• Tidak ada hasil yang ditemukan

PBL ORIGINAL 01 1.docx

N/A
N/A
Kevin Hernandes

Academic year: 2024

Membagikan "PBL ORIGINAL 01 1.docx"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PTK

(PENELITIAN TINDAKAN KELAS)

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI DI SMKN 2 BUNGO KELAS X DKV

TAHUN AJARAN 2022/2023

OLEH:

SUSANTI, S.Pd

KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI

2022/2023

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Susanti, S.Pd

Judul laporan : Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Pembelajaran Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Di Smkn 2 Bungo Kelas X Dkv

Unit kerja : SMK Negeri 2 Bungo

Alamat : Jln. Lintas Muaro Bungo Desa Simpang Babeko Kec.

Bathin II Babeko Kab. Bungo Prov. Jambi

Telah disetujui dan di sahkan pada : Hari : Selasa

Tanggal : 21 November 2023

Bathin II, 21 November 2023 Mengesahkan

Kepala sekolah SMK Negeri 2 Bungo Peneliti,

Ir. Baso Arief Susanti, S.Pd

NIP. 196906061994031009 NIP. -

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Susanti, S.Pd Jabatan : Guru

Unit kerja : SmkN 2 Bungo

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa penulisan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Pembelajaran Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Di Smkn 2 Bungo Kelas X Dkv” adalah penulisan saya sendiri.

Bathin II, 21 November 2023 Penulis

Susanti, S.Pd

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul " Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Pembelajaran Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Di Smkn 2 Bungo Kelas X Dkv". Laporan ini merupakan refleksi dari hasil penerapan pembelajaran model problem based learning.

Sebagai seorang pendidik di SMK Negeri 2 Bungo, saya selalu meyakini bahwa inovasi dalam pendidikan adalah kunci untuk membentuk generasi SDM yang berkualitas. Karna hal itulah, penulis mencoba menerapkan model pembelajaran yang membuat siswa dapat berkembang. Semoga laporan ini dapat memberikan inspirasi dan wawasan bagi rekan-rekan guru, pihak sekolah, da di lingkungan pendidikan. Saya ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung dan terlibat dalam proses penelitian ini.Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kepala sekolah SMK Negeri 2 Bungo 2. Dewan guru beserta stafnya.

3. Siswa kelas X DKV SMk Negeri 2 Bungo.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Bungo, 21 November 2023 Penulis

Susanti, S.Pd

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN ... 11

1.1 Latar Belakang... 11

1.2 Perumusan dan Pemecahan Masalah ... 16

1.2.1 Perumusan Masalah ... 16

1.3 Tujuan Penelitian ... 17

1.4 Definisi Operasional ... 17

1.5 Manfaat Penelitian ... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 19

2.1 Keaktifan Belajar ... 19

2.2 Hakikat Belajar ... 20

2.3 Prinsip Belajar ... 21

2.4 Tujuan Belajar ... 22

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 23

2.6 Kemampuan Menulis ... 25

2.7 Pembelajaran Berbasis PBL ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Setting Penelitian ... 32

3.2 Subjek yang Terlibat sebagai Peneliti ... 32

3.3 Instrumen Penelitian ... 32

3.4 Rencana Tindakan ... 34

3.4.1 Jenis Penelitian ... 34

3.4.2 Rencana Tindakan ... 34

3.5 Sumber, Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.5.1 Sumber Data ... 37

3.5.2 Jenis Data ... 37

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data... 38

3.6 Teknik Analisa Data ... 38

3.7 Indikator Keberhasilan ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Hasil Penelitian ... 40

(6)

4.1.1 Hasil Siklus I ... 40

4.1.2 Hasil Siklus II ... 46

4.2 Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. ...

Tabel 3. ...

Tabel 4. ...

Tabel 5. ...

Tabel 6. ...

Tabel 7. ...

Tabel 8 ...

Tabel 9 ...

Tabel 10 ...

Tabel 11 ...

(8)

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

(9)
(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan adalah bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian maupun tanggung jawab sebagai warga negara (Sutama, 2000).

Pendidikan selalu mengalami perubahan seiring perkembangan di segala bidang kehidupan dan berubah seiring dengan perkembangan dan peningkatannya.

Peralihan dan pembaruan pada aspek kependidikan meliputi seluruh bagian yang terjalin, antara lain pelaksanaan proses pendidikan di lokasi, tingkatan pendidikan, instrumen kurikulum, infrastruktur pendidikan, dan bobot tata laksana kependidikan, serta program untuk lebih bersifat pembaruan.Kurikulum sebagai satu di antara banyak faktor determinan keberhasilan dalam pembelajaran membuatnya menempati tempat yang urgent dalam badan kependidikan.

Peralihan kurikulum senantiasa menuju pembaruan sistem kependidikan.

Kurikulum 2013 adalah sebagai kerangka rancangan keilmuan dan kependidikan dalam mata pelajaran, diselenggarakan oleh satuan pendidikan..

Sistem yang digunakan adalah untuk peserta didik aktif lagi dalam proses pembelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia wajib dimasukkan ke dalam kurikulum. Hal tersebut merupakan bentuk kesadaran pemerintah akan pentingnya melestarikan bahasa nasional. Mempelajari bahasa Indonesia merupakan bentuk melestarikan nilai budaya. Dengan hadirnya bahasa Indonesia, menandakan bahwa peserta didik dituntut untuk memahami bahasa kesatuan Indonesia. Bahasa Indonesia tidak hanya diajarkan di tingkat pendidikan sekolah dasar, tetapi juga diajarkan di tingkat sekolah lanjutan hingga di tingkat perguruan tinggi.Satu diantara memiliki aspek paling dalam mempelajari bahasa negara kita yaitu kegiatan menulis.

Menulis merupakan bagian dari aktivitas berbahasa yang sifatnya aktif dan produktif, kegiatan ini hampir serupa dengan berbicara yang mana tujuannya berkomunikasi dengan seseorang tetapi bentuknya dalam tulisan. Menurut Anies (Asmani 2011), proses pendidikan saat ini diibaratkan terlalu mementingkan aspek kognitif dan mengabaikan kreativitas. (Alwasilah, 2008) bahwa menulis

(12)

merupakan rutinitas sehari-hari manusia sebagai upaya mengikat ilmu agar tidak hanya terbang ke awan khilafan. menulis merupakan keterampilan yang bersifat mekanistis. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori, tetapi dilaksanakan melalui latihan dan praktik yang teratur sehingga menghasilkan tulisan yang tersusun baik. Keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Bagi kebanyakan orang, menulis merupakan kegiatan yang menyenangkan. Bahkan bagi sebagian orang, menulis adalah sebuah keharusan.

