• Tidak ada hasil yang ditemukan

Parameter Uji dan Metode Analisis Mutu CPO

N/A
N/A
Kevin jaya Silalahi

Academic year: 2024

Membagikan "Parameter Uji dan Metode Analisis Mutu CPO"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Pertemuan 6

PENGENDALIAN MUTU

MINYAK SAWIT 2

(2)

Standar Kompetensi/Tujuan

Instruksional Khusus Pertemuan 6

Setelah menyelesaikan pertemuan ini mahasiswa mampu menjelaskan Parameter Uji dan Metode Analisis Mutu CPO (derajat kemudahan pencucian, Karoten, Rendemen, Neraca

massa), Titik Pengambilan dan Pengujian Sampel

(3)

Parameter Mutu CPO

Kadar asam lemak bebas (free fatty acids)

Kadar air (moisture)

Tingkat kemudahan dalam pemucatan / deterioration of

bleachability index (DOBI)

Nilai karoten

Kadar kotoran (dirt)

Nilai rendemen

(4)

• Derajat kemudahan pencucian (deterioration of bleachability index) parameter mutu minyak yang menandakan kebersihan minyak dari senyawa pengotor terutama dari unsur-unsur senyawa teroksidasi : golongan keton atau aldehid.

• Semakin tinggi nilai DOBI menandakan mutu minyak yang lebih baik yang diindikasikan oleh kemudahan dalam pemucatan.

(5)

• Prinsip dasar pengukuran DOBI membandingkan konsentrasi antara senyawa karoten dengan senyawa teroksidasi yang terkandung pada minyak.

• Perbandingan konsentrasi dari kedua golongan senyawa tersebut sebanding dengan nilai serapan atau absorbansi dari spektrum gelombang UV yang dikenakan pada bahan.

(6)

• Senyawa karoten diukur pada panjang gelombang 446 nm, sementara untuk senyawa hasil oksidasi diukur pada 269 nm.

• Perbandingan nilai absorbansi dari 446 nm terhadap nilai absorbansi 269 nm merupakan nilai DOBI

(7)

Rumus derajat kemudahan pencucian (Nugroho 2019)

(8)

• Karoten pigmen berwarna jingga.

• Warna jingga pada minyak sawit mentah disebabkan kandungan karoten.

• Pada tubuh manusia, β-carotene merupakan pro- vitamin A.

• Pada usus kecil manusia, β-carotene dipecah menjadi retinol yang merupakan bentuk vitamin A.

(9)

• Kandungan karoten (β-carotene) menjadi parameter mutu minyak sawit.

• β-carotene merupakan jenis karoten yang dominan pada minyak sawit.

• Note : Sangat disayangkan bahwasanya, β-carotene terbuang cukup signifikan pada proses pemurnian minyak sawit untuk dibuat minyak goreng dalam rangka mendapatkan minyak goreng yang jernih

(10)

• Batasan kandungan β-Carotene yang terdapat pada CPO menurut Codex Committee on Fat and Oil = 500–2.000 mg/kg.

• Metode pengukur nilai β-carotene adalah spektrofotometer UV pada panjang gelombang 446 nm dengan penambahan larutan Isooctane

(11)

• Batasan kandungan β-Carotene yang terdapat pada CPO menurut Codex Committee on Fat and Oil = 500–2.000 mg/kg.

• Metode pengukur nilai β-carotene adalah spektrofotometer UV pada panjang gelombang 446 nm dengan penambahan larutan Isooctane

(12)

Rumus B-Caroten (Nugroho 2019)

(13)

• Kotoran pada minyak sawit zat-zat padat yang tidak terlarut pada pelarut n-heksan atau petroleum eter.

• Asal Kotoran minyak sawit tandan buah (TBS) maupun kontaminasi selama proses pengolahan.

• Kotoran-kotoran ini dapat memicu terjadinya proses hidrolisis dan oksidasi minyak parameter penting mutu CPO

(14)

• Metode pelarutan dan penyaringan dari sampel yang diuji menyiapkan wadah crucible yang dilapisi dengan kertas saring.

