• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2020), permintaan obat di dunia meningkat hingga USD 4,5 miliar atau sekitar Rp.63.000.000.000, diperkirakan pada tahun 2025 meningkat hingga USD 10 miliar atau Rp. 141.000.000.000, dengan tingkat pertumbuhan tahunan/CAGR mencapai 17,3%. Tingginya permintaan obat ini akibat meningkatnya konsumsi obat-obatan pada masa pandemi (COVID-19).

(WHO, 2020). Di samping itu menurut Menteri Kesehatan Jerman pada tahun 2021 meningkatnya obat pada masa pandemi (COVID-19) terjadi di Jerman sehingga negara Jerman melakukan pembelian obat vitamin antibodi eksperimental sebanyak 200.000 dosis dengan harga 6,8 triliun(2).

Di Indonesia permintaan obat pada masa pandemi (COVID-19) melonjak hingga 12 kali lipat, sejak 1 Juni sampai Agustus 2021 telah terjadi peningkatan kebutuhan obat-obatan. Hal tersebut membuat apotek dan toko obat menjadi sektor yang kerap dicari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan, selain itu permintaan obat melalui digital juga mengalami peningkatan di tengah pandemi (COVID-19) (Kemenkes RI, 2021). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami pertumbuhan permintaan obat pada tahun 2020 meningkat hingga 5,69%

dan diprediksi pada tahun 2022 meningkat hingga 12 milyar rupiah(4). Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Effendy mengatakan, penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 di seluruh wilayah Indonesia berlaku mulai 24 Desember 2021. Namun, hal tersebut menyebabkan distribusi barang-barang menjadi terganggu termasuk obat- obat dan alat kesehatan lainnya. Kurangnya alat kesehatan dan pasokan

(2)

obat-obatan menyebabkan keadaan memburuk dan terjadi kelangkaan obat- obatan. Oleh karena itu, mencegah kelangkaan obat dan mencegah kemungkinan hal buruk terjadi dengan melakukan proses pengadaan obat yang baik agar dapat memenuhi kebutuhan obat dan melakukan pelayanan dengan baik(4).

Obat merupakan komponen yang penting dalam upaya kesehatan baik di pusat pelayanan kesehatan primer maupun ditingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Keberadaan obat merupakan kondisi pokok yang harus terjaga ketersediaannya sehingga diperlukan perencanaan tentang penggunaa obat. Penyediaan obat bertujuan pembangunan kesehatan yaitu menjamin tersedianya obat dengan mutu terjamin serta tersedia secara merata dan teratur sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat(5).

Proses pengelolaan obat terdiri dari beberapa tahap salah satunya yaitu tahap pengadaan obat. Pengadaan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk memenuhi kebutuhan oprasioanal yang telah ditetapkan di dalam fungsi perencanaan. Proses pelaksanaan rencana pengadaan dari fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan, serta rencana pembiayaan dari fungsi penganggaran. Tujuan pengadaan obat untuk memenuhi kebutuhan obat di setiap unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit di wilayah kerja Dinas Kesehatan(3).

Ketidakcukupan obat-obatan disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat menentukan yaitu faktor perencanaan atau perhitungan perkiraan kebutuhan obat. Pengadaan obat juga merupakan suatu aspek di mana pemerintah dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan obat agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan obat. Terjaminya ketersedian obat di pelayanan kesehatan akan menjaga citra pelayanan kesehatan itu sendiri, sehingga pengelolaan dan penyediaan obat secara efektif serta efisien sangatlah penting(6). Pada saat pandemi (COVID-19) banyak mempengaruhi berbagai bidang, tentunya dalam kesehatan. Di dalam pengadaan obat pada saat pandemi sangat berpengaruh, karena

(3)

masyarakat rentan tertular penyakit dan perlu menjaga imum tubuh yang mengakibatkan adanya penambahan pengadaan stok obat sehingga terjadinya perbedaan dari sebelum dan sesudah pandemi (COVID-19).

Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) dalam penanganan keadaan darurat berbeda dengan kondisi normal/biasa. Perbedaan utama adalah pada tahapan pelaksanaan pengadaan. Masalah yang terjadi saat ini adalah disparitas harga yang sangat besar, ketersediaan dan jumlah kebutuhan uang meningkat terutama pada Alat Pelindung Diri (APD).

Disparitas telah mengakibatkan pengeluaran Dinas Kesehatan menjadi lebih besar. Kondisi ini memberikan pengaruh besar terhadap keuangan Dinas Kesehatan(7).

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pengadaan barang dan jasa untuk kondisi darurat seperti ini memang sudah diatur dalam Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 13 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa dalam Penanganan Keadaan Darurat. Banyaknya perubahan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta adanya mekanisme penunjukan langsung untuk Alat Perlindungan Diri (APD), masker dan hand sanitizer dapat menimbulkan suasana kekhawatiran(8).

Berdasarkan hasil penelitian Wing Shin, dkk menjelaskan Italia dan Spanyol tercatat sebagai salah satu logistik obat yang sangat berpengaruh.

Selama pandemi kedua negara tersebut mempersiapkan pergerakan pengadaan logistik obat dengan sangat matang, supaya ke depannya tidak terjadi proses keterlambatan dalam pengadaan obat(9). Selanjutnya berdasarkan penelitian Hastin, dkk menunjukkan bahwa manajemen pengelolaan obat di Dinas Kesehatan Kab. Mesuji belum berjalan maksimal, diantaranya sering terjadi keterlambatan dalam laporan pemakaian obat, dan jenis obat yang tidak sesuai permintaan puskesmas serta masih terdapat obat yang kadaluwarsa(10).