Menurut Semi (2007:5), keterampilan menulis biasanya dikaitkan dengan pembelajaran mengarang. Latihan menulis dan mengarang dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat membiasakan peserta didik untuk menerapkan pengetahuan kebahasaan, seperti tata bahasa, kosakata, gaya bahasa, ejaan, dan sebagainya. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang harus dikembangkan secara dini mulai dari pendidikan dasar dengan cara metodis dan sistematis.

Cahyani dan Khodijah (2007:10) mengemukakan bahwa, keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara keterampilan berbahasa yang lain. Keterampilan menulis tidak hanya menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, namun juga mengembangkan dan menuangkan ide pada suatu struktur tulisan yang teratur. Adapun karakteristik dari bahasa tulis menurut Goeller (1980) adalah sebagai berikut: (1) akurat yaitu kelogisan dari informasi atau gagasan yang dituliskan, (2) ringkas yaitu pengungkapan gagasan yang ringkas dan tidak menggunakan kata-kata mubazir, (3) jelas yaitu tulisannya mudah dipahami dan tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dalam hal ini, penulis dituntut untuk memperhatikan karakteristik bahasa tulis serta ketatabahasaann ya agar pembaca dapat memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.

Menulis merupakan kegiatan yang penting dalam pembelajaran di sekolah.

Dengan keterampilan menulis, siswa dapat mengungkapkan ide, pikiran, serta gagasannya di setiap mata pelajaran melalui tulisan. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang teratur. Seseorang harus mencoba dan berlatih untuk: memilih topik, menentukan

(13)

tujuan, menyusun kerangka karangan, serta menuangkan ide-ide dalam bahasa yang mudah dipahami. Guru dalam hal ini berperan untuk mengembangkan pengetahuan dan menumbuhkan budaya tulis-menulis pada diri siswa.

Pembelajaran menulis di sekolah merupakan wadah untuk mengembangkan potensi dan melatih siswa dalam hal tulis menulis. Pada pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks, siswa dituntut untuk mampu memahami, menjelaskan, dan memproduksi berbagai jenis teks. Berdasarkan kurikulum 2013, mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X terdapat berbagai macam teks antara lain: teks laporan hasil observasi, teks eksposisi, teks anekdot, cerita rakyat, buku fiksi dan nonfiksi, teks negosiasi, debat, teks biografi, dan puisi.

Teks laporan hasil observasi diangkat sebagai topik penelitian karena teks laporan hasil observasi merupakan jenis teks yang bersifat faktual. Teks yang bersifat faktual tentunya akan berkaitan dengan fakta, kejadian langsung, dan hasil pengamatan yang terjadi di sekeliling kita. Dengan adanya pemilihan teks ini, diharapkan siswa lebih mudah dalam memahami dan memproduksi teks secara keseluruhan dengan dukungan fakta-fakta ataupun hasil pengamatan di lingkungan mereka sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi siswa kelas X DKV SMKN 2 Bungo, proses menulis teks laporan hasil observasi kerap mengalami masalah. Adapun masalah tersebut yaitu yang pertama, siswa kesulitan untuk memulai dan mengembangkan ide. Pada saat siswa diberi tugas untuk menulis teks laporan hasil observasi dengan tema bebas, siswa hanya diberi tema tanpa bantuan berupa gambar maupun video. Selain itu, siswa tidak diperintahkan untuk mengamati langsung objek yang sedang diobservasi. Jadi, siswa kesulitan dalam memulai dan mengembangkan ide karena mereka tidak memiliki gambaran tentang objek yang akan ditulis. Siswa akan lebih mudah dalam menulis apabila diberi bantuan berupa media audio visual yang dapat menayangkan gambar maupun video objek yang akan diamati. Masalah kedua, siswa masih banyak kekurangan dalam menerapkan aturan kebahasaan, misalnya penggunaan huruf besar, kata depan, atau tanda baca. Masalah ketiga, yaitu siswa merasa kesulitan dalam menyusun kerangka teks laporan hasil observasi. Pada saat menyusun kerangka, siswa masih

(14)

bingung tentang apa saja yang harus ditulis. Guru memberikan penjelasan sekilas saja kepada siswa tanpa diberi contoh mengenai cara menyusun kerangka teks laporan hasil observasi yang baik.

Oleh karena itu, perlu adanya model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Masalah keempat atau yang terakhir yaitu kurangnya pemanfaatan media pembelajaran yang dapat menarik siswa dan belum diterapkannya model pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas menulis siswa. Dalam pembelajaran, guru lebih sering menggunakan metode ceramah sehingga siswa merasa bosan terhadap materi yang disampaikan.

Siswa bersifat pasif karena hanya menerima informasi dari guru.

Dari permasalahan di atas, diperlukan model dan media pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan menulis teks laporan hasil observasi. Model pembelajaran yang kreatif, kritis, dan inovatif membuat pembelajaran interaktif dan tidak monoton. Oleh karena itu, peneliti memilih peranan yang membantunya itu adalah model pembelajaran yang sangat tepat dalam menulis teks negosiasi yaitu model problem based learning (PBL). Dengan mengunakan model problem based learning, diharapkan dapat memecahkan permasalahan menulis teks laporan hasil observasi seperti: memulai mengembangkan ide, menyusun kerangka, dan pengunaan aturan bahasa.

Model problem based learning adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah untuk memperoleh pengetahuan. Model pembelajaran problem based learning diawali dengan pemberian masalah, kemudian siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah tersebut, mempelajari dan mencari sendiri materi yang berkaitan dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah tersebut, menggunakan kelompok belajar, dan menuntut siswa untuk mendemonstrasikan hasil yang diciptakan (Tan; Wee&Kek (dalam Amir 2009)). Keunggulan dari model problem based learning ialah mendorong siswa untuk memecahkan masalah dalam situasi nyata serta kemampuan membangun pengetahuannya sendiri. Adapun kegiatan-kegiatan pada model problem based learning yaitu: 1). Mengorientasi peserta didik kepada

(15)

masalah, 2). Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, 3). Melakukan penyelidikan mandiri dan kelompok,4). Mengembangkan dan menyajikan hasil karya,5). Mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Penelitian Arief, Ermawati dkk (2017) tentang “Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi” hasil penelitiannya adalah (1) keterampilan menulis teks laporan hasil observasi dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning siswa kela VII SMP N 24 Padang berada pada kualfikasi baik. (2) keterampilan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP N 24 Padang tanpa mengunakan model pembelajaran problem based learning berada pada kualifikasi lebih dari cukup. (3) berdasarkan uji hipotesis disimpulkan bahawa model PBL cocok digunakan oleh guru untuk pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi hal ini dikarenakan model PBL ini sangat berpengaruh terhadap keterampilan menulis teks laporan hasil observasi pada siswa kelas VII di SMP N 24 Padang. Selanjutnya penelitian dari Sriasih, Sang Ayu dkk (2015) tentang

“Analisis Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam 4 Pembelajaran Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Kelas X IIS. 1 SMA N 1 Mendoyo” hasil penelitiannya adalah pertama, pembelajaran dengan menggunakan PBL yang telah dilakukan oleh guru telah memenuhi standard pelaksanaan. Kedua, respon positif siswa timbul karena model pembelajaran tidak monoton. Respon positif siswa tidak terlepas dari pemilihan materi yang otentik.