• Wadah crucible wadah untuk pengujian termal atau pengujian yang melibatkan pemanasan.

• Selanjutnya wadah crucible tersebut diletakkan di atas labu erlenmeyer dan ditambahkan dengan sampel minyak yang sebelumnya sudah ditimbang sebanyak 10 g.

(15)

• Sampel minyak tersebut kemudian dicuci menggunakan pelarut n-heksan hingga seluruh minyak terlarut dan tertampung pada labu erlenmeyer.

• Proses ini dapat dioptimalkan dengan menggunakan vakum.

• Material yang tersisa pada kertas saring di dalam wadah crucible adalah zat-zat pengotor atau residu (dirt) yang tidak dapat dilarutkan bersama n-heksan.

• Wadah crucible Bersama kertas saring dan kotoran yang menempel selanjutnya dikeringkan menggunakan oven pada temperature 105°C.

(16)

Rumus Mencari Kotoran CPO (Nugroho 2019)

(17)

• Rendemen kelapa sawit jumlah minyak kelapa sawit kasar (CPO) yang dihasilkan pada proses produksi dari setiap kilogram TBS.

• Metode pengukuran metode ekstraksi terhadap sampel.

• Langkah awal yang dilakukan yaitu dengan mengukur kadar air terlebih dahulu dan sekaligus mengeringkan sampel.

• Setelah itu, sampel yang telah dikeringkan tersebut dimasukkan ke dalam labu sochlet untuk kemudian diekstraksi menggunakan pelarut n-heksane

(18)

Rumus Perhitungan Rendemen Sampel (Nugroho 2019)

(19)

• Neraca massa (material balance) mengetahui mutu tandan buah segar yang masuk serta untuk mengevaluasi tingkat efisiensi proses produksi CPO.

• Material balance dilakukan terhadap salah satu sampel tandan buah segar yang biasanya diambil dari stasiun loading ramp.

(20)

• Penghitungan dimulai dengan mengetahui jumlah pipil buah mentah, masak, dan busuk dalam satu tandan.

• Setelah itu diambil sampel pipilan buah sebanyak kurang lebih 200 g, untuk selanjutnya dipisahkan antara bagian inti (nut) dan daging buahnya (mesocarp).

(21)

• Daging buah dan inti yang telah terpisah kemudian ditimbang dioven.

• Daging buah dan inti yang telah kering ditimbang kembali dan kemudian diblender untuk selanjutnya diukur kadar air serta rendemen minyak, baik yang terdapat pada daging buah maupun dari bagian intinya

(22)

• Pada stasiun perebusan (sterilization), titik pengambilan sampel dilakukan pada bak buangan air kondensat (condensate sterlizer) dari pipa-pipa rebusan selama proses perebusan berlangsung.

• Sampel diambil sebanyak 100 ml selama proses produksi berlangsung untuk dianalisis di laboratorium.

• Sampel yang diambil pada titik ini berbentuk cairan karena berasal dari pipa-pipa buangan air kondensat.

(23)

• Data yang digunakan data mengenai jumlah kehilangan minyak (losses) yang terjadi pada proses perebusan tandan kelapa sawit.

• Analisis losses dilakukan dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan.

• Standar oil losses yang ditetapkan pada condensate sterilizer = 6–8%

(24)

• Proses pemisahan tandan (threshing) titik proses yang memiliki potensi terjadinya kehilangan minyak (oil losses)

• Tandan kosong yang dipisahkan dari buahnya masih mengandung minyak yang terserap pada saat proses perebusan.

• Penghitungan jumlah minyak yang hilang karena terbawa oleh tandan kosong dihitung dengan menganalisis kandungan minyak yang dilakukan dengan ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan.

• Standar oil losses pada bunch press = 5–7%.

(25)

• Titik kehilangan minyak yang lain proses pengepresan pada stasiun press.

• Proses pengendalian mutu dengan pengambilan sampel dilakukan pada seluruh unit mesin screw press.

• Tujuan analisis kehilangan pada stasiun press mengetahui losses dari minyak yang masih terdapat pada serat (fiber) dan juga pada inti (nut).

