitat (jika diperlukan) sebagai bentuk upaya konservasi komponen habitat, pengamatan interaksi antar komponen habitat. dan pemetaan wilayah termasuk batas-batasnya;

Menurut Bismark (2014), konservasi habitat pada kawasan yang luas dengan berbagai tipe ekosistem di dalamnya menjadi dasar penetapan kawasan konservasi, termasuk pelestarian budaya lokal, yang dikelola secara efektif. Namun keanekaragaman yang terbentuk pada habitat dan komunitas dengan sistem pengelolaan kawasan konservasi yang ada belum dapat memberikan nilai dan perlindungan yang sepenuhnya optimal. Sedangkan kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri-ciri tertentu, yang mempunyai fungsi utama melindungi sistem penyangga kehidupan, melestarikan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara lestari, dan taman buru adalah hutan. kawasan yang ditetapkan sebagai lokasi wisata berburu. .

Misalnya Taman Nasional adalah suatu jenis kawasan lindung berupa cagar alam dengan ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi, digunakan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang pertanian, pariwisata dan keperluan lainnya. Adanya sistem zonasi di Taman Nasional merupakan upaya untuk mengakomodasi kepentingan dari aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. Sistem zonasi dalam pengelolaan taman nasional dapat dibagi menjadi: zona inti, zona pemanfaatan, dan zona hutan; dan/atau ditetapkan oleh Menteri berdasarkan kebutuhan untuk melestarikan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Dari sudut pandang keilmuan, pemeliharaan dan pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dilakukan dengan menciptakan kondisi agar ciri-ciri utama kawasan dapat terolah secara alami dan terpantau dinamikanya, termasuk pelaksanaan upaya konservasi. Analisis peta sebaran keanekaragaman hayati (flora dan fauna: burung, mamalia, herpetofauna, kupu-kupu, dan capung); lokasi yang memberikan perlindungan atau perlindungan bagi satwa liar; lokasi mencari makan; minum;. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode penelitian yaitu observasi yang dilakukan dengan cara menjelajahi suatu lokasi untuk mengamati permasalahan/permasalahan dan memahami fenomena yang terjadi di lokasi tersebut.

Alat dan bahan yang digunakan selama magang adalah ATK, GPS, Teropong, Clipborad, Tallysheet, kamera DSLR, aplikasi Google Earth, software Arc-GIS, buku Bird Guide (MacKinnon, 2010), Mammal Guide, Herpetofauna Guide dan 50 buku seri informasi. taman nasional indonesia. Penandaan menggunakan GPS, hal-hal yang mencakup sebaran vegetasi dan satwa liar; tempat yang memberikan perlindungan atau perlindungan bagi satwa liar, tempat mencari makan, minum, kawin dan lain sebagainya.

Kesimpulan

Peta Potensi Kawasan

Deskripsi dan Analisis Data Biogeofisik

Gambar

Tabel 1. Faktor Biotik Habitat  No.
Tabel 2. Faktor Abiotik Habitat
Gambar 1. Contoh pengaplikasian metode transek garis.
Gambar 2. Ilustrasi penggunaan metode point count.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Birokrasi dan Profesional yang didalamnya terdapat pengertiannya dan lain