Kedua penelitian ini sama-sama meneliti tentang pengaruh model pembelajaran problem based learning, teknik analisis data menggunakan uji t, hasil penelitian menunujukkan bahwa model pembelajaran problem based learning berpengaruh dalam penerapannya. Penelitian yang dilakukan di kelas X dkv SMKN 2 Bungo ini mempunyai satu masalah yaitu apakah terdapat perbedaan hasil tes awal (pretest) dengan hasil tes akhir (posttest) pada pembelajaran menulis teks negosiasi dengan menggunakan model PBL? Adapaun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan antara tes awal dan tes akhir dalam pembelajaran penulisan teks observasi dengan menggunakan model PBL pada siswa kelas X DKV SMKN 2 Bungo. Tujuan tersebut untuk

(16)

membentuk suasana belajar siswa lebih kreatif dengan menghadirkan suasana belajar yang lebih nyata, lingkungan belajar yang sesuai dengan tingkat kenyamanan siswa dapat merangsang untuk lebih kreatif untuk belajar.

1.2 Perumusan dan Pemecahan Masalah 1.2.1 Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

(1) Bagaimana meningkatkan pemahaman belajar siswa kelas X DKV SMKN 2 Bungo Tahun pelajaran 2022/2023 dalam penulisan laporan hasil observasi menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL)?

(2) Bagaimana meningkatkan kemampuan belajar siswa kelas X DKV SMKN 2 Bungo Tahun pelajaran 2022/2023 pelaksanaan pembelajaran Kompetensi penulisan laporan hasil observasi model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL)?

(3) Bagaimana respon siswa kelas X DKV SMKN 2 Bungo Tahun pelajaran 2022/2023 terhadap pelaksanaan pembelajaran penulisan laporan hasil observasi yang menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL)?

1.2.2 Pemecahan Masalah

Dalam penyampaian pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan atau kreatif siswa dalam pembelajaran Bakteri perlu dilakukan cara atau tindakan sebagai berikut :

(1) Guru memperlihatkan video tentang teori dan contoh penulisan laporan hasil observasi

(2) Guru menggali pengetahuan siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi penulisan

(3) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

(4) Guru membagi kelompok berdasarkan prestasi dan setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor

(5) Guru membagikan tugas soal-soal dan masing-masing kelompok mengerjakannya

(17)

(6) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan/ mengetahui jawabannya

(7) Guru memanggil salah satu nomor siswa, dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka

(8) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain (9) Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

(1) Meningkatkan pemahaman siswa kelas X DKV SMKN 2 Bungo pada penulisan laporan hasil observasi menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL).

(2) Meningkatkan kemampuan berpendapat siswa pada pemebelajaran penulisan laporan hasil observasi menggunakan model pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL).

(3) Mengetahui respon siswa kelas X DKV SMKN 2 Bungo terhadap penerapan pembelajaran dengan pada penulisan laporan hasil observasi.

1.4 Definisi Operasional

Penelitian ini dilakukan dengan definisi operasional sebagai berikut: (1) Pemahaman Siswa

Pemahaman siswa adalah kemampuan siswa untuk memahami materi pada Bakteri yang diukur melalui tes hasil belajar, berupa pretest dan postest.

(2) Kemampuan Berpendapat

Kemampuan berpendapat adalah kemampuan siswa dalam mengemukakan gagasan, kemampuan berkomunikasi secara efektif, dan kemampuan menghargai pendapat orang lain yang diukur dengan penilaian unjuk kerja (performance test)

(3) Respon Siswa

Respon siswa adalah reaksi atau pendapat siswa terhadap pembelajaran materi Bakteri yang menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) yang diukur menggunakan angket.

(18)

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat baik bagi guru, siswa maupun sekolah, yaitu :

(1) Bagi Guru :

memperoleh pengalaman yang sangat berharga untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan kompetensi guru. Guru dapat menerapkan model pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) sebagai salah satu pendekatan yang dapat membantu guru dalam meningkatkan pemahaman dan kemampuan kecakapan sosial siswa pada pembelajaran kompetensi Bakteri.

(2) Bagi Siswa :

Siswa terbantu dalam mengenal Bakteri melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) sehingga diharapkan mengurangi kebosanan dalam belajar dan siswa bisa meningkatkan KKM (3) Bagi Sekolah :

Sekolah dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk memberikan variasi model pembelajaran, yang pada gilirannya dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keaktifan Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1976: 108) aktif memiliki arti berusaha supaya mendapat suatu kepandaian. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan yang timbul dari dirinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

Belajar yang baik adalah siswa belajar melalui pengalaman langsung, sehingga siswa tidak hanya sekedar mengamati secara langsung tetapi ia juga menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

Implikasi keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil percobaan, membuat karya tulis, membuat kliping dan perilaku sejenis lainnya.

Implikasi keaktifan bagi guru adalah guru mengubah perannya dari yang bersifat didaktis menjadi bersifat individualis, yaitu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif mencari, memperoleh dan mengolah pengalaman belajarnya, sehingga dapat mendorong kreativitas siswa dalam belajar maupun memecahkan masalah.

Aktifitas siswa dalam proses belajar tidak hanya cukup mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B.Diedric dalam Sardiman A.M (2010 : 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

a) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memerhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b) Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, member saran, berpendapat, diskusi, interupsi.

c) Listening Aktivities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, music, pidato.

(20)

d) Writing Aktivities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, menyalin.

e) Drawing Aktivities, mengambar, membuat grafik, peta, diagram.

f) Motor Aktivities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model, mereparasi, berkebun, berternak.

g) Mental Aktivities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.

h) Emosional Aktivities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, berani,tenang.

Jadi dengan klasifikasi seperti diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktifitas di sekolah cukup komplek dan bervariasi. Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi aktifitas belajar yang maksimal dan bahkan memperlancar perananya sebagai pusat transformasi kebudayaan.

2.2 Hakikat Belajar

Defenisi belajar menurut Oemar Hamalik (2005: 36), belajar merupakan modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Artinya, belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif ( Muhibbin Syah, 2016: 68).

Dengan demikian, belajar itu merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain-lain. Belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya sendiri Belajar akan membawa suatu perubahan yang tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Contoh, orang yang belajar itu dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru atau dapat melakukan sesuatu

(21)

yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Belajar menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu ke tingkat abilitas yang lain. Dengan demikian belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sardiman, 2007: 21-23).

2.3 Prinsip Belajar

Seorang guru/pembimbing diharuskan bisa menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Menurut Slameto (1995:

27-28) cara menyusun prinsip-prinsip belajar itu antara lain:

1). Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.

a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

c) Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif d)Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

2). Sesuai hakikat belajar.

a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorsi dan discovery.

c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.

