• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental, sosial, kesejahteraan dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan. Dari konsep sehat, anak sangat berpotensi mengalami gangguan kesehatan, baik yang diakibatkan oleh lingkungan. Lingkungan adalah bagian dari kehidupam yang sangat penting. Perubahan yang terjadi pada lingkungan dapat mengakibatkan pengaruh besar pada kehidupan manusia, pengaruh tersebut dapat bersifat positif yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Lingkungan yang buruk berperan dalam penyebaran penyakit menular (Hidayat,2010).

Penyebaran penyakit tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain yaitu temperature, polusi udara dan polusi air. Faktor sosial ekonomi seperti kepadatan penduduk, kepadatan hunian dan kemiskinan juga mempengaruhi penyebarannya. Hal-hal tersebut dapat menjadi penyebab penyakit infeksi pada anak, karena penularan suatu penyakit bisa lebih mudah dan akan rentan sekali anak terkena penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi yang mengancam adalah penyakit meningitis tuberculosis (Hidayat, 2010).

Meningitis tuberculosis merupakan peradangan pada selaput otak yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculossa. Penyakit ini

(2)

ini merupakan salah satu bentuk komplikasi yang sering muncul pada penyakit paru. Infeksi primer yang muncul di paru dapat menyebar secara hematogen maupun limfogen ke berbagai bagian tubuh diluar paru, seperti perikardium, usus, kulit, tulang, sendi, dan selaput otak (Brunnert and Suddart, 2013).

Meningitis tuberculosis dapat menyebabkan gangguan saraf yang merupakan komplikasi utama dari penyakit ini. Komplikasi utama meningitis tuberculosis terjadi karena adanya kerusakan pada area tertentu diotak. Secara umum 30% - 50% Pasien dengan meningitis tuberculosis yang bertahan hidup beresiko mengalami komplikasi. Banyak penderita meningitis yang menjadi cacat akibat keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. Meningitis TB ini menyerang anak usia < 2 tahun, dengan puncak angka kejadian pada usia 6-18 bulan (Novariani et al, 2010).

World Health Organization 2013 mengamati angka kejadian meningitis pada anak. Meningitis bakterial terjadi pada sebagian besar anak usia muda dan kasus tersering meningitis virus terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun. Studi epidemiologis menyebutkan angka kejadian meningitis antara 2 sampai 10 kasus per 10.000 kelahiran. Meningitis tuberculosis menyerang 2,8 juta anak di dunia dan 1,2 juta anak meninggal dunia, angka kematian kasus = 19,9% (World Health Organization Global Meningitis Tuberculosis Report 2013 Switzerland 2013).

Laporan World Health Organization menyatakan bahwa terdapat 9 juta penduduk Dunia terinfeksi kuman TB yang menyebabkan resiko 50%

(3)

infeksi meningitis TB. Terjadi peningkatan pada tahun 2014, terdapat 9,6 juta penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB dimana angka kematian mencapai 1,5 juta jiwa. Dalam kasus meningitis tuberculosis wilayah Afrika menduduki jumlah kasus terbanyak (47%), dan wilayah Asia tenggara (36%) dan wilayah Mediterania Timur (27%) dari jumlah kasus TB paru yang mengakibatkan infeksi meningitis TB pada tahun 2014 (World Health Organization. WHO 2015 Tuberculosis : Global Tuberkulosis Report 2014.

Geneva: WHO Press).

Menurut WHO tahun 2015 persentase Meningitis Tuberculosis terjadi sebesar kasus 4.2% dari kasus komplikasi infeksi primer TB dan 83%

disebabkan karena komplikasi infeksi primer paru setelah HIV. Penyakit meningitis Tuberculosis pada penderita tanpa HIV 2% dan 14% pada penderita yang terinfeksi HIV yang meningkatkan resiko terjadinya Meningitis tuberculosis sebanyak 50%.

Insidensi meningitis tuberculosis berdasarkan data WHO di atas sebanding dengan tuberculosis primer, pada umumnya bergantung pada sosio-ekonomi, hygiene masyarakat, umur, status gizi dan faktor genetik yang menentukan respon imun seseorang. Faktor predisposisi berkembangnya infeksi tuberculosis adalah malnutrisi, penggunaan kortikosteroid, keganasan, cedera kepala, infeksi HIV dan Diabetes melitus.

Meningitis Tuberkulosis menyerang 0,3% anak yang menderita tuberkulosis yang tidak diobati (World Health Organization. WHO. 2015. Tuberculosis : Global Tberkulosis Report 2014. Geneva: WHO Press).

(4)

Indonesia sebagai salah satu negara dengan prevalensi TB yang cukup tinggi juga sering ditemukan adanya kasus meningitis tuberculosis. Laporan Kementrian Kesehtan RI Meningitis yang disebabkan oleh tuberkulosis paru di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 158 kasus dari 100.000 kasus, dengan tingkat kematian akibat penyakit ini sekitar 40% dari 100.000 kasus. Meningitis merupakan penyebab kematian pada semua umur dengan urutan ke 17 (0,8%) setelah malaria. Proporsi meningitis penyebab kematian pada umur 1-4 tahun yaitu 8,8% dan merupakan urutan ke 4 setelah Necrotican Entero Colitis ( NEC ) yaitu 10,7% (Kementrian Kesehatan RI, 2015).

