• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Arsitektur Tradisional Indonesia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Arsitektur Tradisional Indonesia"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

Ada tiga kriteria yang dapat digunakan untuk melihat rumah adat di Indonesia, yaitu. Terdapat hubungan yang erat antara bentuk-bentuk hunian, dalam hal ini arsitektur rumah adat, dan peradaban manusia.

Rumah adat Batak Toba dapat dibedakan berdasarkan fungsinya menjadi rumah yang digunakan untuk tempat tinggal keluarga yang disebut ruma dan rumah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan (lumbung) yang disebut sopo. Tingkat pertama disebut bale, yang digunakan untuk pertemuan dan tempat tidur anak laki-laki.

Balok ini selain untuk menopang balok lainnya, juga berfungsi sebagai simbol dengan makna magis. Pelataran yang dibuat sebagai sekat antara dua kelompok rumah yang saling berhadapan, difungsikan sebagai tempat upacara.

Rumah Gadang Gajah Maharam dengan landasan di kedua sisinya memiliki makna simbolis dari sistem pemerintahan tradisional kota Piliang. Arsitekturnya tidak jauh berbeda dengan Rumah Maharam Gadang Gajah, hanya saja atapnya lebih tinggi dan tidak ada anjung di dalamnya.

Di luar adalah laut, yang didefinisikan sebagai sungai dalam arsitektur Palembang, sehingga rumah Limas menghadap ke sungai. Posisi saat ritual kematian di rumah Limas (sumber: Firmansyah, 2003) Rumah Limas di Palembang Ilir (sumber: Sumintardja, 1981).

Lamban Balak merupakan rumah besar milik keluarga besar masyarakat Paminggir – Nuwo Menanak yang merupakan rumah untuk keluarga kecil. Selain hiasan sarang burung melon, langit-langit nuwo balak juga membentangkan kain yang disebut nenek moyang dengan warna sesuai dengan letak adatnya.

Sejak kedatangan Tomanurung, diberlakukan stratifikasi sosial yang membentuk masyarakat feodal (bangsawan) dalam suku Bugis Makassar. Hingga saat ini, permukiman tradisional dan klaster perumahan masyarakat Bugis, Makassar, dan Mandar masih terdapat di seluruh provinsi. Meskipun etnis Bugis Makassar dan Toraja merupakan keturunan dari Tomanurung menurut mitos, namun manifestasi arsitektur tradisional mereka sangat berbeda.

Pandangan kosmologis suku Bugis Makassar terhadap tiga bagian makrokosmos (boting langi, ale kawa, uru liyu) masih bersifat wajib dalam sebuah hunian dibandingkan mikrokosmos. Filosofi ini juga mempengaruhi tata letak bangunan tradisional Bugis Makassar yang tidak terikat pada arah mata angin. Rumah adat Bugis Makassar berbentuk panggung ini terdiri dari struktur utama dan struktur pengisi.

Menurut mitos yang terdapat dalam suku Toraja dikenal dua Tomanurung, yaitu Tomanurung di Langi' Puang ri Kesu' (di Kete Kesu) dan Tomanurung Tamboro Langi' (di Ullin). Pattala Battang (salah satu anak Tamboro langi) melanjutkan peran tongkonan Kandora sebagai pusat ajaran Alluk Sanda Saratu. Ajaran Alluk 7777 atau Alluk Sanda pitunna ini kemudian lebih dikenal dengan Alluk Todolo (artinya agama leluhur), karena pada setiap upacara dilakukan persembahan kepada Ma'todolo (roh leluhur).

Sesuai dengan ajaran alluk todolo, arwah (arwah) orang tua tidak akan menjadi Tomembali puang (Todolo) sebelum melalui upacara. Tongkonan harus menghadap ke utara karena menurut ajaran Alluk Todolo kepala rumah harus berhimpitan dengan kepala langit sebagai sumber kebahagiaan. Selain itu peralihan kepemimpinan pemerintahan juga mempengaruhi tata letak bangunan Toraja, karena kepercayaan Alluk Todolo mengharuskan rumah adat menghadap ke utara.