(22)

3) Sesuai materi bahan yang harus dipelajari.

a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus mamiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang harus dicapainya.

4) Syarat keberhasilan belajar

a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

b) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

2.4 Tujuan Belajar

Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Adapun tujuan belajar antara lain:

1) Perubahan perilaku.

Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku, misalnya yang tadinya tingkah lakunya jelek, setelah belajar tingkah lakunya berubah menjadi baik.

2) Mengubah kebiasaan.

Belajar bertujuan untuk mengubah kebiasaan dari yang buruk mejadi lebih baik. Kebiasaan buruk adalah penghambat atau perintang jalan menuju kebahagiaan.

3)

Mengubah sikap

Belajar bertujuan untuk mengubah sikap, dari yang negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, dari benci menjadi sayang.

4)

Mengubah keterampilan.

Belajar dapat mengubah keterampilan, misalnya olahraga, kesenian, jasa, teknik, pertanian, perikanan dan lain-lain.

5)

Menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.

(23)

Misalnya, tidak bisa membaca, menulis, berhitung, berbahasa Inggris menjadi bisa semuanya, dari tidak mengetahui menjadi mengetahui.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan kegiatan paling penting yang harus dilakukan oleh manusia selama hidupnya, karena melalui belajar manusia dapat melakukan suatu perbaikan dalam berbagai hal menuju kebahagiaan hidup.

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Proses belajar dan hasil belajar secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu, meliputi kondisi sosial ekonomi, sarana dan prasarana, biaya, kondisi lingkungan dan sebagainya. Faktor internal terbagi lagi menjadi dua bagian yaitu psikis dan fisiologis. Psikis menyangkut kondisi kejiwaan seseorang dan fisiologis berhubungan dengan kondisi fisik seseorang.

Hasil belajar adalah proses penentuan tingkat kecakapan penguasaan belajar seseorang dengan cara membandingkannya dengan norma tertentu dalam sistem penilaian yang disepakati. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah (1) ada materi atau mata pelajaran yang dipelajari, (2) faktor lingkungan peserta didik, (3) faktor instrumental, (4) keadaan individu peserta didik, dan (5) proses belajar mengajar. Jenis mata pelajaran atau materi yang dipelajari juga turut mempengaruhi proses dan hasil belajar, misalnya belajar tentang pengetahuan yang bersifat konsep berbeda dengan belajar tentang pengetahuan yang bersifat prinsip.

Nana Sudjana (2008: 39) mengemukakan beberapa hal yang mempengaruhi hasil belajar dan kemudian akan mempengaruhi pencapaian belajar. Faktor-faktor tersebut adalah faktor dari dalam siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor kemampuan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap hasi belajar yang dicapai.

(24)

Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi, minat dan perhatian, sikap dan kebiasan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

Sedangkan Wina Sanjaya (2009: 52) hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat, dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan:

1. Faktor guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru bagimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin dapat diaplikasikan.

2. Faktor siswa

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembanganya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadianya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan setiap masing-masing anak pada aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama, disamping karakteristik yang lain yang melekat pada diri anak.

3. Faktor lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor sosial psikologis.

Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa memengaruhi proses pembelajaran.

Faktor iklim sosial maksudnya, hubungan keharmonisan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal atau eksternal, internal ialah antara hubungan orang yang terlibat dilingkungan sekolah misalnya, iklim sosial antara guru dan murid, antara guru dengan guru, bahkan antara guru dan pimpinan sekolah.

4. Faktor sarana dan prasarana

(25)

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya.

2.6 Kemampuan Menulis

Menulis merupakan suatu aktivitas yang bertautan berdasarkan keterlibatan faktor kebahasaan dan faktor selain bahasa yang sekiranya menghasilkan tulisan.

Penulis wajib dapat menuangkannya dalam bahasa yang sesuai, sistematis dan kompleks agar percakapan melalui media tulis terbilang mulus. Kegiatan menulis memiliki arti sebagai suatu aktifitas penciptaan pemahaman dan penjiwaaan kedalam tulisan. Menulis artinya memberikan gagasannya dengan media tulisan, sehingga pemikiran penulisnya bisa dipahami.

Keterampilan dalam memberikan gagasannya melalui goresan pena dari tiap orang memiliki perbedaan dengan melihat pertumbuhan penulisnya yang berarti bobot tulisan memiliki perbedaan antara satu sama lain. Namun, hal yang perlu dipahami mengenai keterkaitan dengan kegiatan menulis yaitu penulis wajib fokus pada kemahiran dan kepentingan para pembaca. Menulis diartikan suatu aktivitas menyampaikan pesan melalui bahasa tulis. Pesan adalah kandungan yang terdapat dalam sebuah tulisan. Tulisan berarti coretan yang memiliki arti bahasa yang telah disepakati artinya. Jika disimpulkan, pada dialog tertulis sekurang- kurangnya memiliki empat unsur yaitu: penyampai pesan atau penulis, kandungan tulisan, perantara tulisan, dan pembaca (Suparno dan Yunus, 2007: 113).

Tarigan (2008: 22) mengatakan kegiatan menulis merupakan kegiatan menuangkan arti simbol coretan yang memiliki arti bahasa yang dapat diartikan, sehingga pembaca bisa mengetahui arti simbol coretan itu jika dia mengetahui bahasa tersebut. Pada intinya orang yang menulis tetap mempunyai ketidaksempurnaan karena tidak mendapatkan saran pembaca secara langsung dan kadang tidak mendapatkan saran sekalipun. Dari kegiatan menulis akan ditemukan sebuah gagasan, mengatur serta dan membicarakan gagasan. Menulis juga memiliki arti sebuah aktivitas penemuan gagasan, mengatur serta

(26)

membicarakan gagasan agar bisa diketahui masyarakat. Hubungan ide tidak dilaksanakan dengan suara melainkan dengan deretan kata sehingga mencipyakan suatu tulisan

2.7 Pembelajaran Berbasis PBL

Pembelajaran Berbasis PBL (Problem-based Learning) adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Menurut Barrow dalam Miftahul (2017:270) Problem Based Learning merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigm pengajaran menuju paradigma pembelajaran. Problem Based Learning menuntut upaya kritis dari siswa untuk memperoleh pengetahuan, menyelesaikan masalah, belajar secara mandiri, dan memiliki skil partisipasi yang baik.

Strategi pembelajaran berbasis masalah mengusung gagasan utama bahwa tujuan pembelajaran dapat tercapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas- tugas atau permasalahan yang otentik, relavan dan dipresentasikan dalam satu konteks. Dengan kata lain, tujuan utama pendidikan adalah memecahkan problem- problem kehidupan. Menurut Arends dalam Warsono dan Hariyanto, (2012:147) mengatakan bahwa model pembelajaran yang berdasarkan kontruktivisme dan mengakomodasikan keterlibatan siswa dalam belajar serta dalam pemecahan masalah yang kontekstual.