Data Riskesdas pada tahun 2012 angka insidensi meningitis yang diakibatkan oleh infeksi tuberculosis paru tertinggi di daerah Jawa Barat sebesar 0,7% dari 267.103 orang (jumlah dari anggota rumah tangga yang didata dan ikut Riskesdas) se-Jawa Barat. Angka kejadian meningitis menunjukkan urutan ke-9 dan ke-10 dari pola penyakit di 8 Rumah sakit Jawa Barat (Riset Kesehatan Dasar, 2012).

Data di RSUD Kota Bandung Ruang Sakura tercatat penyakit Meningitis Tuberculosis dari bulan Oktober 2018 sampai Maret 2019 mengalami peningkatan.

Tabel 1.1 6 urutan penyakit terbesar di ruang sakura RSUD Kota Bandung N

O

Diagnosa Okt 2018

Nov 2018

Des 2018

Jan 2019

Feb 2019

Mar 2019

Total

1 Demam Berdarah 10 8 17 54 41 44 174

2 Diare 49 40 16 40 4 21 170

3 Bronchopneumoni 30 13 12 23 25 43 146

4 Asma 7 2 4 3 4 6 26

(5)

5 Statis Epileptikus 2 1 3 4 2 2 14

6 Meningitis TB 1 1 2 2 2 3 11

Sumber : Rekam medik RSUD Kota Bandung

Berdasarkan data di atas, penyakit meningitis TB merupakan penyakit paling sedikit dalam periode oktober 2018 – maret 2019 di ruang sakura RSUD Kota Bandung. Namun meningitis TB dikenal sebagai bentuk yang paling parah dari Penyakit di atas. Morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan penyakit ini sangat besar daripada infeksi oleh bakteri lain maupun virus. Sehingga perlu mengetahui faktor yang mempengaruhi ketahanan hidup pasien yang mengalami meningitis tuberkulosis untuk penanganan dan pengobatan yang cepat dalam menekan morbiditas dan mortalitas serta yang ditimbulkan oleh penyakit ini (Novariani, 2010).

Pada bayi atau anak-anak dampak meningitis yang dialaminya yaitu lemah dan lesu, tidak aktif seperti biasanya, tubuh gemetar, sering muntah, tidak nafsu minum susu atau makan, kejang pada tengkuk leher, rewel, gelisah, menangis terus, terdapat benjolan di bagian kepalanya, dan mengalami kaku kuduk. Namun pada anak di bawah usia dua tahun kaku kuduk atau tanda iritasi meningen lain mungkin tidak ditemui. Perubahan tingkat kesadaran lazim terjadi dan ditemukan hingga 90% pasien (Jay Tureen, 2015).

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan dalam hal ini peran perawat sangat penting pada pasien meningitis, terutama dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien tersebut. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan

(6)

keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi: melakukan pengkajian, mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah atau cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Awam. 2008).

Data yang diperoleh dapat digunakan sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pelayanan rumah sakit dalam hal promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif meningitis tuberkulosis dikalangan masyarakat umum. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik meneliti lebih lanjut mengenai bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis tuberkulosis diruang sakura RSUD Kota bandung.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan pada An.R usia 2 tahun 6 bulan dengan Gangguan Sistem Persarafan : Meningitis Tuberculosis di Ruang Sakura RSUD Kota Bandung

(7)

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui asuhan keperawatan pada An. R dengan meningitis tubeculosis di ruang sakura RSUD Kota Bandung.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian pada An. R dengan meningitis tuberculosis di ruang sakura RSUD Kota Bandung.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada An. R dengan meningitis tuberkulosis di ruang sakura RSUD kota Bandung.

c. Merumuskan intervensi keperawatan pada An. R dengan meningitis tuberkulosis di ruang sakura RSUD Kota Bandung.

d. Melakukan implementasi keperawatan pada An. R dengan Meningitis Tuberkulosis di ruang sakura RSUD Kota Bandung.

e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada An. R dengan meningitis tuberkulosis di ruang sakura RSUD Kota Bandung.

f. Membahas kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus pada An.R dengan meningitis tuberculosis di ruang sakura RSUD Kota Bandung

D. Manfaat Penyusunan Tugas Akhir

Karya Tulis Ilmiah Laporan Studi Kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

(8)

1. Bagi penulis

Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan tentang penyakit meningitis tuberculosis pada anak dengan menggunakan asuhan keperawatan.

2. Bagi instansi akademik

Sebagai bahan bacaan diperpustakaan dan acuan pertimbangan pada keperawatan khususnya kasus keperawatan anak meningitis tuberculosis.

3. Bagi klien

Memberi pengetahuan dan keterampilan pada anggota keluarga tentang perawatan anak dengan meningitis tuberculosis.

4. Bagi rumah sakit

Dapat memberikan asuhan keperawatan untuk kasus yang sama yaitu meningitis tuberculosis serta menjaga dan meningkatkan pelayanan pada masyarakat, khususnya asuhan keperawatan pada anak meningitis tuberculosis.

Referensi

Dokumen terkait

a. BAB 1, pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk membuat studi kasus dengan judul “ Asuhan Keperawatan Gerontik pada Tn.Y 59th dengan Gangguan Sistem