Kata lambu juga memiliki arti umum sebagai tempat berlindung dari panas/dingin, gangguan binatang atau manusia (jahat), serta tempat untuk melakukan segala aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya. Rompo/bhantea; sebagai tempat tinggal selama beberapa jam atau beberapa hari di tempat melakukan sesuatu. Kalonga dan dhanila yaitu bukaan atau jendela yang dibuat sebagai tempat masuknya cuaca/udara ke dalam ruangan rumah.

Saho, yaitu kayu yang ditempelkan pada bagian atas rumah yang berfungsi sebagai tempat pemasangan atap. Ghahu adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil panen atau tempat tidur anak perempuan. Ruang Suo, entah kenapa, berfungsi sebagai tempat menampung wanita, terutama wanita dari keluarga terhormat.

Sebelum suku Tolaki memeluk Islam dan Kristen, mereka percaya pada dewa-dewa yang menguasai alam dan kehidupan. Laika landa, yaitu rumah yang dibangun di tengah atau di pinggir taman, tempat tinggal satu keluarga. Laika mborasaa, yaitu rumah yang dibangun sebagai tempat perawatan dan peristirahatan bagi masyarakat yang sedang menjalankan tugasnya.

Ruang yang digunakan sebagai tempat tidur hanya memiliki dinding pembatas, sehingga tidak langsung terlihat dari ruang tamu. Oleh karena itu, kain yang disebut timbawo dipasang di depan kelambu, sedangkan tabere dipasang di atasnya. Karena kepercayaan yang masih berlaku, jika dapur berada di timur, maka dapur akan menabrak ranjang rumah.

Rumah Bubungan Tinggi merupakan salah satu bangunan peninggalan dari masa akhir kerajaan Banjar di Kalimantan. Pemandian tradisional atau yang sering disebut rumah Bubungan Tinggi ini dibangun dengan menggunakan tangga yang jelas oleh penghuni bangunan tersebut. Seluruh ruang di rumah tinggi ini dikelilingi oleh dinding yang memisahkan bagian luar dan bagian dalam bangunan.

Jika dilihat dari aspek desain dan konstruksi rumah bertingkat tinggi, terlihat bahwa bangunan tersebut dibuat sejak lama. Selain itu rumah bubungan tinggi juga berada di atas tanah yang labil (tanah rawa), sehingga pondasi menjadi sangat penting. Tiang-tiang pada rumah bubungan tinggi terbagi menjadi tiga, yaitu tiang utama, tiang tongkat dan tiang tembok.

Ruangan atau foyer untuk pertemuan dan upacara, deretan ruangan untuk satu keluarga dengan dapurnya masing-masing.

Sebuah objek akan menjadi pusat jika dianggap penting oleh tindakan penghuninya. Dalam rumah Jawa dilakukan beberapa ritual yaitu metu (lahir) - manten (kawin) - kematian. Bagi orang Jawa pribadi, rumah merupakan status kemantapan rumah tangga, sehingga rumah direncanakan dan dibuat dengan matang untuk menjamin kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Ada berbagai bentuk atap Jawa, antara lain: atap kampung, limas dan berbagai bentuk atap Jawa. Atap kampung sederhana, berstruktur, rumah rakyat biasa, bisa diperlebar dengan adanya serambi depan atau belakang. Pembagian ruang dalam rumah terkait dengan gender domestik, ruang duduk adalah kekuatan laki-laki, dan kamar tidur adalah kekuatan perempuan.

Pada beberapa rumah adat Kudus terdapat unsur pelengkap lainnya seperti bangunan tempat usaha yang disebut bangunan sisir. Kudus yang juga dikenal sebagai rumah adat ini tentunya tidak terlepas dari asal usul masyarakatnya. Pada bagian-bagian rumah adat tersebut terdapat ruangan-ruangan yang dipisahkan satu sama lain oleh bubu (bangunan atau lantai yang berbeda ketinggiannya).