Pembelajaran berbasis masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran aktif dan kolaboratif, serta berpusat kepada peserta didik, sehingga

(27)

mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah secara mandiri.

Pembelajaran berbasis masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik, misalnya, peserta didik menyelediki sendiri menemukan permasalahan sendiri dan menyelesaikan masalah tersebut dibawah bimbingan fasilitator atau pendidik.

Tujuan utama Problem-based Learning (PBL) adalah mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membentuk serta memperoleh pengetahuan baru.

Strategi pembelajaran dengan PBL memberikan kebebasan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Baron dalam Rusmono (2017:74) keterlibatan siswa dalam strategi pembelajaran dengan PBL, meliputi kegiatan kelompok dan kegiatan perorangan.

Prinsip-prinsip (PBL) yaitu sebagai berkut.

a. Penggunaan masalah nyata (otentik)

b. Berpusat pada peserta didik (student-centered) c. Guru berperan sebagai fasilitator

d. Kolaborasi antarpeserta didik

e. Sesuai dengan paham konstruktivisme yang menekankan peserta didik untuk secara aktif memperoleh pengetahuannya sendiri.

Berikut adalah langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Sintak model Problem Based Learning (PBL) dari Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:

1) Mengidentifikasi masalah.

2) Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi informasi-informasi yang relevan.

3) Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang.

4) Melakukan tindakan strategis, dan

(28)

5) Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan.

Manfaat pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain:

Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki sikap terhadap sekolah, memperbaiki kehadiran, angka putus sekolah menjadi rendah, penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, perilaku menggangu menjadi lebih kecil, konflik antar pribadi berkurang, sikap apatis berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, motivasi lebih besar, hasil belajar lebih tinggi, retensi lebih lama, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. (Ibrahim dkk, 2000).

Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL)

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

(29)

Evaluasi materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

(Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002)

Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu tipe pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) yang menekankan pada stuktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik (Suhadi, 2011). Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Ibrahim, 2000).

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) yaitu :

(1) Hasil belajar akademik struktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik (2) Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

(3) Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Langkah-langkah pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) meliputi enam langkah sebagai berikut:

(30)

1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan memuat skenario pembelajaran, lembar kerja siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran PBL.

2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuai dengan model pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL). Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa.

Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok dibentuk merupakan campuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan guru.

4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kelompok sertiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan guru.

Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban.

Dalam tahap ini guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengn nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

(31)

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren antara lain adalah: (1) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (2) memperbaiki kehadiran, (3) penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, (4) perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, (5) konflik antara pribadi berkurang, (6) pemahaman yang mendalam, (7) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, (8) hasil belajar lebih tinggi (Ibrahim ,2000).

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Bungo, Kabupaten Bungo, Tahun Pelajaran 2022/2023, selama 4 minggu mulai Agustus hingga September tahun 2022 di kelas X DKV SMKN 2 Bungo. Siswa yang terlibat sebanyak 20 orang. Pada pembelajaran kompetensi penulisan laporan hasil observasi Siswa dikelompokan menjadi 5 kelompok, dimana setiap kelompok beranggotakan sebanyak 4 siswa. Siswa kelas X DKV SMKN 2 Bungo biasa mengikuti pembelajaran dengan situasi yang kurang aktif dan motivasi, sehingga hasil belajarnya rendah. Kelengkapan belajar di kelas berupa LCD Projektor dan Lembar Kerja Siswa. Sumber belajar berupa buku wajib Bahasa Indonesia SMK Kelas X terbitan LP2IP, internet dan pustaka lain yang mendukung pembelajaran.

3.2 Subjek yang Terlibat sebagai Peneliti

Guru berperan sebagai peneliti, dimana mulai dari perencanaan telah melibatkan guru mitra, menyusun rencana tindakan dan melaksanakan rancangan pembelajaran dan assesmen, sedangkan guru mitra menjadi observer. Kemudian secara bersama-sama melakukan analisis hasil observasi dan assesmen, melakukan interpretasi dan refleksi dan selanjutnya merancang tindak lanjut penelitain untuk siklus berikutnya.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian berupa lembar observasi guru dan siswa, angket respon siswa serta perangkat tes.

(1) Lembar observasi guru dan siswa

a. Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengamati 3 (tiga) aspek, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Tiap kegiatan tersebut dinilai oleh observer dengan menggunakan skor 1 sampai dengan 4, dimana skor 1 diberikan jika guru melaksanakan kegiatan pembelajaran “kurang”, skor 2 diberikan jika guru melaksanakan kegiatan pembelajaran “sedang”, skor 3 diberikan jika guru melaksanakan kegiatan pembelajaran “baik” dan skor 4 diberikan jika guru melaksanakan kegiatan pembelajaran “sangat baik”. Adapun untuk kriteria penilaian lembar observasi aktivitas guru berdasarkan rentang nilai sebagai berikut : nilai 40 – 48 kategori sangat

(33)

baik, nilai 31 - 39 kategori baik, nilai 22 – 30 kategori sedang dan ≤ 21 kategori kurang.

b. Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengamati aktivitas siswa yang seharusnya tidak dilakukan siswa, seperti bicara tidak relevan, membuat corat-coret dikelas, melamun, keluyuran dan keluar dari duduk sendiri, melakukan pekerjaan lain, mengganggu siswa lain, meminjam pensil, ke kamar mandi dan lain-lain. Sehingga dapat dilihat aktivitas siswa yang terlibat pembelajaran dan tidak terlibat pembelajaran. Kriteria penilaian lembar obsevasi aktivitas siswa dinilai oleh observer berdasarkan persentase rentang nilai sebagai berikut : nilai 86 – 100% kategori keterlibatan siswa sangat baik, nilai 70 – 85% kategori keterlibatan siswa baik, nilai 55 – 69% kategori keterlibatan siswa sedang dan nilai 40 – 54%

kategori keterlibatan siswa kurang. Format penilaian aktivitas guru dan siswa disajikan pada lampiran 1 dan lampiran 2.

(2) Angket respon siswa

Angket yang berisi 10 pertanyaan yang berisi tentang tanggapan siswa terhadap model pembelajaran PBL. Jawaban siswa tiap pertanyaan diberi skor 1 sampai dengan 4, dimana akan diberikan skor 1 jika jawaban sangat tidak setuju, skor 2 jika jawaban tidak setuju, skor 3 jika jawaban setuju dan skor 4 jika jawaban sangat setuju. Kriteria penilaian lembar pengamatan respon siswa terhadap model pembelajaran PBL berdasarkan rentang nilai sebagai berikut : nilai 33 – 40 kategori sangat baik, nilai 25 – 32 kategori baik, nilai 17 – 24 kategori sedang dan nilai ≤ 16 kategori kurang. Lembar pengamatan respon siswa terhadap model pembelajaran PBL disajikan pada lampiran 3.