Hasil penelitian Rumbay, dkk menunjukkan bahwa proses pengadaan kebutuhan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Minahsa Tenggara belum

(4)

sesuai dengan Pedomanan Teknis Pengelolaan dan Pengadaan Obat Publik serta Perbekalan Kesehatan yang di tetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia(11). Hal serupa juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan Reno, dkk terdapat beberapa hambatan-hambatan dalam pengelolaan obat yaitu dalam penyimpanan obat belum secara keseluruhan disusun sesuai aturan FIFO dimana yang datang terlebih dahulu dikeluarkan pertama dan FEFO dimana yang expired terlebih dahulu itu yang dikeluarkan(12).

Hasil rekap data bulan Maret – bulan Mei 2021 dari Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir total kumulatif kasus COVID-19 sebanyak 1442 kasus. Dengan jumlah yang sehat 1207 orang, dan jumlah yang meninggal sebanyak 68 orang, sementara pasien terkonfimasi yang dirawat sebanyak 167 kasus. Di mana tempat pasien yang dirawat yaitu, RSUD PH Tembilahan sebanyak 17 orang, 6 orang isolasi di RSU RM Sungai Guntung, dan isolasi mandiri sebanyak 144 orang. Dengan jumlah kumulatif kasus yang meningkat sehingga terdapat peningkatan konsumsi obat dan Alat Pelindung Diri (APD), terutama pada obat Paracetamol (PCT) dan Multivitamin Bionicom Zinc. Dalam kondisi tersebut meyebabkan persediaan obat khususnya Paracetamol (PCT) dan Multivitamin Bionicom Zinc sehingga menyebabkan masyarakat menjadi sulit mendapatkan obat tersebut. Selain itu adanya PPKM level 3 dari bulan Juli hingga bulan Agustus 2021 tingkat Kecamatan, Desa/Kelurahan, sampai dengan tingkat RT/RW sehingga menyebabkan masyarakat mendapatkan layanan yang kurang memadai karena banyaknya pasien yang masuk karena COVID-19.

Selain itu, pihak puskesmas juga menangani banyak pasien yang terdampak COVID-19 sehingga pelayanan terhadap masyarakat lain menjadi kurang efektif. Adanya PPKM level 3 juga menyebabkan akases pengirimn menjadi terhambat. Maka dari itu, dibutuhkan manajemen pengeolaan obat yang efektif dan efesien karena persediaan obat harus ada ketika dibutuhkan dengan julah yang cukup dan kualitas yang terjamin serta harga yang terjangkau. Selain itu, dengan adanya PPKM yang meyebabkan

(5)

terganggunya logistik pengadaan obat sehingga pihak produsen juga kesulitan mendapatkan baha baku untuk membuat obat serta kesulitan dalam melakukan pendistribusian. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik menganalisa pengadaan obat selama pandemi COVID-19 di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah penelitian ini yaitu “Bagaimana Analisis Pengadaan Obat Selama Pandemi (COVID-19) Di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2022?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis pengadaan obat selama pandemi (COVID-19) di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui perencanaan pengadaan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir selama masa pandemi

b. Untuk mengetahui pengorganisasian pengadaan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir selama masa pandemi

c. Untuk mengetahui pelaksanaan pengadaan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir selama masa pandemi

d. Untuk mengetahui pengendalian pengadaan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir selama masa pandemi.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan, wawasan, dan pengalaman mengenai analisis pengadaan obat selama pandemi (COVID-19) di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2022 serta sebagai aplikasi ilmu manajemen logistik yang telah didapatkan selama perkuliahan peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

(6)

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu di Fakultas Kesehatan Masyarakat serta dapat dijadikan tambahan referensi untuk penelitian lain yang ingin melakukan penelitian berikutnya mengenai analisis pengadaan obat selama pandemi (COVID-19) di instansi kesehatan lainnya

3. Bagi Dinas Kesehatan Tembilahan

Semoga dengan penelitian ini dapat memberikan masukan yang positif bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir dan dapat memberi motivasi kepada semua pihak yang terlibat untuk melakukan langkah-langkah perbaikan dalam pelaksanaan manajemen pengadaan obat.

E. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Metode

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data yang digunakan data primer yang terdiri dari wawancara dan observasi serta data sekunder dengan telaah dokumen 2. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan. Terhitung dari Bulan Mei s/d Agustus Tahun 2022

3. Ruang Lingkup Tempat

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap ERM disclosure, diantaranya pandemi Covid-19, konsentrasi kepemilikan, kehadiran komite manajemen risiko yang berdiri

Apakah ada hubungan antara faktor riwayat preeklampsia sebelumnya dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin di RSUD Budhi Asih selama masa pandemi Covid-19 periode Maret 2020

Persepsi masyarakat dalam menghadapi pandemi COVID-19 dapat dilihat menurut pandangan masyarakat mengenai seberapa penting upaya pencegahan COVID-19, sikap masyarakat

1.5 Manfaat 1.5.1 Penulis Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan asuhan kebidanan dalam batas Continuity of Care, terhadap ibu hamil, bersalin,

Demi mencegah cluster COVID-19 di sekolah proses belajar mengajar selama pandemik dilaksanakan secara daring dalam jaringan atau online dengan berbagai pertimbangan dan pengaturanya.4

Salah satu informasi penting yang perlu diketahui adalah informasi COVID-19 berdasarkan ilmu epidemiologi, informasi mengenai epidemiologi COVID-19 dapat digunakan untuk menentukan

Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan Vaksinasi Booster Covid-19 pada lansia di Desa Sukajaya Wilayah Kerja

Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pembelajaran Matematika Selama Pandemi Covid- 19 dan Dampaknya Terhadap Psikologi Bagi Siswa Tunarungu di