• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF 17 BAB II TINJAUAN TEORITIS - Unisba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF 17 BAB II TINJAUAN TEORITIS - Unisba"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

Umpan balik memegang peranan yang sangat penting dalam komunikasi karena menentukan kelanjutan atau penghentian komunikasi yang diprakarsai oleh komunikator. Umpan balik positif merupakan tanggapan atau respons komunikasi yang menyenangkan hati komunikator sehingga komunikasi mengalir dengan lancar. Sedangkan umpan balik negatif merupakan tanggapan komunikator yang tidak disukai sehingga komunikator enggan melanjutkan komunikasi.

Umpan balik verbal merupakan tanggapan komunikator yang diungkapkan dengan kata-kata, baik pendek maupun panjang. Umpan balik yang diuraikan di atas merupakan umpan balik yang disampaikan atau berasal dari komunikator. Dengan kata lain umpan balik yang berasal dari luar komunikator disebut umpan balik eksternal.

Umpan balik yang berasal dari diri kita sendiri disebut umpan balik internal. Menurut mereka, yang efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangka acuan komunikator dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan umpan balik dalam proses komunikasi berlangsung seketika, dalam arti kata. komunikator mengetahui reaksi atau reaksi komunikator pada saat itu, maksudnya juga. Umpan balik (feedback) dalam komunikasi media khususnya media massa biasa disebut dengan feedback tertunda (delayed feedback), karena reaksi atau respon khalayak terhadap komunikator memerlukan jangka waktu tertentu.

Namun dalam proses komunikasi media, misalnya dengan surat, poster, spanduk, radio, televisi atau film, pasti ada reaksi.

Fungsi Komunikasi

Yang erat hubungannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif, yang dapat dilakukan sendiri atau berkelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan untuk mempengaruhi orang lain, namun hal ini dapat dicapai jika komunikasi menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan (emosi).

Tujuan Komunikasi

Komunikasi yang fungsinya menginformasikan atau menjelaskan (inform) mengandung muatan persuasif dalam artian penutur ingin agar pendengarnya percaya bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan patut untuk diketahui. Ada pula empat tujuan komunikasi lainnya, yaitu: 1) mengubah sikap (to change atp), 2) mengubah pendapat/pendapat/sikap (to change opinion), 3) mengubah perilaku (to change behavior), 4) mengubah masyarakat (to mengubah masyarakat).

Tinjauan Umum Komunikasi Massa

  • Pengertian Komunikasi Massa
  • Ciri-Ciri Komunikasi Massa
  • Fungsi Komunikasi Massa
  • Efek Komunikasi Massa

Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau disiarkan, diperiksa oleh sejumlah oknum di dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan melalui media massa. Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Pengertian komunikasi massa hanya terbatas pada penggunaan media massa, misalnya surat kabar, majalah, radio, televisi atau film.

Masyarakat yang ikut serta dalam komunikasi ini mempunyai inisiatif tersendiri dalam berkomunikasi tanpa adanya aturan-aturan tertentu seperti yang disyaratkan dalam komunikasi massa. Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) sekelompok individu, 2) dalam berkomunikasi, individu-individu tersebut terbatas perannya pada sistem media massa, 3) pesan disebarkan atas nama media masing-masing. dan bukan mengatasnamakan unsur perseorangan. Unsur-unsur yang terlibat, 4) apa yang disampaikan komunikator biasanya bertujuan untuk mencapai keuntungan atau memperoleh keuntungan ekonomi. Herbert Blumer memberikan ciri-ciri karakter penonton/komunikator sebagai berikut. a) Audiens dalam komunikasi massa sangat heterogen.

Pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau sekelompok orang tertentu. Namun dalam hal ini tidak ada komunikasi dua arah, karena komunikasi dua arah hanya terjadi antara dua orang dan tidak terjadi pada semua kelompok sasaran yang heterogen. Komunikasi massa dapat dikatakan mempunyai fungsi moralisasi apabila memperkuat kontrol sosial terhadap anggota masyarakat yang membawa perilaku menyimpang ke perhatian masyarakat.

Salah satu fungsi media massa yang paling menarik dan terlupakan adalah fungsi narkotisasinya. Fungsi komunikasi massa yang banyak kita tidak sadari adalah kemampuannya membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok. Namun dalam komunikasi massa, komunikator seringkali tidak mengetahui apakah pesannya dapat dipahami atau tidak.

Hal ini karena umpan balik dalam komunikasi massa sangat terbatas dan tidak ada cara praktis untuk memeriksa apakah pesan yang disiarkan dapat dipahami, terutama jika khalayaknya tersebar atau tidak teragregasi atau heterogen. Padahal, komunikator dalam komunikasi massa telah berusaha semaksimal mungkin agar pesan yang disampaikannya dapat dipahami. Untuk mengurangi dampak dari kurangnya pemahaman mereka, komunikator dalam komunikasi massa terkadang menggunakan berbagai metode untuk memahami pesannya.

Kalaupun kita memahami apa yang diberitakan media massa, sama saja semakin kuat pula efek primer yang terjadi. Individu tidak merespon secara spontan dan otomatis terhadap pesan-pesan media massa seperti yang ditimbulkan oleh efek peluru atau jarum suntik (audiens dianggap pasif).