Corak dan motif ukiran menunjukkan bahwa rumah adat Kudu memiliki beberapa kombinasi/gaya, yaitu gaya Eropa, gaya Cina dan gaya Persia. Tentu saja para pedagang dan pemahat rumah adat Kudus belum mampu menerapkan pengaruh budaya Islam secara menyeluruh, sehingga pengaruh budaya Hindu tidak tertinggal dalam ukiran rumah adat suci tersebut. Memang tipikal rumah adat ini berbeda tampilan dan mewujudkan fungsi dan makna ruangnya.

Foto Bangunan usaha pada Rumah  Tradisional Kudus (gudang tembakau dan
Foto Bangunan usaha pada Rumah Tradisional Kudus (gudang tembakau dan

Pola silang desa di Bali disebut pempatan agung dan membentuk empat lingkungan pemukiman yang berorientasi pada pusat desa. Masyarakat Bali juga menggunakan kapak yang dijadikan pedoman dalam penataan bangunan di Bali, yaitu: (1) sumbu Bhur, Bhuwah dan kosmik bawah (hidrosfer, litosfer dan atmosfer); (2) sumbu ritual kangin kauh (terbit dan terbenam); dan (3) poros alam kaya-kelod (gunung bawah laut). Bangunan tempat tinggal di Bali sebenarnya hanya terdiri dari 4 bangunan utama, yaitu bale gede atau kangin (timur), bale gedong atau kaja (utara), bale dauh dan paon yang terletak di kelod (selatan).

Anggul sebenarnya mendefinisikan ruang dalam dan luar dan menunjukkan 2 hal yang bertentangan. Menurut konsep nawa sanga, pintu masuk atau angkul-angkul terletak paling barat daya dengan menyebut gunung sebagai arah utara. Tembok bangunan di Bali umumnya menggunakan batu gores yang hanya bisa ditemukan di Bali.

Gugusan tanean lanjang awalnya bermula dari pola rumah yang terdiri dari tanean atau pekarangan, rumah tinggal yang kemudian disebut rumah togguk/rumah pendahulu, dapur, kandang, dan lumbung. Deretan rumah penduduk kebanyakan berada di sisi utara, dan di sisi selatan kebanyakan digunakan untuk kandang. Deretan bangunan tempat tinggal di sisi utara dan kandang kuda di sisi selatan tanean (pelataran) menjadi ruang publik yang digunakan bersama oleh masyarakat setempat.

Di sisi selatan hanya terdapat beberapa rumah, tidak sebanyak di sisi utara atau orientasi ke utara. Penataan penempatan unit bangunan tempat tinggal yang ditempati keluarga inti terletak di sekitar tanean berdasarkan tingkat keturunan dalam keluarga tersebut. - Unit bangunan tempat tinggal di cluster Tanean Lanjang hanya ditempati dan ditempati oleh keluarga inti serta dimiliki dan digunakan secara pribadi oleh keluarga inti itu sendiri.

Tata letak ruangan meliputi serambi depan terbuka yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu laki-laki dan mengadakan kenduri bila ada hajatan. Kamar tidur disediakan untuk ayah, ibu dan anak perempuan sedangkan anak laki-laki tidur di surau keluarga, di belakang ada beranda yang terkadang terbuka, tetapi ada juga yang berdinding. Di rumah adat Pamekasan, selain serambi depan, juga terdapat ruangan seperti paviliun dengan 4 tiang penyangga guru.

Sebagai tempat tinggal, mereka memilih dataran tinggi untuk memudahkan sumbernya. Fungsi dapur pada masyarakat Lombok tidak hanya sebagai tempat memasak, tetapi juga sebagai alat penghangat mengingat letaknya di pegunungan dengan suhu yang relatif dingin. Penduduk laki-laki tidur di tiang atau lantai lumpur bagian luar, sedangkan penduduk perempuan tidur di lumpur bagian dalam di sebelah kanan dan kepala rumah tangga di sebelah kirinya.