(3) Instrumen Tes

a. Pretest (Tes Awal).

Pretest berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pretes memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran.

Pretes diberikan pada awal pembelajaran siklus I.

(34)

b. Postest (Tes Akhir)

Postest berfungsi untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Postes dilaksanakan pada akhir siklus. Data pretes maupun postes digunakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran dan melihat ketuntasan hasil belajar siswa baik secara individu maupun klasikal. Bentuk soal pretes dan postes pilihan ganda. Soal terdiri dari 20 soal skema penulisan laporan hasil observasi dengan jawaban benar tiap soal diberi nilai 5.

(4) Lembar penilaian kemampuan berpendapat

Lembar penilaian kemampuan berpendapat meliputi indikator aspek berkomunikasi efektif, mendengarkan orang lain, menghormati gagasan orang lain dan menyumbangkan gagasan. Masing-masing aspek dinilai oleh observer dengan rentang skor 1 sampai dengan 4. Skor 1 jika penilaian memerlukan perbaikan, skor 2 jika menunjukan kemajuan, skor 3 jika memuaskan dan skor 4 jika sangat baik. Kriteria penilaian unjuk kerja kemampuan berpendapat berdasarkan rentang nilai sebagai berikut : nilai 14 – 16 kategori “sangat baik”, nilai 11 – 13 kategori

“baik”, nilai 8 - 10 kategori “sedang” dan nilai ≤ 8 kategori “kurang”.

3.4 Rencana Tindakan 3.4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Susilo (2007), salah satu arti PTK adalah suatu bentuk kajian refleksi oleh peneliti (pelaku tindakan) yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional tindakannya dalam menjalankan tugas, memperdalam pemahaman atas tindakan itu, serta memperbaiki kondisi pelaksanaan praktik pembelajaran. Dalam hal ini peneliti atau pelaku tindakan melakukan kajian sistematis refleksi selama penelitian untuk memperbaiki kondisi lingkungan.

3.4.2 Rencana Tindakan

PTK terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan bersinambungan, yaitu (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (acting), (3) Pengamatan (observing), dan (4) Refleksi (reflecting). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu tahapan pra PTK yang meliputi identifikasi

(35)

masalah, analisis masalah dan rumusan masalah Tahapan-tahapan PTK tersebut diilustrasikan pada gambar 1.

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, dengan waktu dan materi sebagai berikut :

(1) Siklus I, dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, dan membahas tentang penulisan laporan hasil observasi

(2) Siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dan membahas tentang laporan hasil observasi dalam kehidupan.

Kedua siklus tersebut merupakan satu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan, artinya pelaksanaan siklus II merupakan kelanjutan dan perbaikan dari siklus 1.

(1) Pelaksanaan Siklus I

a. Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap ini meliputi persiapan awal guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran serta alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu berupa : Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pembuatan instrumen penilaian (pretest dan postest), pembuatan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

(36)

Tahap ini merupakan pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL), yaitu : menggali pengetahuan siswa melalui apersepsi dan pemberian informasi , menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan pretes untuk mengetahui data awal belajar siswa, siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor, guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya, kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya, guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka, tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain, guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran, memberikan postest untuk mengetahui hasil pemahaman siswa terhadap pembelajaran penulisan laporan hasil observasi.

c. Observasi (Observation)

Observasi atau pengamatan dilaksanakan selama penelitian berlangsung dengan sasaran: (1) siswa, untuk mengetahui aktifitasnya selama mengikuti pembelajaran, (2) Guru, untuk mengetahui aktifitas dalam penerapan metode pendekatan PBL. Pada kegiatan pengamatan ini, peneliti dibantu oleh beberapa orang guru yang bertindak sebagai pengamat dengan berperan mengamati aktifitas guru dan siswa.

d. Refleksi (Reflection)

Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi melalui lembar pengamatan berdasarkan instrumen yang telah disusun. Kemudian dikumpulkan serta dianalisis, demikian juga dengan tes belajar siswa (pretest dan postest). Dengan demikian peneliti dapat melihat sejauh mana ketercapaian dari rencana tindakan dan mendiskusikannya dengan observer apabila terdapat permasalahan dari pelaksanaan siklus 1 yang nantinya akan ditindak lanjuti pada siklus II.

(2) Pelaksanaan Siklus II

a. Tahap Perencanaan (Planning).

(37)

Tahap ini meliputi persiapan awal guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran serta alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar yaitu berupa : penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, memperlihatkan contoh laporan hasil observasi, pembuatan instrumen penilaian (pretes dan postes), pembuatan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa, menyiapkan lembar respon siswa (angket).

b. Tahap Pelaksanaan (Tindakan / Action)

Langkah-langkah pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II relatif sama pelaksanaannya dengan pelaksanaan pada siklus I dengan mengadakan perbaikan dan penambahan sesuai dengan kenyataan di lapangan.

c. Observasi (Observation)

Pada prinsipnya observasi yang dilakukan pada siklus I hampir sama dengan yang dilaksanakan pada siklus II, perbedaannya pada aspek pengamatan, pada siklus II lebih ditekankan peranan laporan hasil observasi dalam pengembangan siswa dalam menulis.

d. Refleksi (Reflection)

Pada tahap inilah peneliti akan tampak apakah semua indikator sudah dirancang dalam penelitian ini berhasil atau tidak.

3.5 Sumber, Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Program Desain Komunikasi Visual (DKV) SMK Negeri 2, Kabupaten Bungo Tahun Pelajaran 2022/2023 .

3.5.2 Jenis Data

(1) Data kualitatif berupa hasil observasi kegiatan guru dan aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran melalui model pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) pada materi Cerita Pendek.

(2) Data kuantitatif, berupa nilai evaluasi diakhir setiap siklus untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah diadakan tindakan.

(38)

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : (1) Pemberian Tes

Pretes, digunakan untuk memperoleh data awal siswa. Postes, digunakan untuk memperoleh data mengenai hasil belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

(2) Angket Respon Siswa

Hasil dari siswa mengerjakan Tugas digunakan untuk memperoleh data mengenai pengetahuan dan keterampilan proses belajar siswa

(3) Observasi (Pengamatan)

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai aktivitas guru dan siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), serta respon siswa melalui angket siswa. Angket siswa digunakan untuk memperoleh data mengenai sikap dan pendapat siswa tentang model pembelajaran PBL yang telah berlangsung selama 2 siklus. Pengamatan juga dilakukan terhadap aktivitas siswa dalam kemampuan berpendapat, seperti kemampuan berkomunikasi efektif, kemampuan mendengarkan orang lain, menghormati gagasan orang lain serta kemampuan menyumbangkan gagasan.