(26)

• Sampel yang telah diambil kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan sortasi nut dan ekstraksi losses minyak

• Standar yang ditetapkan untuk losses minyak pada stasiun press ini adalah sekitar 3,6% untuk oil losses pada serat dan maksimal 18% untuk broken nut.

(27)

• Analisis biasanya dilakukan setelah proses produksi selesai (pagi hari) dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan dengan mengambil sampel sebanyak lebih kurang 10 gr dan diekstraksi selama lebih kurang 6 jam untuk mengetahui oil losses.

• Pada broken nut dilakukan dengan cara sortasi.

(28)

• Titik pengambilan sampel untuk proses kontrol yang pertama adalah pada titik underflow.

• Pada titik ini sampel diambil sebanyak 100 ml dalam bentuk cairan (minyak yang masih bercampur sludge) setiap satu jam sekali.

• Pengambilan sampel pada titik ini dilakukan oleh sample boy yang bertujuan untuk mengetahui losses minyak yang terjadi selama proses klarifikasi.

• Standar yang ditetapkan untuk losses minyak pada underflow adalah antara 5–6%

(29)

• Titik pengambilan sampel yang kedua yaitu pada bagian sludge separator.

• Pada titik ini sampel yang diambil sebanyak 100 ml dalam bentuk cairan sludge setiap satu jam sekali.

• Pada titik ini pengambilan sampel dilakukan oleh sample boy dengan tujuan untuk pengujian losses minyak yang masih tercampur dengan sludge selama proses pemisahan dengan cara sentrifugasi berdasarkan massa jenis.

• Standar yang ditetapkan untuk losses minyak pada sludge separator adalah maksimal 0,7%.

(30)

Sludge pit tempat penampungan akhir dari proses klarifikasi CPO.

• Pada kolam sludge pit, cairan yang ditampung berwarna coklat hingga hitam yang mana cairan tersebut merupakan kotoran-kotoran yang terbawa baik saat pengangkutan buah hingga proses.

• Standar losses minyak adalah maksimal 0,7%.

(31)

• CPO yang telah dimurnikan dengan berbagai tahapan pada stasiun klarifikasi ditampung pada wet oil tank sebelum dialirkan ke storage tank.

• Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 10 g yang kemudian dilakukan analisis ALB, kadar air, DOBI, karoten, dan pengotor (dirt).

• Standar mutu yang ditetapkan untuk ALB adalah maksimal 3,0%, moisture maksimal 0,2%, DOBI minimal 2,5, karoten minimal 500 ppm, dan dirt maksimal 0.020%.

(32)

Referensi

Dokumen terkait

Kadar kotoran yg terdapat pada minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dapat merusak mutu minyak sawit mentah.. Peningkatan kadar kotoran dapat terjadi karena proses

Pengamatan dilakukan langsung di Laboratorium dengan menganalisis contoh minyak sawit mentah (CPO) pada tangki timbun dan mengambil beberapa parametern mutu sebagai objek

Dari pengolahan data minyak sawit mentah (CPO) diperoleh kesimpulan yaitu pengendalian persediaan minyak sawit mentah (CPO) dengan metode EOQ tahun 2011 sebanyak 1.138 ton dengan

minyak, yakni minyak kelapa sawit mentah ( Crude palm Oil /CPO) yang diekstraksi dari mesokrap buah kelapa sawit dan minyak inti sawit ( Palm Kernel Oil

Penentuan sistem panen kelapa sawit pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan jumlah minyak (rendemen) yang tinggi serta dengan mutu minyak baik atas pertimbangan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) memperoleh data mengenai profil mutu minyak sawit kasar (CPO) yang dihasilkan beberapa produsen CPO di Indonesia mencakup

Peramalan produksi minyak kelapa sawit mentah (CPO) menggunakan metode ARIMA pada PT. Sampoerna Argo

Dokumen ini membahas faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya rendemen CPO (Crude Palm Oil) seperti kualitas bahan baku, kondisi mesin, dan karakteristik tanaman kelapa