Uma yang berbentuk bujur sangkar digunakan untuk ibadah dan terkadang juga digunakan sebagai tempat tinggal. Ruangan di dalam uma terdiri dari: Ruangan di sebelah barat dapur disebut ruang tamu (balakatonga). Tel neso adalah tangga yang ditempatkan di depan pintu masuk rumah yang terdiri dari tumpukan batu dan elak adalah tangga untuk naik ke langit-langit yang terbuat dari potongan bambu atau kayu dengan empat atau lima takik.

Struktur sosial terdiri atas susunan keluarga genealogis dan teritorial berdasarkan hubungan timbal balik dalam suatu wilayah dan dikepalai oleh seorang kepala suku. Bangunan dalam satu usilimo terdiri dari honoi (tempat tinggal laki-laki), ebeai (tempat tinggal perempuan), humu (dapur), kandang babi, tempat ritual dan kebun pisang. Honoi hanya menampung laki-laki yang terdiri dari kepala keluarga, kakek dan anak laki-laki.

Pengaruh Budaya Luar dalam Arsitektur Indonesia

Bukan hanya budaya Hindu yang masuk ke dalam arsitektur di Indonesia, tetapi juga budaya Tionghoa yang dibawa ke Indonesia oleh para pedagang dan penyebar agama. Ada beberapa bangunan yang dapat dijadikan contoh pengaruh budaya Tionghoa di Indonesia, seperti Gedung Kapten Tionghoa di Semarang dan bangunan Pecinan di seluruh Indonesia. Masjid Muhammad Cheng Ho adalah salah satu contoh bangunan di Indonesia yang dipengaruhi oleh arsitektur Cina.

Masjid Muhammad Cheng Ho di Indonesia memiliki denah sederhana berupa ruangan berbentuk persegi panjang dengan mihrab. Nisan buatan Indonesia tidak terlepas dari unsur candi, seperti yang terlihat pada nisan Sultan Hasanuddin di Banten. Perkembangan menara masjid di Indonesia terjadi belakangan karena adanya anggapan bahwa pada awalnya azan dikumandangkan di tingkat masjid yang paling tinggi.

Gambar

Foto Bangunan usaha pada Rumah  Tradisional Kudus (gudang tembakau dan

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa sebagai bahasa pengantar dalam kehidupan sehari-hari lebih umum digunakan adalah bahasa Batak Toba, tempat hunian masyarakat Batak Toba lebih banyak tinggal di pusat

Mandailing adalah salah satu suku batak di Sumatera Utara yang tergolong kuat memegang adat istisadat budaya Mandailing yang terdapat pada bagian-bagian rumah tempat

Pada umumnya rumah adat masyarakat Batak Toba yang disebut juga dengan Gorga Sopo Godang, terdapat berbagai jenis ornamen yang diletakkan di berbagai tempat yang memiliki makna

Perancangan Wedding Center Batak Bolon ini menggunakan tema Arsitektur Tradisional Modern dimana menggunakan konsep rumah adat bolon khas batak Sumatera Utara yang di

Mandailing adalah salah satu suku batak di Sumatera Utara yang tergolong kuat memegang adat istisadat budaya Mandailing yang terdapat pada bagian-bagian rumah tempat

Lantai satu disebut Tenda merupakan tempat tinggal dimana pada lantai ini dapat dibagi atas dua zoning, yaitu: Lutur merupakan zoning public yang digunakan

• Disebut juga Gorga Batak adalah ukiran atau pahatan tradisional yang biasanya terdapat di dinding rumah bahagian luar dan bagian depan dari rumah-rumah adat Batak.. Gorga ada dekorasi

Adapun yang dijadikan populasi pada penelitian ini adalah dua perkampungan rumah adat Suku Batak Toba yaitu di Lumban Sitio yang terdiri dari 8 rumah dan di Huta Lumban Pasir yang