3.6 Teknik Analisa Data

Data dianalisis secara kualitatif meliputi beberapa kriteria, yaitu (1) aktivitas guru, (2) aktivitas siswa, (3) kemampuan berpendapat dan (4) pemahaman siswa.

Aktivitas guru dianalisis dari hasil penilaian lembar observasi aktivitas guru berdasarkan rentang nilai sebagai berikut : nilai 40 – 48 kategori sangat baik, nilai 31 -39 kategori baik, nilai 22 – 30 kategori sedang dan ≤ 21 kategori kurang.

Aktivitas siswa dianalisis dari hasil penilaian lembar obsevasi aktivitas siswa dinilai oleh observer berdasarkan persentase rentang nilai sebagai berikut : nilai 86 – 100 % kategori keterlibatan siswa sangat baik, nilai 70 – 85 % kategori keterlibatan siswa baik, nilai 55 – 69 % kategori keterlibatan siswa sedang dan nilai 40 – 54 % kategori keterlibatan siswa kurang.

Kemampuan berpendapat yang meliputi komunikasi efektif, mendengarkan orang lain, menghormati gagasan orang lain dan menyumbangkan gagasan dianalisis dari hasil penilaian unjuk kerja kemampuan berpendapat berdasarkan

(39)

rentang nilai sebagai berikut : nilai 14 – 16 kategori “sangat baik”, nilai 11 – 13 kategori “baik”, nilai 8 - 10 kategori “sedang” dan nilai ≤ 7 kategori “kurang”.

Respon siswa terhadap model pembelajaran PBL ditafsirkan secara kualitatif berdasarkan rentang nilai, yaitu nilai 33 – 40 kategori “sangat baik”, nilai 25 – 32 kategori “baik”, nilai 17 – 24 kategori “sedang” dan ≤ 16 kategori

“kurang”.

3.7 Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil dengan ketentuan sebagai berikut : (1) Ketuntasan Belajar

a. Individual :

Dilihat dari ketuntasan belajar secara individual dan tercapai bila siswa mendapat nilai ≥ 65 atau 65%.

b. Klasikal :

Diukur tercapai ketuntasan belajar secara klasikal dengan 85% dari seluruh siswa yang telah tuntas belajar.

(2) Indikator Kemampuan Berpendapat

Terjadi peningkatan keterampilan dalam hal kemampuan berpendapat yang meliputi : kemampuan berkomunikasi secara efektif, kemampuan mendengarkan orang lain, kemampuan menghormati gagasan orang lain, kemampuan menyumbangkan gagasan selama proses belajar mengajar dengan menggunakan format pengamatan unjuk kerja kemampuan berpendapat. Kemampuan berpendapat akan berhasil jika tercapai kategori

“baik”.

(3) Indikator Respon Siswa

Indikator dari respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yaitu siswa memberi respon “positif” atau kriteria “baik” pada pembelajaran kompetensi Bakteri yang menerapkan model PBL

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Siklus I

(1) Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap ini meliputi persiapan awal guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran serta alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu : Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan LKS, pembuatan instrumen penilaian (Pretest dan Postest), pembuatan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa.

(2) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Tahap ini merupakan pelaksanaan pembelajaran PBL, dimana pada pertemuan ke 1 dan pertemuan ke 2 langkah-langkah pelaksanaannya tidak jauh berbeda, hanya materi pelajaran yang berbeda. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yaitu :

a. Menggali pengetahuan siswa melalui apersepsi dan pemberian informasi.

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

c. Memberikan pretes untuk mengetahui data awal belajar siswa.

d. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.

e. Guru memberikan tugas pada lembar LKS dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

f. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya.

g. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

h. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

i. Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran.

(41)

j. Memberikan contoh pada akhir pertemuan kedua untuk mengetahui hasil pemahaman siswa terhadap pembelajaran Cerita Pendek.

(3) Tahap Observasi (Observation)

Observasi/pengamatan dilaksanakan selama penelitian berlangsung dengan sasaran :

Pertemuan I, Siklus I a. Aktivitas Guru

Pada pertemuan pertama PBL berjalan lancar, namun ada beberapa temuan yang dipantau oleh observer, antara lain : Guru masih sangat dominan, Kelompok yang berada pada posisi paling belakang kurang diakomodir, Lembar jawaban LKS kurang efisien karena dijawab pada lembar yang terpisah, Kelas masih kurang tertib, waktu PBM bertambah per-10 menit setiap penambahan penyelesaian penjelasan materi. Hasil obsevasi aktivitas guru pada setiap pertemuan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I

No. ASPEK YANG DIAMATI SIKLUS I

P1 P2

I KEGIATAN AWAL

1. Menyiapkan pembelajaran 3,10 3,10

2. Memberikan appersepsi dan motivasi 3,80 4,00 3, Menyampaikan tujuan pembelajaran 3,50 3,80

II KEGIATAN INTI

4. Membagi siswa kedalam kelompok 3,00 3,00 6. Memberikan tugas pada masing-masing 3,00 3,00

kelompok (LKS)

7. Membimbing siswa dalam diskusi dan memastikan tiap anggota kelompok dapat

3,10 3,20 mengerjakan / mengetahui jawabannya 8. Guru memanggil salah satu nomor dan yang 3,00 3,00 dipanggil melaporkan hasil kerjasamanya

(42)

9. Tanggapan dari teman lain, kemudian guru me nunjuk nomor yang lain

3,00 3,00 10. Menyimpulkan pelajaran melibatkan siswa 3,00 3,00

III KEGIATAN AKHIR

11. Melaksanakan evaluasi 3,00 3,00

12. Tindak lanjut 3,00 3,00

Jumlah 34,5 35,1

Rata-Rata Nilai 2,87 2,92

Keterangan :

P1 = Rata-Rata Nilai Pertemuan ke1 P2 = Rata-Rata Nilai Pertemuan ke2

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru dalam PBM. Pada siklus pertemuan ke 1 diperoleh nilai 34,5 (kategori baik).

b. Aktivitas Siswa

Pada pertemuan pertama PBL berjalan lancar, namun ada beberapa temuan yang dipantau oleh observer, antara lain : tidak semua siswa terlibat langsung, motivasi kerja kelompok masih rendah, masih ada yang berbicara tidak relevan, banyak siswa yang kurang memperhatikan, ada sebagian siswa yang belum aktif dalam berdiskusi, ada sebagian siswa yang belum memahami model PBL sehingga masih bingung menjawab LKS. Hasil observasi aktivitas keterlibatan siswa dalam PBL disajikan pada Tabel 3. Hasil observasi selengkapnya disajikan pada lampiran 2.

Tabel 3. Aktivitas Keterlibatan Siswa pada Pembelajaran Siklus I

Jumlah Siswa*) % %

Ketidakterlibatan Keterlibatan

Siklus I

(43)

Pertemuan 1 11 55 45

Pertemuan 2 9 45 55

Keterangan :

*) = Jumlah siswa yang seharusnya tidak dilakukan siswa, yaitu bicara Tidak relevan, melamun dan melakukan pekerjaan lain.