Tinjauan Umum Media Massa Televisi

  • Sejarah Singkat Televisi
  • Siaran Televisi di Indonesia
  • Fungsi Televisi
  • Karakteristik Televisi
  • Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan

Menurut pandangan Swanson (1979), ide dasar di balik efek ini adalah bahwa 'penonton' secara aktif menggunakan media massa. Kegiatan penyiaran media televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan pembukaan Asian Games IV Asean Games di Senayan. Indonesia (TPI), Andalas Televisi (ANTV), Indosiar, TV7, Lativi, Metro TV, Trans TV, Global TV dan televisi daerah seperti Bandung TV, JakTV, Bali TVI dan lain-lain.

Fungsi televisi sama dengan media massa lainnya (surat kabar dan siaran radio), yaitu memberikan informasi, pendidikan, hiburan dan persuasi. Namun fungsi hiburan lebih dominan pada media televisi, hal ini sesuai dengan hasil penelitian mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD yang secara umum tujuan utama penonton menonton televisi adalah untuk mendapatkan hiburan. lalu untuk mendapatkan informasi. Ketika dia menulis naskah acara atau membaca naskah acara, dia harus berpikir dalam gambar.

Begitu pula seorang komunikator yang ingin menyampaikan informasi, edukasi, atau persuasi harus mampu berpikir secara imajiner. Tahap berpikir dalam gambar yang kedua adalah picturization, yaitu kegiatan menyusun gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kesinambungannya mengandung makna tertentu. Dalam proses pencitraan, terdapat pergerakan kamera tertentu yang dapat menghasilkan gambar yang sangat besar (large close-up), gambar yang diambil dari jarak dekat (close-up), dan lain sebagainya.

Penyiaran siaran berita yang dibawakan oleh dua pembaca berita saja dapat melibatkan 10 orang. Pesan yang disampaikan melalui media televisi memerlukan pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran. Kebiasaan dan minat masing-masing kategori kelompok pemirsa biasanya dapat diketahui dari hasil survei, baik yang dilakukan oleh stasiun televisi yang bersangkutan maupun yang dilakukan oleh lembaga lain.

Program untuk anak-anak biasanya ditayangkan pada sore hari hingga pukul 18.00 WIB, karena anak-anak berangkat sekolah pada pagi dan sore hari, dan diharapkan belajar pada pukul 18.00 hingga 20.00. Jadi jika sebuah stasiun televisi menayangkan acara dewasa pada jam 8 malam, seperti film yang penuh kekerasan atau adegan romantis, dan ternyata anak-anak yang menontonnya, maka salah jika bukan orang tua yang menjalankan stasiun televisi tersebut. Bagi semua stasiun televisi, waktu antara pukul 19:30 hingga 21:00 WIB dianggap prime time, yaitu waktu yang dianggap terbaik untuk menayangkan acara.

Film teater yang ditayangkan di layar TV umumnya berdurasi 120 menit, bahkan bisa lebih dari film India. Demikian pula pesan informatif, selain siaran berita, dapat dikemas dalam bentuk wawancara, panel diskusi, laporan, obrolan dan sejenisnya, bahkan dalam bentuk sketsa.

Tinjauan Umum Teori Agenda Setting

Representasi yaitu ukuran atau derajat seberapa besar agenda media atau apa yang dianggap penting oleh media, dapat menggambarkan apa yang dianggap penting oleh masyarakat. Persistensi, yaitu mempertahankan agenda yang sama antara isu media dan isu publik, disebut dengan “perseverance”. Persuasi yaitu korelasi antara agenda media dengan agenda publik atau media yang mempengaruhi agenda publik.

Pengaruh media jenis ketiga ini terhadap publik merupakan pengaruh yang diprediksi secara akurat oleh teori agenda setting klasik, seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Maxwell McCombs dan Donald Shaw pada tahun 1972 di Chappel Hill. Menurut Chaffe dan Berger (1997), beberapa peringatan harus dibuat untuk memperjelas teori ini. Teori ini mempunyai kekuatan prediktif karena memprediksikan bahwa orang-orang yang terpapar pada media yang sama akan menganggap isu yang sama penting.

Teori tersebut dapat dibuktikan salah jika masyarakat tidak terpapar pada media yang sama maka mereka tidak akan mempunyai gagasan yang sama bahwa isu-isu media itu penting. Agenda media mempengaruhi atau berinteraksi dalam banyak hal dengan agenda publik atau pentingnya topik tertentu bagi publik. Pernyataan ini menimbulkan pertanyaan seberapa besar kekuatan media dalam mempengaruhi agenda publik dan bagaimana publik melakukannya.

Mannheim (Severin dan Tankard JR, 1992) mengemukakan beberapa dimensi yang saling terkait untuk lebih memperjelas agenda media. Ditentukan oleh misi dan orientasi, karakter dalam acara televisi, dan topik terkini dan kontekstual.

Tinjauan Umum Minat

Gambar

Tabel 2.1.1 Matriks Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

“Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu informasi dalam bentuk lambang bermakna sebagai pikiran dan perasaan berupa gagasan, informasi, kepercayaan, harapan,