Pada Tabel 3 diatas dapat dilihat aktivitas keterlibatan siswa yang semakin meningkat pada setiap pertemuan. Pada pertemuan ke 1 dan 2 siklus I, keterlibatan siswa hanya 45 %, atau sebanyak 55% siswa masih belum terlibat pada pembelajaran pada pertemuan 1 dan 55% siwa terlibat dan 45% siswa belum terlibat pada pertemuan 2.

c. Pemahaman Siswa

Pada saat penggalian pengetahuan awal siswa rendah hanya beberapa siswa saja yang bisa menjawab, setelah mengerjakan LKS dan berdiskusi pemahaman siswa tidak menunjukkan kemajuan yang berarti padahal materi yang disampaikan sudah diberikan melalui video dan media buku untuk pedalaman materi

d. Kemampuan berpendapat

Pertemuan pertama lebih dari 10 siswa berkemampuan sedang dalam berkemampuan berpendapat dan kurang dari 10 siswa memiliki kemampuan berpendapat yang kurang. Hal tersebut di persentasekan dalam tabel.4

Tabel 4. Penilaian Unjuk Kerja Kemampuan Berpendapat pada Siklus I

Pada Tabel 4 dapat dilihat kemampuan berpendapat yang meliputi kemampuan komunikasi efektif, kemampuan mendengarkan orang lain, kemampuan menghormati gagasan orang lain dan kemampuan menyumbang

Rentang Nilai Kategori Siklus I

P1(%) P2(%)

14- 16 Sangat Baik - -

11 – 13 Baik 4,5 30

8 – 10 Sedang 60 55,5

≤ 7 Kurang 35,5 14,5

(44)

gagasan pada setiap pertemuan semakin meningkat. Kategori Baik pada pertemuan ke 1 siklus 1 hanya sebesar 4,5 %, namun pada pertemuan ke 2 siklus I terjadi peningkatan menjadi 30 % atau naik sebesar 23,5 %.

Pertemuan II , Siklus I a. Aktivitas Guru

Pada pertemuan kedua PBL berjalan lancar, namun ada beberapa temuan yang dipantau oleh observer, antara lain : LCD proyektor tidak bisa jalan karena listrik mati, sudah mulai mengakomodir pada kelompok siswa di belakang, namun masih belum maksimal, waktu pembelajaran tidak molor. Dari Tabel 2 dapat dilihat pada pertemuan ke 2 siklus I ini aktivitas guru ada peningkatan.

Pada pertemuan ke 1 nilai observasi aktivitas guru sebanyak 34,5 (kategori baik) dan pada pertemuan ke 2 meningkat menjadi 35,1 (kategori baik) Terjadi peningkatan nilai sebanyak 0,6

b. Aktivitas Siswa

Pada pertemuan ke 2 siklus I pembelajaran berjalan lancar dan lebih tertib, namun ada beberapa catatan dari observer antara lain : tidak semua siswa terlibat langsung, motivasi kerja kelompok masih rendah, masih terlihat sebagian sendiri- sendiri dalam mengerjakan tugas, ada sebagian siswa yang belum aktif dalam berdiskusi, masih ada aktivitas siswa yang seharusnya tidak dilakukan siswa di kelas, yaitu bicara tidak relevan, melamun dan tidak memperhatikan. Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat pada pertemuan ke 2 ini keterlibatan siswa berbeda dengan pertemuan pertama, yaitu sebanyak 55%. Sebanyak 45% atau sebanyak 9 siswa tidak terlibat dalam pembelajaran karena melakukan pekerjaan lain, melamun dan tidak memperhatikan, dan bicara yang tidak relevan.

c. Pemahaman Siswa

Pada pertemuan kedua, saat penggalian pengetahuan awal motivasi siswa mulai meningkat, hanya sebagian kecil saja tidak menjawab, dalam mengerjakan LKS dan berdiskusi pemahaman siswa mulai menunjukkan kemajuan, jawaban lebih terarah namun belum rinci. Pemahaman siswa juga dilihat dari hasil ketuntasan belajar siswa, pada siklus I hasil belajar siswa sangat rendah.

Ketuntasan Hasil belajar siswa disajikan pada Tabel 5.

(45)

Tabel 5. Hasil Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I

Nilai Siswa Pretes Postes Keterangan

Jumlah

Siswa % Jumlah

siswa %

≥ 65 3 15 9 45 Tuntas

≤ 65 17 85 11 55 Tidak

Tuntas

Dari Tabel 5 dapat dilihat Nilai Ketuntasan individu sebanyak 9 siswa dan ketuntasan klasikal sebanyak 45%, Sehingga secara klasikal masih belum tuntas dan dilanjutkan perbaikan nilai hasil belajar pada siklus II.

d. Kemampuan Berpendapat

Keterampilan siswa dalam hal kemampuan berpendapat yang meliputi kemampuan berkomunikasi efektif, kemampuan mendengarkan orang lain, kemampuan menghormati gagasan orang lain dan kemampuan menyumbangkan gagasan pada Siklus I pertemuan ke 2 ini mulai ada peningkatan. Kemampuan berpendapat siswa dengan kategori “Baik” meningkat tajam menjadi 30%, dengan demikian kategori “sedang” peersentasinya menurun menjadi 55,5% dan kategori

“kurang” menjadi 14,5%.

e. Respon Siswa

Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran model PBL pada setiap siklus terjadi peningkatan respon positif. Pada siklus I siswa yang menyenangi belajar menggunakan model PBL dengan kategori “baik” sebanyak 25% dan kategori “sangat baik” sebanyak 75%. Hasil pengamatan respon siswa terhadap model PBL pada siklus I disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Respon Siswa Terhadap Metode Pembelajaran PBL Pada Siklus I Rentang Nilai Jumlah

Siswa

% Kategori

33 – 40 15 75 Sangat Baik

25 – 32 5 25 Baik

Gambar

Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah  atau Problem Based Learning (PBL)
Gambar 1.  Siklus  Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I
Tabel 3.  Aktivitas Keterlibatan Siswa pada Pembelajaran Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi :EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS DISCOVERY LEARNING (DL) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DITINJAU DARI

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning / PBL) pada Mata Pelajaran Teknologi.. Informasi dan Komunikasi Untuk Meningkatkan

Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang

Pendekatan PBL (Problem Based Learning) atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas dimana siswa terlebih dahulu

Tahap uji coba terbatas dilakukan untuk mengetahui apakah LKPD berbasis PBL (Problem Based Learning) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang menyajikan berbagai macam masalah, mengajukan pertanyaan dan

2.4.1 PengertianModel Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) Pembelajaran berbasis masalah ( Problem Based Learning ) adalah suatu pembelajaran yang menjadikan

Kelas eksperimen adalah kelas yang menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah Problem Based Learning PBL sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang menggunakan strategi